Anda di halaman 1dari 32

STAGE

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN

NAMA MAHASISWA : PUPUT MUNAFIROH


NIM : P1337424820149
RUANGAN : PKM TEMBARAK
TANGGAL PRAKTIK : 01 – 01- 2021
PEMBIMBING : Nuril Nikmawati,S.Kep,Ns,
M.Kes

BERKAS DIKUMPULKAN : 01-01-2021


HARI/ TGL PENYERAHAN :
PENERIMA :

PRODI PROFESI KEBIDANAN SEMARANG POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKESSEMARANG
TAHUN 2020
BAB II

TINAUAN TEORI

A. Asuhan Persalinan
Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman
selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan
komplikasi terutama pendarahan pasca persalinan, hipotermia, dan asfiksia
bayi baru lahir. Sementara itu, fokus utamanya adalah mencegah
terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan satu pergeseran paradigma dari
sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah
komplikasi yang mungkin terjadi.
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan
kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu
dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintregasi dan lengkap serta
intervensi minimal hingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang optimal (Sarwono,2009).

1. Definisi Persalinan
Proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu – 40 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu
jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan peruahan serviks
(Prawiroharjdo,2009:h 100).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Walyani dan
Purwoastuti, 2015)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (shofa, 2015)

2. Tanda-Tanda dan Gejala Persalinan


Menurut Sumarah (2009) membagi tanda persalinan sudah dekat,
meliputi:
a. Terjadi His Persalinan
His atau kontraksi uterus yang terjadi teratur, intervalnya
makin pendek dan kekuatannya makin besar, menimbulkan
ketidaknyamanan yang disertai rasa sakit pada pinggang yang
menjalar ke depan di sekitar abdomen bawah berlanjut terus
semakin meningkat frekuensinya, mempunyai pengaruh terhadap
perubahan serviks dan makin beraktivitas maka kekuatannya makin
bertambah.
b. Pengeluaran Lendir Dan Darah (Show)
Keluaran lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak
karena robekan-robekan pada kapiler pembuluh darah serviks yang
diakibatkan oleh pendataran dan pembukaan serviks.
c. Pendataran Dan Pembukaan Serviks
Pendataran serviks adalah pemendekan dari kanalis servikalis
yang semula berupa sebuah saluran yang panjang 1-2 cm menjadi
suatu lubang dengan pinggir yang tipis, sedangkan pembukaan
serviks adalah pembesaran dari ostium externum yang berupa
lubang dengan diameter beberapa milimeter menjadi lubang yang
dapat dilalui bayi kira-kira 10 cm.
d. Pengeluaran Cairan
Ketuban pecah menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian
besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap, dengan
pecahnya ketuban diharapkan persalinan akan berlangsung dalam
waktu 24 jam.
e. Engagement Presenting Part
Kepala janin akan mengalami engagement atau terbenam ke
dalam panggul. Pada primigravida peristiwa ini terjadi 3-4 minggu
sebelum proses persalinan dimulai.
f. Pembentukan Tonjolan Ketuban
Pembentukan tonjolan ketuban atau cairan amnion/ ketuban
yang terperangkap dalam serviks di depan presenting part, tonjolan
ini terasa tegang pada saat his dan dapat mengalami ruptur.
Ruptura selaput amnion dapat terjadi setiap saat dalam proses
persalinan, biasanya terjadi pada akhir kala satu persalinan.

3. Tahapan Persalinan
Kala-kala persalinan dibagi menjadi empat kala (Damayanti,dkk,
2014;h. 11-14) yaitu:
1) Kala 1 (pembukaan)
Ibu dikatakan dalam tahap persalinan kala 1:
a) Jika sudah terjadi pembukaan serviks dan kontraksi terjadi
teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik.
b) Kala 1 adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap).
c) Proses pada kala 1 terbagi menjadi 2 fase, yaitu:
(1) Fase laten (8 jam) dari pembukaan serviks 0 cm sampai 3
cm.
(2) Fase aktif (7 jam) dari pembukaan serviks 3 cm sampai
pembukaan 10 cm. dibagi menjadi 3 fase yaitu:
(a) Fase akselerasi (2 jam) dari pembukaan 3 cm sampai 4
cm.
(b) Fase dilatasi maksimal (2 jam) dari pembukaan 4 cm
sampai 9 cm.
(c) Fase deselerasi (2 jam) dari pembukaan 9 cm sampai 10
cm.
(3) Lamanya untuk primigravida berlangsung 12-14 jam
sedangkan pada multigravida sekitar 6-8 jam.
(4) Berdasarkan kurve friedman diperhitungkan pembukaan
primigravida 1 cm per jam dan pembukaan multigravida 2
cm perjam.
2) Kala 2 (pengeluaran bayi)
a) Kala 2 adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan
lengkap sampai bayi lahir.
b) Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan meneran
akan mendorong bayi hingga lahir.
c) Lamanya proses ini berlangsung Selama 1,5-2 jam pada
primigravida dan 0,5-1 jam pada multigravida.
d) Diagnosis persalinan kala 2 ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah
lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan
diameter 5-6 cm.
e) Tanda gejala kala 2: dorongan meneran, tekanan anus,
perineum menonjol dan vulva membuka.
3) Kala 3 (pelepasan plasenta)
a) Kala 3 adalah waktu untuk pelepasan plasenta dan pengeluaran
plasenta.
b) Berlangsung setelah kala 2 yang tidak lebih dari 30 menit,
kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit.
c) Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi uterus, maka plasenta
lepas dari lapisan nitabusch.
d) Tanda-tanda terlepasnya plasenta, sebagai berikut:
(1) Uterus menjadi berbentuk globuler.
(2) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta terlepas ke
segmen bawah rahim.
(3) Tali pusat semakin panjang
(4) Terjadinya perdarahan.
e) Melahirkan plasenta dilakukan dengna dorongan ringan secara
crede pada fundus uterus.
4) Kala 4 (observasi)
Hal penting yang harus diperhatikan pada kala 4 persalinan, yaitu:
a) Kontraksi uterus harus baik.
b) Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain.
c) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap.
d) Kandung kemih harus kososng.
e) Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma.
f) Resume keadaan umum ibu dan bayi.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan


Menurut Sarwono (2010), faktor yang mempengaruhi persalinan
diantaranya :
a. Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri
dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar
janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada trintangan,
maka jalan lahir tersebut harus normal.
b. Power (Kekuatan)
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang
terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu.
Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang
dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
c. Passanger
1) Janin
Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin.
Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan.
2) Presentasi
Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada di
bagian bawah rahim yang dapat dijumpai pada palpasi atau
pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi
bokong, presentasi bahu, dan lain-lain.

5. Teori Penyebab Bermulanya Persalinan


Berdasarkan Buku Obstetri Fisiologi Fakultas Kedokteran Unpad dan
Manuaba dalam Marmi (2012), terdapat beberapa teori yang
menyatakan kemungkinan bermulanya proses persalinan yakni sebagai
berikut:
a. Teori Penurunan Kadar Hormon Progesteron
Progesteron berfungsi menurunkan kontraktilitas rahim selama
kehamilan. Pada akhir kehamilan progesteron mengalami
penururnan sehingga mengakibatkan peningkatan kontraksi
rahim karena sintesa prostaglandin di chorioamnion.
b. Teori Rangsangan Esterogen
Estrogen menyebabkan iritabilitas miometrium yang
memungkinkan sintesa prostaglandin pada desidua dan selaput
ketuban sehingga menyebabkan kontraksi uterus.
c. Teori Reseptor Oksitosin
Kontraksi persalinan tidak berlangsung secara mendadak
melainkan berlangsung lama dengan persiapan semakin
meningkatnya reseptor oksitosin. Oksitosin dikeluarkan oleh
kelenjar hipofise posterior. Distribusi reseptor oksitosin
dominan pada fundus uteri dan semakin berkurang jumlahnya di
SBR. Menurunnya kadar progesteron akibat tuanya kehamilan
menyebabkan oksitosin meningkat, sehingga persalinan dapat
dimulai.
d. Teori Keregangan Ukuran
uterus yang makin membesar dan mengalami peneganganakan
mengakibatkan otot-otot uterus mengalami iskemia sehingga
mungkin dapat menjadi faktor yang mengganggu sirkulasi
uteroplasenta yang pada akhirnya membuat plasenta mengalami
degenerasi. Ketika uterus berkontraksi akan menimbulkan
tekanan hidrostatik dan kantong amnion akan melebarkan
saluran serviks.
e. Teori Fetal Cortisol
Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen,
selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi
prostaglandin yang menyebabkan iritability miometrium
meningkat.
f. Teori Fetal Membran
Meningkatnya hormon estrogen menyebabkan terjadinya
esterified sehingga menghasilkan aracnoid acid yang
membentuk prostaglandin dan mengakibatkan kontraksi
miometrium.
g. Teori Prostaglandin
Prostaglandin meningkat sejak usia 15 minggu. Prostaglandin
dapat menyebabkan kontraksi miometrium. Hal tersebut
disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi dalam
air ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum
persalinan maupun selama persalinan.
h. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang serviks terdapat ganglion servikale (fleksus
Frankenhauser). Bila ganglion tersebut digeser dan ditekan oleh
kepala janin maka akan timbul kontraksi.
i. Teori Plasenta Menua
Plasenta yang menua menyebabkan penurunan kadar esterogen
dan progeteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah,
hal tersebut menyebabkan kontraksi rahim.
j. Teori Tekanan Serviks
Fetus yang memiliki presentasi yang baik dapat merangsang
akhiran syaraf sehingga serviks menjadi lunak dan terjadi
dilatasi internum yang mengakibatkan SAR dan SBR bekerja
berlawanan sehingga terjadi kontraksi dan retraksi

