Anda di halaman 1dari 39

SMK KESEHATAN BHAKTIKENCANA

CEP DIAN.,S.Kep
 Anemia atau yang secara awam dikenal
dengan kurang darah, merupakan suatu
keadaan dimana terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Hb) di dalam sel darah merah
yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke
seluruh tubuh sehingga kebutuhan oksigen
jaringan tidak terpenuhi.
APA GEJALA ANEMIA?

 Gejala anemia bergantung pada derajat dan


kecepatan terjadinya anemia. Gejala kurang
darah muncul sebagai akibat berkurangnya
pasokan oksigen ke jaringan sehingga gejala
anemia dapat muncul pada berbagai
sistem/organ di dalam tubuh
 Gejala utamanya adalah pucat, lesu, lemah,
kram otot, sesak pada saat beraktifitas,
jantung berdebar dan pusing. Pada anemia
berat atau anemia yang disebabkan oleh
perdarahan akut, gejala yang terjadi dapat
lebih berat dan mengancam jiwa seperti
penurunan kesadaran, gangguan irama
jantung, gagal jantung dan kematian.
 Kurang darah bukan penyakit, tetapi
merupakan gejala/tanda adanya suatu
penyakit atau kelainan yang harus dicari
penyebabnya. Oleh karena anemia
merupakan gejala, maka penyebab
utama atau penyebab yang mendasarinya
harus dicari sehingga gejala dan penyebab
anemia tersebut dapat segera tertangani.
PENYEBAB ANEMIA
 Kehilangan darah
Perdarahan yang dapat mengakibatkan
anemia bisa berupa mimisan, batuk darah,
BAB berdarah, gusi berdarah, menstruasi
yang banyak dan lama, BAK berdarah dan
perdarahan di kulit seperti lebam-lebam di
kulit. Perdarahan yang lama biasanya
menimbulkan anemia defisiensi besi.
 Berkurangnya produksi sel darah merah di sumsum
tulang
Produksi sel darah di sumsum tulang tergantung kepada
sumsum tulang yang berfungsi dengan baik, ketersediaan
bahan-bahan/nutrisi yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah seperti protein, vitamin B12,
asam folat dan zat besi, ketersediaan hormon yang
cukup untuk produksi sel darah merah (hormon
eritropioetin, hormon tiroid) serta tergantung pada
kemampuan tubuh untuk membentuk hemoglobin yang
normal. Apabila terjadi gangguan pada sumsum tulang
seperti pada anemia aplastik, leukemia dan penyebaran
sel tumor ganas ke sumsum tulang maka terjadi
penurunan produksi sel darah merah di sumsum tulang
sehingga terjadi anemia.
 Meningkatnya destruksi/pemecahan sel darah
merah (anemia hemolitik)
Dalam keadaan normal sel darah merah berumur
120 hari setelah dibentuk di sumsum tulang,
setelah berumur 120 hari sel darah merah akan
dihancurkan di limpa dan di hati. Pada penyakit
tertentu seperti pada infeksi malaria, pada
penyakit talasemia atau karena obat tertentu sel
darah merah dihancurkan lebih cepat dari
seharusnya sehingga keadaan ini menimbulkan
anemia yang disebut dengan anemia hemolitik.
Anemia hemolitik juga dapat terjadi akibat
penyakit autoimun seperti pada penyakit lupus yang
diderita oleh seorang pasien.
ANEMIA AKIBAT PENYAKIT
KRONIS
 Sejumlah penyakit dapat menyebabkan
anemia karena terjadinya gangguan pada
proses pembentukan dan penghancuran sel
darah merah. Contoh-contoh penyakit
tersebut adalah HIV/AIDS, kanker,
rheumatoid arthritis, penyakit ginjal,
penyakit Crohn, dan penyakit peradangan
kronis. Gejala-gejala yang dapat muncul
pada kasus anemia akibat penyakit kronis di
antaranya adalah:
 Warna mata dan kulit menjadi kekuningan.
 Warna urine yang berubah menjadi merah
atau cokelat.
 Borok pada kaki.
 Gejala batu empedu.
 Keterlambatan perkembangan pada anak-
anak.
 Anemia aplastik. Anemia aplastik merupakan
kondisi yang langka terjadi namun berbahaya
bagi hidup penderita. Pada anemia aplastik,
tubuh tidak mampu memproduksi sel darah
merah dengan optimal. Anemia aplastik
dapat disebabkan oleh infeksi, efek samping
obat, penyakit autoimun, atau paparan zat
kimia beracun.
 Anemia akibat penyakit sumsum
tulang. Beberapa penyakit seperti leukemia
atau mielofibriosis dapat mengganggu
produksi sel darah merah di sumsum tulang
dan menimbulkan anemia. Gejala yang
ditimbulkan dapat bervariasi, dari ringan
hingga berbahaya.
 Anemia hemolitik. Anemia hemolitik terjadi
pada saat sel darah merah dihancurkan oleh
tubuh lebih cepat dibanding waktu
produksinya. Beberapa penyakit dapat
mengganggu proses dan kecepatan
penghancuran sel darah merah. Anemia
hemolitik dapat diturunkan secara genetik
atau bisa juga didapat setelah lahir.
 Anemia sel sabit (sickle cell anemia).
Anemia ini bersifat genetis dan disebabkan
oleh bentuk hemoglobin yang tidak normal
sehingga menyebabkan sel darah merah
berbentuk seperti bulan sabit, bukan bulat
bikonkaf seperti sel darah merah Sel darah
merah berbentuk sabit memiliki waktu hidup
lebih pendek dibanding sel darah merah
normal. Gejala yang dialami oleh penderita
anemia sel sabit adalah:
 Kelelahan.
 Mudah terkena infeksi.
 Nyeri tajam pada bagian sendi, perut, dan
anggota gerak.
 Keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak-anak.
 Anemia jenis lain, yang disebabkan oleh
thalassemia atau penyakit malaria.
 Orang dengan talasemia memproduksi
hemoglobin dan sel darah merah yang lebih
sedikit dari biasanya. Hal ini menyebabkan
anemia ringan atau berat. Salah satu bentuk
yang berat dari kondisi ini adalah Cooley
Anemia.
KOMPLIKASI ANEMIA

