Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN INC

(INTRANATAL CARE) PADA NY.M DI RUANG VK BERSALIN PMB


SUMIDA ARIYANTI PASURUAN

Oleh :
SITI ANNISA ULHOFIYAH
NIM. 1801089

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


DENGAN JUDUL

INC (INTRANATAL CARE) PADA NY.T DI RUANG VK BERSALIN


PMB SUMIDA ARIYANTI PASURUAN

Telah disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

Siti Annisa Ulhofiyah

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

Anggrainy Puspitasari Amd.Keb Ns. Erik Kusuma, S.Kep., M.Kes

Mengetahui,

Kepala Ruangan

Sumida Ariyanti S.ST., M.Kes


LAPORAN PENDAHULUAN

1. PENGERTIAN

Persalinan adalah suatu proses dimana fetus dan plasenta keluar dari

uterus, ditandai dengan peningkatan aktifitas myometrium (frekuensi dan

intensitas kontraksi) yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks

serta keluarnya lendir darah (“show”) dari vagina. Persalinan dan kelahiran

normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup

bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang

berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada

janin. (Prawirohardjo, 2017)

Menurut WHO persalinan normal adalah : persalinan yang dimulai

secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama

proses persalinan. Dari seluruh persalinan, didapatkan lebih dari 80% proses

persalinan berjalan normal dan sekitar 15-20% terjadi komplikasi persalinan.

UNICEF dan WHO menyatakan bahwa hanya 5% - 10% saja yang

membutuhkan seksio sesarea. Namun kenyataannya menurut sensus survey

demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 bahwa kematian ibu

penyebab utama adalah komplikasi karena partus lama. Insiden ini menyebabkan

persalinan sering berlangsung ditengah proses persalinan dengan tindakan.

2. ETIOLOGI

Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori

menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi

rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2015)


2.1 Teori Penurunan Hormone

1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone

progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –

otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah

sehingga timbul his bila progesterone turun.

2.2 Teori Placenta Menjadi Tua

Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan

kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.

Sebab-sebab terjadinya persalinan sampai saat ini belum diketahui secara

pasti, kemungkinan adanya banyak faktor yang saling berkaitan, sehingga

pemicu persalinan menjadi multifaktor. Beberapa teori yang kompleks

yang dianggap berpengaruh terhadap kejadian persalinan, yaitu faktor

hormon, fetus, plasenta, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh tekanan

pada saraf dan nutrisi.

3. PATOFISIOLOGI

3.1 Kala satu (kala pembukaan)

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus atau

dikenal dengan “his” yang teratur dan meningkat (baik frekuensi maupun

kekuatannya) hingga serviks berdilatasi hingga 10 cm (pembukaan

lengkap) atau kala pembukaan berlangsung dari mulai adanya pembukaan

sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan kala satu, his yang timbul

tidak begitu kuat sehingga ibu masih koperatif dan masih dapat berjalan-

jalan. Kala satu persalinan dibagi menjadi tiga fase, yaitu:


a. Fase laten

1) Pembukaan servik 0 cm (awal) sampai 5 cm (akhir).

2) Kontraksi tidak teratur dan kemajuan dari teratur menjadi ringan ke

sedang, durasi 5 sampai 30 menit terpisah, 30 sampai 45 detik.

3) Pembukaan dan penipisan servik sebagian.

4) Pecahnya membrane/ketuban secara spontan (SROM) atau

pecahnya membran/ketuban buatan (AROM).

5) Ibu banyak berbicara dan bersemangat.

b. Fase aktif : Tahap 1 berakhir 8 sampai 20 jam (primigravida) atau 2

sampai 14 jam (multigravida/multipara) setelah mencapai fase ini.

3.2 Pembukaan servik 4 cm (awal) sampai 7 cm (akhir)

3.3 Kontraksi tidak teratur, sedang menjadi kuat, durasi 3 sampai 5

menit terpisah, 40 sampai 70 detik.

