Anda di halaman 1dari 34

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Tanggal pengkajian : 10 Maret 2020

Nama Mahasiswa : Novalia Roza

B. IDENTITAS

1. Pasien

Nama : Tn. F

Umur : 53 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl Haji Said

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Wiraswata

Tanggal masuk : 10 Maret 2020

No. registrasi : 316461

Diagnosa medis : Asma Bronchial

2. Penanggung Jawab

Nama : Ny. S

Alamat : Jl Haji Said

26
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hubungan dengan pasien : Istri

C. RIWAYAT KESEHATAN

KELUHAN UTAMA : Tn. F mengatakan merasakan sesak nafas disertai batuk

berdahak.

1. Riwayat Kesehatan Sekarang :

Tn. F masuk UGD Puskesmas Tembilahan Kota Pada tanggal 10 Maret 2020

sekitar jam 13.50 WIB. Sebelum di bawa ke puskesmas Tembilahan Kota Tn. F

sejak 6 hari yang lalu mengeluh sesak nafas disertai batuk berdahak, kemudian

Tn. F memeriksakan Puskesmas terdekat, .Saat dikaji perawat UGD Tekanan

darah Tn.F 120/80 mmHg, pernafasan 32 x/menit, nadi 110 x/menit, suhu 37,5º

C.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu

Tn.F mengatakan sudah 1 tahun Tn. F menderita penyakit asma bronchial.Apabila

penyakitnya kambuh Tn. F selalu memeriksakan sakitnya ke Puskesmas terdekat.

Faktor pencetus penyakitnya kambuh dikarenakan oleh faktor cuaca dingin, debu,

bulu hewan, serta asap.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga (penyakit yang serupa, penyakit keturunan, dll)

Tn.F mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit asma

bronchial, dan penyakit keturunan seperti DM, dan penyakit menular seperti TBC,

hepatitis.

27
D. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL

1. Pola persepsi kesehatan dan manajemen

Tn.F tahu tentang penyakit yang diderita, Tn.F menceritakan keluhan yang

muncul kepada keluarga. Jika sakit Tn.F langsung memeriksakan Puskemas

terdekat.

2. Pola nutrisi

Sebelum sakit Tn F mengatakan makan 3x sehari, habis 1 piring dengan menu

makan nasi, sayur-mayur, dan lauk-pauk. Dalam 1 hari Tn F minum 8 gelas

ukuran sedang. Selama sakit Tn.F mengatakan makan 3x sehari, habis 1 piring

dengan menu yang diberikan dari rumah sakit yaitu nasi, sayur-mayur, dan lauk-

pauk. Dalam 1 hari Tn.F minum 8 gelas ukuran sedang, hanya saja jika mau

makan dan minum Tn. F dibantu oleh keluarganya.

3. Pola eliminasi

Sebelum sakit Tn.F BAB kurang lebih sehari 1x dengan konsistensi sedikit

lembek dan BAK kurang lebih 4 kali sehari dengan warna jernih dan berbau khas.

Selama sakit Tn.F BAB sehari 1x, dengan konsistensi sedikit lembek. BAK

seperti biasa 4 kali sehari, dalam satu kali BAK Tn. F mengeluarkan urin sampai

400 cc. Dalam satu hari ada 1600 cc.

28
4. Pola aktifitas dan latihan

Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √

Berpakaian √

Eliminasi √

Mobilisasi ditempat tidur √

Keterangan:

O. Mandiri

1. Dengan bantuan alat.

2. Dibantu orang lain

3. Dibantu orang lain dan peralatan.

4. Tergantung total.

29
5. Pola persepsi dan daya ingat yang kuat

Sebelum sakit Tn.F mengatakan didalam persepsi dan daya ingat tidak ada

masalah. Penglihatan baik, pengecapan dan sensori Tn.F baik. Tn.F dapat

membedakan manis, asam, pahit, dll. Selama sakit Tn. F mengatakan didalam

persepsi dan daya ingat tidak ada masalah. Penglihatan baik, pengecapan baik dan

sensori Tn. F dapat membedakan manis, asam, pahit, dll.

6. Pola tidur dan istirahat

Sebelum sakit Tn. F mengatakan tidur selama 8 jam, dari jam 20.30 WIB sampai

jam 04.30 WIB dan tidur siang selama 11/2 jam dari jam 14.30 WIB sampai jam

16.00 WIB. Selama sakit Tn. F mengatakan tidur terasa cukup yaitu selama 8 jam,

dari jam 21.30 WIB sampai jam 05.30 WIB dan tidur siang selama 11/2 jam dari

jam 14.30 WIB sampai jam 16.00 WIB.

