Anda di halaman 1dari 25

DIET ANEMIA

Mata Kuliah : Gizi dalam Kesehatan Reproduksi

Dosen : Suci Sulistyorini, SST,M.Kes

Kelompok 5

1. Nadia forenza (22.15401.10.14)


2. Aswatun dwi hapipa (22.15401.10.17)
3. Yeni Purnamasari (22.15401.10.07)
4. Mardilla (22.15401.10.22)

1. Definisi Anemia

Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah atau yang biasa disebut
dengan eritrosit dalam sirkulasi darah atau hemoglobin sehingga tidak mampu
memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan (Astuti &
Ertiana, 2018).
Anemia didefinisikan suatu keadaan kadar hemoglobin di dalam darah lebih
rendah dari rentang normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin. (Adriani &
Wijatmadi, 2016).

Anemia merupakan istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah dan
kadar hematocrit di bawah nilai normal. Anemia bukan merupakan penyakit
tetapi merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi
tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin sebagai mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Wijaya
&
Putri, 2013).

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari seperti kehilangan


komponen darah, elemen tak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah (Dongoes, 2000).

Menurut wikipwdia, anemia adalah suatu keadaan saat jumlah sel darah merah
atau jumlah hempglobin (protein pembawqa oksigen) dalam sel darah merah
bedada di bawah normal. sel darah merah mengandung hemoglobin yang
mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian
tubuh.

2. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan faktor morfologik SDM dan indeksnya, antara lain (Wijaya &
Putri, 2013).
1) . Anemia Makroskopik atau Normositik Makrositik Memiliki SDM
lebih besar dari normal (MCV>100) tetapi normokromik konsentrasi
hemoglobin normal (MCHC normal). Keadaan ini disebabkan
terganggunya atau terhentinya sitesis asam deoksibonukleat (DNA)
yang ditemukan pada defisiensi B12, asam folat, dan pada pasien yang
mengalami kemoterapi kanker disebabkan agen-agen menggangu
sintesis DNA. 5 a. Anemia yang Megaloblastic berkaitan dengan
kekurangan dari vitamin B12 dan asam folic tidak cukup atau
penyerapan yang tidak mencukupi, kekurangan folate secara normal
tidak menghasilkan gejala jika B12 cukup. Anemia megaloblastic
merupakan penyebab paling umum anemia macroytic.
b. Anemia pernisiosa merupakan suatu kondisi autoimmune yang
melawan sel parietal dari perut. Sel parietal menghasilkan faktor
intrinsic, diperlukan dalam menyerap vitamin B12 dari makanan.
Penghancuran dari sel parietal menyebabkan kematian faktor intrinsic
dan tidak dapat menyerap vitamin B12.).

2) . Anemia Mikrositik Anemia Hipokromik mikroskotik, Mikroskotik


adalah sel kecil, hipokronik adalah pewarna yang berkurang. Sel-sel
ini mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari jumlah
normal, keadaan ini menyebabkan kekurangan zat besi seperti anemia
pada defisiensi besi, kehilangan darah kronis dan gangguan sintesis
globin. a. Anemia kekurangan besi merupakan jenis anemia yang
paling umum dari semua jenis anemia dan yang paling sering adalah
microytic hypochromic. Anemia kekurangan besi disebabkan ketika
penyerapan atau masukan dari zat besi tidak cukup. Zat besi adalah
suatu zat di dalam tubuh yang erat dengan ketersediaan jumlah darah
yang diperlukan dan kekurangan zat besi mengakibatkan berkurangnya
hemoglobin di dalam sel darah merah. b. Hemoglobinopathies lebih
jarang. Di masyarakat kondisi ini adalah lazim seperti anemia sel sabit
merupakan kondisi sel-sel darah merah berbentuk bulan sabit, dan
thalassemia merupakan penyakit kelainan darah

3) . Anemia Normositik SDM memiliki ukuran dan bentuk normal serta


mengandung jumlah hemoglobin normal. (MCV dan MHCH normal
atau rendah) tetapi 6 mengalami anemia. Penyebab anemia jenis ini
adalah pendarahan yang akut, anemia dari penyakit yang kronis,
anemia yang aplastic (kegagalan sumsum tulang).

