Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN NORMAL DI RUANG UTARI

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI

Disusun oleh :

Dina Ayu Lestari 220300881

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2022-2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN NORMAL DI RUANG UTARI

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI

Disusun oleh :

Dina Ayu Lestari 220300881

Telah mendapatkan persetujuan dan pengesahan


pada tanggal ………………

Pembimbing Akademik Perceptor/CI

(Wahyuningsih, S. Kep., Ns., M.Kep) (Suti Hartati, S. Tr. Keb)


A. PENGERTIAN
Persalinan normal menurut WHO (World Health Organization) adalah persalinan

yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian

selama proses persalinan, bayi lahir secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada

usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan ibu maupun bayi berada

dalam kondisi sehat (JNPK-KR Depkes RI, 2012). Persalinan adalah suatu proses

pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar rahim melalui

jalan lahir atau jalan lain (Diana, 2019). Persalinan merupakan proses membuka dan

menipisnya serviks sehingga janin dapat turun ke jalan lahir. Persalinan dan kelahiran

normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-

42 minggu) dengan adanya kontraksi rahim pada ibu. Prosedur secara ilmiah lahirnya bayi

dan plasenta dari rahim melalui proses yang dimulai dengan terdapat kontraksi uterus yang

menimbulkan terjadinya dilatasi serviks atau pelebaran mulut rahim (Irawati, Muliani, &

Arsyad, 2019)

B. JENIS-JENIS PERSALINAN
Jenis-jenis Persalinan Menurut Kusumawardani (2019) jenis-jenis persalinan

dibagi menjadi tiga, diantaranya:

1. Persalinan yang spontan adalah suatu proses persalinan secara langsung menggunakan

kekuatan ibu sendiri.

2. Persalinan buatan adalah suatu proses persalinan yang berlangsung dengan bantuan atau

pertolongan dari luar, seperti: ekstraksi forceps (vakum) atau dilakukan operasi section

caesaerea (SC).
3. Persalinan anjuran adalah persalinan yang terjadi ketika bayi sudah cukup mampu

bertahan hidup diluar rahim atau siap dilahirkan. Tetapi, dapat muncul kesulitan dalam

proses persalinan, sehingga membutuhkan bantuan rangsangan dengan pemberian

pitocin atau prostaglandin (Kusumawardani, 2019).

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Rosyati, 2017) tanda dan gejala persalinan yaitu sebagai berikut :

1. Tanda Inpartu

a. Penipisan serta adanya pembukaan serviks.

b. Kontraksi uterus yang menyebabkan berubahnya serviks (frekuensi minimal 2 kali

dalam 10 menit).

c. Keluar cairan lendir yang bercampur dengan darah melalui vagina.

2. Tanda-tanda persalinan

a. Ibu merasa ingin meneran atau menahan napas bersamaan dengan terjadinya

kontraksi

b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada bagian rectum dan vagina.

c. Perineum mulai menonjol.

d. Vagina dan sfingter ani mulai membuka.

e. Pengeluaran lendir yang bercampur darah semakin meningkat.


D. FASE-FASE DALAM PERSALINAN
1. Fase persalinan kala I

Menurut Girsang beberapa jam terakhir dalam kehamilan ditandai adanya kontraksi

uterus yang menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar

melalui jalan lahir normal. Persalinan kala satu disebut juga sebagai proses pembukaan

yang dimulai dari pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10cm) (Girsang, 2017).

Kala satu persalinan terdiri dari 2 fase, yaitu sebagai berikut :

a. Fase Laten Fase laten dimulai dari permulaan kontraksi uterus yang regular

sampai terjadi dilatasi serviks yang mencapai ukuran diameter 3 cm. Fase ini

berlangsung selama kurang lebih 6 jam. Pada fase ini dapat terjadi perpanjangan

apabila ada ibu yang mendapatkan analgesic atau sedasi berat selama

persalinan. Pada fase ini terjadi akan terjadi ketidaknyamanan akibat nyeri yang

berlangsung secara terus- menerus.

b. Fase Aktif Selama fase aktif persalinan, dilatasi serviks terjadi lebih cepat,

dimulai dari akhir fase laten dan berakhir dengan dilatasi serviks dengan

diameter kurang lebih 4 cm sampai dengan 10 cm. Pada kondisi ini merupakan

kondisi yang sangat sulit karena kebanyakan ibu merasakan ketidaknyamanan

yang berlebih yang disertai kecemasan dan kegelisahan untuk menuju proses

melahirkan.