7. Pola konsep pribadi dan persepsi pribadi

Sebelum sakit Tn.F mengatakan percaya pada dirinya sendiri bahwa apa yang

selama ini dia lakukan, itu semua semata-mata hanya ingin membahagiakan istri

dan anaknya.Selama sakit Tn. F mengatakan bahwa penyakit yang diderita itu

adalah cobaan dari Allah SWT bukanlah kutukan.

8. Pola peranan dan berhubungan

Tn. F mengatakan hubungan Tn. F dengan orang lain dan keluarga sangatlah baik.
Hinal ini terbukti dengan banyaknya warga yang menjenguknya selama dia di
rawat dipuskesmas .
9. Pola seksual dan reproduksi
Tn. F mengatakan merasa senang menjadi seorang ayah sebagai kepala rumah

tangga. Mempunyai 2 orang anak. Tidak ada gangguan pada genetalia Tn. F, dan

tidak ada gangguan dalam hubungan seksual, namun selama sakit Tn. F tidak

melakukan hubungan seksual karena kondisi fisiknya yang lemah.

10. Pola mengatasi stress

Tn. F mengatakan dalam mengatasi masalah Tn. F selalu terbuka, ketika sedang

ada masalah Tn. F selalu menceritakan keluh-kesah yang dialami pada

keluarganya.

11. Pola etika (nilai moral) dan kepercayaan

Tn. F beragama islam, Tn. F selalu shalat lima waktu. Selama sakit Tn. F

mengatakan hanya dapat shalat diatas tempat tidur dan berdo’a untuk

kesembuhannya.

E. PEMERIKSAAN FISIK

a. Kesadaran : Composmenthis

b. Vital Sign : TD= 120/80 mmHg, RR= 32x/menit

N= 110x/menit, S= 37,5º C

c. Pemeriksaan fisik

1) Kepala : Mesochepal, tidak ada jejas, rambut hitam, bersih.

2) Wajah : Bentuk oval, tidak ada luka, tidak berjerawat.

3) Mata : Penglihatan normal, konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, pupil

isokor.

4) Hidung : Penciuman 31
normal, tidak ada polip.

5) Telinga: Telinga simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik.


6) Mulut : Mulut bersih, tidak ada karies gigi dan gigi palsu, tidak ada
stomatitis, membran mukosa bibir lembab.
7) Mulut : Mulut bersih, tidak ada karies gigi dan gigi palsu, tidak ada
stomatitis, membran mukosa bibir lembab.
8) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
9) Jantung
Inspeksi = Dada simetris, tidak ada jejas
Palpasi = Pengembangan dada kanan dan kiri sama
Perkusi = Bunyi redup
Auskultasi = Terdengar bunyi S1 dan S2
10) Paru
Inspeksi = Dad simetris
Palpasi = Ictscordis teraba
Perkusi = Bun paru pekak
Auskultasi = Terdengar suara tambahan wheezing pada bronkus

11) Abdomen

Inspeksi = Tidak ada jejas

Auskultasi = Terdengar bising usus 10x/menit

Palpasi = Tidak ada massa dan nyeri tekan

Perkusi = Tyimpani

12) Genitalia : Alat kelamin bersih, tidak ada kelainan pada alat kelamin

13) Ekstremitas :

Pada ekstremitas atas terpasang IV line RL di tangan sebelah kanan 20

tetes/menit, turgor kulit baik, dan tidak ada jejas, tidak ada oedema. Ekstremitas

bawah tidak ada oedema, turgor kulit baik1, tidak adanya jejas di kaki.Kekuatan

ekstremitas atas sedikit melemah dan ektremitas bawah tidak ada gangguan cuma
32
sedikit melemah.
4 4

4 4

Keterangan:

Skala 0 = Otot tak mampu bergerak

Skala 1 = Terdapat sedikit kontraksi otot namun tidak didapatkan gerakan.

Skala 2 = Dapat menggerakan otot sesuai perintah tapi jika disuruh ditahan

sedikit saja sudah tidak mampu bergerak.

Skala 3 = Dapat menggerakan otot dengan tahanan minimal.

Skala 4 = Dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan.

Skala 5 = Bebas bergerak.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium hematologi tanggal 10- 03- 2020 jam 14:23

Data Hasil pemeriksaan Nilai Normal


Leukosit 8.1 3.6-11.0
Eritrosit 5.4 3.80-5.20
Hemoglobin 16.6 13.2-17.3
Hematokrit 49 40-52
MCV 91 80-100
MCH 31 26-39
MCHC 34 32-36
Trombosit 301 150-400
Diff Count
Eosinofil H 5.20 2.00-4.00
Bosofil 0.10 0-1
Netrofil L 60.60 50-70
Limfosit L 14.20 25-40
Monosit 2.10 2-8
KIMIA Klinik 33
Gula Darah Sewaktu 108 75-104
Ureum L 13.5 17.1-42.8
Creatinin 0.60 0.40-1.00
SGOT 21 13-33
SGPT 23 6.0-30.0
SERO IMUNOLOGI
HbsAg Non Reaktif Non Reaktif

Program terapi yang di berikan tanggal 10 Maret 2020 yaitu

-Infus RL 500 ml 20 tpm,

- Injeksi ceftriaxon 2x1 1 gr/IV,

- Dexa 2x1 6 gr/IV,

-Bisolvon 3x1 2 mg,

- Aminopilin 250 mg/drip.