3. Tanda dan gejala


Menurut (Handayani & Haribowo, 2008) tanda dan gejala anemia yaitu:
1). Gejala umum pada anemia Gejala umum anemia disebut sindrom anemia.
Gejala umum anemia merupakan gejala yang timbul pada semua anemia pada
kadar hemoglobin yang sudah menurun di bawah nilai normal. Gejala-gejala
tersebut diklasifikasikan menurut organ yang terkena: a. Sistem
kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak nafas, saat
beraktivitas, gagal jantung
a. Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang, kelemahan otot, iritabilitasi, lesu, serta perasaan dingin pada
akstermitas
b. Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun d. Epitel: warna
kulit pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, rambut tipis dan
halus

2). Gejala khas masing-masing anemia Gejala khas menjadi ciri dari
masingmasing jenis anemia adalah: a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi
papil lidah, stomatitis angularis b. Anemia defisiensi asam folat: lidah merah
c.
Anemia hemolitik: icterus dan hepatosplenomegaly d. Anemia aplastic:
pendarahan kulit atau mukosa dan tanda infeksi.

4. Etiologi Anemia
Jenis anemia berdasarkan penyebabnya yaitu (Wijaya & Putri, 2013) 1.
Anemia pasca pendarahan Terjadi akibat pendarahan massif seperti
kecelakaan, operasi dan persalinan dengan pendarahan 7 2. Anemia defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah Hasil Penelitian di
bagian Ilmu Kesehatan Anak penyebab anemia defisiensi besi menurut umur
adalah:
1). Bayi di bawah umur 1 tahun
Persediaan besi kurang karena berat badan lahir rendah atau lahir kembar
2) Anak berumur 1-2 tahun,
Masukan besi yang kurang karena tidak mendapat makanan tambahan,
Kebutuhan meningkat akibat infeksi berulang,
Malabsorbsi,
Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi parasite dan
diverticulum meckeli
3) Anak berumur 2-5 tahun,
Masukan besi kurang karena jenis makanan,
Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang,
Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi parasite dan
diverticulum meckeli

4) Anak berumur 5 tahun- masa remaja • Kehilangan berlebihan karena


pendarahan antara lain akibat infestasi parasit dan poliposis
5) Usia remaja-dewasa
Pada wanita yaitu karena menstruasi berlebihan 3. Anemia hematolik Terjadi
karena penghancuran sel darah merah yang berlebihan a. Faktor Intrasel
Faktor yang berasal dari dalam sel seperti, talasemia, hemoglobnopatia
(talasemia HbE, sickle cell anemia) sterositas, defisiensi enzim eritrosit (G-
6PD, piruvatkinase, glutation reductase). 8 b. Faktor Ekstrasel Faktor yang
berasal dari luar sel seperti, Intoksikas, infeksi (malaria), Imunologis
(inkompatibilitas golongan darah, reaksi hematolik pada transfusi darah). 4.
Anemia Aplastik Terjadi karena terhentinya pembuatan sel darah sumsum
tulang atau kerusakan sumsung tulang. Hasil Penelitian di bagian Ilmu
Kesehatan Anak penyebab anemia menurut umur adalah :
a. Bayi di bawah umur 1 tahun
Persediaan besi kurang karena berat badan lahir rendah atau lahir kembar
b. Anak berumur 1-2 tahun
Masukan besi yang kurang karena tidak mendapat makanan tambahan,
Kebutuhan meningkat akibat infeksi berulang , Malabsorbsi ,Kehilangan
darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi parasite dan diverticulum
meckeli
c. Anak berumur 2-5 tahun
Masukan besi kurang karena jenis makanan ,Kebutuhan meningkat karena
infeksi berulang, Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena
infeksi parasite dan diverticulum meckeli
d. Anak berumur 5 tahun- masa remaja, Kehilangan berlebihan karena
pendarahan antara lain akibat infestasi parasit dan polyposis 9
e. Usia remaja-dewasa, Pada wanita yaitu karena menstruasi berlebihan .

5. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, invasi tumor atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
pendarahan destruksi, dapat mengakibatkan defek sel merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah
merah. Pecah atau rusaknya sel darah merah terjadi terutama dalam hati dan
limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel merah atau hemolisis segera direfleksikan
dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal kurang lebih 1
mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera). Apabila sel
darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma hemoglobinemia.
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma
(Protein pengikat hemoglobin yang terlepas dari sel darah merah yang telah
rusak) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Anemia pada pasien
disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah
yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar menghitung
retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda
dalam sumsum tulang dan cara pematanganya, seperti yang terlihat dalam
biopsy dan ada tidaknya hyperbilirubinemia dan hemoglobinemia. 10 Anemia
defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang anak-anak,
bayi cukup bulan yang lahir dari ibu nonanemik dan bergizi baik, memiliki
cukup persediaa zat besi sampai berat badan lahirnya menjadi dua kali lipat
pada umumnya saat berusia 46 bulan. Sesudah itu zat besi harus tersedia
dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika asupan zat besi dari
makanan tidak mencukupi maka terjadi anemia defisiensi zat besi. Hal ini
paling sering terjadi karena pengenalan makanan padat yang terlalu dini
(sebelum usia 4-6 bulan) dihentikannya susu formula bayi yang mengandung
zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun dan minum susu sapi berlebihan tanpa
tambahan makanan pada kaya besi. Bayi yang tidak cukup bulan, bayi dengan
perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang kurang gizi dan
kurang zat besi juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini
berisiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi besi sebelum berusia 6
bulan. Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah
yang kronik. Pada Bayi terjadi karena perdarahan usus kronik yang
disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada anak
sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna setiap
hari menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Pada remaja putri anemia
defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi yang berlebihan.
Anemia aplastik diakibatkan karena rusaknya sumsum tulang. Gangguannya
berupa berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat terhentinya
pembentukan sel hemopoetik (sel-sel sumsum tulang yang memproduksi sel
darah merah, sel darah putih, dan kepingan darah) dalam sumsum tulang.
Aplasia dapat terjadi hanya pada satu, dua atau ketiga sistem hemopoetik
(eritropoetik, granulopoetik dan trombopoetik). Aplasia hanya mengenai
sistem eritropoetik disebut eritroblastopenia (anemia hipoplastik). Aplasia
mengenai sistem granulopoetik disebut agranulosistosis (Penyakit Schultz),
dan aplasia mengenai sistem 11 trombopoetik disebut amegakariositik
trombositopenik (ATP). Bila mengenai ketiga-tiga sistem disebut
panmieloptisis atau lazimnya disebut anemia aplastik. Kekurangan asam folat
akan mengakibatkan anemia megaloblastik. Asam folat merupakan bahan
esensial untuk sintesis DNA (Desoxyri bonucleic acid) dan RNA (Ribonucleid
acid), yang penting sekali untuk metabolisme inti sel dan pematangan sel.

(Wijaya & Putri, 2013).

Berdasarkan patogenesisnya, anemia digolongkan dalam 3 kelompok


(Wintrobe at all,1999) yaitu:

1.Anemia karena kehilangan darahAnemia karena kehilangan darah akibat


perdarahan yaitu terlalu banyaknya sel-seldarah merah yang hilang dari tubuh
seseorang, akibat dari kecelakaan dimana perdarahanmendadak dan banyak
jumlahnya, yang disebut perdarahan eksternal. Perdarahan dapat
puladisebabkan karena racun, obat-obatan atau racun binatang yang
menyebabkan penekanaterhadap pembuatan sel darah merah. Selain itu ada
pula perdarahan kronis yang terjadisedikit demi sedikit tetapi terus menerus.
Perdarahan ini disebabkan oleh kanker pada saluran pencernaan, peptic ulser,
wasir yang dapat menyebabkan anemia.

2.Anemia karena pengrusakan sel-sel darah merahAnemia karena pengrusakan


sel-sel darah merah dapat terjadi karena bibit penyakitatau parasit yang masuk
ke dalam tubuh, seperti malaria atau cacing tambang, hal ini
dapatmenyebabkan anemia hemolitik. Bila sel-sel darah merah rusak dalam
tubuh, zat besi yangada di dalam tidak hilang tetapi dapat digunakan kembali
untuk membentuk sel-sel darahmerah yang baru dan pemberian zat besi pada
anemia ini kurang bermanfaat. Sedangkan asamfolat rusak dan tidak dapat
digunakan lagi oleh karena itu pemberian asam folat sangatdiperlukan untuk
pengobatan anemia hemolitik ini.

3.Anemia karena gangguan pada produksi sel-sel darah merahSum-sum tulang


mengganti sel darah merah yang tua dengan sel darah merah
yang baru sama cepatnya dengan banyaknya sel darah merah yang hilang, sehi
ngga jumlah seldarah merah yang dipertahankan selalu cukup banyak di
dalam darah, dan untukmempertahankannya diperlukan cukup banyak zat gizi.
Apabila tidak tersedia zat gizi dalam jumlah yang cukup akan terjadi
gangguan pembentukan sel darah merah baru.Anemia karena gangguan pada
produksi sel-sel darah merah, dapat timbul karena,kurangnya zat gizi penting
seperti zat besi, asam folat, asam pantotenat, vitamin B12, protein kobalt, dan
tiamin, yang kekurangannya biasa disebut “anemia gizi”. Selain itu juga
kekurangan eritrosit, infiltrasi sum-sum tulang, kelainan endokrin dan
penyakit ginjal kronis dan sirosis hati. Menurut Husaini (1998) anemia gizi
yang disebabkan kekurangan zat besisangat umum dijumpai di Indonesia.
6. Manifestasi Klinis