Sistem Perubahan Fisiologi

Tubuh
1) Terjadi Kontraksi Uterus

Pada awal persalinan, kontraksi uterus berlangsung setiap 15- 20


menit dengan durasi 15-20 detik setelah itu kontraksi akan terjadi
setiap 5-7 menit dengan durasi 30-40 detik. Selama fase aktif,
kontraksi uterus menjadi lebih sering dengan durasi yang lebih
panjang yakni 40 detik hingga mencapai 60 detik menjelang akhir
fase aktif (Varney, 2008).
2) Pembentukan Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah
Rahim (SBR) SAR dibentuk oleh corpus uteri yang sifatnya aktif
yaitu berkontraksi. Sedangkan SBR terbentang di uterus bagian
bawah antar istmus, dengan serviks serta otot yang tipis dan elastis
(Arsinah, 2010). Segmen bawah rahim memegang peranan pasif
yaitu mengadakan relaksasi dan dilatasi sehingga menjadi saluran
tipis dan teregang yang nantinya akan dilalui oleh bayi (Nurasiah,
dkk, 2014).
3) Penipisan dan Pembukaan Serviks

Pendataran pada serviks merupakan pemendekan dari kanalis


servikalis yang semula berupa sebuah saluran sepanjang 1-2 cm,
menjadi sebuah lubang dengan pinggir yang tipis (Asrinah, 2010).
Setelah menipis, akan terjadi pembukaan pada serviks
(Sulistyawati, 2014). Pembukaan serviks merupakan pembesaran
dari ostium eksternum yang tadinya berupa satu lubang dengan
hanya berdiameter beberapa milimeter menjadi lubang yang dapat
dilalui oleh janin. (Rohani, 2011)
4) Perubahan pada Vagina dan Dasar Panggul

Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar


panggul ditimbulkan oleh bagian depan janin (Rohani, 2011).

6. Perubahan Fisiologi dan psikologi pada Persalinan


Tekanan darah meningkat selama kontraksi disertai dengan
peningkatan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan diastolik rata- rata
5-10 mmHg (Arsinah, 2010). Begitu pula dengan denyut jantung
akan mengalami peningkatan selama kontraksi (Nurasiah, 2014).
Sistem
Kardiovaskuler
Metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob akan
meningkat. Peningkatakn metabolisme disebabkan oleh ansietas
Metabolisme
dan aktvitas otot rangka (Arsinah, 2010).
Sistem Sedikit peningkatan frekuensi pernafasan dianggap normal selama
persalinan (Sulistyawati, 2014).
Respirasi
Poliuria sering terjadi selama persalinan, yang dikarenakan oleh
kardiak output yang meningkat serta disebabkan oleh glomerulus
serta aliran plasma ke renal. Kandung kencing harus sering
dikontrol setiap 2 jam yang bertujuan tidak menghambat bagian
terendah janin dan trauma pada kandung kemih serta menghindari
Sistem Renal retensi urin setelah melahirkan (Nurasiah, 2014).
Pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat berkurang,
menyebabkan pencernaan hampir terhenti selama persalinan.
Makanan yang masuk ke lambung kemungkinan besar akan tetap
berada dalam perut selama persalinan. Lambung yang penuh dapat
Sistem
menimbulkan ketidaknyamanan (Sulistyawati, 2014).
Pencernaan
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu
mencapai tingkat tertinggi selama persalinan dan segera setelah
persalinan. Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5

– 10°C. Namun jika keadaan ini berlangsung lama, kenaikan suhu


mengindikasikan dehidrasi. Paremeter lain yang harus dilakukan
adalah selaput ketuban sudah pecah atau belum, karena ini
Suhu Badan bisa merupakan tanda infeksi (Varney, 2008).
Selain adanya perubahan fisiologi, selama proses persalinan kala I
ibu bersalin juga mengalami perubahan psikologi. Beberapa
keadaan bisa terjadi pada ibu selama proses persalinan, terutama
bagi ibu yang pertama kali melahirkan (Nurasiah, 2014). Kondisi
psikologis yang sering terjadi selama persalinan kala I adalah
sebagai berikut:

1) Fase laten

Pada awal persalinan, terkadang pasien belum cukup yakin


bahwa ia akan benar-benar melahirkan meskipun tanda-tanda
persalinan cukup jelas. Pada tahap ini penting bagi orang
terdekat dan bidan untuk meyakinkan dan memberi dukungan
mental terhadap kemajuan persalinan (Sulistyawati, 2014).
Seiring dengan kemajuan proses persalinan dan intensitas rasa
sakit akibat his yang meningkat, pasien akan mulai merasakan
putus asa dan lelah. Ia akan selalu menanyakan apakah ini sudah
hampir berakhir. Pasien akan senang setiap kali dilakukan
pemeriksaan dalam dan berharap bahwa hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa proses persalinan akan segera berakhir.
Beberapa pasien akhirnya dapat mencapai suatu coping
mechanism terhadap rasa sakit yang timbul akibat his, misalnya
dengan pengaturan nafas atau dengan mengubah posisi
(Sulistyawati, 2014).

