Anda di halaman 1dari 15

TUGAS SOCA TENTANG ANEMIA

I. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi Anemia
Anemia adalah suatu gangguan kekurangan sel darah merah, sedangkan sel darah
merah berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh organ tubuh. dan apabila sel
darah merah dalam tubuh rendah, maka jumlah oksigen dalam tubuh juga rendah.
Gejala anemia disebabkan oleh kurangnya kadar oksigen yang mengalir ke jaringan
dan organ tubuh. Sel darah merah diukur berdasarkan jumlah hemoglobin dalam
tubuh. Sebab, hemoglobin sendiri suatu protein kaya zat besi dalam sel darah merah
yang membawa oksigen dari paru- paru keseluruh tubuh, selain itu , hemoglobin juga
membawa sel darah merah yang jenuh dengan karbondioksida kembali ke paru-
paru yang dikeluarkan(Yamada et al., 2017).

B. Jenis jenis anemia


1. Anemia defisiensi zat besi

Anemia defisiensi besi adalah jenis anemia akibat kurangnya kadar zat besi dalam
darah. Tanpa zat besi yang cukup, tubuh tidak dapat memproduksi cukup hemoglobin
untuk mengalirkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Defisiensi zat besi pada umumnya
disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dari makanan sehat, atau akibat trauma
kecelakaan yang menyebabkan banyak perdarahan sehingga persediaan zat besi ikut
hilang.

2. Anemia defisiensi vitamin

Seperti namanya, anemia jenis ini terjadi ketika tubuh kekurangan asupan vitamin yang
berperan penting dalam pembentukan sel darah merah sehat. Beberapa vitamin tersebut
adalah vitamin B12, B9 atau folat (juga dikenal sebagai asam folat), dan vitamin C.
Anemia megaloblastik dan anemia pernisiosa adalah macam-macam anemia yang secara
spesifik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 atau folat. Selain karena kurang asupan
makanan bergizi, anemia defisiensi vitamin juga dapat disebabkan oleh adanya masalah
pada sistem pencernaan atau penyerapan makanan. Ini dapat terjadi pada beberapa orang
dengan masalah luka atau gangguan usus, seperti penyakit Celiac sehingga sulit
memproses atau menyerap vitamin B12, vitamin C, atau asam folat dengan baik. Di sisi
lain, risiko anemia defisiensi vitamin juga dapat meningkat ketika kebutuhan vitamin tubuh
meningkat tapi upaya untuk memenuhinya tetap tidak cukup, misalnya pada ibu hamil dan
penderita kanker.

3. Anemia aplastik

Anemia aplastik adalah kondisi saat tubuh Anda berhenti memproduksi cukup sel darah
merah sehat yang baru. Ini adalah kondisi yang cukup serius, tapi jarang terjadi. Kondisi
ini terjadi akibat adanya kerusakan atau kelainan pada sumsum tulang Anda. Sumsum
tulang itu sendiri adalah sel induk yang menghasilkan komponen darah, mulai dari sel
darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Kerusakan pada sumsum tulang dapat
memperlambat atau mematikan produksi sel darah baru. Maka pada orang dengan anemia
aplastik, sumsum tulang mereka bisa saja kosong (aplastik) atau mengandung sangat
sedikit sel darah (hipoplastik).

4. Anemia sel sabit

Anemia sel sabit termasuk dalam klasifikasi anemia karena keturunan. Jenis anemia ini
disebabkan oleh kerusakan genetik pada gen pembentuk hemoglobin dalam darah Anda.

Anda bisa berisiko terkena anemia sel sabit apabila ada salah satu dari orangtua Anda
memiliki gen mutasi pemicu anemia sel sabit.Mutasi genetik ini kemudian mengakibatkan
keping sel darah merah yang diproduksi jadi berbentuk seperti bulan sabit, dengan tekstur
kaku dan lengket. Seharusnya, sel darah merah yang sehat berbentuk bulat pipih yang
mudah mengalir di dalam pembuluh.

