Anda di halaman 1dari 3

ANEMIA PADA LANSIA

Pada lansia, anemia merupakan gangguan yang cukup sering terjadi.


Penyebab kurang darah pada lansia sangatlah beragam, mulai dari
kurangnya kadar vitamin B12 dan folat di tubuh, hingga penyakit kronis
seperti gangguan ginjal. Meski sering terjadi, anemia pada lansia tetap
bukanlah kondisi yang normal.

Pada lansia, kondisi anemia perlu diwaspadai. Pasalnya, lansia dengan


anemia ringan saja, sudah mulai berisiko mengalami penurunan
kondisi kesehatan secara keseluruhan.

Kondisi anemia dikatakan ringan, apabila kadar hemoglobin di tubuh


masih dalam rentang normal, tapi sudah berada di batas bawahnya.
Rentang normal kadar hemoglobin adalah 14-17 mg/dL untuk pria,
dan 12-15 mg/dL untuk wanita.

Salah satu contoh bahaya anemia yang bisa timbul adalah peningkatan
risiko kematian, bagi lansia yang memiliki riwayat gagal jantung, dan
memiliki kadar hemoglobin yang rendah. Selain gagal jantung , lansia
yang memiliki riwayat kanker dan HIV juga berisiko lebih tinggi
mengalami kematian, akibat kondisinya.

Tidak hanya itu, berberapa kondisi ini juga bisa muncul pada lansia,
sebagai akibat kurang darah yang perlu diwaspadai.

 Lebih rentan terhadap penyakit.


 Kemampuan fisik menjadi berkurang.
 Menurunnya fungsi kognitif seperti daya ingat, kemampuan
berbicara, serta pemahaman akan kondisi sekitar.
 Berisiko lebih tinggi mengalami demensia.
 Menjadi sulit bergerak dan melakukan aktivitas sehari-hari.
 Lebih berisiko jatuh.
 Kepadatan tulang dan otot menjadi berkurang.
 Peningkatan risiko depresi.
 Ada beberapa jenis anemia yang bisa dialami lansia, di antaranya:
 1. Anemia chronic disorder
 Anemia chronic disorder (ACD), merupakan jenis anemia yang
paling umum diderita lansia. Lansia yang mengalami ACD, masih
memiliki cukup zat besi di tubuhnya. Namun, sumsum tulangnya
sudah tidak lagi mampu untuk menambahkan zat besi ke sel
darah merah.
 ACD umumnya timbul pada lansia yang memiliki riwayat kanker,
gagal ginjal kronis, penyakit vaskular kolagen, kanker, atau
infeksi kronis.
 2. Anemia defisiensi besi
 Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling
banyak diderita lansia setelah ACD. Anemia jenis ini bisa terjadi,
ketika tubuh mengalami kekurangan zat besi.
 Sementara itu, sumsum tulang membutuhkan zat besi untuk
membuat hemoglobin, yang merupakan bagian penting dari sel
darah merah. Sehingga, orang yang kekurangan zat besi, bisa
mengalami kurang darah.
 3. Anemia defisiensi vitamin B12 dan folat
 Tidak hanya zat besi, tubuh juga membutuhkan vitamin B12 dan
folat, untuk bisa membuat sel darah merah yang sehat. Sehingga,
kekurangan kadar vitamin B12 dan folat di tubuh, bisa
mengurangi produksi sel darah merah di tubuh.
 Anemia defisiensi vitamin B12 dan folat juga bisa terjadi, saat
lansia sebenarnya sudah cukup mengonsumsi asupan yang
mengandung keduanya, namun tubuh tidak dapat
memprosesnya.
 4. Anemia aplastik
 Meski jarang terjadi, anemia aplastik perlu lebih diwaspadai.
Pasalnya, pada kondisi ini, kematian menjadi salah satu bahaya
anemia yang bisa terjadi.
 Lansia dengan anemia aplastik, tidak dapat memproduksi sel
darah merah yang cukup. Kondisi ini dapat disebabkan oleh
infeksi, konsumsi obat tertentu, penyakit autoimun, dan paparan
bahan kimia.
 5. Anemia hemolitik
 Seseorang bisa mengalami jenis anemia ini, apabila sel darah
merah yang lama, sudah terlebih dahulu hancur, sebelum
sumsum tulang memproduksi sel darah merah baru.

PERTANYAAN
1. Nova izin bertanya Apakah transfusi sel darah merah lebih aman
daripada penggunaan obat-obatan?

2. Nova izin bertanya apakah nemia dapat disebabkan oleh  kanker


atau efek samping dari pengobatan kanker ?? Mohon
penjelasannya.

Anda mungkin juga menyukai