2. Fase persalinan kala II

Kala dua disebut juga kala pengeluaran. Kala ini dimulai dari pembukaan lengkap

(10 cm) hingga bayi lahir. Proses ini berlangsung selama kurang lebih 2 jam pada ibu
primigravida dan kurang lebih 1 jam pada ibu multigravida. Adapun tanda dan gejala

yang muncul pada kala dua adalah sebagai berikut:

a. Kontraksi (his) semakin kuat, dengan interval 2-3 menit dengan durasi 50-100 detik

b. Menjelang akhir kala satu, ketuban akan pecah yang ditandai dengan pengeluaran

cairan secara mendadak dan tidak bisa dikontrol

c. Ketuban pecah pada pembukaan yang dideteksi lengkap dengan diikuti rasa ingin

mengejan

d. Kontraksi dan mengejan akan membuat kepala bayi lebih terdorong menuju jalan

lahir, sehingga kepala mulai muncul kepermukaan jalan lahir, sub occiput akan

bertindak sebagai hipomoklion, kemudian bayi lahir secara berurutan dari ubun-

ubun besar, dahi, hidung, muka, dan seluruhnya.

3. Fase persalinan kala III

Kala tiga disebut juga kala persalinan plasenta. Lahirnya plasenta dapat

diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut:

a. Uterus menjadi bundar

b. Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah Rahim

c. Tali pusat bertambah Panjang

d. Terjadi perdarahan (adanya semburan darah secara tiba-tiba)

e. Biasanya plasenta akan lepas dalam waktu kurang lebih 6-15 menit setelah bayi

lahir.

4. Fase persalinan kala IV

Kala empat adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan plasenta lahir

yang bertujuan untuk mengobservasi persalinan terutama mengamati keadaan ibu


terhadap bahaya perdarahan postpartum. Pada kondisi normal tidak terjadi perdarahan

pada daerah vagina atau organ setelah melahirkan plasenta.

E. ETIOLOGI
Tanda-tanda persalinan yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah:

1. Timbulnya kontraksi uterus Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his

pembukaan yang mempunyai sifat sebagai berikut:

a. Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.

b. Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.

c. Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya makin

besar.

d. Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan serviks.

e. Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi. Kontraksi uterus

yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam

10 menit). Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan pendataran, penipisan

dan pembukaan serviks.

2. Penipisan dan pembukaan serviks

Penipisan dan pembukaan serviks ditandai dengan adanya pengeluaran

lendir dan darah sebagai tanda pemula.

3. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)

Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar

disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena 13

lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa

capillair darah terputus.


4. Premature Rupture of Membrane

Adalah keluarnya cairan banyak secara mendadak dari jalan lahir. Hal ini

terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau

pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan

merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada

pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan.

Walaupun demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air

ketuban keluar. (Ari Kurniarum, S.SiT., 2016)

F. Komplikasi Pasca Persalinan


Menurut Murkoff (2007) ada beberapa komplikasi dalam persalinan yaitu:

1. Keadaan yang membahayakan janin (berkurangnya aliran oksigen; penyakit pada ibu

seperti anemia, hipertensi, penyakit jantung), perdarahan, infeksi janin, cacat, plasenta

yang tidak berfungsi dengan baik.

2. Distosia bahu adalah persalinan tidak berkembang karena bahu bayi tersungkur setelah

kepala meraka terlebih dahulu keluar.

