I. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi Anemia
Anemia adalah suatu gangguan kekurangan sel darah merah, sedangkan sel darah
merah berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh organ tubuh. dan apabila sel
darah merah dalam tubuh rendah, maka jumlah oksigen dalam tubuh juga rendah.
Gejala anemia disebabkan oleh kurangnya kadar oksigen yang mengalir ke jaringan
dan organ tubuh. Sel darah merah diukur berdasarkan jumlah hemoglobin dalam
tubuh. Sebab, hemoglobin sendiri suatu protein kaya zat besi dalam sel darah merah
yang membawa oksigen dari paru- paru keseluruh tubuh, selain itu , hemoglobin juga
membawa sel darah merah yang jenuh dengan karbondioksida kembali ke paru-
paru yang dikeluarkan(Yamada et al., 2017).
Anemia defisiensi besi adalah jenis anemia akibat kurangnya kadar zat besi dalam
darah. Tanpa zat besi yang cukup, tubuh tidak dapat memproduksi cukup hemoglobin
untuk mengalirkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Defisiensi zat besi pada umumnya
disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dari makanan sehat, atau akibat trauma
kecelakaan yang menyebabkan banyak perdarahan sehingga persediaan zat besi ikut
hilang.
Seperti namanya, anemia jenis ini terjadi ketika tubuh kekurangan asupan vitamin yang
berperan penting dalam pembentukan sel darah merah sehat. Beberapa vitamin tersebut
adalah vitamin B12, B9 atau folat (juga dikenal sebagai asam folat), dan vitamin C.
Anemia megaloblastik dan anemia pernisiosa adalah macam-macam anemia yang secara
spesifik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 atau folat. Selain karena kurang asupan
makanan bergizi, anemia defisiensi vitamin juga dapat disebabkan oleh adanya masalah
pada sistem pencernaan atau penyerapan makanan. Ini dapat terjadi pada beberapa orang
dengan masalah luka atau gangguan usus, seperti penyakit Celiac sehingga sulit
memproses atau menyerap vitamin B12, vitamin C, atau asam folat dengan baik. Di sisi
lain, risiko anemia defisiensi vitamin juga dapat meningkat ketika kebutuhan vitamin tubuh
meningkat tapi upaya untuk memenuhinya tetap tidak cukup, misalnya pada ibu hamil dan
penderita kanker.
3. Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah kondisi saat tubuh Anda berhenti memproduksi cukup sel darah
merah sehat yang baru. Ini adalah kondisi yang cukup serius, tapi jarang terjadi. Kondisi
ini terjadi akibat adanya kerusakan atau kelainan pada sumsum tulang Anda. Sumsum
tulang itu sendiri adalah sel induk yang menghasilkan komponen darah, mulai dari sel
darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Kerusakan pada sumsum tulang dapat
memperlambat atau mematikan produksi sel darah baru. Maka pada orang dengan anemia
aplastik, sumsum tulang mereka bisa saja kosong (aplastik) atau mengandung sangat
sedikit sel darah (hipoplastik).
Anemia sel sabit termasuk dalam klasifikasi anemia karena keturunan. Jenis anemia ini
disebabkan oleh kerusakan genetik pada gen pembentuk hemoglobin dalam darah Anda.
Anda bisa berisiko terkena anemia sel sabit apabila ada salah satu dari orangtua Anda
memiliki gen mutasi pemicu anemia sel sabit.Mutasi genetik ini kemudian mengakibatkan
keping sel darah merah yang diproduksi jadi berbentuk seperti bulan sabit, dengan tekstur
kaku dan lengket. Seharusnya, sel darah merah yang sehat berbentuk bulat pipih yang
mudah mengalir di dalam pembuluh.
5. Anemia thalasemia
Thalasemia juga termasuk salah satu jenis anemia yang diturunkan dalam keluarga.
Thalasemia terjadi saat tubuh membuat bentuk hemoglobin yang tidak normal. Akibatnya,
sel-sel darah merah tidak dapat berfungsi dengan benar dan tidak membawa cukup
oksigen. Sel darah abnormal disebabkan oleh mutasi genetik atau hilangnya gen penting
tertentu dalam faktor pembuatan darah. Gejala thalasemia tergantung pada tingkat
keparahan kondisi dan jenis yang Anda miliki. Penderita thalasemia sedang atau berat
mengalami berisiko masalah pertumbuhan, pembesaran limpa, masalah tulang, dan
penyakit kuning.
Anemia defisiensi G6PD terjadi ketika sel-sel darah merah Anda kehilangan enzim
penting yang disebut G6PD. Kurangnya enzim G6PD menyebabkan sel-sel darah merah
Anda pecah dan mati ketika bersentuhan dengan zat-zat tertentu dalam aliran darah.
Anemia ini termasuk dalam jenis kekurangan darah akibat keturunan. Bagi yang mengidap
anemia defisiensi G6PD, infeksi, stres berat, hingga asupan makanan atau obat-obatan
tertentu dapat menyebabkan kerusakan sel darah merah. Beberapa contoh pemicu tersebut
termasuk obat antimalaria, aspirin, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dan obat sulfa.
