TINAUAN TEORI
A. Asuhan Persalinan
Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman
selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan
komplikasi terutama pendarahan pasca persalinan, hipotermia, dan asfiksia
bayi baru lahir. Sementara itu, fokus utamanya adalah mencegah
terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan satu pergeseran paradigma dari
sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah
komplikasi yang mungkin terjadi.
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan
kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu
dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintregasi dan lengkap serta
intervensi minimal hingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang optimal (Sarwono,2009).
1. Definisi Persalinan
Proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu – 40 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu
jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan peruahan serviks
(Prawiroharjdo,2009:h 100).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Walyani dan
Purwoastuti, 2015)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (shofa, 2015)
3. Tahapan Persalinan
Kala-kala persalinan dibagi menjadi empat kala (Damayanti,dkk,
2014;h. 11-14) yaitu:
1) Kala 1 (pembukaan)
Ibu dikatakan dalam tahap persalinan kala 1:
a) Jika sudah terjadi pembukaan serviks dan kontraksi terjadi
teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik.
b) Kala 1 adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap).
c) Proses pada kala 1 terbagi menjadi 2 fase, yaitu:
(1) Fase laten (8 jam) dari pembukaan serviks 0 cm sampai 3
cm.
(2) Fase aktif (7 jam) dari pembukaan serviks 3 cm sampai
pembukaan 10 cm. dibagi menjadi 3 fase yaitu:
(a) Fase akselerasi (2 jam) dari pembukaan 3 cm sampai 4
cm.
(b) Fase dilatasi maksimal (2 jam) dari pembukaan 4 cm
sampai 9 cm.
(c) Fase deselerasi (2 jam) dari pembukaan 9 cm sampai 10
cm.
(3) Lamanya untuk primigravida berlangsung 12-14 jam
sedangkan pada multigravida sekitar 6-8 jam.
(4) Berdasarkan kurve friedman diperhitungkan pembukaan
primigravida 1 cm per jam dan pembukaan multigravida 2
cm perjam.
2) Kala 2 (pengeluaran bayi)
a) Kala 2 adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan
lengkap sampai bayi lahir.
b) Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan meneran
akan mendorong bayi hingga lahir.
c) Lamanya proses ini berlangsung Selama 1,5-2 jam pada
primigravida dan 0,5-1 jam pada multigravida.
d) Diagnosis persalinan kala 2 ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah
lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan
diameter 5-6 cm.
e) Tanda gejala kala 2: dorongan meneran, tekanan anus,
perineum menonjol dan vulva membuka.
3) Kala 3 (pelepasan plasenta)
a) Kala 3 adalah waktu untuk pelepasan plasenta dan pengeluaran
plasenta.
b) Berlangsung setelah kala 2 yang tidak lebih dari 30 menit,
kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit.
c) Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi uterus, maka plasenta
lepas dari lapisan nitabusch.
d) Tanda-tanda terlepasnya plasenta, sebagai berikut:
(1) Uterus menjadi berbentuk globuler.
(2) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta terlepas ke
segmen bawah rahim.
(3) Tali pusat semakin panjang
(4) Terjadinya perdarahan.
e) Melahirkan plasenta dilakukan dengna dorongan ringan secara
crede pada fundus uterus.
4) Kala 4 (observasi)
Hal penting yang harus diperhatikan pada kala 4 persalinan, yaitu:
a) Kontraksi uterus harus baik.
b) Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain.
c) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap.
d) Kandung kemih harus kososng.
e) Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma.
f) Resume keadaan umum ibu dan bayi.
Tubuh
1) Terjadi Kontraksi Uterus
1) Fase laten
2) Fase aktif
3) Kebutuhan eliminasi
16) Riwayat KB
Kontrasepsi yang pernah dipakai, lamanya pemakaian
kontrasepsi, alasan berhenti, rencana yang akan datang
(Janah, 2011).