3.4 Servik membuka 7 cm dengan penipisan servik yang cepat.

3.5 Dimulainya penurunan janin.

3.6 Ibu menjadi sangat cemas dan gelisah seiring dengan kontraksi

yang intensif; perasaan ketidaberdayaan mungkin dilaporkan.

c. Fase transisi : Berakhir saat pembukaan lengkap pada 10 cm

1. Pembukaan serviks 8 sampai 10 cm.

2. Kontraksi teratur, kuat menjadi sangat kuat, durasi 2 sampai 3

menit terpisah, 45 sampai 90 detik.

3. Ibu lelah, marah, gelisah dan merasa tidak berdaya dan tidak

mampu menangani persalinan (ini adalah fase tersulit dalam

persalinan).
4. Mual dan muntah dan sensasi kebutuhan untuk memiliki gerakan

usus mungkin terjadi.

5. Desakan untuk mengejan terjadi.

6. Blood show/pengeluaran lendir darah meningkat seiring dengan

pengeluaran air ketuban.

3.2 Kala dua (pengeluaran bayi)

Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi. Kala dua disebut

juga dengan kala pengeluaran bayi. Tanda dan gejala kala dua adalah:

a. Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya kontraksi.

b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau

vaginanya.

c. Perineum menonjol.

d. Vulva-vagina dan spingter ani membuka.

e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Pada kala dua persalinan his/kontraksi yang semakin kuat dan

teratur. Umumnya ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap

dengan diikuti keinginan meneran. Kedua kekuatan, his dan keinginan

untuk meneran akan mendorong bayi keluar. Kala dua berlangsung hingga

2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara.

Pada kala dua, penurunan bagian terendah janin hingga masuk ke

ruang panggul sehingga menekan otot-otot dasar panggul yang secara

reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran, karena adanya penekanan

pada rektum sehingga ibu merasa seperti mau buang air besar yang
ditandai dengan anus membuka. Saat adanya his bagian terendah janin

akan semakin terdorong keluar sehingga kepala mulai terlihat, vulva

membuka dan perineum menonjol.

3.3 Kala tiga (pelepasan uri)

Kala tiga persalinan disebut juga dengan kala uri atau kala

pengeluaran plasenta. Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi

dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Setelah kala

dua persalinan, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit.

Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan

Nitabuch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat

diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda:

a. Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri.

1) Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,

uterus berbentuk bulat penuh dan umum tinggi fundus uteri di

bawah pusat.

2) Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah,

uterus berubah bentuk menjadi seperti buah pear/alpukat dan tinggi

fundus uteri menjadi di atas pusat.

b. Tali pusat bertambah panjang.

c. Terjadi semburan darah secara tiba-tiba perdarahan (bila pelepasan

plasenta secara Duncan/dari pinggir).

Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala tiga adalah

retensio plasenta, plasenta lahir tidak lengkap, perlukaan jalan lahir. Pada
kasus retensio plasenta, tindakan manuak plasenta hanya dapat dilakukan

dengan pertimbangan terdapat perdarahan.

3.4 Kala empat (pemantauan)

Kala empat dimulai dari setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua

jam setelah itu. Pada kala paling sering terjadi perdarahan postpartum,

yaitu pada 2 jam pertama postpartum. Masalah/komplikasi yang dapat

muncul pada kala empat adalah perdarahan yang mungkin disebabkan oleh

atonia uteri, laserasi jalan lahir dan sisa plasenta. Oleh karena itu harus

dilakukan pemantauan, yaitu pemantauan kontraksi dan mencegah

perdarahan pervaginam. Pemantauan pada kala IV dilakukan:

a. Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan.

b. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

c. Jika utrus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan penatalaksanaan

atonia uteri yang sesuai.