3. Rahim robek

4. Inversi rahim atau rahim terbalik

5. Perdarahan pascakelahiran

6. Infeksi pascakehamilan
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Sulistyawati (2011), yang terdiri dari pemeriksaan penunjang antara lain:

1. Tes Urine Kehamilan (Tes HCG).

Dilaksanakan seawal mungkin begitu diketahui ada amenore (satu minggu setelah

koitus). Upayakan urine yang digunakan adalah urine pagi hari.

2. Pemeriksaan USG.

Dilaksanakan sebagai salah satu diagnosis pasti kehamilan. Gambaran yang

terlihat, yaitu adanya rangka janin dan kantong kehamilan.

3. Pemeriksaan Rontgen.

Merupakan salah satu alat untuk melakukan penegakkan diagnosis pasti kehamilan.

Terlihat gambaran kerangka janin, yaitu tengkorak dan tulang belakang.

H. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Persalinan Spontan


1. Pengkajian Pengkajian

yang dilakukan pada persalinan kala I yaitu Anamnesis atau wawancara meliputi :

Identifikasi klien; Gravida (kehamilan), para (persalinan), abortus (keguguran), jumlan

anak yang hidup; HPHT (Hari Pertama Haid yang Terakhir). Taksiran persalinan;

Riwayat penyakit (sebelum dan selama kehamilan) termasuk alergi; Riwayat

persalinan (Frestiana, 2015). Menurut Mitayani (2013) pengkajian yang dilakukan

pada kala I yaitu: Pemeriksaan fisik, Tanda-tanda vital, Auskultasi DJJ, Kontraksi

uterus, dilatasi uterus, penurunan presentasi terendah,dan kemajuan persalinan,

Perineum (Frestiana, 2015).


2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan di tetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang

di peroleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan yang penulis

ambil pada pasien yang akan melahirkan yaitu : nyeri persalinan. Faktor yang

berhubungan dengan nyeri persalinan yaitu: dilatasi serviks dan ekspulsi fetal

(Herdman, 2015).

Batasan karakteristik nyeri persalinan meliputi: diaforesis, dilatasi pupil, ekspresi

wajah (misal mata kurang bercahaya, tampak kacau,gerakan mata berpencar,atau tetap

pada satu fokus, meringis), fokus pada diri sendiri, kontraksi uterin, mual, muntah,

nyeri, peningkatan nafsu makan, penurunan nafsu makan, penyempitan fokus, perilaku

distraksi, perilaku ekspresif, perilaku melindungi yang sakit, perubahan frekuensi

jantung, perubahan frekuensi pernapasan, perubahan fungsi neuroendokrin, perubahan

fungsi urinarius, perubahan pola tidur, perubahan ketegangan otot, perubahan tekanan

darah, posisi rileks untuk mengatasi nyeri, tekanan perineal (Herdman, 2015).

3. Perencanaan Diagnosa

Perencanaan diagnose: Nyeri Persalinan berhubungan dengan dilatasi serviks.

Tujuan: Nyeri dapat dihilangkan atau diturunkan sampai ambang batas adaptif.

Kriteria hasil:

a. Klien dapat mengikuti semua anjuran terkait dengan proses persalinan

b. Klien tampak lebih tenang

c. Tanda tanda vital dalam batas normal

d. Klien menyatakan tidak perlu menggunakan obat obat anti nyeri


NOC: Tingkat Nyeri, indikator meliputi: nyeri yang dilaporkan, ekspresi nyeri

wajah, berkeringat, mengernyit, tidak bisa beristirahat. Dengan skala 1: berat, skala

2: cukup berat, skala 3: sedang, skala 4: ringan, skala 5: tidak ada (Moorhead,

2016).

NIC: Bulechek (2016) intervensi yang dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Manajemen nyeri

1. Lakukan pengkajian nyeri komperhensif

2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan.

3. Kaji ketidaknyamanan melalui isyarat verbal

4. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, pijatan (back

effluerage), terapi musik)

5. Dukung keputusan maternal untuk menggunakan atau tidak menggunakan

obat obat analgesik selama proses persalinan.

