berkembang terutama kelompok risiko tinggi seperti : ibu hamil dan menyusui, anak
sekolah dan pra sekolah serta pekerja fisik berpenghasilan rendah yang penyebabnya oleh
karena faktor gizi dan cacingan. Gejala umum anemia seperti: lesu, letih, pucat, cepat
lelah, berkunang-kunang dan gampang mengantuk merupakan gejala klinis yang mudah
diketahui. Di daerah endemis malaria, penyakit ini merupakan salah satu penyebab
anemia. Anemia zat besi merupakan anemia gizi yang prevalensinya masih cukup tinggi
di masyarakat terutama pada ibu hamil yang bermukim di daerah pedesaan. Diperkirakan
70% wanita hamil di Indonesia menderita anemia kurang zat besi dan menurut hasil
SKRT 1986 kadar Hb rata-rata ibu hamil di Indonesia adalah 8,7 gr/d1. Batas normal
kadar Hb pada wanita dewasa adalah 12-14 gr/dl, sedang pada wanita hamil dengan kadar
Hb 11 gr/dl masih dianggap normal. Bila kurang dari 11 gr/dl dinyatakan sebagai anemia.
Anemia pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan janin dalam kandungan. Ibu
hamil dengan anemia bisa melahirkan bayi prematur dan bayi BBLR. Sedang pada anak
sekolah bisa mempengaruhi fungsi kognitif seperti konsentrasi belajar dan kemampuan
akademik menjadi rendah. Intervensi yang paling mudah dan paling luas jangkauannya
memberikan tablet Fe (Fe sulfat 320 mg dan asam folat 0,5 mg) untuk semua ibu hamil
sebanyak satu kali satu tablet selama 90 hari. Diperkirakan jumlah tersebut mencukupi
1
kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan yaitu 1000 mg di samping yang berasal
dari makanan.2
Anemia sama seperti demam yang merupakan suatu gejala tambahan dari
penyakit dalam menentukan etiologi utama. Sering para ahli menemukan anemia berat.3
merupakan anugrah dari Mars dan pada waktu itu dipakai sebagai obat kuat, sehingga
para tabib masa purba banyak menggunakan zat besi sebagai obat terutama pada
Pada pertengahan abad XVI kekurangan besi digambarkan sebagai penyakit yang
dikenal dengan nama ”Klorosis”. Orang yang pertama sekali memakai istilah ”klorosis”
oleh Lange pada tahun 1554 untuk suatu penyakit dan gejala muka pucat kehijauan,
palpitasi, edema, sakit sendi, dan gangguan gastrointestinal berupa obstipasi, serta nyeri
Definisi
Menurut definisi, anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas
hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Dengan
demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan
patofisiologis, yang diuraikan oleh anamnesa dan pemikiran fisik yang teliti, serta asi
Anemia aplastik adalah suatu gangguan pada sel-sel induk disumsum tulang yang
dapat menimbulkan kematian, pada keadaan ini jumlah sel-sel darah yang dihasilkan
tidak memadai. Penderita mengalami pansitopenia yaitu kekurangan sel darah merah, sel
2
darah putih dan trombosit. Secara morfologis sel-sel darah merah terlihat normositik dan
normokrom, hitung retikulosit rendah atau hilang dan biopsi sumsum tulang
menunjukkan suatu keadaan yang disebut “pungsi kering” dengan hipoplasia yang nyata
dan terjadi pergantian dengan jaringan lemak. Langkah-langkah pengobatan terdiri dari
tidak dapat ditemukan agen penyebabnya dan keadaan ini disebut idiopatik. Beberapa
Manifestasi klinik
Pada anemia, karena semua sistem organ dapat terlibat, maka dapat menimbulkan
Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit O2 yang
dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada
pengurangan hebat massa sel darah merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun
menyesuaikan diri, dan biasanya penderita asimtomatik, kecuali pada kerja jasmani berat.
3
Mekanisme kompensasi bekerja melalui:
(1) Peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah pengiriman
jaringan, dan
Etiologi
Sel darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak sekali. Tiap-tiap
komponen ini bila mengalami cacat atau kelainan, akan menimbulkan masalah bagi
SDM sendiri, sehingga sel ini tidak berfungsi sebagai mana mestinya dan dengan cepat
mengalami penuaan dan segera dihancurkan. Pada umumnya cacat yang dialami SDM
Anemia jenis ini merupakan salah satu anemia yang disebabkan oleh faktor luar
tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi. Anemia karena kelainan dalam SDM
disebabkan oleh faktor konstitutif yang menyusun sel tersebut. Anemia jenis ini tidak
dapat diobati, yang dapat dilakukan adalah hanya memperpanjang usia SDM sehingga
mendekati umur yang seharusnya, mengurangi beratnya gejala atau bahkan hanya
4
3. Karena perdarahan
Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan kurangnya
jumlah SDM dalam darah, sehingga terjadi anemia. Anemia karena perdarahan besar
dan dalam waktu singkat ini secara nisbi jarang terjadi. Keadaan ini biasanya terjadi
segala usaha akan dilakukan untuk mencegah perdarahan dan kalau mungkin
4. Karena otoimun
Dalam keadaan tertentu, sistem imun tubuh dapat mengenali dan menghancurkan
bagian-bagian tubuh yang biasanya tidak dihancurkan. Keadaan ini sebanarnya tidak
seharusnya terjadi dalam jumlah besar. Bila hal tersebut terjadi terhadap SDM, umur
SDM akan memendek karena dengan cepat dihancurkan oleh sistem imun. 1.