5. Anemia thalasemia

Thalasemia juga termasuk salah satu jenis anemia yang diturunkan dalam keluarga.
Thalasemia terjadi saat tubuh membuat bentuk hemoglobin yang tidak normal. Akibatnya,
sel-sel darah merah tidak dapat berfungsi dengan benar dan tidak membawa cukup
oksigen. Sel darah abnormal disebabkan oleh mutasi genetik atau hilangnya gen penting
tertentu dalam faktor pembuatan darah. Gejala thalasemia tergantung pada tingkat
keparahan kondisi dan jenis yang Anda miliki. Penderita thalasemia sedang atau berat
mengalami berisiko masalah pertumbuhan, pembesaran limpa, masalah tulang, dan
penyakit kuning.

6. Anemia defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD)

Anemia defisiensi G6PD terjadi ketika sel-sel darah merah Anda kehilangan enzim
penting yang disebut G6PD. Kurangnya enzim G6PD menyebabkan sel-sel darah merah
Anda pecah dan mati ketika bersentuhan dengan zat-zat tertentu dalam aliran darah.
Anemia ini termasuk dalam jenis kekurangan darah akibat keturunan. Bagi yang mengidap
anemia defisiensi G6PD, infeksi, stres berat, hingga asupan makanan atau obat-obatan
tertentu dapat menyebabkan kerusakan sel darah merah. Beberapa contoh pemicu tersebut
termasuk obat antimalaria, aspirin, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dan obat sulfa.

7. Anemia hemolitik autoimun (AHA)

Anemia hemolitik adalah klasifikasi untuk jenis anemia yang bisa diturunkan ataupun
tidak, alias didapatkan semasa hidup. Penyebabnya belum diketahui jelas. Dugaan
sementara, anemia hemolitik autoimun ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh keliru
mengenali sel darah merah sehat sebagai sesuatu yang mengancam. Akibatnya, antibodi
bereaksi untuk menyerang dan menghancurkannya.

8. Diamond Blackfan Anemia (DBA)

Diamond Blackfan Anemia (DBA) adalah kelainan darah langka yang biasanya
didiagnosis pada anak-anak selama tahun pertama kehidupan mereka. Anak-anak dengan
DBA tidak membuat cukup sel-darah merah. Sebagian besar, tanda-tanda atau gejala
anemia muncul pada usia 2 bulan, dan diagnosis DBA biasanya dibuat pada tahun pertama
kehidupan anak.

Penderita DBA mengalami gejala umum anemia, seperti:

 kulit pucat,

 kantuk,

 sifat lekas marah,


 denyut jantung yang cepat, dan

 murmur jantung.

Dalam beberapa kasus, tidak ada gejala-gejala fisik yang jelas dari DBA. Namun,
sekitar 30-47% penderita DBA memiliki cacat lahir atau fitur abnormal yang umumnya
melibatkan wajah, kepala, dan tangan (terutama jempol). Selain itu, penderita DBA juga
kemungkinan memiliki cacat jantung, ginjal, saluran kemih, dan organ genital. Anak yang
menderita DBA cenderung memiliki usia yang lebih pendek dan mungkin mengalami
pubertas lebih lambat dari anak normal. DBA dapat diturunkan melalui keluarga. Sekitar
separuh pasien anak-anak didiagnosis dengan gangguan gen yang abnormal telah
diidentifikasi dan dapat berkontribusi pada penyebab DBA. Pada anak-anak lain dengan
DBA, tidak ada gen abnormal ditemukan dan penyebabnya tidak diketahui.

Pengobatan anemia yang mungkin diberikan termasuk obat-obatan, transfusi darah, dan
transplantasi sumsum tulang. DBA pernah dianggap sebagai penyakit yang terjadi hanya
pada anak-anak. Dengan pengobatan yang lebih sukses, banyak anak-anak bertahan hidup
hingga menjadi dewasa dan lebih banyak orang dewasa sekarang hidup dengan penyakit
ini. Sekitar 20% orang dengan DBA mengalami remisi setelah pengobatan. Remisi berarti
tanda-tanda dan gejala anemia telah menghilang selama lebih dari enam bulan tanpa
pengobatan. Remisi dapat berlangsung selama bertahun-tahun atau bahkan permanen.
Komplikasi umum dari DBA adalah kelebihan zat besi, yang dapat memengaruhi jantung
dan hati. Kondisi ini hasil dari transfusi yang diperlukan untuk pengobatan.