17) Pola kebutuhan sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Penting untuk diketahui supaya kita mendapatkan
gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya
selama hamil (Sulistyawati, 2009).
b) Pola Eliminasi
Untuk memastikan keadaan kesehatan keluarga
(Sulistyawati, 2009). Dikaji BAB berapa kali/hari, BAK
berapa kali /hari, keluhan.
c) Pola Istirahat
Untuk mengetahui hambatan yang mungkin muncul jika
didapatkan data yang senjang tentang pemenuhan
kebutuhan istirahat (Sulistyawati, 2009). Dikaji tidur
siang dan tidur malam berapa jam, keluhan.
d) Pola Aktivitas
Memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas
yang dilakukan di rumah (Sulistyawati, 2009). Dikaji
pekerjaan dirumah atau pekerjaan yang dikerjakan
sehari-hari.
e) Personal Hygiene
Data yang mempengaruhi kesehatan pasien dan bayinya
(Sulistyawati, 2009). Dikaji mandi berapa kali/hari,
keramas berapa kali/minggu, ganti baju berapa kali/hari,
ganti celana dalam berapa kali/hari sikat gigi berapa
kali/hari, potong kuku berapa kali/minggu.
f) Aktivitas Seksual
Untuk mengetahui keluhan dalam aktivitas seksual yang
mengganggu (Sulistyawati, 2009). Dikaji frekuensi,
keluhan.
18) Psikososial Spiritual
19) Perlu dikaji untuk kenyamanan psikologis ibu (Sulistyawati,
2009). Dikaji respon terhadap kehamilan ini senang atau
tidak, respon suami terhadap kehamilan ini mendukung atau
tidak, respon keluarga terhadap kehamilan ini, adat istiadat.
2 Data Obyektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
khusus kebidanan, data penunjang yang dilakukan sesuai
dengan beratnya masalah (Hidayat, 2009).
a. Pemeriksaan umum
Bertujuan untuk menilai keadaan umum pasien, status
gizi, tingkat kesadaran, serta ada tidaknya kelainan
bentuk badan (Hidayat & Uliyah, 2008).
b. Kesadaran
c. Pemeriksaan yang bertujuan menilai status kesadaran
pasien (Hidayat & Uliyah, 2008).
d. Tanda vital sign
1) Tekanan darah : Untuk menilai sistem
kardiovaskuler berkaitan dengan hipertensi
(Kusmiyati, 2007). Hipertensi dalam kehamilan
dengan kenaikan ≥ 140/90 mmHg (Mitayani, 2009).
2) Nadi : Untuk menentukan masalah sirkulasi tungkai
(Takikaedi) (Mitayani, 2009). Frekuensi normal 60-
90X/ menit (Kusmiyati, 2007).
3) Suhu : Untuk mengetahui suhu tubuh pasien normal
atau tidak (Kusmiyati, 2007). Peningkatan suhu
menandakan terjadi infeksi, Suhu normal adalah
36,5-37,6oC (Mitayani, 2009).
4) Pernafasan : Untuk mengetahui sistem fungsi
pernafasan (Kusmiyati, 2007). Frekuensi normal 16-
24X/menit (Mitayani, 2009).
5) Berat Badan : Untuk mengetahui faktor obesitas,
selama kehamilan berat badan naik 9-12 kg
(Mufdlilah, 2009).
6) Tinggi Badan : Untuk menentukan kemungkinan
adanya panggul sempit (terutama pada yang pendek)
tinggi badan normal ≥ 145 cm (Mufdlilah, 2009).
7) LILA : Untuk mengetahui adanya faktor kurang
gizi bila kurang dari 23,5 cm (Mufdlilah, 2009).
e. Pemeriksaan fisik
Merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh pasien (Hidayat &
Uliyah, 2008: 140). Berikut pemeriksaan head to toe
menurut Janah, 2011).
1) Kepala : Bagaimana bentuk kepala, warna rambut
hitam atau tidak, bersih atau tidak, adakah ketombe
dan rambut rontok.
2) Muka : Pucat atau tidak.
3) Mata : Adakah gangguan penglihatan, konjungtiva
anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak).
4) Telinga : Bersih atau tidak, adakah gangguan
pendengaran, adakah masa didalam telinga.
5) Hidung : Bersih atau tidak, adakah pernafasan
cuping hidung, adakah polip.
6) Mulut dan gigi : Mulut, lidah dan gigi bersih atau
tidak, adakah caries gigi, adakah perdarahan gusi,
bibir stomatitis atau tidak.
7) Leher : Adakah pembesaran kelenjar tyroid,
adakah pembesaran vena jugularis, adakah
pembesaran getah bening.