2) Fase aktif

Pada persalinan stadium dini, ibu masih tetap makan dan


minum, tertawa atau berbincang-bincang dengan riang diantara
kontraksi. Begitu terjadi kemajuan persalinan, ibu tidak punya
lagi keinginan untuk makan atau berbincang-bincang, dan ia
menjadi pendiam serta bertindak lebih didasari naluri (Nurasiah,
2014). Pada sebagian besar pasien akan mengalami penurunan
stamina dan sudah tidak mampu lagi untuk turun dari tempat
tidur terutama pada primigravida (Sulistyawati, 2014). Ketika
persalinan semakin kuat, ibu menjadi kurang mobilitas atau
memegang sesuatu saat kontraksi. Stadium transisi (akhir kala I
persalinan) dianggap sebagai hal yang paling menyakitkan bagi
ibu. Hormon stress pada persalinan berada pada puncaknya. Ibu
yang mengalami nyeri ekstrim tidak memiliki kemampuan
mendengar atau berkonsentrasi pada segala sesuatu kecuali
melahirkan. Untuk mengatasi stress atau kecemasan pada ibu
bisa dilakukan dengan cara menganjurkan untuk berjalan-jalan,
mengubah posisi, atau mencoba memusatkan pada
pernafasannya serta melakukan pemantauan baik ibu maupun
janin (Nurasiah, 2014). Perubahan-perubahan yang terjadi
selama persalinan merupakan hal yang fisiologis terjadi pada ibu
bersalin, tetapi tidak semua ibu bersalin bisa menerima
perubahan-perubahan tersebut. Terkadang perubahan-perubahan
tersebut dirasakan sebagai suatu ketidaknyamanan yang
akhirnya bisa berdampak buruk terhadap proses persalinan. Oleh
karena itu seorang penolong persalinan diharapkan mampu
untuk membantu ibu bersalin agar bisa menerima perubahan
yang terjadi pada tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan ibu
bersalin. Menurut Lesser dan Keane dalam Arsinah (2010),
terdapat lima kebutuhan dasar selama kala 1 persalinan yang
perlu dipenuhi oleh seorang bidan untuk memberikan asuhan
kepada ibu bersalin. Kebutuhan dasar tersebut antara lain
sebagai berikut:
1) Dukungan fisik dan psikologis

Setiap ibu yang memasuki proses persalinan biasanya


diliputi oleh perasaan takut, khawatir, ataupun cemas,
terutama pada ibu primigravida. Perasaan takut biasanya
meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang dan ibu
bersalin menjadi tetap lelah, yang pada akhirnya akhirnya
akan menghambat proses persalinan.Asuhan yang sifatnya
mendukung adalah suatu standar pelayanan kebidanan.
Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan turut
serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Dukungan
dapat diberikan oleh orang-orang terdekat pasien.

2) Kebutuhan makanan dan cairan

Makanan padat tidak boleh diberikan selama persalinan


aktif, karena makanan padat lebih lama tinggal dalam
lambung daripada makanan cair, sehingga proses
pencernaan berjalan lebih lambat selama proses persalinan.
Untuk mencegah dehidrasi, pasien dapat diberikan
minuman segar (jus buah, sup, teh manis, dll) selama proses
persalinan, namun bila mual muntah dapat diberikan cairan
IV (RL).

3) Kebutuhan eliminasi

Kandung kemih harus dikosongkan setiap 2 jam selama


proses persalinan. Demikian pula dengan jumlah dan waktu
berkemih juga harus dicatat. Bila pasien tidak mampu
berkemih sendiri, dapat dilakukan kateterisasi, karena
kandung kemih yang penuh akan menghambat penurunan
kepala janin. Selain itu, juga akan meningkatkan rasa tidak
nyaman. Rectum yang penuh akan mengganggu penurunan
bagian terbawah janin, namun bila pasiean mengatakan
ingin BAB, bidan harus memungkinkan adanya tanda gejala
masuk pada kala II. Bila diperlukan sesuai dengan indikasi
bisa dilakukan tindakan lavement, meskipun tindakan ini
bukan merupakan tindakan rutin selama persalinan.

4) Posisioning dan aktifitas

Persalinan merupakan suatu peristiwa normal. Untuk


membantu ibu tetap tenang dan rileks maka bidan dapat
mengarahkan ibu untuk mengambil posisi senyaman
mungkin. Bidan memberitahu ibu bahwa ia tidak perlu
terlentang terus- menerus saat persalinan. Jika ibu sudah
tidak nyaman bidan bisa mengambil tindakan yang positif
dengan mengubah posisi ibu seperti menganjurkan ibu
berjalan-jalan atau mengambil posisi yang lain. Bidan harus
menciptakan suasana yang nyaman dan tidak menunjukkan
ekspresi terburu-buru, sambil memberikan kepastian yang
menyenangkan serta pujian lainnya. Saat memberikan
dukungan fisik dan emosional dalam persalinan, bidan
harus melakukan semuanya dengan cara penuh kasih
sayang. Dukungan yang dilakukan harus aman dan sesuai
evidence based, memungkinkan ibu merasa nyaman dan
aman secara emosional, menghormati praktik-praktik
budaya, keyakinan agama serta memastikan informasi yang
diberikan telah memadai serta dapat dipahami oleh ibu.

B. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan


Proses Manajemen Kebidanan menurut Varney (2007) terdiri dari 7
langkah yang secara periodik disaring ulang, proses manajemen ini terdiri
dari pengumpulan data, antisipasi atau tindakan gawat daruratan, rencana
tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap (Asrinah, 2010).
a. Data Subyektif
Merupakan Informasi yang dicatat dan diperoleh dari hasil
wawancara langsung kepada pasien/klien atau dari keluarga dan
tenaga kesehatan (Hidayat, 2009).
Identitas pasien Identitas ini untuk mengidentifikasi pasien dan
menentukan status sosial ekonominya yang harus kita ketahui
seperti anjuran apa yang akan diberikan (Hani, dkk. 2010)
1) Nama pasien
Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap untuk
menghindari adanya kekeliruan atau untuk membedakan
dengan pasien yang lain (Wulandari, 2008).
2) Umur
Umur penting untuk dikaji karena ikut menentukan
prognosis kehamilan. Jika umur terlalu tua atau terlalu
muda, maka persalinan lebih banyak resikonya (Hani, dkk.
2010)
3) Suku/Bangsa
Ditujukan untuk mengetahui adat istiadat yang
menguntungkan dan merugikan bagi pasien (Wulandari,
2008).
4) Agama
5) Untuk mempermudah bidan dalam melakukan pendekatan
di dalam melaksanakan asuhan kebidanan (Wulandari,
2008). Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual karena tingkat
pendidikan mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang
(Wulandari, 2008).
6) Pekerjaan
Untuk mengetahui pekerjaan pasien dan tanggung jawabnya
dalam rumah sehingga dapat mengidentifikasi resiko yang
yang berhubungan dengan pekerjaan pasien (Varney, 2006).
7) Alamat pasien
8) Untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam
keadaan mendesak sehingga bidan mengetahui tempat
tinggal pasien (Wulandari, 2008) .
9) Alasan masuk RB/RS : Adalah alasan yang membuat pasien
datang berhubungan dengan kehamilannya (Saifudin, 2008).
10) Keluhan Utama :Alasan pasien mengunjungi ke klinik dapat
berhubungan dengan sistem tubuh (Varney, 2006). Pasien
mengeluhkan mengeluarkan cairan dari jalan lahir, berbau
khas, belum ada kenceng-kenceng dan belum ada
pengeluaran lendir darah (Nugroho, 2012).
11) Riwayat Kesehatan :
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Adalah riwayat kesehatan yang diderita saat ini oleh
pasien. Penyakit menular seperti TBC, hepatitis, Malaria,
HIV/AIDS, Penyakit keturunan seperti jantung,
hipertensi, DM, Asma, Alergi Obat (Janah, 2011).
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Merupakan riwayat penyulit yang dahulu pernah diderita
seperti Jantung, Hipertensi, DM, Asma, Hepar dan
HIV/AIDS (Kusmiyati, 2008).
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adalah riwayat kesehatan yang pernah diderita keluarga
seperti Jantung, Asma, Hipertensi, DM, Kembar, kanker,
penyakit ginjal, TB, epilepsi (Hani, 2011).
12) Riwayat Perkawinan
13) Penting untuk dikaji karena akan mendapatkan gambaran
mengenai suasana rumah tangga pasangan. Nikah berapa kali,
status pernikahan syah/tidak, menikah pada umur berapa
tahun, dengan suami umur berapa tahun, lama pernikahan
berapa tahun (Sulistyawati, 2009).
14) Riwayat Obstetri
a) Riwayat Menstruasi
Data yang diperoleh sebagai gambaran tentang keadaan
dasar dari organ reproduksinya. Menarche (pertama kali
haid), siklus (jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya), lamanya menstruasi,
banyaknya darah, bau, warna, konsistensi, ada
dismenorhe dan flour albus atau tidak, keluhan (keluhan
yang dirasakan ketika mengalami menstruasi)
(Sulistyawati, 2009).
b) Riwayat kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Tanggal kelahiran, usia kehamilan aterm atau tidak,
bentuk persalinan (spontan, SC, forcep atau vakum),
penolong, tempat, masalah obstetri
dalam kehamilan (preeklamsi, ketuban pecah dini, dll ),
dalam persalinan (malpresentasi, drip oksitosin, dll),
dalam nifas (perdarahan, infeksi kandungan, dll), jenis
kelamin bayi (laki-laki/perempuan), berat badan bayi,
adakah kelainan kongenital, kondisi anak sekarang
(Hani, 2011).
15) Riwayat Kehamilan Sekarang
1) HPHT Untuk mengetahui usia kehamilan (Hani, 2011)
2) HPL Untuk mengetahui perkiraan kelahiran (Nursalam,
2009).
3) ANC (Antenatal Care)
Untuk mengetahui periksa teratur atau tidak, tempat
ANC dimana (Prawirohardjo, 2010). Pergerakan janin
dirasakan pertama kali pada usia kehamilan berapa
minggu, dalam 24 jam berapa kali, dalam 10 menit
berapa kali, TT berapa kali, Obat-obat yang di konsumsi
selama kehamilan, kebiasaan negatif ibu terhadap
kehamilannya (merokok, narkoba, alkohol, minum
jamu), keluhan (Janah, 2011).