Anemia hemolitik adalah klasifikasi untuk jenis anemia yang bisa diturunkan ataupun
tidak, alias didapatkan semasa hidup. Penyebabnya belum diketahui jelas. Dugaan
sementara, anemia hemolitik autoimun ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh keliru
mengenali sel darah merah sehat sebagai sesuatu yang mengancam. Akibatnya, antibodi
bereaksi untuk menyerang dan menghancurkannya.
Diamond Blackfan Anemia (DBA) adalah kelainan darah langka yang biasanya
didiagnosis pada anak-anak selama tahun pertama kehidupan mereka. Anak-anak dengan
DBA tidak membuat cukup sel-darah merah. Sebagian besar, tanda-tanda atau gejala
anemia muncul pada usia 2 bulan, dan diagnosis DBA biasanya dibuat pada tahun pertama
kehidupan anak.
kulit pucat,
kantuk,
murmur jantung.
Dalam beberapa kasus, tidak ada gejala-gejala fisik yang jelas dari DBA. Namun,
sekitar 30-47% penderita DBA memiliki cacat lahir atau fitur abnormal yang umumnya
melibatkan wajah, kepala, dan tangan (terutama jempol). Selain itu, penderita DBA juga
kemungkinan memiliki cacat jantung, ginjal, saluran kemih, dan organ genital. Anak yang
menderita DBA cenderung memiliki usia yang lebih pendek dan mungkin mengalami
pubertas lebih lambat dari anak normal. DBA dapat diturunkan melalui keluarga. Sekitar
separuh pasien anak-anak didiagnosis dengan gangguan gen yang abnormal telah
diidentifikasi dan dapat berkontribusi pada penyebab DBA. Pada anak-anak lain dengan
DBA, tidak ada gen abnormal ditemukan dan penyebabnya tidak diketahui.
Pengobatan anemia yang mungkin diberikan termasuk obat-obatan, transfusi darah, dan
transplantasi sumsum tulang. DBA pernah dianggap sebagai penyakit yang terjadi hanya
pada anak-anak. Dengan pengobatan yang lebih sukses, banyak anak-anak bertahan hidup
hingga menjadi dewasa dan lebih banyak orang dewasa sekarang hidup dengan penyakit
ini. Sekitar 20% orang dengan DBA mengalami remisi setelah pengobatan. Remisi berarti
tanda-tanda dan gejala anemia telah menghilang selama lebih dari enam bulan tanpa
pengobatan. Remisi dapat berlangsung selama bertahun-tahun atau bahkan permanen.
Komplikasi umum dari DBA adalah kelebihan zat besi, yang dapat memengaruhi jantung
dan hati. Kondisi ini hasil dari transfusi yang diperlukan untuk pengobatan.
9. Anemia fanconi
Anemia fanconi adalah gangguan darah di mana sumsum tulang tidak membuat sel-sel
darah yang cukup atau membuat jenis sel-sel darah abnormal. Kondisi ini dapat menurun
dalam keluarga, diturunkan dari generasi ke generasi. Kebanyakan orang dengan anemia
fanconi didiagnosis antara usia 2-15 tahun. Orang yang memiliki anemia ini mungkin
hanya hidup selama 20-30 tahun.
Berikut adalah beberapa tanda-tanda dan gejala anemia fanconi.
Cacat lahir yang melibatkan ginjal, tangan, kaki, tulang, tulang belakang, penglihatan,
atau pendengaran.
Kesulitan makan.
Ketidakmampuan belajar.
Kepala kecil.
Kelelahan.
Perempuan dengan anemia fanconi mungkin menstruasi lebih lambat dari perempuan lain
dan mengalami kesulitan untuk hamil atau menjalani persalinan. Mereka juga mungkin
mengalami menopause dini. Menderita anemia fanconi dapat meningkatkan risiko kanker
jenis tertentu, seperti leukemia, tumor di mulut atau kerongkongan, hingga kanker organ
reproduksi.
Anemia sideroblastik adalah jenis anemia langka, ditandai dengan adanya kelebihan zat
besi. Anemia sideroblastik disebabkan oleh sumsum tulang yang menghasilkan sel darah
imatur (sideroblas) berbentuk cincin, bukannya kepingan cakram seperti sel darah merah
yang sehat (eritrosit). Pada orang yang memiliki anemia sideroblastik, tubuhnya memiliki
zat besi tetapi tidak dapat memasukkannya ke dalam hemoglobin. Hemoglobin adalah
protein yang dibutuhkan sel darah merah untuk mengangkut oksigen secara efisien.
Kelebihan zat besi di dalam tubuh membuat sel imatur mengandung banyak radikal bebas
yang dapat menghancurkan sel-sel darah merah sehat. Akibatnya, sel darah merah jadi
lebih cepat mati dan berkurang jumlahnya. Gejala anemia sideroblastik mirip dengan gejala
anemia pada umumnya, seperti mudah lelah dan sulit bernapas.