34
G. ANALISA DATA

Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 10 Maret 2020 ditemukan analisa data dan diagnosa keperawatan sebagai berikut :

TANGGAL/JA
DATA PROBLEM ETIOLOGI
M
10 Maret 2020
DS:Tn. F mengatakan sesak nafas Bersihan jalan nafas tidak efektif Bronkospasme

Jam 14.30 WIB disertai batuk berdahak,

DO: Tn. F terlihat batuk dan sesak

nafas, bunyi nafas wheezing,

terpasang O2 2liter/menit,

RR= 32x/menit, Eosinofil=

5.20% (H)
10 Maret 2020
DS: Tn. F mengatakan sedikit lesu, Intoleransi aktivitas Keletihan

Jam 14.40 WIB Tn. F makan dan minum

dibantu keluarga, mandi

dibantu oleh keluarga,

berpakaian juga dibantu

keluarga, serta BAB dan BAK


dibantu oleh keluarga juga.

DO: ektrimitas atas dan bawah

sedikit melemah, Tn. F

terlihat lemah

H. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Bronkospasme.

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan.

I. RENCANA KEPERAWATAN
Berdasarkan masalah yang ditemukan pada saat pengkajian tanggal 10 Maret 2020 penulis menyusun intervensi dengan diagnosa

yang pertama yaitu :

Tanggal/ No. Tujuan dan kriteria hasil


Intervensi TTD
Jam DP yang diharapkan Rasional

Setelah dilakukan tindakan


1. Monitor TTV dan auskultasi1. Mengetahui pernafasan sudah mulai Nova

keperawatan selama 3 x 24 bunyi nafas. nomal kembali.

jam diharapkan masalah


2. Anjurkan untuk minum hangat. 2. Air hangat dapat membantu

jalan nafas dapat teratasi mengencerkan lendir.


dengan kriteria hasil : 3. Atur posisi Tn. F semi fowler.
10 Maret 3. Memaksimalkan fungsi paru.
1 1. Tn. P tidak sesak dan 4. Lakukan inhalasi 2 x/hari.
2020, Jam 4. Dengan menghirup uap dapat
batuk lagi.
14.30 WIB mengencerkan sekresi dan
2. Bunyi nafas bersih.
mengurangi inflamasi mukosa.
3. RR nomal 16-24x/menit. 5. Demonstrasikan batuk efektif.
5. Membantu mengeluarkan sekret.
6. Kolaborasi dengan dokter
6. Membantu pemberian suplai O2.
pemberian obat dan O2.
10 Maret 2 Setelah dilakukan tindakan1. Ukur nadi, tekanan darah dan 1. Tanda-tanda vital dapat berubah Nova

2020, Jam keperawatan selama 3 x 24 pernafasan. antara sebelum dan sesudah

21.00 WIB jam diharapkan klien dapat2. Ajarkan aktivitas mandiri mulai beraktifitas.
beraktifitas sendiri atau dari ringan seperti makan dan 2. Membantu melemaskan otot.

seperti biasa dengan minum sampai klien berjalan

kriteria hasil : mandiri.

1. Menunjukan peningkatan 3. Ukur TTV segera setelah 3. Mengevaluasi segera perkembangan

secara bertahap aktivitas. yang terjadi.

2. Mampu mempertahankan 4. Mencegah terjadinya komplikasi atau

frekuensi pernafasan 4. Kurangi intensitas, frekuensi atau


memperburuk keadaan.
lamanya aktivitas jika frekuensi

pernafasan meningkat berlebihan

setelah aktivitas.

J. CATATAN KEPERATAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Implementasi pada hari ke I (10 Maret 2020)

No. DP Tanggal/Jam Tindakan/Implementasi Respon TTD


1 10 Maret 2020
1. Memonitor TTV, mengauskultasi bunyi DS : Tn. F mengatakan masih sesak. Nova
Jam14.30 WIB nafas. DO: Tn. F terlihat lemas., bunyi nafas masih

wheezing

TD= 120/70 mmHg, RR= 30x/menit


Jam 14.40 WIB
2. Menganjurkan untuk minum hangat. N= 110x/menit, S= 36,5º C.

DS : Tn.F mengatakan mau minum.


Jam15.00 WIB3. Mengatur posisi Tn. F semi fowler.
DO: Tn. F terlihat sedang minum.