9. Anemia fanconi

Anemia fanconi adalah gangguan darah di mana sumsum tulang tidak membuat sel-sel
darah yang cukup atau membuat jenis sel-sel darah abnormal. Kondisi ini dapat menurun
dalam keluarga, diturunkan dari generasi ke generasi. Kebanyakan orang dengan anemia
fanconi didiagnosis antara usia 2-15 tahun. Orang yang memiliki anemia ini mungkin
hanya hidup selama 20-30 tahun.
Berikut adalah beberapa tanda-tanda dan gejala anemia fanconi.

 Cacat lahir yang melibatkan ginjal, tangan, kaki, tulang, tulang belakang, penglihatan,
atau pendengaran.

 Berat badan lahir rendah.

 Kesulitan makan.

 Kurangnya keinginan untuk makan.

 Ketidakmampuan belajar.

 Pertumbuhan tertunda atau lambat.

 Kepala kecil.

 Kelelahan.

 Anemia atau jumlah darah yang rendah.

Perempuan dengan anemia fanconi mungkin menstruasi lebih lambat dari perempuan lain
dan mengalami kesulitan untuk hamil atau menjalani persalinan. Mereka juga mungkin
mengalami menopause dini. Menderita anemia fanconi dapat meningkatkan risiko kanker
jenis tertentu, seperti leukemia, tumor di mulut atau kerongkongan, hingga kanker organ
reproduksi.

10. Anemia sideroblastik

Anemia sideroblastik adalah jenis anemia langka, ditandai dengan adanya kelebihan zat
besi. Anemia sideroblastik disebabkan oleh sumsum tulang yang menghasilkan sel darah
imatur (sideroblas) berbentuk cincin, bukannya kepingan cakram seperti sel darah merah
yang sehat (eritrosit). Pada orang yang memiliki anemia sideroblastik, tubuhnya memiliki
zat besi tetapi tidak dapat memasukkannya ke dalam hemoglobin. Hemoglobin adalah
protein yang dibutuhkan sel darah merah untuk mengangkut oksigen secara efisien.
Kelebihan zat besi di dalam tubuh membuat sel imatur mengandung banyak radikal bebas
yang dapat menghancurkan sel-sel darah merah sehat. Akibatnya, sel darah merah jadi
lebih cepat mati dan berkurang jumlahnya. Gejala anemia sideroblastik mirip dengan gejala
anemia pada umumnya, seperti mudah lelah dan sulit bernapas.
Beberapa gejala anemia sideroblastik lainnya yang mungkin muncul, antara lain:

 warna kulit pucat,


 denyut jantung yang cepat (takikardia),
 sakit kepala,
 palpitasi jantung, dan
 sakit pada dada.
Anemia sideroblastik adalah kondisi yang dapat diatasi dengan beberapa perawatan
tertentu, seperti suplemen vitamin B6, obat pengurang zat besi, transfusi darah, hingga
transplantasi sumsum tulang. Meski beberapa jenis anemia diturunkan dan tak terelakkan,
ada masih bisa mencegah anemia jenis lainnya. Cara yang bisa dilakukan yakni dengan
mengonsumsi makanan penambah darah yang bergizi dan memenuhi kebutuhan vitamin
yang berperan dalam pembentukan sel darah merah.

C. Etiologi Anemia
1. Lemah, letih, lelah dan lesu

2. Pusing, dan mata berkunang – kunang

3. Pucat pada bibir, lidah, kelopak mata, kulit. Pucat tersebut


diakibatkan oleh kurangnya vilume darah dan Hb, vasokontriksi.
4. Kelemahan
5. Asam folat, vitamin C, dan unsur – unsur yang dibutuhkan pada
pembentukan sel darah merah.
6. Darah menstruasi yang berlebih berkurangnya zat besi yang dapat
menyebabkan anemia
7. Wanita hamil sering terjadi anemia karena dalam
pertumbuhannya janin menyerap zat besi dan vitamin.
8. Penyakit tertentu yang mana mengakibatkan perdarahan terus menerus
D. Patofisiologi
Anemia merupakan suatu penyakit yang ditandai penurunan kadar hemoglobin ( Hb )
dan sel darah merah ( eritrosit ) dibawah normal. Pria dikatakan anemia apabila kadar
Hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41 %. Begitupun dengan
wanita, apabila kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37 %.
Anemia bukan merupakan suatu penyakit, melainkan dari suatu bentuk pencerminan
keadaan penyakit akibat adanya gangguan fungsi tubuh yang mana hemoglobin yang
berfungsi mengangkut oksigen mengalami penurunan.Banyak tipe anemia dengan
beragam penyebabnya.Sehingga mengalami penurunan pada kapasitas sel darah merah
dalam mengangkut oksigen.
Anemia menurut (Putri, 2013) mencerminkan adanya kegagalan sum–sum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau kedua nya. Kegagalan sum –sum
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan
akibat penyebab yang tidak di ketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (dekstruksi), hal ini dapat terjadi akibat defek sel darah
merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal yang menyebabkan
dekstruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagostik atau dalam sistem
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek samping proses ini,
bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
dekstruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma. Konsentrasi normal nya 1mg/dL atau kurang, bila kadar diatas 1,5
mg/dL akan mengakibatkan interik pada sklera.