8) Dada: retraksi dada, denyut jantung teratur atau
tidak, adakah whezzing paru-paru.
9) Ekstremitas atas : Ujung jari pucat atau tidak, tangan
dan kuku bersih atau tidak.
10) Ekstremitas bawah : adakah oedem, bagaimana
reflek patella.
11) Anus: Adakah hemoroid
d. Pemeriksaan khusus
1) Inspeksi
Proses pengamatan atau observasi untuk mendeteksi
masalah kesehatan pasien (Hidayat & Uliyah, 2008).
a) Muka : Adakah oedem, kloasma gravidarum.
b) Payudara : Bagaimana pembesaran payudara,
puting susu menonjol atau tidak, terjadi
hiperpigmentasi aerola atau tidak.
c) Abdomen : Adakah bekas luka operasi, adakah
striae gravidarum, adakah linea nigra.
d) Genetalia : Adakah pengeluaran per vagina
lendir darah, air ketuban, darah dll) (Janah,
2011). Pada kasus cairan keluar dari jalan lahir
(Nogroho, 2011).
2) Palpasi
Digunakan untuk menentukan besarnya rahim,
dengan menentukan usia kehamilan serta
menentukan letak janin dalam rahim (Hidayat &
Uliyah, 2008)
a) Payudara : Adakah benjolan abnormal, adakah
rasa nyeri, adakah pengeluaran kolostrum
(Janah, 2011).
b) Abdomen :
(1) Leopold I : Digunakan untuk
menentukan usia kehamilan dan bagian apa
janin yang ada dalam fundus.
(2) Leopold II : Digunakan untuk
menetukan letak punggung anak dan letak
bagian ke Leopold III : Digunakan untuk
menentukan bagian apa yang terdapat
dibagian bawah dan apakah bagian bawah
anak sudah masuk atau belum ke PAP.
(3) Leopold IV : Digunakan untuk
menentukan apa yang menjadi bagian
bawah dan seberapa masuknya bagian
bawah tersebut ke dalam rongga panggul
(Hidayat & Uliyah, 2008).
(4) TFU (Tinggi Fundus Uteri)
(5) TBJ (Tafsiran Berat Janin)
Jika belum masuk Panggul (TFU-12) X 155
Jika sudah masuk Panggul (TFU-11) X 155
(Janah, 2011).
3) Auskultasi
Digunakan untuk mendengarkan bunyi jantung
janin, bising tali pusat, bising usus. Dalam keadaan
sehat bunyi jantung janin 120-140 X/menit
(Hidayat & Uliyah, 2008).
4) Pemeriksaan dalam
Untuk mengetahui keadaan vagina, porsio (tebal
atau tipis), pembukaan, ketuban (utuh atau
tidak),cil pada anak. penurunan kepala (bidang
Hodge berapa), ubun-ubun kecil, dan untuk
mendeteksi kesan panggul (Nursalam, 2007). Pada
kasus selaput ketuban sudah tidak teraba, dinding
vagina teraba lebih hangat, adanya cairan di sarung
tangan (Varney, 2006)
e. Pemeriksan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Uji Ferning : dengan hasil positif disebabkan
karena pada kaca objek mikroskop terdapat
natrium klorida dan protein dalam cairan
amnion (Varney, 2008).
tes Nitrazin (tes kertas lakmus) merah menjadi
biru.
2) Pemeriksaan USG
Dapat mengidentifikasi pada janin mengenai
ukuran, bentuk dan posisi. Pada kasus untuk
pemeriksaan oligohidramnion atau
pengurangan cairan ketuban (Varney, 2008).
2. Langkah II (Kedua) : Intepretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan dinterpretasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik (Arsinah, 2010).
Diagnosis yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama)
diagnosa kebidanan (Purwandari, 2008).
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa : Ny X G...P...A... umur ... tahun, hamil ... minggu,
janin ... hidup intra uteri, letak ... puka/puki, divergen/
konvergen dengan ketuban pecah dini.
b. Data subjektif
1) Ibu mengatakan berusia berapa tahun
2) Ibu mengatakan hamil ke .. keguguran ...kali
3) Ibu mengatakan sudah mengeluaran cairan sejak
tanggal .. jam ...