DS : Tn. F mengatakan lemas.


Jam 15.30 WIB4. Melakukan inhalasi 2 x/hari ventoline 2,5
DO: Tn. F terlihat tidur dengan posisi setengah
mg.
duduk.
Jam 15.50 WIB
5. Mendemonstrasikan batuk efektif
DS : Tn. F mengatakan nyaman di nebulizer.

DO: Tn. F terlihat sesaknya berkurang.


Jam 18.30 WIB6. Berkolaborasi dengan dokter pemberian
DS : Tn. F mengatakan mau mempraktekkan.
obat Ceftriaxon 2x1 gr/IV dan O2.
DO: Tn. F mengikuti apa yang dipraktekkan

perawat.

DS : Tn. F mengatakan masih menggunakan O2.

DO: Obat masuk, RR= 30 x/menit.


2 10 Maret 2020
1. Mengukur nadi, tekanan darah dan DS : Tn. F mengatakan lemas. Nova
Jam21.00 WIB pernafasan. DO: Tn. F Terlihat tiduran ditempat tidur.

TD= 120/70 mmHg, RR= 30x/menit.

N= 110x/menit, S= 36,5º C.

Jam 21.30 WIB2. Mengajarkan aktivitas mandiri mulai dari


DS : Tn. F mengatakan mau mencoba makan sendiri.
ringan, seperti makan, minum sampai
DO: Tn. F terlihat makan sendiri, tetapi Tn. P belum
Tn. F bisa/mampu berjalan kekamar
mampu berjalan sendiri
mandi.

Jam 23.00 WIB3. Mengukur TTV segera setelah aktivitas.


DS : Tn. F mengatakan lemas.

DO: Tn. F terlihat lemas.

TD= 120/70 mmHg, RR= 33x/menit

N= 110x/menit, S= 36,5º C.
Jam 23.20 WIB4. Mengurangi intensitas, frekuensi atau
DS : Tn. F mengatakan mau istirahat.
lamanya aktivitas jika frekuensi
DO: Tn. F terlihat mengantuk.
pernafasan meningkat berlebihan

setelah aktivitas.
Evaluasi padahari ke I (Selasa, 10 Maret 2020)

Tanggal/Jam No.DP TTD


Perkembangan ( SOAP )
10 Maret 2020, S : Setelah dilakukan tindakan Tn. F mengatakan masih sedikit sesak disertai batuk. Nova

Jam 14.30 WIB O : Tn. F sudah bisa melakukan cara batuk efektif, Tn. F terlihat nyaman saat dipasang dan

diberikan O2 2 liter, Tn. F mau menuruti apa yang diperintah oleh perawat (memposisikan

setengah duduk/semi fowler), tekanan darah Tn. F mencapai 120/70 mmHg, suhu badan

Tn. F mencapai 36,5º C, nadi 100 x/menit, pernafasan 30 x/menit, masih terdengar bunyi

wheezing.

1 A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. Monitor TTV.

2. Anjurkan untuk minum hangat.

3. Atur posisi Tn. F semi fowler.

4. Lakukan inhalasi 2 x/hari.

5. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat dan O2.


10 Maret 2020, 2 S : Tn. F mengatakan baru bisa berjalan sedikit demi sedikit. Nova

Jam21.00 WIB O : Tn. F terlihat masih lesu. Saat melakukan aktifitas sesaknya langsung kambuh dan

langsung dibantu dengan O2 sekitar 2-3 liter. Tekanan darah Tn. F mencapai 120/70

mmHg, suhu badan mencapai 36,5º C, nadi 100 x/menit, pernafasan 30 x/menit.

A : Masalah belum teratasi


P : lanjutkan intervensi

1. Ukur nadi, tekanan darah dan pernafasan.

2. Ajarkan aktivitas mandiri mulai dari ringan seperti makan dan minum sampai klien

berjalan mandiri.

3. Ukur TTV segera setelah aktivitas.

4. Kurangi intensitas, frekuensi atau lamanya aktivitas jika frekuensi pernafasan meningkat

berlebihan setelah aktivitas.


Implementasi pada hari ke 2( 11 Maret 2020)

No. DP Tanggal/Jam Tindakan/Implementasi Respon TTD


1 11 Maret 2020
1. Memonitor TTV, mengauskultasi bunyi DS : Tn. F mengatakan sesak berkurang. Nova

Jam 07.00 WIB nafas. DO: Tn. F terlihat duduk, bunyi nafas masih

wheezing.

TD= 120/80 mmHg, RR= 27x/menit.


Jam 09.10 WIB
2. Menganjurkan untuk minum hangat.
N= 110x/menit, S= 36,5º C.

DS : Tn. F mengatakan mau minum.