16) Riwayat KB
Kontrasepsi yang pernah dipakai, lamanya pemakaian
kontrasepsi, alasan berhenti, rencana yang akan datang
(Janah, 2011).
17) Pola kebutuhan sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Penting untuk diketahui supaya kita mendapatkan
gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya
selama hamil (Sulistyawati, 2009).

Makanan : Frekuensi, banyaknya, jumlah, pantangan,


keluhan.

Minuman : Frekuensi, banyaknya, jenis minuman,


keluhan.

b) Pola Eliminasi
Untuk memastikan keadaan kesehatan keluarga
(Sulistyawati, 2009). Dikaji BAB berapa kali/hari, BAK
berapa kali /hari, keluhan.
c) Pola Istirahat
Untuk mengetahui hambatan yang mungkin muncul jika
didapatkan data yang senjang tentang pemenuhan
kebutuhan istirahat (Sulistyawati, 2009). Dikaji tidur
siang dan tidur malam berapa jam, keluhan.
d) Pola Aktivitas
Memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas
yang dilakukan di rumah (Sulistyawati, 2009). Dikaji
pekerjaan dirumah atau pekerjaan yang dikerjakan
sehari-hari.
e) Personal Hygiene
Data yang mempengaruhi kesehatan pasien dan bayinya
(Sulistyawati, 2009). Dikaji mandi berapa kali/hari,
keramas berapa kali/minggu, ganti baju berapa kali/hari,
ganti celana dalam berapa kali/hari sikat gigi berapa
kali/hari, potong kuku berapa kali/minggu.
f) Aktivitas Seksual
Untuk mengetahui keluhan dalam aktivitas seksual yang
mengganggu (Sulistyawati, 2009). Dikaji frekuensi,
keluhan.
18) Psikososial Spiritual
19) Perlu dikaji untuk kenyamanan psikologis ibu (Sulistyawati,
2009). Dikaji respon terhadap kehamilan ini senang atau
tidak, respon suami terhadap kehamilan ini mendukung atau
tidak, respon keluarga terhadap kehamilan ini, adat istiadat.
2 Data Obyektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
khusus kebidanan, data penunjang yang dilakukan sesuai
dengan beratnya masalah (Hidayat, 2009).
a. Pemeriksaan umum
Bertujuan untuk menilai keadaan umum pasien, status
gizi, tingkat kesadaran, serta ada tidaknya kelainan
bentuk badan (Hidayat & Uliyah, 2008).
b. Kesadaran
c. Pemeriksaan yang bertujuan menilai status kesadaran
pasien (Hidayat & Uliyah, 2008).
d. Tanda vital sign
1) Tekanan darah : Untuk menilai sistem
kardiovaskuler berkaitan dengan hipertensi
(Kusmiyati, 2007). Hipertensi dalam kehamilan
dengan kenaikan ≥ 140/90 mmHg (Mitayani, 2009).
2) Nadi : Untuk menentukan masalah sirkulasi tungkai
(Takikaedi) (Mitayani, 2009). Frekuensi normal 60-
90X/ menit (Kusmiyati, 2007).
3) Suhu : Untuk mengetahui suhu tubuh pasien normal
atau tidak (Kusmiyati, 2007). Peningkatan suhu
menandakan terjadi infeksi, Suhu normal adalah
36,5-37,6oC (Mitayani, 2009).
4) Pernafasan : Untuk mengetahui sistem fungsi
pernafasan (Kusmiyati, 2007). Frekuensi normal 16-
24X/menit (Mitayani, 2009).
5) Berat Badan : Untuk mengetahui faktor obesitas,
selama kehamilan berat badan naik 9-12 kg
(Mufdlilah, 2009).
6) Tinggi Badan : Untuk menentukan kemungkinan
adanya panggul sempit (terutama pada yang pendek)
tinggi badan normal ≥ 145 cm (Mufdlilah, 2009).
7) LILA : Untuk mengetahui adanya faktor kurang
gizi bila kurang dari 23,5 cm (Mufdlilah, 2009).
e. Pemeriksaan fisik
Merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh pasien (Hidayat &
Uliyah, 2008: 140). Berikut pemeriksaan head to toe
menurut Janah, 2011).
1) Kepala : Bagaimana bentuk kepala, warna rambut
hitam atau tidak, bersih atau tidak, adakah ketombe
dan rambut rontok.
2) Muka : Pucat atau tidak.
3) Mata : Adakah gangguan penglihatan, konjungtiva
anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak).
4) Telinga : Bersih atau tidak, adakah gangguan
pendengaran, adakah masa didalam telinga.
5) Hidung : Bersih atau tidak, adakah pernafasan
cuping hidung, adakah polip.
6) Mulut dan gigi : Mulut, lidah dan gigi bersih atau
tidak, adakah caries gigi, adakah perdarahan gusi,
bibir stomatitis atau tidak.
7) Leher : Adakah pembesaran kelenjar tyroid,
adakah pembesaran vena jugularis, adakah
pembesaran getah bening.
8) Dada: retraksi dada, denyut jantung teratur atau
tidak, adakah whezzing paru-paru.
9) Ekstremitas atas : Ujung jari pucat atau tidak, tangan
dan kuku bersih atau tidak.
10) Ekstremitas bawah : adakah oedem, bagaimana
reflek patella.
11) Anus: Adakah hemoroid