E. Patway
F. Manifestasi Klinik/ Tanda dan Gejala
Tanda- tanda anemia itu disebabkan karena jumlah sel darah merah rendah
akibatnya berkurangnya pengiriminan oksigen ke setiap jaringan pada tubuh.Anemia
bisa memeperburuk kondisi medis lainya yang mendasari (Poerwati, 2011).
Tanda – tanda anemia sebagai berikut :
1. Lesu, lemah, letih, lalai dan lelah

2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang- kunang

3. Terlihat pucat kelopak mata, bibir, lidah, ringan, kulit, telapak tangan

4. Nafsu makan menurun

5. Sesak nafas

6. Adanya keluhan seputar infeksi, seperti demam, nyeri badan

7. Riwayat terjadinya perdarahan (Amirudin Ali et al., 2012).

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes darah lengkap / Complete Blood Count )

2. Pemeriksaan yang dilakukan dengan mengukur kadar sel darah di dalam


sampel darah. Yang dilihat dari jumlah hematokrit (sel darah merah dalam
tubuh ).
3. Pemeriksaan sel darah merah

4. Pemeriksaan yang dilakukan untuk memastikan ukuran dan bentuk sel


darah merah.
5. Pemeriksaan kadar zat besi,ferritin, vitamin B12, tes diagnostic tambahan.
6. Pemeriksaan yang dibutuhkan berfungsi untuk menentukan penyebab
anemia.
7. melakukan pengujian pada sampel tulang sumsum untuk mendeteksi
anemia (DeLoughery, 2014).
Pemeriksaan penunjang pada anemia :

a. Antibiotik pada pasien ini dengan jumlah sel neutrofil yang rendah (neutropenia),
maka akan sering mengalami infeksi. Untuk itu diperlukan antibiotik dibutuhkan
untuk melawan untuk melawan infeksi tersebut.
b. Transfusi darah

Dilakukan pada penderita anemia yang mengalami pendarahan dan infeksi


c. Imunoterapi

Anemia dapat disebabkan oleh gangguan autoimun, maka diberikan obat


untuk menekan sistem imun.
d. Transplantasi sum sum tulang

Transplantasi ini dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang telah


rusak. Transplantasi juga metode pengobatan yang dapat bersifat
menyembuhkan. (Neli Agustin & Maani, 2019).
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaa Anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang

a. Anemia aplastik
1) Tranplantasi sumsum tulang

2) Peberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG )

b. Anemia pada penyakit ginjal

1) Pada pasien dialysis harus ditanganidengan pemberian besi dan asam folat

2) Ketersediaan eritropeotin rekombinan

c. Anemia pada penyakit kronis


Pada anemia tidak menunjukan gejala dan memerlukan penanganan khusus. Besi
sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat

d. Anemia pada defiensi besi

1) Penyebab dari defisiensi besi

2) Menggunakan preparat besi oral

e. Anemia megaloblastik

1) Difisiensi vitamin B12 dengan pemberian vitamin B12 yang dapat diberikan
dengan injeksi B12.
2) Terapi Vitamin B12 diberikan pada pasien selama hidup untuk mencegah
kekambuhan anemia.
f. Anemia defisiensi asam folat penangananya dengan diet dan penambahan asam
folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorsi (Safira, 2019).
I. Referensi (MINIMAL 3 BUAH)
1. Ainun, I. N. (2019). DASAR – DASAR PENENTUAN DIAGNOSA DALAM
ASUHAN KEPERAWATAN.
2. Amirudin Ali, M., Sugiyanto, Z., & Fakultas Kesehatan Univeritas Dian
Nuswantoro, A. (2012). HUBUNGAN INVEKSI HELMINTHIASIS
DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (HB) PADA SISWA SD
GEDONGBINA REMAJA KOTA SEMARANG 2011. In JURNAL VISIKES
(Vol. 11, Issue 2).
3. Anemia | Tanda dan Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, Cara Mencegah.
(n.d.).
4. Retrieved April 10, 2021,
5. ANEMIA DEFISIENSI BESI | Fitriany | AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan Malikussaleh. (n.d.). Retrieved March 28, 2021,

