Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang
diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat
pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana
proses persalinan ini akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Kurniarum,
2016) persalinan atau disebut dengan partus adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar
(Mochtar, 2013)
2. Jenis – jenis Persalinan
Persalinan pada umumnya merupakan proses yang fisiologis yang terjadi pada
akhir kehamilan. Proses persalinan biasanya diawali dengan kontraksi uterus yang
adekuat yang diikuti dengan adanya pembukaan serviks, kemudian dilanjutkan
dengan pengeluaran hasil konsepsi, dan diakhiri dengan 2 jam postpartum
(Kurniarum, 2016). Berikut adalah jenis persalinan:
a. Persalinan Pervaginam disebut juga persalinan spontan. Persalinan spontan
adalah proses pengeluaran janin secara spontan melalui pervaginam dengan
presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.
Persalinan normal dimulai dengan kala satu persalinan yang didefinisikan
sebagai pemulaan kontraksi secara adekuat yang ditandai dengan perubahan
serviks yang progresifdan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm)
b. Persalinan Bedah Sesar termasuk dalam persalinan buatan. Persalinan bedah
sesar dikenal dengan istilah sectio sesarea (SC) yaitu pengeluaran janin
melalui insisi yang dibuat pada dinding abdomen dan uterus.
c. Persalinan Anjuran Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi
baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau
prostaglandin.
3. Tanda-tanda Persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah (Kurniarum, 2016):
a. Timbulnya kontraksi uterus Bisa juga disebut dengan his persalinan yaitu his
pembukaan yang mempunyai sifat sebagai berikut:
1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan
2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
3) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya makin
besar
4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
5) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi. Kontraksi
uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi minimal 2
kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan
pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
b. Penipisan dan pembukaan serviks ditandai dengan adanya pengeluaran lendir
dan darah sebagai tanda pemula.
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir) Dengan pendataran dan
pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah.
Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada
bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.
4. Tahapan Persalinan
a. Kala I
Kala I persalinan dimulai saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap
(10 cm). Proses ini terbagi menjadi 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka
sampai 4 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 4 sampai 10 cm.
Kontraksi lebih kuat dan sering saat fase aktif. Pada permulaan his, kala
pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient (ibu yang
sedang bersalin) masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung selama 12 jam, sedangkan untuk multigravida
sekitar 8 jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap
dapat diperkirakan. (Sulistyawati, 2012).
1) Fase laten pada kala I persalinan
Fase laten adalah periode waktu dari awal persalinan hingga ketitik ketika
pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumya dimulai sejak
kontraksi mulai muncul hingga pembukaan tiga sampai empat sentimeter
atau permulaan fase aktif. Selama fase laten bagian presentasi mengalami
penurunan sedikit hingga tidak sama sekali. Ciri ciri fase laten yaitu:
a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap
b) Dimulai dari adanya pembukaan sampai pembukaan serviks mencapai
3 cm atau serviks membuka kurang dari 4 cm
c) Pada umunya fase laten berlangsung hamper atau hingga 8 jam
Kontraksi menjadi lebih stabil selama fase laten seiring dengan
peningkatan frekuensi, durasi, dan intensitas dari mulai terjadi setiap
10 sampai 20 menit, berlangsung 15 sampai 20 detik, dengan intensitas
ringan hingga kontraksi dengan intensitas sedang (rata-rata 40 mmHg
pada puncak kontraksi dari tonus uterus dasar sebesar 10 mmHg) yang
terjadi setiap lima sampai tujuh menit dan berlangsung 30 sampai 40
detik (Varney. 2007).
2) Fase aktif pada kala I persalinan
Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan
hingga pembukaan menjadi komplit dan mencakupi pembukaan lengkap.
Pembukaan umumnya dimulai dari tiga sampai empat sentimeter (atau
pada akhir fase laten) hingga 10 cm (akhir kala I persalinan). penurunan
bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan
selama kala II persalinan . Ciri – ciri fase aktif yaitu :
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
b) Daripembukaan4cmhinggamencapaipembukaanlengkapatau
10cm,akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm perjam (nulipara
atau primigravida) atau lebih dari 1 cm atau 2 cm (multipara)
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
d) Pada umumnya fase aktif berlangsung hamper atau hingga 6 jam
e) Fase aktif (7jam) dimulai dari serviks membuka 3cm sampai dengan
lengkap atau 10 cm. Namun pada partograf tertera bahwa fase aktif
dimulai saat pembukaan 4 cm sampai dengan lengkap atau 10 cm
selama 6 jam. Kontraksi selama fase aktif menjadi lebih sering, dengan
durasi yang lebih panjang dan intensitas lebih kuat. Menjelang akhir
fase aktif, kontraksi biasanya muncul setiap dua sampai tiga menit,
berlangsung sekitar 60 detik, mencapai intensitas yang kuat (lebih dari
40 mmHg).