Beberapa gejala anemia sideroblastik lainnya yang mungkin muncul, antara lain:
C. Etiologi Anemia
1. Lemah, letih, lelah dan lesu
E. Patway
F. Manifestasi Klinik/ Tanda dan Gejala
Tanda- tanda anemia itu disebabkan karena jumlah sel darah merah rendah
akibatnya berkurangnya pengiriminan oksigen ke setiap jaringan pada tubuh.Anemia
bisa memeperburuk kondisi medis lainya yang mendasari (Poerwati, 2011).
Tanda – tanda anemia sebagai berikut :
1. Lesu, lemah, letih, lalai dan lelah
3. Terlihat pucat kelopak mata, bibir, lidah, ringan, kulit, telapak tangan
5. Sesak nafas
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes darah lengkap / Complete Blood Count )
a. Antibiotik pada pasien ini dengan jumlah sel neutrofil yang rendah (neutropenia),
maka akan sering mengalami infeksi. Untuk itu diperlukan antibiotik dibutuhkan
untuk melawan untuk melawan infeksi tersebut.
b. Transfusi darah
a. Anemia aplastik
1) Tranplantasi sumsum tulang
1) Pada pasien dialysis harus ditanganidengan pemberian besi dan asam folat
e. Anemia megaloblastik
1) Difisiensi vitamin B12 dengan pemberian vitamin B12 yang dapat diberikan
dengan injeksi B12.
2) Terapi Vitamin B12 diberikan pada pasien selama hidup untuk mencegah
kekambuhan anemia.
f. Anemia defisiensi asam folat penangananya dengan diet dan penambahan asam
folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorsi (Safira, 2019).
I. Referensi (MINIMAL 3 BUAH)
1. Ainun, I. N. (2019). DASAR – DASAR PENENTUAN DIAGNOSA DALAM
ASUHAN KEPERAWATAN.
2. Amirudin Ali, M., Sugiyanto, Z., & Fakultas Kesehatan Univeritas Dian
Nuswantoro, A. (2012). HUBUNGAN INVEKSI HELMINTHIASIS
DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (HB) PADA SISWA SD
GEDONGBINA REMAJA KOTA SEMARANG 2011. In JURNAL VISIKES
(Vol. 11, Issue 2).
3. Anemia | Tanda dan Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, Cara Mencegah.
(n.d.).
4. Retrieved April 10, 2021,
5. ANEMIA DEFISIENSI BESI | Fitriany | AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan Malikussaleh. (n.d.). Retrieved March 28, 2021,
Objektif :
1. Pengisian kapiler >3 detik.
2. Nadi perifer menurun atau tidak teraba.
3. Akral teraba dingin.
4. Warga kulit pucat.
5. Turgor kulit menurun.
Objektif:
1. Edema.
2. Penyembuhan luka lambat.
3. Indeks ankle-brachial < 0,90.
4. Bruit femoral
2. Nyeri kronis
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh nyeri
2. Merasa depresi (tertekan)
Objektif
1. Tampak meringis
2. Gelisah
3. Tidak mampu menuntaskan aktivitas
a.
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Merasa takut mengalami cedera berulang
Objektif
1. Bersikap protektif (mis. posisi menghindari nyeri)
2. Waspada
3. Pola tidur berubah
4. Anoreksia
5. Fokus menyempit
6. Fokus pada diri sendiri
3. Intoleransi aktivitas
Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
1. Mengeluh lelah
Objektif:
b. 1. Frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
1. Dispnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
Objektif
1. Tekanan darah berubah >20% darikondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4. Sianosis
C. PERENCANAAN
a. Tujuan (smart) (Standar Keluaran)
1. Perfusi perifer tidak efektif
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan perfusi perifer
meningkat dengan kriteria hasil :
1. Kekuatan nadi perifer meningkat
2. Warna kulit pucat menurun
3. Pengisian kapiler membaik
4. Akral membaik
5. Turgor kulit membaik
2. Nyeri kronis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan nyeridapat
menurun dengan kriteria hasil
1. Intoleransi aktivitas
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan toleransi
aktivitas meningkat dengan kriteria hasil :
2. Nyeri kronis
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Idenfitikasi respon nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
3. Intoleransi aktivitas
Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Monitor kelelahan fisikdan emosional
Monitor pola danjam tidur
Monitor ketidaknyamanan selama beraktivitas
Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
4. Daftar Pustaka
Tim pokjaSDKI DPP PPNI 2017 standar diagnosa keperawatan Indonesia edisi 1 jakarta:
dewan pengurus pusat PPNI
Tim pokjaSIKI DPP PPNI 2018 standar intervensi keperawatan Indonesia edisi 1 jakarta:
dewan pengurus pusat PPNI
Tim pokjaSLKI DPP PPNI 2019 standar luaran keperawatan Indonesia edisi 1 jakarta
dewan pengurus pusat PPNI