6. Bantu klien mengatur posisi nyaman.

7. Dukung istirahat atau tidur yang adekuat untuk menurunkan nyeri.

8. Libatkan keluarga dalam modalitas penurun nyeri, jika memungkinkan

4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,

mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan

keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat, bukan atas petunjuk tenaga

kesehatan lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang

didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya

(Mitayani, 2011). Implementasi dilakukan berdasarkan semua tindakan yang sudah


direncanakan pada intervensi anatara lain: relaksasi, pijatan (back effluerage) dan

mengatur posisi untuk mengurangi nyeri (Bulechek, 2016).

Implementasi yang dilakukan untuk mengurangi nyeri persalinan kala 1 yaitu

dengan penggunaan teknik nonfarmakologi relaksasi napas dalam. Teknik relaksasi

napas dalam ini dikembangkan oleh Dr. Fernand Lamaze (1950) bertujuan untuk

merespon kontraksi dan mendapatkan kenyamanan saat persalinan. Teknik ini dapat

mengurangi nyeri pada saat his, meminta ibu bersalin untuk menghirup napas

sedalamnya melalui hidung dan dihembuskan melalui mulut. Teknik pernapasan dibagi

menjadi yaitu: teknik pernapasan kala 1 awal (pada puncak kontraksi bernapaslah

dengan ringan dan pendekpendek melalui mulut tetapi jangan terlalu lama karena bisa

mengakibatkan ibu kekurangan oksigen), teknik pernapasan kala 1 akhir (anjurkan ibu

tidak mengejan terlalu awal minta ibu untuk mengatakan “huh-huh, pyuh”, sambil

bernapas pendek-pendek lalu bernapaslah panjang. Setelah itu, bernapaslah perlahan

dan teratur) (Marmi, 2012).

Back effluerage adalah massase dengan ujung jari yang ditekan dengan lembut dan

ringan dilakukan di bagian punggung. Massase ini digunakan selama persalinan.

Mengusapnya dengan ringan, tetapi tidak memberikan penekanan yang kuat, dan ujung

jari tidak pernah terlepas dari pemukaan kulit terutama bila dilkukan pada permukaan

tubuh tanpa dihalangi kainatau pakaian (Yuliatun, 2008). Selanjutnya tindakan

keperawatan yang diberikan untuk mengurangi nyeri persalinan kala 1 yaitu perubahan

posisi. Posisi side lying (lateral position) yaitu posisi dimana klien berbaring diatas

salah satu sisi bagian tubuh dengan kepala menoleh kesamping (Yuliatun, 2008).
5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan, dimana

perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan menilai

hasilyang diharapkan terhadap perubahan diri ibudan sejauh mana masalah ibu dapat

diatasi (Mitayani, 2011). Evaluasi yang diharapkan mengenai nyeri persalinan kala 1

yaitu: klien dapat mengikuti semua anjuran terkait dengan proses persalinan, klien

tampak lebih tenang, nyeri saat persalinan dapat dikurangi dengan terapi

nonfarmakologi, klien menyatakan tidak perlu menggunakan obat anti nyeri


DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. (2012). Asuhan Persalinan Normal Dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta: JNPK-

KR dan IDAI. Dewi, S. (2011).

2. Diana, et.al. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.

Surakarta: CV OASE Group. Diana, Wulan. 2019.

3. Irawati, I., Muliani, M., & Arsyad, G. (2019). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat

terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Ibu Inpartu Kala Satu Fase Aktif. Jurnal Bidan Cerdas

(JBC), 2(3), 157.

4. Rosyati, H. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta: Fakultas Kedokteran

dan Kesehatan Universitas Muhammadiah Jakarta.

5. Ananda, F, Girsang, E & Siagian, M., 2019. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Pencapaian Pelaksana Teknis Puskesmas Darussalam Medan.

6. Ari Kurniarum, S.SiT., M. K. (2016). asuhan kebidanan persalinan dan bbl komperhensif

7. Sulistyawati, A. D. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika

8. Mitayani. (2013). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : SalembaMedika.

Anda mungkin juga menyukai