Jam 09.00 WIB
3. Mengatur posisi Tn. F semi fowler.
DO: Tn. F terlihat sedang minum.

DS : Tn. F mengatakan nyaman dengan posisi setengah

duduk.
Jam 08.30 WIB4. Melakukan inhalasi 2 x/hari ventoline 2,5
DO: Tn. F terlihat tidur dengan posisi setengah duduk.
mg.
DS : Tn. F mengatakan nyaman di nebulizer.
Jam 11.30 WIB5. Berkolaborasi dengan dokter pemberian
DO: Tn. F terlihat sesak berkurang. RR= 27
obat Ceftriaxon 2x1 gr/IV dan O2.
x/menit

DS : Tn. F mengatakan masih menggunakan O2.

DO: Obat masuk.


11Maret2020 1. Mengukur TTV DS : Tn.F mengatakan lemas berkurang. Nova

Jam 07.00 WIB DO: Tn. F terlihat tiduran.

TD= 120/70 mmHg, RR= 27x/menit

N= 110x/menit, S= 36,5º C.
Jam 10.30 WIB2. Mengajarkan aktivitas mandiri mulai dari
DS : Tn. F mengatakan mau mencoba berjalan.
ringan, seperti makan dan minum sampai
DO: Tn. F terlihat berjalan.
Tn. F bisa/mampu berjalan.

Jam 12.00 WIB3. Mengukur TTV segera setelah aktivitas


DS : Tn. F mengatakan lemas sedikit berkurang walau
2
habis melakukan aktifitas.

DO: Tn. F terlihat sedikit lemas.

TD= 120/80 mmHg, RR= 27x/menit

N= 110x/menit, S= 36,5º C.
Jam 12.20 WIB4. Mengurangi intensitas, frekuensi atau
DS : Tn. F mengatakan sedikit lemas setelah beraktifitas.
lamanya aktivitas jika frekuensi
DO : Tn. F telihat mengurangi aktifitas.
pernafasan meningkat berlebihan

setelah aktivitas
Evaluasi padahari ke 2 (Rabu, 26 Juni 2013)

Tanggal/Jam No.DP TTD


Perkembangan ( SOAP )
11 Maret 2020, 1 S : Setelah dilakukan tindakan Tn. F mengatakan masih sedikit sesak, batuk sudah tidak ada. Nova

Jam 13.00 WIB O : Tn. F sudah bisa melakukan cara batuk efektif, Tn. F terlihat nyaman saat dipasang dan

diberikan O2 2 liter, Tn. F mau menuruti apa yang diperintah oleh perawat (memposisikan

setengah duduk/semi fowler), tekanan darah Tn. F mencapai 120/80 mmHg, suhu badan

Tn. F mencapai 36,5º C, nadi 100 x/menit, pernafasan 27x/menit, masih terdengar bunyi

wheezing.

A : Masalah teratasi sebagian.

P : Lanjutkan intervensi

1. Monitor TTV.

2. Anjurkan untuk minum hangat.


3. Atur posisi Tn. F semi fowler.

4. Lakukan inhalasi 2 x/hari.

5. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat dan O2.


11 Maret 2020, S : Tn. F mengatakan baru bisa berjalan sedikit demi sedikit. Nova

Jam 13.00 WIB O : Tn. F terlihat berlatih untuk kekamar mandi sendiri, namun Tn. F terlihat sedikit lemas.

Saat kondisinya melemah, sesaknya langsung kambuh. Tekanan darah Tn. F mencapai

120/80 mmHg, suhu badan mencapai 36,5º C, nadi 100 x/menit, pernafasan 27x/menit.

A : Masalah teratasi sebagian.

P : lanjutkan intervensi.
2
1. Ukur nadi, tekanan darah dan pernafasan.

2. Ajarkan aktivitas mandiri mulai dari ringan seperti makan dan minum sampai klien

berjalan mandiri.

3. Ukur TTV segera setelah aktivitas.

4. Kurangi intensitas, frekuensi atau lamanya aktivitas jika frekuensi pernafasan meningkat

berlebihan setelah aktivitas.

Implementasi pada hari ke 3( 12 Maret 2020)

No. DP Tanggal/Jam Tindakan/Implementasi Respon TTD


12 Maret 20201. Memonitor TTV, mengauskultasi bunyi DS : Tn. F mengatakan sesak berkurang. Nova

Jam 07.00 WIB nafas. DO: Tn. F terlihat duduk, sudah tidak terdengar bunyi

wheezing.

TD= 120/70 mmHg, RR= 24x/menit.

N= 90x/menit, S= 36,5º C.
Jam 09.10 WIB2. Menganjurkan untuk minum hangat.
DS : Tn. F mengatakan mau minum.

DO: Tn. F terlihat sedang minum.