Kontraksi uterus selama kala empat umumnya tetap kuat dengan

amplitudo sekitar 60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti

oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan

membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan

trombus terjadi penghentian pengeluaran darah postpartum. Kekuatan his

dapat diperkuat dengan memberi obat uterotonika. Kontraksi ikutan saat

menyusui bayi sering dirasakan oleh ibu postpartum, karena pengeluaran

oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior. Pengeluaran oksitosin sangat

penting yang berfungsi:


a. Merangsang otot polos yang terdapat disekitar alveolus kelenjar

mamae, sehingg ASI dapat dikeluarkan.

b. Oksitosin merangsang kontraksi uterus dan mempercepat involusi

uteri.

c. Kontraksi otot uterus yang disebabkan oksitosin mengurangi

perdarahan postpartum.

4. MANIFESTASI KLINIS

4.1 Gejala awal

a. Lightening/drapping

Proses terjadinya penurunan bagian kepala janin memasuki

pintu bawah panggul. Lightening terjadi beberapa minggu atau

beberapa jam sebelum persalinan. Penurunan kepala janin biasanya

bervariasi waktunya pada primigravida maupun multigravida. Pada

primigravida penurunan kepala berlangsung pada usia kehamilan 36

minggu dan pada multigravida berlangsung pada usia kehamilan 38

minggu. Proses lightening dipengaruhi oleh adanya peregangan pada

jaringan otot dan bagian persendian tulang pelvis, diameter pelvis

anterior-posterior sedikit bertambah luas.

b. Perubahan bentuk perut

Penurunan kepala, berdampak terhadap fundus uteri. Fundus uteri

turun dan perut tampak melebar ke samping.

c. Perubahan pola berkemih

Terjadi lightening yakni penurunan kepala ke dalam rongga panggul

akan menekan kandung kemih yang ada di bagian anterior panggul.


Kondisi ini membuat ibu sering mengalami frekuensi berkemih yang

berlebihan dan hampir tidak dapat menahan kontraksi untuk berkemih.

d. Braxton hicks

Braxton hicks diawal kehamilan telah ada, namun semakin usia

kehamilan matur intensitas braxton hicks semakin kuat dan tidak

menimbulkan nyeri. Kondisi ini dipengaruhi adanya penekanan kepala

janin di daerah lumbal dan thorakal pada saat kepala janin memasuki

rongga panggul. Faktor lain yakni pengaruh hormon estrogen dan

progesterone yang berkurang diakhir kehamilan sehingga memicu

sekresi oksitosis dari posterior hipofisis. Dengan demikian kontraksi

uterus akan muncul yang diawali dengan braxton hicks. Sehingga

braxton hicks sering disebut dengan gejala false labor.

e. Pengeluaran mucus vagina

Sekresi serviks meningkat yang dikeluarkan lewat vagina.

Konsentrasinya pada awalnya kental dan berangsur-angsur seperti

lender. Dengan demikian serviks mulai mengalami pendataran

(effacement) dan terjadi pengeluaran plug mucus. Plug mucus adalah

yang menutupi kanalis servikalis dan sering bercampur dengan darah

(blood sleem).

4.2 Gejala Inpartu

Beberapa minggu menjelang persalinan, intensitas braxton hicks

contraction semakin meningkat. Pada masa-masa itu terjadi pembentukan

segmen bawah uterus untuk mengakomodasi bagian terbawah janin.

Proses dilatasi dan pendataran seringkali terjadi sebelum persalinan


terutama pada multipara. Pada multipara, tanda show jarang terlihat dan

untuk menetapkan awal persalinan seringkali diperlukan waktu yang agak

lama.

a. Kontraksi uterus

Kontraksi berlangsung teratur, intensitas semakin kuat,

durasinya semakin lama dan semakin sering. Kontraksi ini membuat

miometrium meregang sehingga membuat ibu merasa tidak nyaman.

Munculnya kontraksi dalam 10 menit pada awalnya 2 kali dalam yakni

5 menit sekali.

b. Pengeluaran

Mucus serviks yang keluar semakin sering, konsistensi encer

dan bercampur dengan darah.

c. Kadang disertai adanya ketuban pecah dini. Kondisi ini berlangsung

bila ada masalah pada selaput amnion. Dalam hal ini bukan merupakan

gejala persalinan normal.

d. Pada saat pemeriksaan dalam/vaginal touché, serviks sudah mengalami

effacement (pendataran) dan dilatasi (pembukaan).