 Kelelahan berat. Tanpa penanganan yang


baik, anemia dapat menimbulkan kelelahan
berat pada penderitanya sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari.
 Rentan terkena infeksi. Kekurangan zat besi
yang menyebabkan anemia dapat
berpengaruh pada kemampuan sistem imun
dalam memerangi berbagai patogen,
sehingga penderita anemia lebih rentan
terkena penyakit infeksi.
 Komplikasi dan gangguan kehamilan. Wanita
hamil yang kekurangan asam folat berisiko
mengalami gangguan kehamilan dan
perkembangan janin. Selain itu, anemia juga
dapat menyebabkan sang ibu mengalami
depresi pasca kelahiran melahirkan dan
gangguan pada bayi yang dilahirkan, seperti:
Kelahiran prematur sebelum minggu 37.
 Berat badan di bawah normal.
 Masalah pada kandungan zat besi dalam
darah.
 Hasil tes kemampuan mental yang kurang
 Gangguan jantung. Anemia dapat
menyebabkan detak jantung menjadi tidak
beraturan (aritmia) akibat harus memompa
darah lebih keras untuk mengompensasi
kekurangan oksigen dalam darah. Kondisi
tersebut dapat menyebabkan pembesaran
jantung atau gagal jantung.
 Kematian. Beberapa anemia yang bersifat
bawaan, seperti anemia sel sabit, bisa
menjadi serius dan mengancam hidup
penderitanya. Kehilangan darah dengan
tanpa penanganan yang baik dapat
menyebabkan anemia berat dan kematian.
 Pemeriksaan darah lengkap. Metode
penghitungan sel darah digunakan untuk
menghitung jumlah sel darah merah yang ada di
dalam darah. Pada diagnosis anemia, parameter
yang diukur oleh dokter adalah hematokrit dan
hemoglobin dalam darah. Patokan jumlah
hematokrit normal pada orang dewasa berbeda-
beda di setiap laboratorium, akan tetapi
umumnya berkisar di 40-52% untuk pria dan 35-
47% untuk wanita. Hemoglobin normal pada
orang dewasa pria berkisar di 14-18
gram/desiliter dan 12-16 gram/desiliter untuk
wanita.
PENGOBATAN ANEMIA