Jam 09.00 WIB3. Mengatur posisi Tn. F semi fowler.
DS : Tn. F mengatakan nyaman dengan posisi setengah

1 duduk.

DO: Tn. F terlihat tidur dengan posisi setengah


Jam 08.30 WIB4. Melakukan inhalasi 2 x/hari ventoline 2,5
duduk.
mg.
DS : Tn. F mengatakan nyaman di nebulizer.
Jam 11.30 WIB5. Berkolaborasi dengan dokter pemberian
DO: Tn. F terlihat sesak berkurang, RR= 24
obat Ceftriaxon 2x1 gr/IV dan O2.
x/menit.

DS : Tn. F mengatakan masih menggunakan O2.

DO: Tn. F terlihat duduk, obat masuk.


12Maret2020 1. Mengukur TTV. DS : Tn. F mengatakan lemas berkurang. Nova

Jam 07.00 WIB DO: Tn. F Terlihat tiduran ditempat tidur.

TD= 120/70 mmHg, RR= 24x/menit.

N= 90x/menit, S= 36,5º C.

Jam 10.30 WIB 2. Mengajarkan aktivitas mandiri mulai dari


DS : Tn. F mengatakan mau mencoba kekamar mandi
ringan, seperti makan dan minum sampai
sendiri.
Tn. F bisa/mampu berjalan.
DO: Tn. F terlihat berjalan sendiri.
Jam 12.00 WIB 3. Mengukur TTV segera setelah aktivitas
DS : Tn. F mengatakan sudah tidak lemas saat

2 beraktifitas.

DO: Tn. F terlihat kekamar mandi sendiri.

TD= 120/70 mmHg, RR= 24x/menit.

N= 90x/menit, S= 36,5º C.
Jam 12.20 WIB 4. Mengurangi intensitas, frekuensi atau
DS : Tn. F mengatakan sudah tidak lemas setelah
lamanya aktivitas jika frekuensi
beraktifitas.
pernafasan meningkat berlebihan
DO : Tn. F terlihat sudah tidak lemas, pernafasan dan
setelah aktivitas
nadi Tn. F sebelum dan sesudah beraktifitas sama

yaitu 24 x/menit, nadi 90 x/menit.


Evaluasi padahari ke 3 (Kamis, 12 Maret 2020)

Tanggal/Jam No.DP TTD


Perkembangan ( SOAP )
12 Maret 2020, S : Setelah dilakukan tindakan Tn. F mengatakan masih sedikit sesak, batuk sudah tidak ada. Nova

Jam 13.00 WIB O : Tn. F terlihat sedikit sesak, tekanan darah Tn. F mencapai 120/70 mmHg, suhu badan Tn.

F mencapai 36,5º C, nadi 90 x/menit, pernafasan 24 x/menit, sudah tidak terdengar bunyi

wheezing.

A : Masalah teratasi sebagian.


1
P : Lanjutkan intervensi

1. Monitor TTV.

2. Atur posisi Tn. F semi fowler.

3. Lakukan inhalasi 2 x/hari.

4. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat dan O2.


12 Maret 2020, S : Tn. F mengatakan sudah tidak lemas lagi dan sedikit sesak saat melakukan aktifitas.

Jam 13.00 WIB O : Tn. F terlihat sudah tidak lemas. Pernafasan dan nadi Tn. F sebelum dan sesudah

beraktifitas sama yaitu 24 x/menit, nadi 90 x/menit.

A : Masalah teratasi sebagian.

P : lanjutkan intervensi.

1. Ukur nadi, tekanan darah dan pernafasan.

2 2. Ajarkan aktivitas mandiri mulai dari ringan seperti makan dan minum sampai klien

berjalan mandiri.

3. Ukur TTV segera setelah aktivitas.

4. Kurangi intensitas, frekuensi atau lamanya aktivitas jika frekuensi pernafasan meningkat

berlebihan setelah aktivitas.


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai Asuhan Keperawatan yang ditemukan

pada kasus Tn. F dengan Asma Bronchial di ruang Dahlia RSUD Dr. Soeselo

Slawi selama 3 hari pada tanggal 10 sampai 12 Maret 2020. Dimana didalam

memberikan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan

yang meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi dan evaluasi.

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 10 pukul 14.30 WIB

didapatkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:

A. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi bronkospasme

Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah suatu keadaan dimana seseorang

mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernafasan

berhubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif. Batasan

karakteristik batasan mayor meliputi batuk tidak efektif atau tidak dapat batuk,

ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi jalan nafas. Batasan minor meliputi

bunyi nafas abnormal, frekuensi, irama, kedalaman pernafasan abnormal

(Carpenito, 2007).