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

5.1 Pemeriksaan darah lengkap

1) Hb normal = 11,4 – 15,1 gr/dl

2) Golongan darah = A, B, AB, & O

3) Faktor RH = +/-

4) Waktu pembekuan

5) Protein urine
6) Urine reduksi

6. Ultrasonografi

Ultrasonografi dapat mengidentifikasi kehamilan ganda, animaly janin,

atau melokalisai kantong amnion pada amniosintesis.

7. Amniosintesis

Guna mengidentifikasi secara dini adanya kelainan kongenital yang

dialami oleh janin sehingga dapat ditentukan tindakan untuk terminasi

kehamilan atau melanjutkan kehamilan.

8. Amnioskopi

Guna membantu menseleksi kasus secara cermat untuk dilakukan induksi

persalinan bila pada kehamilan ditemukan risiko janin.

9. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

Menurut Halminton (2015) penatalaksanaan Pre-eklampsi berat

pada kehamilan 37 minggu:

9.1 Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru,

dengan pemeriksaan shake dan rasio L/S maka penangannya adalah

sebagai berikut:

a) Berikan suntikan sulfas magnesikus dosis 8 gr intramuskuler,

kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskuler setiap 4

jam (selama tidak ada kontra-indikasi).

b) Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus

dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria

preeklampsi ringan (kecuali jika ada kontra-indikasi).


c) Selanjutnya wanita dirawat diperiksa dan janin dimonitor,

penimbangan berat badan seperti pre-eklampsi ringan sambil

mengawastii mbul lagi gejala.

d) Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi

kehamilan : induksi partus atau cara tindakan lain, melihat keadaan.

10. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin,

maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37

minggu.

Sedangkan penatalaksanaan untuk Pre-eklampsi berat pada kehamilan 37

minggu ke atas adalah sebagai berikut:

10.1Penderita di rawat inap

10.1.1 Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi

10.1.2 Berikan diit rendah garam dan tinggi protein

10.1.3 Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr intramuskuler 4 gr

bokong kanan dan 4 g bokong kiri

10.1.4 Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam

10.1.5 Syarat pemberian MgSo4 adalah : refleks patela (+);

diurese 100 cc dalam 4 jam yang lalu; respirasi 16 permenit dan

harus tersedia antidotumnya: kalsiumg lukonas 10%a mpul 10 cc.

10.1.6 Infus dekstrosa 5 % dan Ringer laktat

10.2Obat antihipertensif : injeksi katapres I ampul i.m dan selanjutnya

dapat diberikan tablet katapres 3x½ tablet sehari.


10.3Diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru

dan kegagalan jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikkan

inhavena lasix 1 ampul.

10.4Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan

induksi partus dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai

oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.

10.5Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forseps, jadi

wanita dilarang mengedan

10.6Jangan berikan methergin postpartum, kecuali terjadi perdarahan

disebabkan atonia uteri.

10.7Pemberian sulfas magnesikus kalau tidak ada kontraindikasi,

diteruskan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jampostpartum.

10.8Bila ada indikasi obstetik dilakukan seksio cesaria.


11. PATHWAY

Kehamilan (37 – 42 mg)

Tanda inpartus

Proses persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Esterogen & Kepala bayi turun Kontraksi Kontraksi uterus


progesteron jelek

Oksitosin Rasa ingin mengejan Rahim kecil, tebal Atonia uteri

Ketegangan otot Ekspulsi Plasenta lepas Lahir


Robek jalan rahim Risiko l
Perdarahan
Resiko Perdarahan
Nyeri melahirkan
Nyeri
Melahirkan Risiko Infeksi
Devisit Volume cairan

Risiko
Infeksi
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN

2.1.1 Kala I

a. Memeriksa tanda-tanda vital.

b. Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi serviks dan penurunan

karakteristitik yang mengambarkan kontraksi uterus: frekuensi,

internal, intensitas, durasi, tonus.

c. Penipisan serviks, evasemen mendahului dilatasi serviks pada

kehamilan pertama dan sering diikuti pembukaan dalam kehamilan

berikutnya.

d. Pembukaan serviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang

menentukan bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan

kemajuan persalinan.

e. Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah fetus,

letrak janin, penurunan janin.

f. Pemeriksaan Vagina: membran, serviks, foetus, station.

g. Tes diagnostik dan laboratorium: Specimen urin, tes darah, ruptur

membran, cairan amnion (warna, karakter dan jumlah).

2.1.2 Kala II

a. Tanda yang menyertai kala II: Keringat terlihat tiba-tiba diatas bibir,

adanya mual, bertambahnya perdarahan, gerakan ekstremitas,

pembukaan serviks, his lebih kuat dan sering, ibu merasakan tekanan

pada rektum, merasa ingin BAB, ketuban +/-, perineum menonjol,


anus dan vulva membuka, gelisah mengatakan saya ingin BA, pada

waktu his kepala janin tampak di vulva.

b. Melakukan monitoring terhadap: His (frekuensi, kekuatan, jarak,

intensitas), keadaan janin (penurunan janin melalui vagina), kandung

kemih penuh/tidak, nadi dan tekanan darah.

c. Durasi kala II → kemajuan pada kala II : Primigravida berlangsung

45– 60 menit , multipara berlangsung 15 – 30 menit.

2.1.3 Kala III

a. Pelepasan plasenta ditandai oleh tanda-tanda berikut:

1) Adanya kontraksi vunds yang kuat

2) Perubahan pada bentuk uterus dari bentuk lonjong ke bentuk bulat

pipih sehingga plasenta bergerak kebagian bawah

3) Keluarnya darah hitam dari introuterus

4) Terjadinya perpanjangan taliu pusat sebagai akibat plasenta akan

keluar.

5) Penuhnya vagina (plasenta diketahui pada pemeriksaan vagina

atau rektal , atau membran poetus terlihat pada introitus).

b. Status Fisik mental

Perubahan secara Psikologi setelah melahirkan akan dijumpai,

curah jantung meningkat dengan cepat pada saat sirkulasi maternal ke

plasenta berhenti.didapatkan melalui pemeriksaan: Suhu, nadi, dan

pernafasan, pemeriksaan terhadap perdarahan (warna darah dan

jumlah darah)
c. Tanda-tanda masalah potensial: Saat praktisi keperawatan primer

mengeluarkan plasenta perawat mengobservasi tanda-tanda dari ibu,

perubahan tingkat kesadaran atau perubahan pernafasan

2.1.4 Kala IV

a. Tanda tanada vital: Vital sign dapat memberikan data dasar untuk

diagnosa potensial,komplikasi seperti perdarahan dan hipertermia.

Pada kala IV observasi vital sign sangat penting untuk mengetahui

perubahan setelah melahirkan seperti : pulse biasanya stabil sebelum

bersalin selama 1 jam pertama dan mengalami perubahan setelah

terjadi persalinan yaitu dari cardiovaskuler.

b. Kandung kemih: Dengan observasi dan palpasi kandung kemih. Jika

kandung kemih menengang akan mencapai ketinggian suprapubik dan

redup pada perkusi. Kateterisasi mungkin diperlukan mencegah

peregangan kandung kemih dan retensi kandung kencing jika klien

tidak bisa kencing.

c. Lochea: Jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi perineum

ibu dan kain dibawah bokong ibu. Jumlah dan ukuran gumpalan

darah jika dilihat dicatat hasil dan bekuannya.

d. Perinium: Perawat menanyakan kepada ibu atau menganjurkan untuk

mengiring dan melenturkan kembali otot otot panggul atas dan

dengan perlahan-lahan mengangkat bokong untuk melihat perineum.