Sistem organ yang dapat terkena anemia dapat menimbulkan manifestasi


klinis yang luas tergantung pada usia, mekanisme kompensasi, kecepatan
timbulnya anemia, tingkat aktivitasnya, keadaan penyakit yang mendasari dan
beratnya anemia (Wijaya & Putri, 2013). Manifestasi klinis berdasarkan jenis
anemia yaitu:

1). Anemia karena pendarahan Pendarahan akut merupakan akibat kehilangan


darah lebih cepat terjadi karena reflek kardiovaskuler fisiologis berupa
kontraksi arteriola, pengurangan aliran darah. Gejala yang timbul tergantung
cepat dan banyaknya darah yang hilang dan tubuh masih dapat melakukan
kompensasi. Kehilangan darah sebanyak 12-15% akan tampak gejala pucat,
takikardi, tekanan darah rendah atau normal. Kehilangan darah sebanyak
1520% dapat mengakibatkan tekanan darah menurun dan dapat terjadi syock
yang masih reversible. Kehilangan darah lebih dari 20% dapat menimbulkan
syock yang irreversible dengan angka kematian tinggi. Pendarahan kronik,
leukosit (15.000-20.000/mm³) nilai hemoglobin, eritrosit dan hematocrit
rendah akibat hemodelusi.

2). Anemia defisiensi


a. Anemia defisiensi besi (DB) Pucat merupakan tanda yang paling
sering, bila hemoglobin menurun sampai 5g/dl iritabilitas dan anorexia,
takikardi dan bising usus menurun. Pada kasus berat akan mengakibatkan
perubahan pada kulit dan mukosa yang progresif seperti lidah yang halus,
terdapat tanda-tanda malnutrisi. Hasil laboratorium hemoglobin 6-10g/dl,
trombositosis (600.000-
1.000.000) .
b. Anemia defisiensi asam folat Tanda dan gejala pada anemia defisiensi
asam folat sama dengan anemia defisiensi besi. Anemia megaloblastic
mungkin dapat ditemukan gejala neurologis seperti gangguan kepribadian dan
hilangnya daya ingat. Gambaran darah seperti anemia pernisiosa tetapi kadar
vitamin B 12 serum normal dan asam folat serum rendah, biasanya kurang
dari 3ng/ml.
Menentukan diagnose adalah kadar folat sel darah merah kurang dari
150ng/ml. 3). Anemia hemotolik
a. Anemia hemotolik autoimun Anemia ini bervariasi dari yang anemia ringan
sampai dengan anemia yang berat dan bisa mengancam jiwa. Keluhan pada
anemia ini adalah fatigue dapat terlihat bersama gagal jantung kongestif dan
angina. Biasanya ditemukan icterus dan spleno megali. Jika pasien
mempunyai penyakit dasar seperti LES atau Leukimia Limfositik Kronik,
gambaran klinis pasien tersebut dapat terlihat. Hasil pemeriksaan laboratorium
ditemukan kadar HB yang bervariasi dari ringan sampai berat (HT90% tidak
ada Hb A. Pada thalasiemia –a anemianya tidak sampai memerlukan transfusi
darah, mudah terjadi hemolisis akut pada serangan infeksi berat, kadar 14 Hb
7-10g/dL, sediaan apus darah tepi memperlihatkan tanda hipokromia yang
nyata dengan anisositosis (ukuran sel darah merah berbeda tidak seragam) dan
poikilositosis
(sel darah merah berbeda bentuk karena abnormalitas).

4). Anemia Aplastik Anemia aplastic biasanya khas dan bertahap ditandai oleh
kelemahan, pucat, sesak nafas pada saat latihan. Hasil laboratorium biasanya
ditemukan pansitopenia, sel darah merah normositik dan normokromik artinya
ukuran dan warnanya normal, pendarahan abnormal akibat trombositopenia.

7. Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium adalah penunjang diagnostic dalam menentukan
diagnosa anemia. Pemeriksaan ini terdiri dari beberapa pemeriksaan yaitu:
1) Pemeriksaan penyaring (sceening test)
2) Pemeriksaan darah seri anemia
3) Pemeriksaan sumsum tulang
4) Pemeriksaan khusus a. Pemeriksaan Penyaring Pemeriksaan penyaring
pada anemia terdiri dari pengukuran kadar hemoglobin, hapusan darah tepi,
indeks eritrosit. Dari pemeriksaan ini dapat dipastikan adanya anemia serta
jenis morfologik anemia, dan sangat berguna untuk menentukan diagnosis
lebih lanjut. b. Pemeriksaan darah seri anemia Pemeriksaan darah seri
anemia terdiri dari hitungan trombosit, leukosit, laju endap darah dan
hitungan retikulosit. Automatic hematology analyzer yang dapat
memberikan presisi hasil lebih baik. 15 c. Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsung tulang memberikan informasi mengenai keadaan
sistem hematopoiesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk menentukan
diagnosis definitif pada beberapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsung
tulang diperlukan untuk diagnosis anemia aplastic, anemia megaloblastic
serta kelainan hematologic. d. Pemeriksaan khusus Pemeriksaan ini hanya
dikerjakan atas indikasi khusus, seperti pada: a) Anemia defisiensi besi:
serum, TIBC (total iron binding capacity), reseptor transferrin,
protoporfirin eritrosit, saturasi transferrin dan pengecatan besi pada
sumsum tulang b) Anemia megalobastik: Folat serum, tes supresi
deoksiuridin, vitamin B12 serum dan test schilling c) Anemia hemolitik:
test comb, elektroforesis hemoglobin, bilirubin serum d) Anemia Aplastik:
biopsy sumsum tulang Jika diperlukan pemeriksaan non-hematologik
tertentu seperti
pemeriksaan faal hati, faal ginjal, atau faal tiroid (Bakta , 2017)

8. Cara Mengobati dan Pencegahan Anemia


a. Asupan Makanan
Makanan yang kaya zat besi Besi adalah mineral mikro yang paling banyak
ada di dalam tubuh manusia dan hewan, di dalam tubuh manusia dewasa
terdapat sekitar 3,5 gram. Zat besi terdapat banyak juga di dalam makanan
(Almatsier, 2014). Sumber zat besi adalah makanan hewani seperti daging,
ayam, dan ikan. Sumber lainnya adalah telur, kacang-kacangan, sayur hijau
dan beberapa jenis buah (Marmi, 2013). Sumber 16 makanan yang
mengandung zat besi yang mudah diabsorbsi oleh tubuh adalah protein
hewani seperti daging, ikan, telur, dan lainnya (Irianto , 2014). Pada umumnya
makanan zat besi di dalam daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan
yang tinggi dalam zat besi. Zat besi yang terdapat pada serealia dan kacang-
kacangan mempunyai ketersediaan yang sedang. Sedangkan, zat besi yang
terdapat pada sebagian sayur-sayuran terutama yang mengandung asam
oksalat tinggi seperti bayam yang mempunyai ketersediaan yang rendah
(Almatsier, 2014).
Makan yang mengandung vitamin C Fungsi vitamin C adalah meningkatkan
daya tahan tubuh dari serangan penyakit dan membantu proses penyembuhan
luka, meningkatkan sel-sel darah putih yang dapat melawan infeksi sehingga
flu dapat sembuh dengan cepat, membantu mengaktifkan asam folat dan
meningkatkan penyerapan zat besi mencegah anemia (Dwi, 2010) Fasilitator
absorbsi besi sangat dikenal dengan sebutan asam askorbat atau vitamin C.
Vitamin C sangat berpengaruh dalam meningkatkan penyerapan zat besi.
Vitamin C juga membantu mengurangi efek penghambatan absorbsi zat besi
pada tubuh, sangat dianjurkan mengkonsumsi sumber vitamin C, seperti
jambu biji, jeruk, kiwi, apel dan sumber vitamin C yang lain (Almatsier,
2014).