Klasifikasi7
Perjalanan penyakit anemia menjadi alasan penting dalam klasifikasi klinik dari
anemia. Klasifikasi ini tergantung pada evaluasi dari parameter haematology secara
umum, perhitungan partikel retikulosit darah (prekursor sel darah merah tua). Hasil dari
klasifikasi dipengaruhi dari penurunan produksi sel darah merah berbanding peningkatan
penghancuran sel darah merah atau kehilangan. Tanda klinis dari hilangnya atau
kerusakan yang termasuk dalam hapusan darah tepi abnormal dengan tanda-tanda
hemolisis, peningkatan LDH menunjukkan kerusakan sel, atau tanda klinis dari
5
perdarahan, seperti pada tes guaiac menunjukkan hasil positif, radiografi, atau
Anemia
atau kehilangan darah. : hemolisis atau kehilangan. Hemolisis akut atau kurang
murni gejala dari produksi dan penyakit kronik bagi produksi sumsum
tulang belakang
6
Pada morfologi, anemia diklasifikasikan berdasarkan ukuran sel darah merah, hal
ini dapat kita lihat langsung pada pemeriksaan mikroskop hapusan darah tepi. Ukuran ini
menunjukkan Mean Corpuscular Volume (MCV). Jika ukuran sel darah merah leih kecil
dari ukuran normal (dibawah 80 fl), anemia ini disebut sebagai anemia mikrositik, jika
ukurannya normal (80-100 fl) disebut normositik, dan jika ukuran lebih dari normal
(lebih 100 fl), disebut anemia makrositik. Skema ini lebih mudah dipelajari pada
beberapa kasus anemia, sebagai contoh anemia makrositik sering pada defisiensi besi.
Dari hasil penelitian, MCV menjadi salah satu patokan informasi penting dalam klinik
dan diagnosa.
Anemia
Karakteristik lain dari hapusan darah tepi menjadi petunjuk spesifik tentang
diagnosa, contoh : sel darah putih abnormal menandakan adanya kerusakan pada sumsum
tulang.
7
Kompleks gejala anemia aplastik berkaitan dengan pansitopenia. Gejala-gejala
lain yang berkaitan dengan anemia adalah defisiensi trombosit dan sel darah putih.
Aplasia berat disertai pengurangan atau tidak adanya retikulosit jumlah granulosit
yang kurang dari 500/mm3 dan jumlah trombosit yang kurang dari 20.000 dapat
mengakibatkan kematian dan infeksi dan/atau perdarahan dalam beberapa minggu atau
beberapa bulan. Namun penderita yang lebih ringan dapat hidup bertahun- tahun.
sumsum tulang. Karena infeksi dan perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi sel lain
merupakan penyebab utama kematian maka penting untuk mencegah perdarahan dan
infeksi.
dengan aliran udara yang mendatar atau tempat yang nyaman) dan higiene yang baik.
Pada pendarahan dan/atau infeksi perlu dilakukan terapi komponen darah yang bijaksana,
yaitu sel darah merah, granulosit dan trombosit dan antibiotik. Agen-agen perangsang
8
sumsum tulang seperti androgen diduga menimbulkan eritropoiesis, tetapi efisiensinya
tidak menentu. Penderita anemia aplastik kronik dipertahankan pada hemoglobin (Hb)
2. Obat hanya diberikan kepada pasien yang tidak dapat dilakukan cangkok sumsum
tulang
vaskuler dari tulang). 5-10 mg/kg methylprednisolone, 3-14 hari. Hasilnya tidak
jelas.
4. Hindari pemberian obat anti agregasi trombosit ( aspirin, AINS) atau obat yang
(kuda): jika pasien tidak menunjukkan respon atau relaps, gunakan ATG (kelinci),
efek samping makin trombositopeni. Dosis :15-40 mg/kg/hari selama 4-10 hari
6. Siklosporin
7. Terapi untuk kasus refrakter ATG. Dosis 3-7 mg/hari selama 4-6 bulan. Kadar dalam
8. Androgen (Danazol 5 mg/kg/hari selama 6 bulan). Tidak efektif untuk terapi tunggal
9. Terapi suportif
10. Delapan tahun setelah terapi imunosupresi akan timbul reaksi anemia dan
9
b. Kontraindikasi : gagal hati, kanker prostat dan payudara, kehamilan, hati-hati
e. Efek samping utama : Ikterus kolestatik reversibel, tumor hati, peliosis hati,
Penderita anemia aplastik berusia muda yang terjadi secara sekunder akibat
kerusakan sel induk memberi respon yang baik terhadap tranplantasi sumsum tulang dari
donor yang cocok (saudara kandung dengan antigen leukosit manusia [HLA] yang
cocok). Pada kasus-kasus yang dianggap terjadi reaksi imunologis maka digunakan
globulin antitimosit (ATG) yang mengandung antibodi untuk melawan sel T manusia
untuk mendapatkan remisi sebagian. Terapi semacam ini dianjurkan untuk penderita yang
agak tua atau untuk penderita yang tidak mempunyai saudara kandung yang cocok.
Daftar Pustaka
10
1. Jose A Perez. ANEMIA. Dalam http://www.emedicine.com. Last Update 29 Januari
2007
2. Muhammad Riswan. ANEMIA. Dalam Anemia Defesiensi Besi Pada Wanita Hamil
January 2007
5. Blanche P. Alter, Jeffrey Michael Lipton. Bone Marrow Failure Syndromes. Dalam
8. Adi Koesoma Aman. Anemia. Dalam Klasifikasi Anemia Dan Etiologi. Last Update
2003
11
12