e. Temperatur: Temperatur ibu diukur saat satu jam pertama dan

sesuaikan dengan keadaan temperatur ruangan. Temperatur biasanya

dalam batas normal selama rentang waktu satu jam pertama,kenaikan


pada periode ini mungkin berhubungan dengan dehidrasi atau

kelelahan.

f. Kenyamanan: Kenyamannan ibu dikaji dan jenis analgetik yang

didapatkan selama persalinan akan berpengaruh terhadap persepsi

ketidaknyamanannya.

g. Tanda-tanda potensial masalah: Karena pendarahan dapat

menyebabkan potensial masalah komplikasi,perawat harus waspada

adanya potensial komplikasi (Nurarif, 2015).

2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut SDKI, (2017).Diagnosa yang mungkin muncul pada intranatal

meliputi:

2.2.1 (D.0097) Nyeri melahirkan b.d pengeluaran janin


2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

2.3.1 (D.0097) Nyeri melahirkan b/d pengeluaran janin

SLKI SIKI
KODE LUARAN KODE INTERVENSI
Luaran Utama Intervensi Utama
I.08238 Manajemen Nyeri
L.08066 Tingkat nyeri, dengan kriteria
Hasil : Observasi :
1. Keluhan nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
2. Meringis menjadi rileks kualitas, intensitas nyeri
3. Tidak ada kesulitan tidur 2. Identifikasi skala nyeri
4. Perineum terasa tertekan 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
menjadi normal 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
5. Uterus teraba membulat memperingan nyeri
menjadi normal 5. Identifikasi engaruh budaya terhadap
respon nyeri
6. Monitor efek samping analgetik
Luaran Tambahan 7. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
Kontrol Nyeri, dengan kriteria Terapeutik :
L.08063
hasil : 1. Berikan teknik non farmakologis untuk
1. Melaporkan nyeri terkontrol mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupuntur, terapi musik, terapi
yang semula rendah menjadi
pijat, aromaterapi, dll)
meningkat
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
2. Kemampuan mengenali rasa nyeri
penyebab nyeri yang semula 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
turun menjadi meningkat 4. Pertimbangkan jenis dan sumber rasa
nyeri
3. Kemampuan menggunakan Edukasi :
teknik nonfarmakologis 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
menjadi meningkat nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
4. Keluhan nyeri yang semula 3. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
ada menjadi tidak ada 4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5. Penggunaan analgesik
5. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
menurun
mengurangi rasa nveri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
diperlukan
2.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan

rencana asuhan keperawatan yang telah disusun atau ditentukan

sebelumnya berdasarkann rencana tindakan yang telah dibuat, dimana

tindakan yang dilakukan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi

(Tarwoto & Wartonah, 2013).

2.5 EVALUASI

a. Kala I

1) Nyeri berkurang dan terkontrol

2) Tidak terjadi cedera janin

3) Perubahan eliminasi urine teratasi

4) Tidak terjadi kerusakan pertukaran gas

b. Kala II

1) Nyeri berkurang atau terkontrol

2) Klien mempertahankan tanda vital yang tepat

3) Klien tampak mengejan

c. Kala III

1) Pemenuhan kebutuhan cairan adekuat

2) Nyeri berkurang atau terkontrol

3) Tidak terjadi cidera

d. Kala IV

1) Pemenuhan kebutuhan cairan adekuat

2) Nyeri berkurang atau terkontrol


DAFTAR PUSTAKA

Bobak. (2015). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Johnson , Joyce Y. (2014). Keperawatan Maternitas. Diterjemahkan oleh: Diana

Kurnia S. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Manurung, Suryani. (2011). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan

Keperawatan INTRANATAL. Jakarta: Trans Info Media

Martin, Reeder dkk. (2011). Keperawatan Maternal Kesehatan Wanita, Bayi dan

Keluarga. Vol I. Edisi 18. EGC: Jakarta

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Prawirohardjo, S. 2015. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI

Anda mungkin juga menyukai