b. Pemberian Suplement zat besi Seseorang yang menderita anemia dapat


diobati dengan memberikan supplement zat besi, jika anemia sudah terjadi
tubuh tidak bisa menyerap zat besi dalam jumlah yang banyak dalam waktu
yang relative singkat. Oleh karena itu dapat diobati dengan cara
memberikan supplement zat besi. Supplement biasanya diberikan kepada
golongan yang rawan kurangan zat besi yaitu seperti balita, anak sekolah,
wanita 17 usia subur, dan ibu hamil. Pemberian supplement tablet zat besi
pada golongan tersebut dilakukan karena kebutuhan zat besi yang sangat
besar sedangkan jika untuk asupan makanan saja tidak mencukupi
kebutuhan (Almatsier, 2014). Bentukbentuk supplement zat besi anak
adalah yaitu tetes, sirup, tablet kunyah, jeli dan bubuk. Membaca aturan
penggunaan pada kemasan dan sesuai aturan dokter (IDAI, 2011). Menurut
IDAI (2011) memberikan 5 rekomendasi terkait pemberian supplement besi
untuk menanggulangi anemia defisiensi besi yaitu: Rekomendasi I
Supplement besi yang diberikan pada semua anak, di prioritaskan mulai usia
balita 0-5 tahun, terutama pada usia 0-2 tahun. Rekomendasi II Lama
pemberian dan dosis supplement besi, yaitu 1) Bayi
BBLR.
9. Prinsip Diet
Widyakarya pangan dan gizi (1998), dalam Almatsier (2002) menetapkan
angka kecukupan zat besi untuk Indonesia pada dewasa perempuan adalah 14
sampai 26 mg. kebutuhan kehamilan perlu penambahan 20 mg per hari.
Kebutuhan zat besi ini dapat dipenuhi dengan mengonsumsi zat besi atau
mengonsumsi bahan makanan yang cukup mengandung zat besi. Oleh karena
itu prinsip diet ibu hamil harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Ibu hamil harus mengonsumsi sejumlah tablet zat besi sesuai dengan
anjuran selama kehamilan yang dimulai pada trimester dua dan tiga.
b. Diet sehari-hari harus mengandung zat besi seperti daging, ayam, ikan,
telur, kacang-kacangan, sayuran hijau dan buah.
c. Konsumsi makanan yang mengandung vitamn C, karena vitamin C
meningkatkan penyerapan zat besi. 12
d. Menghindari minum teh atau minum kopi pada waktu makan.
e. Menghindari makanan yang mengandung EDTA (mentega, kerang
kalengan, bumbu salad), karena dapat mengurangi tersedianya zat besi
non-heme sebesar 50%.
f. Memasak menggunakan panci besi.
g. Hindari factor diet lainnya yang membatasi tersedianya zat besi seperti
filat, zat yang terdapat dalam gandum.
h. Konsumsi pula bahan makanan yang banyak mengandung asam folat dan
vitamin B12, karena anemia dapat terjadi kombinasi kekurangan zat besi
asam folat dan vitamin B12.

10. Syarat-syarat diet penyakit anemia adalah:


a. Energy sesuai kebutuhan yang diberikan 2515,356 kkal
b. Protein tinggi 1,5gr/kg BB yaitu sebesar 91,5 gram
c. Lemak sedang diberikan 25% yaitu sebesar 69,871 gram
d. Karbohidrat sesuai kebutuhan diberikan 380,13 gram
e. Vitamin dan mineral terutama pemberian Fe, asam folat, dan vitamin B12
serta vitamin C.