4) Ibu mengatakan cemas dengan keadaan bayinya karena
ibu belum merasakan kenceng-kenceng
c. Data objektif
1) TTV (TD, N, S, RR), BB, TB, LILA.
2) Pemeriksaan palpasi abdomen LI, LII, LIII, LIVTampak
cairan keluar dari jalan lahir
3) Pembukaan cmBelum merasa kenceng-kenceng
4) Pemeriksaan tes Nitrazin (tes lakmus).
d. Masalah
Adalah kesenjangan yang diharapkan dengan fakta atau
kenyataan (Sari, 2012). Masalah yang dialami oleh pasien
dengan ketuban pecah dini adalah cemas dan gelisah dalam
menghadapi persalinan.
e. Kebutuhan.
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2009).
Kebutuhan pasien bersalin dengan ketuban pecah dini adalah
pemberian dukungan moral dan informasi berkaitan dengan
persalinan dengan ketuban pecah dini.
1. Langkah III (Ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah
Potensial.
Pada langkah ini Kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisispasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan (Arsinah dkk. 2010). Pada
langkah ini penting sekali untuk melakukan asuhan yang aman
(Sari, 2012).
2. Langkah IV (Keempat) : Mengidentifikasi dan Menetapkan
Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan
menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosa dan masalah
ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi,
kolaborasi, dan melakukan rujukan (Sari, 2012). Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
Jadi manajemen kebidanan bukan hanya selama asuhan primer
periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama
perempuan tersebut bersama bidan terus- menerus (Arsinah dkk.
2010).
3. Langkah V (Kelima) : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan
perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosa
yang ada (Sari, 2012).Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien,
atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap perempuan tersebut (Arsinah dkk.
2010). Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan
pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi
tentang apa yang akan atau tidak dilakukan oleh klien (Sari, 2012).
4. Langkah VI ( Keenam ) : Melaksanakan Perencanan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efiensi dan
aman (Arsinah dkk. 2010). Pelaksaan ini dapat dilakukan oleh
bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul
tanggunga jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (Sari, 2012).
5. Langkah VII (tujuh) : Evaluasi
Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi efektivitas dari asuhan
yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
telah apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan apa yang
telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut
bisa dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut
telah efektif sedang sebagian belum efektif (Arsinah dkk. 2010).
C. Data Perkembangan
Menurut Mufdlilah (2009) Metode SOAP merupakan catatan yang bersifat
sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsisp dari metode SOAP ini
merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.
1. S (Data Subyektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Halen
Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui anamnesa. Data subyektif ini berhubungan dengan
masalah dari sudut pandangan pasien. Data asuhan sesuai rencana
yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka
mengatasi masalah pasien. Dalam planning juga harus mencantumkan
evaluation/evaluasi yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah
diambil untuk menilai efektivitas asuhan/ hasil pelaksanaan tindakan.
Untuk mendokumentasikan proses evaluasi ini, diperlukan sebuah
catatan perkembangan, dengan tetap mengacu pada metode SOAP.
subyektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
2. O (Data Objektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Halen
Varney pertama (pengkajian data), terutama yang diperoleh melalui
hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain.
3. A (Assessment)
A (Analysis/Assessment) merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Halen Varney langkah kedua, ketiga dan keempat
sehingga mencakup hal-hal berikut ini : diagnosis/masalah kebidanan,
diagnosis/masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi
kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis/masalah
potensial dan kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi manurut
kewenangan bidan meliputi : tindakan mandiri, tindakan kolaborasi
dan tindakan merujuk klien.
4. P (Planning)
Planning/ perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan
yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis
dan intepretasi data. Menurut Halen Varney langkah kelima, keenam,
dan ketujuh. Pendokumentasien P dalam SOAP ini adalah pelaksanan
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Jakarta: Pusat Data
Pieter, HZ. dan Namora LL. (2013). Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan.
Jakarta : Kencana
Saifuddin AB. (2008). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin AB. (2009). Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: EGC
Sondakh Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Erlangga
Sumarah. 2009. Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Yogyakarta : Fitramaya.
Wiknjosastro H. 2005. Ilmu Kandungan, 3rd ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Wildan dan Aziz AH. (2008). Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Wulandari, I. (2015).