Oleh karena itu diangkat diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif

berhubungan dengan bronkospasme sebagai prioritas pertama karena menurut

Maslow pernafasan merupakan kebutuhan fisiologis yang harus segera dipenuhi

dan menurut Triage Konsep bersihan jalan nafas termasuk kebutuhan immediatly

yang harus segera ditangani karena dapat menyebabkan kematian. Dengan

lancarnya jalan nafas kebutuhan oksigen Tn F dapat terpenuhi.


Pada Tn. F terdapat data subjektif Tn. F mengatakan sesak nafas dan batuk-

batuk, untuk data objektifnya Tn. F terlihat sulit bernafas, auskultasi terdengar

suara nafas tambahan (wheezing) pada bronkus, RR 32 x/menit. Menurut Smeltzer

dan Bare (2002) tiga gejala umum asma adalah batuk, dispnea, dan mengi

(wheezing). Gejala mengi (wheezing) menandakan ada penyempitan di saluran

nafas besar, sedangkan pada saluran nafas kecil, batuk dan sesak lebih dominan

dibanding mengi (Sundaru, 2006).

Pemeriksaan dahak atau sputum pada pasien asma yaitu dengan

pemeriksaan sputum eosinofol, Sputum eosinofil sangat karakteristik untuk asma,

sedangkan neutrofil sangat dominan pada bronkitis kronik.Jumlah eosinofil total

dalam darah sering meningkat pada pasien asma. Hal ini dapat membantu dalam

membedakan asma dari bronkitis kronik. Juga dapat sebagai patokan untuk

menentukan cukup tidaknya dosis kortikosteroid yang dibutuhkan pasien

asma(Sundaru, 2006). Sedangkan hasil pemeriksaan Tn. F (53 tahun) didapatkan

hasil eosinofil 5.20% H.

Diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

bronkospasme, akan dibuat beberapa rencana tindakan keperawatan untuk

mengatasi masalah tersebut, dengan tujuan bersihan jalan nafas kembali efektif.

Adapun rencana tindakan yang dapat dilakukan adalah auskultasi bunyi nafas,

berikan posisi semi fowler, berikan O2 2 liter/menit, berikan minuman hangat,

ajarkan batuk secara efektif, berikan bronkodilator melalui nebulizer 2 kali/hari,

dan kolaborasi dalam pemberian pengobatan sistemik atau topikal.

Implementasi yang dilakukan kepada Tn. F untuk mengatasi masalah

bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme yaitu dengan
memberikan O2 2 liter/menit, memposisikan Tn. F setengah duduk atau semi

fowler, mengauskultasi bunyi nafas, menganjurkan untuk minum hangat,

mengajarkan batuk efektif, dan kolaborasi pemberian obat dan bronkodilator

melalui nebulizer 2 kali/hari. Bronkodilator diberikan dengan tujuan untuk

mencegah atau mengurangi gejala agonis β (Doengoes, 2000).

Hasil evaluasi tanggal 10, 11, dan 12 Maret 2020 jam 14.30 WIB masalah

bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme teratasi

sebagian, dengan data subjektif Tn. F mengatakan pernafasan Tn. F sedikit sesak,

batuk tidak ada, dan data objektifnya batuk dapat mengeluarkan sputum,

pernafasan sedikit sesak, RR 24x/menit, auskultasi tidak terdengar Wheezing pada

bronkus, Tn. F mampu mengaplikasikan batuk efektif secara mandiri. Tn. F telah

mampu mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan, walaupun masih sedikit

sesak. Setelah 3 hari kemudian mendelegasikan kepada perawat ruangan agar

tetap memantau kondisi Tn. F sampai kondisi Tn.F benar-benar stabil.

B. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan.

Intoleransi aktivitas menurut Carpenito (2007) adalah penurunan dalam

kapasitas sekunder akibat asma, fisiologi seseorang untuk melakukan aktivitas

sampai tingkat yang diinginkan atau yang dibutuhkan. Batasan karakteristik

batasan mayor meliputi kelemahan, tiga menit setelah beraktivitas seperti pusing,

dipsneu. Kelemahan fisik akibat aktivitas, frekuensi nafas lebih dari 24 x/menit,

frekuensi nadi lebih dari 95 x/menit, batasan minor meliputi pucat, konfusi,

vertigo.
Oleh karena itu diangkat diagnosa keperawatan intoleran aktivitas

berhubungan dengan keletihan sebagai prioritas kedua karena menurut Triage

Konsep termasuk kebutuhan non urgent yang tidak memerlukan penanganan

segera. Namun harus tetap dilakukan asuhan keperawatan karena dapat

menyebabkan ketergantungan kepada orang lain.

Alasan mengangkat diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas

berhubungan dengan keletihan karena pada Tn. F didapatkan data subjektifnya

Tn. F mengatakan untuk beraktivitas sesak bertambah, Tn. F mengatakan

tubuhnya terasa lemas, data objektifnya Tn. F terlihat sering di tempat tidur,

aktivitas dibantu keluarga.