d. Pemeriksaan khusus
1) Inspeksi
Proses pengamatan atau observasi untuk mendeteksi
masalah kesehatan pasien (Hidayat & Uliyah, 2008).
a) Muka : Adakah oedem, kloasma gravidarum.
b) Payudara : Bagaimana pembesaran payudara,
puting susu menonjol atau tidak, terjadi
hiperpigmentasi aerola atau tidak.
c) Abdomen : Adakah bekas luka operasi, adakah
striae gravidarum, adakah linea nigra.
d) Genetalia : Adakah pengeluaran per vagina
lendir darah, air ketuban, darah dll) (Janah,
2011). Pada kasus cairan keluar dari jalan lahir
(Nogroho, 2011).
2) Palpasi
Digunakan untuk menentukan besarnya rahim,
dengan menentukan usia kehamilan serta
menentukan letak janin dalam rahim (Hidayat &
Uliyah, 2008)
a) Payudara : Adakah benjolan abnormal, adakah
rasa nyeri, adakah pengeluaran kolostrum
(Janah, 2011).
b) Abdomen :
(1) Leopold I : Digunakan untuk
menentukan usia kehamilan dan bagian apa
janin yang ada dalam fundus.
(2) Leopold II : Digunakan untuk
menetukan letak punggung anak dan letak
bagian ke Leopold III : Digunakan untuk
menentukan bagian apa yang terdapat
dibagian bawah dan apakah bagian bawah
anak sudah masuk atau belum ke PAP.
(3) Leopold IV : Digunakan untuk
menentukan apa yang menjadi bagian
bawah dan seberapa masuknya bagian
bawah tersebut ke dalam rongga panggul
(Hidayat & Uliyah, 2008).
(4) TFU (Tinggi Fundus Uteri)
(5) TBJ (Tafsiran Berat Janin)
Jika belum masuk Panggul (TFU-12) X 155
Jika sudah masuk Panggul (TFU-11) X 155
(Janah, 2011).
3) Auskultasi
Digunakan untuk mendengarkan bunyi jantung
janin, bising tali pusat, bising usus. Dalam keadaan
sehat bunyi jantung janin 120-140 X/menit
(Hidayat & Uliyah, 2008).
4) Pemeriksaan dalam
Untuk mengetahui keadaan vagina, porsio (tebal
atau tipis), pembukaan, ketuban (utuh atau
tidak),cil pada anak. penurunan kepala (bidang
Hodge berapa), ubun-ubun kecil, dan untuk
mendeteksi kesan panggul (Nursalam, 2007). Pada
kasus selaput ketuban sudah tidak teraba, dinding
vagina teraba lebih hangat, adanya cairan di sarung
tangan (Varney, 2006)
e. Pemeriksan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Uji Ferning : dengan hasil positif disebabkan
karena pada kaca objek mikroskop terdapat
natrium klorida dan protein dalam cairan
amnion (Varney, 2008).
tes Nitrazin (tes kertas lakmus) merah menjadi
biru.
2) Pemeriksaan USG
Dapat mengidentifikasi pada janin mengenai
ukuran, bentuk dan posisi. Pada kasus untuk
pemeriksaan oligohidramnion atau
pengurangan cairan ketuban (Varney, 2008).
2. Langkah II (Kedua) : Intepretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan dinterpretasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik (Arsinah, 2010).
Diagnosis yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama)
diagnosa kebidanan (Purwandari, 2008).
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa : Ny X G...P...A... umur ... tahun, hamil ... minggu,
janin ... hidup intra uteri, letak ... puka/puki, divergen/
konvergen dengan ketuban pecah dini.
b. Data subjektif
1) Ibu mengatakan berusia berapa tahun
2) Ibu mengatakan hamil ke .. keguguran ...kali
3) Ibu mengatakan sudah mengeluaran cairan sejak
tanggal .. jam ...
4) Ibu mengatakan cemas dengan keadaan bayinya karena
ibu belum merasakan kenceng-kenceng
c. Data objektif
1) TTV (TD, N, S, RR), BB, TB, LILA.
2) Pemeriksaan palpasi abdomen LI, LII, LIII, LIVTampak
cairan keluar dari jalan lahir
3) Pembukaan cmBelum merasa kenceng-kenceng
4) Pemeriksaan tes Nitrazin (tes lakmus).
d. Masalah
Adalah kesenjangan yang diharapkan dengan fakta atau
kenyataan (Sari, 2012). Masalah yang dialami oleh pasien
dengan ketuban pecah dini adalah cemas dan gelisah dalam
menghadapi persalinan.
e. Kebutuhan.
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2009).
Kebutuhan pasien bersalin dengan ketuban pecah dini adalah
pemberian dukungan moral dan informasi berkaitan dengan
persalinan dengan ketuban pecah dini.
1. Langkah III (Ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah
Potensial.
Pada langkah ini Kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisispasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan (Arsinah dkk. 2010). Pada
langkah ini penting sekali untuk melakukan asuhan yang aman
(Sari, 2012).
2. Langkah IV (Keempat) : Mengidentifikasi dan Menetapkan
Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan
menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosa dan masalah
ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi,
kolaborasi, dan melakukan rujukan (Sari, 2012). Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
Jadi manajemen kebidanan bukan hanya selama asuhan primer
periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama
perempuan tersebut bersama bidan terus- menerus (Arsinah dkk.
2010).
3. Langkah V (Kelima) : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan
perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosa
yang ada (Sari, 2012).Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien,
atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap perempuan tersebut (Arsinah dkk.
2010). Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan
pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi
tentang apa yang akan atau tidak dilakukan oleh klien (Sari, 2012).
4. Langkah VI ( Keenam ) : Melaksanakan Perencanan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efiensi dan
aman (Arsinah dkk. 2010). Pelaksaan ini dapat dilakukan oleh
bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul
tanggunga jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (Sari, 2012).
5. Langkah VII (tujuh) : Evaluasi
Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi efektivitas dari asuhan
yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
telah apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan apa yang
telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut
bisa dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut
telah efektif sedang sebagian belum efektif (Arsinah dkk. 2010).
C. Data Perkembangan
Menurut Mufdlilah (2009) Metode SOAP merupakan catatan yang bersifat
sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsisp dari metode SOAP ini
merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.
1. S (Data Subyektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Halen
Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui anamnesa. Data subyektif ini berhubungan dengan
masalah dari sudut pandangan pasien. Data asuhan sesuai rencana
yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka
mengatasi masalah pasien. Dalam planning juga harus mencantumkan
evaluation/evaluasi yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah
diambil untuk menilai efektivitas asuhan/ hasil pelaksanaan tindakan.
Untuk mendokumentasikan proses evaluasi ini, diperlukan sebuah
catatan perkembangan, dengan tetap mengacu pada metode SOAP.
subyektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
2. O (Data Objektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Halen
Varney pertama (pengkajian data), terutama yang diperoleh melalui
hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain.
3. A (Assessment)
A (Analysis/Assessment) merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Halen Varney langkah kedua, ketiga dan keempat
sehingga mencakup hal-hal berikut ini : diagnosis/masalah kebidanan,
diagnosis/masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi
kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis/masalah
potensial dan kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi manurut
kewenangan bidan meliputi : tindakan mandiri, tindakan kolaborasi
dan tindakan merujuk klien.
4. P (Planning)
Planning/ perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan
yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis
dan intepretasi data. Menurut Halen Varney langkah kelima, keenam,
dan ketujuh. Pendokumentasien P dalam SOAP ini adalah pelaksanan
DAFTAR PUSTAKA