11 . Diet Tepat Cegah Anemia

Siapa pun pasti tidak ingin mengalami penyakit kurang darah atau anemia.
Selain merusak produktivitas dan kreativitas kerja, penderita anemia rentan
terhadap komplikasi penyakit lainnya. Hal tersebut terjadi karena memiliki
daya tahan tubuh yang rendah. Wanita lebih rentan terkena penyakit anemia.
Namun, jangan berkecil hati dulu, semuannya bisa dihindari dengan
melakukan diet sehat dan tepat bagi tubuh. Sebenarnya, banyak hal bisa
dilakukan oleh wanita agar terhindar dari anemia, seperti menjaga asupan zat
besi, misalnya mengonsumsi jus jeruk setelah makan dan mengindari
konsumsi teh usai makan. Sebab, teh dapat membuat zat besi yang dikonsumsi
bersama makanan larut dan terbuang percuma. Kepintaran menyiasati
makanan yang dikonsumsi bisa membuat tubuh terhindar dari anemia.
Penderita anemia bisa meningkatakan konsumsi daging, makanan laut, buah
dan sayur. Sementara itu, agar terhindar dari anemia, disarankan agar
membatasi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi,
dengan menghindari makanan yang mengandung phytat, seperti yang terdapat
pada kacang-kacangan, bijibijian, dan tepung. Selain itu, hindari pula konumsi
the, kopi, dan coklat. 16 Sejatinya, semua makanan yang dihindari tersebut
baik bagi tubuh. Namun, hindari mengonsumsi sebelum makan besar.
Misalnya, minumlah teh dua jam sebelum atau sesudah makan. Jangan ketika
makan besar minumnya teh. Kebiasaan ini dapat membuat zat besi yang sudah
dikonsumsi larut. Strategi terbaik guna mengubah pola makan adalah dengan
mengombinasikan zat besi dalam menu makanan. Dari berbagai sumber,
berikut adalah beberapa makanan yang kaya akan zat besi:
a. Apricot. Buah ini mengandung zat besi yang sempurna guna memastikan
tubuh mendapatkan asupan zat besi.
b. Bit hijau. Bit hijau merupakan sumber vitamin A dan B12. Bit hijau juga
dapat memperkaya darah dengan besi dan mangan.
c. Jagung. Jagung kaya akan zat besi dan tembaga. Jagung juga sumber
vitaminA dan C yang baik.
d. Telur. Telur kaya akan semua mineral, termasuk besi dan vitamin B. teluyr
idea dikonsumsi saat sarapan karena mengandung jumlah energy yang
memadai.
e. Kangkung. Kangkung adalah sumber vitamin A, B, dan C yang baik.
Kangkung juga mengandung zat besi, kalsium, dan kalium yang tinggi.
f. Molase. Molase menyediakan sumber zat besi yang sangat baik guna
mengatasi anemia.
g. Kismis. Kismis mengandung zat besi yang sangat tinggi. Kismis
merupakan makanan yang bersifat basa dan dapat membantu mengatasi
kondisi asam tubuh.
h. Bayam. Selain zat besi, bayam juga mengandung vitamin A. bayam harus
menjadi bagian diet rutin semua orang.
i. Daging. Daging dapat meningkatkan jumlah hemoglobin dan kaya zat besi.
Selain itu, daging mudah diserap oleh usus, sehingga tidak mengakibatkan
pencernaan tersumbat. Namun, jangan berlebihan mengonsumsi daging
karena dapat membuat resiko serangan jantung bertambah.
j. Sayuran. Sayuran merupakan salah satu makanan penambah darah. Akan
tetapi, tidak semua sayuran dapat mengurangi anemia. Sayuran penambah
darah yang baik adalah bayam, ubi, kacang polong hijau, kacang merah,
kol, lobak, kentang, brokoli dan sawi.
k. Buah-buahan. Selain memperlancar aliran darah , buah-buahan seperti
kismis, plum, apel, anggur, dan melon juga menambah jumlah sel darah
merah.
l. Kacang almond. Beberapa jenis kacang dapat mengatasi kekurangan darah,
terutama kacang almond.
m. Roti dan serealia. Makanan ini bisa memberikan
n. persen zat besi jika anda mengonsumsi setiap hari.

12. Nutrisi Yang Dibutuhkan Ibu Hamil Dengan AnemiaA.

a. Nutrisi Zat besi


TujuanZat besi diperlukan untuk membantu tubuh memproduksi sel darah
merahsegar yang kaya oksigen dan nutrisi. Aliran darah, oksigen, serta
nutrisi sangat penting untuk mendukung proses tumbuh kembang janin dan
memelihara kondisi plasenta tetap optimal. Kebutuhan zat besi harian ibu
hamil yang disarankan adalah27 mg per hari. Pada trimester ketiga
kehamilan, kebutuhan zat besi ini meningkathingga 40mg per hari.2.
SyaratBadan Kesehatan Dunia dan CDC di Amerika Serikat mengatakan ibu
hamiltergolong memiliki anemia jika kadar pada trimester pertama dan
ketiga, kadarhemoglobinnya (Hb) kurang dari 11 gr/dL atau hematokritnya
(Hct) kurang dari 33%.Sementara anemia pada trimester kedua terjadi ketika
kadar Hb kurang dari 10,5 g/dLatau Hct kurang 32% setelah dites.3.
Indikasia. Ibu hamil yang didiagnosa pasti anemia berdasarkan
pemeriksaanlaboratorium b. Ibu kurang makan makanan kaya zat besi, sejak
dari sebelumdan semasa hamil.4. Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkanMakanan yang termasuk tinggi zat besi adalah:
a).Daging (sapi atau unggas) rendah lemak yang dimasak matang.
b).Makanan laut seperti ikan, cumi, kerang, dan udang yang dimasak
matang.
c).Telur yang dimasak matang
d).Sayuran hijau, misalnya bayam dan kangkung.
e).Kacang polong.
f).Produk susu yang telah dipasteurisasi
g).Kentang
h). Gandum
i). Memenuhi kebutuhan vitamin C, Agar tubuh dapat menyerap zat besi
denganmaksimal, diperlukan juga vitamin C, yang dapat ditemukan dalam
jeruk,stroberi, kiwi, dan tomat.
j).Memenuhi kebutuhan vitamin A, seperti wortel, mangga dan ubi
yangmembantu penyerapan zat besi.
k).Minum Suplemen, CDC merekomendasikan ibu hamil untuk
mengonsumsisuplemen besi sebanyak 30 mg per hari sejak cek kandungan
pertama kaliuntuk mencegah anemia defisiensi besi.Makanan yang tidak
dianjurkan adalah: Menghindari minum kopi, teh dan alkohol yang bisa
mengurangi kemampuantubuh menyerap zat besi

B. Nutrisi Folat

a. TujuanAsam folat adalah vitamin yang penting untuk menjaga kesehatan


saat hamil.Fungsi asam folat adalah untuk membentuk protein baru di dalam
tubuh yangmenghasilkan sel darah merah dan membentuk DNA pada janin,
perkembangan otakdan sumsum tulang belakang bayi. Mencukupi kebutuhan
asam folat dapat mencegahrisiko bayi terlahir mengalami cacat tabung saraf,
seperti spina bifida dananencephaly, hingga 72 persen. Ibu hamil disarankan
mengonsumsi sekita 400-600mikrogram [mcg] asam folat per hari.2.
SyaratIbu hamil yang kekurangan asupan asam folat (vitamin B9) dan
tidakmemiliki gangguan malabsorpsi tubuh yang tidak dapat menyerap asam
folat secaraefektif dan biasanya disebabkan oleh gangguan pencernaan,
seperti penyakit Celiac.3. Indikasia. Ibu yang merencanakan kehamilan
b. Ibu hamil yang kurang makan makanan yang mengandung folat4. Bahan
makanan yang dianjurkanPeningkatan asupan asam folat per trimeser
biasanya berkisar dari 400 – 600mcg per hariMakanan tinggi folat meliputi:
a).Sayuran daun hijau, seperti bayam, brokoli, seledri, buncis, lobak hijau,
atauselada.
b).Keluarga jeruk.
c).Alpukat, pepaya, pisang, anggur.
d).Kacang-kacangan, seperti kacang polong, kacang merah, kacang
kedelai,kacang hijau.
e).Biji bunga matahari (kuaci)f.Gandumg.Kuning telur
h). Minum suplemen, Sementara untuk suplemen folat, WHO dan Kemenkes
RImerekomendasikan minum dosisnya sebanyak 400 mcg/hari
sesegeramungkin begitu akan merencanakan kehamilan dan terus
dilanjutkan sampai 3 bulan setelah melahirkan.

c. Nutrisi Vitamin B12


a). TujuanVitamin B12 diperlukan tubuh untuk membantu mendaur ulang sel
darahmerah lama yang sudah rudak dan produksi sel darah merah baru.
Maka jika ibuhamil kurang mengonsumsi makanan tinggi vitamin B12,
gejala anemia bisa munculsebagai akibatnya. Ibu hamil membutuhkan 2,6 –
2,8 mikrogram [mcg] vitamin B12setiap harinya.
b). SyaratIbu hamil yang tidak mengalami masalah dalam mengolah
makanan, misalnya CeliacDisease yang menyebabkan seseorang tidak dapat
mengolah protein dalam makananatau bakteri yang tumbuh dan berkembang
di usus kecil.
c). Indikasia.
-Ibu yang merencanakan kehamilan
-Ibu hamil yang memiliki gangguan pencernaan seperti Celiac dan
Crohn,karena mengganggu kerja tubuh menyerap vitamin 12 dengan baik.c.
-Ibu hamil kurang mengonsumsi makanan tinggi vitamin B124. Bahan
makanan yang dianjurkana.jeruk,kacang polong, kacang kedelai, sayuran
hijau,gandum,daging, telur, susuh, sereal yang diperkaya vitamin B12.
DAFTAR PUSTAKA

https://eprints.umm.ac.id/63432/3/BAB%20II.pdf

https://www.scribd.com/document/474959186/Makalah-Diet-Anemia-1 Maret
2022 https://www.academia.edu/5564846/RESUME_ANEMIA 2013

https://www.studocu.com/id/n/39096699?sid=01686233203
https://www.scribd.com/document/428010499/Makalah-Gizi-Diet-Ibu-

Hamil-

Anemia-b-laili 30 September 2019

Anda mungkin juga menyukai