Menurut Carpenito (2007) antara etiologi dan problem dalam diagnosa

keperawatan sudah tepat, karena pada Tn. F asma intoleransi aktivitas

berhubungan dengan keletihan. Menurut Somantri (2008) yang merupakan faktor

presipitasi timbulnya serangan asma bronchial yaitu olah raga/aktifitas jasmani

yang berat. Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika

melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah

menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi

segera setelah selesai aktifitas tersebut.

Menyusun asuhan keperawatan dengan diagnosa intoleransi aktivitas

berhubungan dengan keletihan bertujuan agar Tn. F mampu beraktivitas kembali

seperti biasanya. Intervensi yang dilakukan yaitu jelaskan sebab-sebab keletihan

Tn. F, anjurkan Tn. F untuk tidur, istirahat, ajarkan aktivitas mandiri mulai dari

ringan, observasi RR, sebelum dan sesudah aktivitas.


Evaluasi tanggal 10, 11, dan 12 Maret 2020 jam 13.00 WIB masalah

intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dapat teratasi sebagian, karena

dari kriteria hasil yang ditetapkan, subjektifnya Tn. F mengatakan dapat

beraktivitas kembali secara mandiri, tetapi sedikit sesak. objektif Tn. F terlihat

tidak lemas dan tidak ada perubahan TTV, terutama pernafasan 24x/menit, antara

sebelum dan sesudah aktivitas. Tn. F belum mampu mencapai kriteria hasil yang

telah ditetapkan. Adapun hasil evaluasi didapatkan data subjektif Tn. F

mengatakan ketika beraktivitas mandiri nafasnya kembali sedikit sesak,

sedangkan data objektifnya tidak terjadi perubahan RR ketika aktivitas seperti

berjalan ke kamar mandi (mandi, BAK) dan aktivitas ringan seperti makan,

minum, berbicara. Analisa masalah teratasi sebagian, planning lanjutkan

intervensi. Kemudian didelegasikan kepada keluarga Tn. F dan perawat ruangan

agar tetap memantau kondisi Tn. F sampai kondisi benar-benar stabil.


BAB V

PENUTUP

Pada akhir penulisan laporan kasus ini, penulis dapat menarik suatu

kesimpulan dari uraian bab-bab sebelumnya. Selain itu penulis juga memberikan

rekomendasi atau saran yang nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan

atau pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan yang komprehensif.

A. Kesimpulan

Asma adalah penyakit paru yang didalamnya terdapat obstruksi jalan

nafas, inflamasi jalan nafas, dan jalan nafas yang hiperresponsif atau spasme otot

polos bronchial. Asma juga diartikan sebagai gangguan pada saluran bronchial

dengan ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas).

Permasalahan yang muncul pada Tn. F dengan asma bronchial yaitu

bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme. dan

intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan. Dari kedua diagnosa tersebut

disimpulkan bahwa diagnosa pertama masalah teratasi sebagian dan diagnosa

kedua masalah teratasi, dan telah didelegasikan kepada perawat ruangan.

Selama melaksanakan asuhan keperawatan ini, penulis tidak banyak

menemukan kesulitan karena dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, penulis

banyak bekerjasama dengan perawat ruangan dan dokter.

B. Saran

Selama melakukan asuhan keperawatan pada Tn. F, penulis menemukan

beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan :


1. Diharapkan pihak Rumah Sakit dapat lebih memberikan informasi

mengenai asma bronchial, baik lewat tulisan (leaflet), maupun komunikasi verbal

berupa pendidikan kesehatan.

2. Diharapkan pendokumentasian dilakukan dengan baik, khususnya

pencatatan RR (Respiratory Rate), baik sebelum dilakukan tindakan keperawatan

maupun setelah dilakukan tindakan keperawatan, dengan demikian perkembangan

dari setiap masalah yang ada pada pasien dengan asma bronchial dapat terpantau.
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Cetakan I. (terjemahan dr.
Jan Tambayong). Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 2007. Diagnosa Keperawatan (2006) alih bahasa Yasmin Asih.
Jakarta. EGC

Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Cetakan I.


(terjemahan I Made Kariasa, S.Kp dan Ni Made Sumarwati, S.Kp). Jakarta: EGC.

Smeltzer, Bare C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart.
Edisi 8. CetakanI.(terjemahan Agung Waluyo, S.Kp. M.Sc; I Made Kariyasa,
S.Kp; Julia, S.Kp. M.Sc; dr. H.Y. Kuncara; Yasmin Asih, S.Kp). Jakarta: EGC.

Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Sundaru, Heru. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Cetakan Kedua. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Rab, Tabani. 2000. Ilmu Penyakit Paru. Cetakan Pertama. Jakarta : Hipokrates

Anda mungkin juga menyukai