APN. (2017). Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR

Cunningham, G. (2006) . Obstetri William vol.1. Jakarta: EGC

Estiwidani D. (2008) . Konsep Kebidanan. Yogyakarta: EGC

JNPK-KR. 2008. Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal:


Asuhan Esensial, Pencegahan, Dan Penanggulangan Segera Komplikasi
Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Depkes RI.

Johariyah,dkk. (2012). Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL. Jakarta: Trans


Info Media

Kemenkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Jakarta: Pusat Data

Megasari, M. dkk. (2015). Panduan Belajar Asuhan Kebidanan 1. Yogyakarta :


Deepublish

Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Jilid 1.


Jakarta: EGC.

Pieter., Namora. (2010). Psikologi Untuk Kebidanan. Jakarta: PT. Fajar


Interpratama Mandiri

Pieter, HZ. dan Namora LL. (2013). Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan.
Jakarta : Kencana

Pusdiknakes. (2015) . Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta: JHPIEGO

Prawiroharjo, Sarwono. (2009). Ilmu kebidanan sarwono prawiroharjo. Jakarta :


P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Prawiroharjo, Sarwono. (2010). Ilmu kebidanan sarwono prawiroharjo. Jakarta :


P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Prawiroharjo, Sarwono. (2014). Ilmu kebidanan sarwono prawiroharjo. Jakarta :


P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Saifuddin AB. (2008). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin AB. (2009). Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: EGC

Saminem. 2008. Seri Asuhan Kebidanan: Kehamilan Normal. Jakarta: EGC

Sondakh Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Erlangga

Soepardan,S. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

Sudarti. 2010. Buku ajaran Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta. Nuha offset.

Sumarah. 2009. Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Yogyakarta : Fitramaya.

Varney. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Wiknjosastro H. 2005. Ilmu Kandungan, 3rd ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Wildan dan Aziz AH. (2008). Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Wulandari, I. (2015).

Anda mungkin juga menyukai