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Fokus (Mengacu pada data Mayor dan Minor diagnose keperawatan SDKI)
1. Perfusi perifel tidak efektif
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : -

Objektif :
1. Pengisian kapiler >3 detik.
2. Nadi perifer menurun atau tidak teraba.
3. Akral teraba dingin.
4. Warga kulit pucat.
5. Turgor kulit menurun.

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif :
1. Parastesia.
2. Nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten).

Objektif:
1. Edema.
2. Penyembuhan luka lambat.
3. Indeks ankle-brachial < 0,90.
4. Bruit femoral
2. Nyeri kronis
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh nyeri
2. Merasa depresi (tertekan)

Objektif
1. Tampak meringis
2. Gelisah
3. Tidak mampu menuntaskan aktivitas
a.
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Merasa takut mengalami cedera berulang

Objektif
1. Bersikap protektif (mis. posisi menghindari nyeri)
2. Waspada
3. Pola tidur berubah
4. Anoreksia
5. Fokus menyempit
6. Fokus pada diri sendiri

3. Intoleransi aktivitas
Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
1. Mengeluh lelah
Objektif:
b. 1. Frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
1. Dispnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
Objektif
1. Tekanan darah berubah >20% darikondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4. Sianosis

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN KEBUTUHAN OKSIGENASI (SDKI)


1. Perfusi perifer tidak efektif bd penurunan konsentrasi hemoglobin
2. Nyeri kronis bd Kondisi muskuloskeletal kronis
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

C. PERENCANAAN
a. Tujuan (smart) (Standar Keluaran)
1. Perfusi perifer tidak efektif
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan perfusi perifer
meningkat dengan kriteria hasil :
1. Kekuatan nadi perifer meningkat
2. Warna kulit pucat menurun
3. Pengisian kapiler membaik
4. Akral membaik
5. Turgor kulit membaik

2. Nyeri kronis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan nyeridapat
menurun dengan kriteria hasil

1. Keluhan nyeri menurun


2. Perasaan depresi menurun
3. Meringis menurun
4. Gelisah menurun
5. Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat

1. Intoleransi aktivitas
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan toleransi
aktivitas meningkat dengan kriteria hasil :

1. Frekuensi nadi menignkat


2. Saturasi oksigen meningkat
3. Keluhan lelah menurun
4. Dispnea saat/setelah aktivitas menurun
5. Perasaan lemah menurun

D. Rencana Tindakan (SIKI)


1. Perfusi perifer tidak efektif
 Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
ankle-brachial index)
 Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis: diabetes, perokok, orang tua,
hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi)
 Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
 Hindari pemasangan infus, atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
 Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cidera
 Lakukan pencegahan infeksi
 Lakukan perawatan kaki dan kuku
 Lakukan hidrasi
 Anjurkan berhenti merokok
 Anjurkan berolahraga rutin
 Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
 Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
 Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
 Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
 Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis: melembabkan kulit kering pada
kaki)
 Anjurkan program rehabilitasi vaskular
 Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis: rendah lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
 Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis: rasa sakit yang
tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa).

2. Nyeri kronis
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Idenfitikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
 Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
 Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri

3. Intoleransi aktivitas
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisikdan emosional
 Monitor pola danjam tidur
 Monitor ketidaknyamanan selama beraktivitas
 Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

4. Daftar Pustaka
Tim pokjaSDKI DPP PPNI 2017 standar diagnosa keperawatan Indonesia edisi 1 jakarta:
dewan pengurus pusat PPNI
Tim pokjaSIKI DPP PPNI 2018 standar intervensi keperawatan Indonesia edisi 1 jakarta:
dewan pengurus pusat PPNI
Tim pokjaSLKI DPP PPNI 2019 standar luaran keperawatan Indonesia edisi 1 jakarta
dewan pengurus pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai