Anda di halaman 1dari 13

ETIKA DAN KEWENANGAN BIDAN DALAM

ASUHAN PERSALINAN
kelompok 7
Tarisa putri wulandari npm 22.15401.10.18
Anjeli npm 22.15401.10.16
Elsi npm 22.15401.10.13
PENGERTIAN
 Kata ini pada Bahasa Yunani memiliki padanan kata yaitu ethos (tunggal) yang
berarti kebiasaan, tingkah laku manusia, adab, akhlak, watak, perasaan. sikap
dan cara berfikir, serta ta etha yang berarti adab kebiasaan. Sementara pada
Bahasa Inggris, ada kata ethics yang memiliki arti ukuran tingkah laku atau
perilaku manusia yang baik, tindakan yang tepat, yang harus dilaksanakan oleh
manusia sesuai dengan moral pada umumnya (Asmawati and Amri, 2011).
 Menurut Bertens dalam Wahyuningsih and Zein (2005), etika merupakan nilai
atau norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya. Hal ini berhubungan erat dengan prinsip
dasar yang membimbing makhluk hidup dalam berpikir dan bertindak.
 kewenangan adalah hak untuk melakukan sesuatu untuk melakukan sesuatu
atau memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu agar tercapai tujuan
tertentu. Pengguna kewenangan secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi
efektifitas organisasi
PROSES PERSALINAN
 Kala I : dimulai sejak uterus berkontraksi dan servik mengalami pembukaan hingga
tercapainya pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini berlangsung selama 18 hingga 24
jam serta terbagi ke dalam dua fase berikut:
 Fase laten : Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan proses penipisan dan
pembukaan servix yang terjadi secara bertahap. Servix mengalami pembukaan kurang
dari 4 cm umumnya berlangsung di bawah hingga 8 jam.
 Fase aktif : Fase ini terbagi lagi menjadi 3 fase: akselerasi, dilatasi maximal, dan
deselerasi. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
dianggap adekuat apabila berlangsung 3 kali atau lebih dalam 10 menit dan terjadi
selama 40 detik atau lebih). Pembukaan servix dari 4 ke 10 cm, yang umumnya bertahap
sebanyak 1 cm atau lebih perjam hingga permbukaan lengkap (10 cm). Bagian terendah
janin mengalami penurunan.
Asuhan Persalinan Kala I Bidan menilai dengan tepat bahwa persalinan sudah mulai, lalu
memberikan asuhan dan pemantauan memadai, memperhatikan kebutuhan klien selama
proses persalinan. Dengan
LANJUTAN

 Kala II : Persalinan kala II dimulai sejak terbukanya serviks secara lengkap hingga bayi
lahir. Kala II dalam persalinan berlangsung 2 jam pada kasus primi dan 1 jam pada
kasus multi.
 Adapun tanda dan gejala kala II yaitu ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi, ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan
vaginanya, perinium menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani membuka, dan
meningkatnya. pengeluaran lendir bercampur darah. Tanda pasti kala dua ditentukan
dengan cara pemeriksaan dalam yang hasilnya adalah pembukaan serviks lengkap dan
terlihatnya bagian kepala bayi melalui introtus vagina
Persalinan Kala II yang Aman Bidan memberikan pertolongan persalinan secara aman
dengan sopan dan sikap menghargai kepada klien serta memperhatikan tradisi setempat.
LANJUTAN

 Kala III : persalinan atau disebut juga kala uri (kala pengeluaran plasenta) dimulai setelah
lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban dan berlangsung
tidak lebih dari 30 menit.
 Penatalaksanaan yang dilakukan pada kala tiga persalinan adalah Manajement Aktif Kala
(MAK) III. Tujuan dari MAK III adalah membuat uterus berkontraksi lebih efektif
sehingga dapat mempersiapkan waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan
darah selama kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan pelepasan plasenta secara
spontan .
 Selain itu, penting untuk diketahui tanda-tanda pelepasan plasenta, yaitu:
 Bentuk dan ukuran uterus mengalami perubahan.
 Uterus menjadi bundar dan terdorong ke atas oleh plasenta yang sudah terlepas dari
Segmen Bawah Rahim
 Tali pusat memanjang.
 Adanya semburan darah tiba tiba.
 Penatalaksanaan aktif persalinan Kala III Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan
benar agar membantu pengeluaran plasenta dan selaput tubuh secara lengkap.
LANJUTAN

 Kala ini adalah fase kritis yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir dua jam
setelah itu. Pada Kala IV perlu dilakukan pemantauan 15 menit pada jam pertama
setelah kelahiran plasenta dan 30 menit pada jam kedua, serta jika kondisi ibu tidak
stabil, perlu dipantau lebih sering. Hal yang diperhatikan dalam pemantauan adalah
sebagai berikut:
 Tingkat kesadaran.
 Tanda vital.
 Kontraksi uterus.
 Perdarahan (dianggap normal jika jumlah perdarahan tidak melebihi 400-500cc)
(Kurniarum, 2016).
ETIKA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN PADA PERSALINAN

Menurut Beauchamp Childress dalam (Astuti, 2016), ada 4 (empat) pendekatan prinsip
dalam etika kesehatan:
 Tindakan diarahkan sebagai penghargaan terhadap kapasitas otonom tiap individu.
 Menghindari berbuat kesalahan.
 Murah hati dalam memberikan hal bermanfaat dengan segala konsekuensinya,
 Keadilan dan keberanian dalam memberikan penjelasan mengenai manfaat dan risiko
yang dihadapi.
Dalam pelayanan kebidanan, etika menjadi isu utama karena pentingnya penerapan hal ini
dalam praktik. Sebagai pemberi pelayanan, bidan harus menjamin profesionalisme dan
akuntabilitas serta legalitas dalam pelayanan kebidanan yang dilakukan .
LANJUTAN

Dalam asuhan persalinan, terdapat 5 aspek dasar (Lima Benang Merah) yang melekat pada
setiap persalinan. Lima Benang Merah tersebut adalah:
 Membuat keputusan klinik.
 Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi.
 Pencegahan Infeksi.
 Pencatatan (Rekam Medik) Asuhan Persalinan.
 Rujukan.

Asuhan Sayang Ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan, dan keinginan
ibu. Hal ini sejalan dengan aplikasi etika dalam praktik kebidanan pada persalinan.
KEWENANGAN BIDAN DALAM ASUHAN PERSALINAN

 Episiotomi
Kewenangan bidan di praktik klinik mandiri dan klinik bersalin untuk melakukan tindakan
episiotomi yang di perluas, sekaligus penjahitan luka jalan lahir yang luas pada penyulit
persalinan normal pervaginam tidak diatur. Pada bidan praktik mandiri ketika berhadapan
dengan kegawatdaruratan, maka bidan boleh melakukan tindakan diluar kewenangan demi
menyelamatkan janin dan ibu dari kematian, dengan syarat harus ada persetujuan dari pasien
dan keluarga, dan tidak ada dokter yang dimintai konsul dalam melakukan tindakan tersebut.
Hal ini tidak berlaku bagi bidan di klinik bersalin, dan kewenangan diperoleh melalui
delegasi dari dokter.
 Penjahitan perineum derajat I dan II
 Derajat I
Luas robekan hanya sampai mukosa vagina, komisura posterior, tanpa mengenai kulit
perineum
 Derajat II
Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum dan otot perineum.
LANJUTAN

 Penanganan kegawatdaruratan
UU No.4 tahun 2019 pasal 59
 Dalam keadaan gawat darurat untuk pemberian pertolongan pertama, bidan dapat
melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan sesuai dengan kompetensinya
 Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk
meneyelamatkan nyawa klien
 Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan yang
mengancam nyawa klien
 Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh bidan
sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
 Penanganan keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) – (4)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
LANJUTAN

 Rujukan
UU No.4 Tahun 2019 Pasal 61
 Bidan dalam melaksanakan praktik kebidanan berkewajiban :
 Memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, dan mematuhi kode etik, standar
profesi, standar pelayanan profesi, standar prosedur operasional
 Memberikan informasi yang benar, jelas dan lengkap mengenai tindakan kebidanan kepada klien dan atau
keluarganya sesuai kewenangannya
 Memperoleh persetujuan dari klien atau keluarganya atas tindakan yang akan diberikan.
 Merujuk klien yang tidak dapat ditangani ke dokter atau fasilitas pelayanan kesehatan
Kondisi yang memerlukan perujukan
 KPD
 PEB/Eklamsia
 HPP (sisa plasenta, atonia uteri, ruptur jalan lahir)
 HAP (Plasenta previa. Solutia plasenta)
 MALL posisi dan presentasi
 Fetal distress
 Gemeli
 Inversio uteri
PEMBERIAN UTEROTONIKA PADA PERSALINAN
 kewenangan bidan dalam melakukan suntikan oksitosin kepada ibu bersalin setelah bayi
lahir (manajemen aktif kala III ) dan pada ibu postpartum
 uu no, 36 tahun 2009 pasal 23
 permenkes no. 1464 tahun 2010 pasal 10 ayat 3
 permenkes no.28 tahun 2017
KESIPULAN
Etika merupakan nilai atau norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. Hal ini berhubungan erat dengan
prinsip dasar yang membimbing makhluk hidup dalam
berpikir dan bertindak. Sedangkan kewenangan adalah
hak untuk melakukan sesuatu untuk melakukan sesuatu
atau memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu
agar tercapai tujuan tertentu. Pengguna kewenangan
secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi efektifitas
organisasi.

Anda mungkin juga menyukai