 Pengobatan anemia berbeda-beda tergantung


jenis anemia yang diderita oleh pasien.
Prinsip pengobatan anemia adalah
menemukan penyebab utama anemia.
Pengobatan terhadap anemia sebaiknya tidak
dilakukan hingga diketahui penyebab
utamanya. Hal ini dikarenakan pengobatan
untuk satu jenis anemia bisa berbahaya
untuk anemia jenis lain. Beberapa contoh
pengobatan anemia berdasarkan jenisnya
antara lain:
 Anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia
jenis ini dapat diatasi dengan mengonsumsi
suplemen penambah zat besi, serta
memperbanyak konsumsi
makanan yang kaya zat besi. Selain itu,
pasien juga dapat diberikan vitamin C untuk
meningkatkan penyerapan zat besi.
 Anemia akibat kekurangan vitamin. Anemia
jenis ini dapat diobati dengan mengonsumsi
makanan yang kaya akan asam folat dan
vitamin B12, serta mengonsumsi suplemen
yang mengandung keduanya.
 Anemia akibat penyakit kronis. Tidak ada
pengobatan yang spesifik pada jenis ini
karena tergantung pada penyakit yang
mendasari terjadinya anemia. Jika anemia
bertambah parah, dokter dapat memberikan
transfusi darah atau injeksi eritropoietin,
yaitu suatu hormon peningkat produksi darah
dan penghilang rasa lelah.
 Anemia akibat perdarahan. Jika seseorang
mengalami perdarahan dan kehilangan darah
dalam jumlah banyak, pengobatan utama
yang harus dilakukan adalah mencari dan
mengobati sumber perdarahan.
 Anemia Aplastik. Pengobatan anemia
aplastik dapat diawali dengan transfusi darah
untuk meningkatkan jumlah sel darah merah.
Jika diperlukan, dapat dilakukan
pencangkokan sumsum tulang apabila
sumsum tulang tidak bisa lagi memproduksi
sel darah merah yang sehat.
 Anemia akibat penyakit sumsum
tulang. Pengobatan anemia jenis ini dapat
bervariasi sesuai dengan penyakit yang
diderita pasien. Pengobatan dapat
melibatkan kemoterapi dan pencangkokan
sumsum tulang.
 Anemia Hemolitik. Penanganan
anemia hemolitik dapat dilakukan dengan
beberapa cara tergantung faktor
penyebabnya. Penanganan bisa dengan
menghindari obat-obatan yang memiliki efek
samping hemolisis, dengan mencari dan
mengobati infeksi yg menjadi penyebab
hemolitik, atau dengan imunosupresan untuk
menekan sistem imun yang diduga merusak
sel darah
 Anemia sel sabit (sickle cell
anemia). Pengobatan utama anemia sel sabit
adalah dengan mengganti sel darah merah yang
hancur melalui transfusi darah, suplemen asam
folat, dan antibiotik. Pengobatan lainnya adalah
dengan mengonsumsi obat penghilang rasa sakit
serta menambahkan cairan melalui oral maupun
intravena untuk mengurangi nyeri dan
menghindari komplikasi. Pencangkokan sumsum
tulang dapat digunakan untuk mengobati
anemia sel sabit pada kondisi tertentu. Obat
untuk kanker hidroksiurea dapat juga digunakan
untuk mengobati anemia sel sabit.
 Thalassemia. Thalassemia dapat diobati
melalui transfusi darah, konsumsi suplemen
asam folat, splenektomi untuk mengambil
limpa, serta pencangkokan sel punca darah
dan sumsum tulang.
PENCEGAHAN ANEMIA

 Beberapa jenis anemia tidak dapat dihindari,


akan tetapi anemia yang disebabkan oleh
kekurangan vitamin dan zat besi dapat
dicegah dengan cara mengatur pola makan.
Beberapa makanan yang dapat membantu
mencegah anemia antara lain adalah:
 Makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging sapi,
kacang-kacangan, sereal yang diperkaya zat besi,
sayuran berdaun hijau gelap, dan buah kering.
 Makanan yang kaya akan asam folat, seperti buah-
buahan, sayuran berdaun hijau gelap, kacang hijau,
kacang merah, kacang tanah, gandum, sereal, pasta,
dan nasi.
 Makanan yang kaya akan vitamin B12, seperti daging,
susu, keju, sereal, dan makanan dari kedelai (tempe
atau tahu).
 Makanan yang kaya akan vitamin C, seperti jeruk,
merica, brokoli, tomat, melon, dan stroberi.
Makanan-makanan tersebut dapat membantu
penyerapan zat besi.
 Terimakasih…..

Anda mungkin juga menyukai