b. Kala II
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1
jam pada multi Tanda dan gejala kala II Tanda-tanda bahwa kala II persalinan
sudah dekat adalah:
a) Ibu ingin meneran
b) Perineum menonjol
c) Vulva vagina dan sphincter anus membuka
d) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
e) His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
f) Pembukaan lengkap (10 cm )
g) Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara rata-rata
0.5 jam
h) Pemantauan
1) Tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus
2) Janin yaitu penurunan presentasi janin dan kembali normalnya detak
jantung bayi setelah kontraksi.
c. Kala III
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Berlangsung tidak lebih dari 30 menit Disebut
dengan kala uri atau kala pengeluaran plasen Peregangan Tali pusat
Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan
mengurangi perdarahan Tanda-tanda pelepasan plasenta :
1) Perubahan ukuran dan bentuk uterus
2) Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta sudah
terlepas dari Segmen Bawah Rahim
3) Tali pusat memanjang
4) Semburan darah tiba tiba
d. Kala IV
Pengertian dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu
Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung Masa 1 jam setelah
plasenta lahir
Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30 menit
pada jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantau
lebih sering Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini
Observasi yang dilakukan :
1) Tingkat kesadaran penderita.
2) Pemeriksaan tanda vital.
3) Kontraksi uterus.
4) Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-
500cc.
5. Faktor-Faktor yang memengaruhi
Jenis Persalinan Banyak faktor yang berpengaruh terhadap cara persalinan,
yang dapat dibagi menjadi beberapa faktor. Faktor maternal biologi adalah usia
ibu, paritas, jarak kehamilan, tinggi badan (< 145 cm), kelainan jalan lahir
(passage). Faktor maternal lain meliputi status gizi/IMT, anemia, tekanan darah,
riwayat obtetrik buruk, penyakit penyerta, komplikasi persalinan. Hal ini berperan
pada kekuatan saat persalinan (power) Faktor bayi (passager) antara lain berat
badan janin, letak janin dan kelainan janin. Sedangkan faktor lingkungan dapat
berupa pendidikan, sosial ekonomi, tempat tinggal, rujukan dan sebagainya
(Annisa, 2011). Berikut adalah penjelasan faktor-faktor yang memengaruhi
persalinan:
a. Usia
Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil dan melahirkan
adalah 20-35 tahun karena pada usia ini secara fisik dan psikologi ibu sudah
cukup matang dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Pada usia ini
secara fisik dan psikologi ibu sudah cukup matang dalam menghadapi
kehamilan dan persalinan.
b. Paritas
Paritas menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang wanita.
c. Jarak Kehamilan
Seorang wanita yang hamil dan melahirkan kembali dengan jarak yang pendek
dari kehamilan sebelumnya akan memberikan dampak yang buruk terhadap
kondisi kesehatan ibu dan bayi. Hal ini disebabkan karena bentuk dan fungsi
organ reproduksi belum kembali dengan sempurna sehingga fungsinya akan
terganggu apabila terhadi kehamilan dan persalinan kembali
Selain tiga faktor diatas, ada 5 faktor penting yang mempengaruhi persalinan
yang dimana jika terdapat malfungsi salah satu diantaranya dapat menyebabkan
komplikasi pada ibu dan janin.
1) Passage way merupakan jalan lahir dalam persalinan berkaitan dengan
keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada persalinan. Segmen
atas memegang peran yang aktif karena berkontraksi dan dindingnya
bertambah tebal dengan majunya persalinan. Sebaliknya segmen bawah
rahim memegang peran pasif dan makin tipis karena majunya persalinan
karena peregangan. Jalan lahir terdiri dari pelvis dan jaringan lunak
serviks, dasar panggul, vagina, introitus (bagian luar/lubang luar dari
vagina). Walaupun jaringan lunak terutama otot dasar panggul membantu
kelahiran bayi tetapi pelvik ibu jauh lebih berperan dalam proses
kelahiran.
2) Passanger merupakan faktor yang juga sangat mempengaruhi persalinan
adalah faktor janin. Meliputi sikap janin, letak janin, dan bagian terendah.
Sikap janin menunjukkan hubungan bagian–bagian janin dengan sumbu
tubuh janin, misalnya bagaimana sikap fleksi kepala, kaki, dan lengan. Ini
berarti seorang janin dapat dikatakan letak longitudinal (preskep dan
presbo), letak lintang, serta letak oblik. Bagian terbawah adalah istilah
untuk menunjukkan bagian janin apa yang paling bawah.
3) Power merupakan tenaga yang mendorong keluar janin. Kekuatan yang
berguna untuk mendorong keluar janin adalah his, kontraksi otot–otot
perut, dan kontraksi diagfragma, ada dua power yang bekerja dalam proses
persalinan. Yaitu HIS dan Tenaga mengejan ibu. HIS merupakan kontraksi
uterus karena otot–otot polos bekerja dengan baik dan sempurna, pada saat
kontraksi, otot–otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih
pendek
4) Position, posisi yang nyaman selama persalinan sangat diperlukan bagi
pasien. Selain mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi tertentu justru
akan membantu proses penurunan kepala janin sehingga persalinan
berjalan lebih cepatselama tidak ada kontra indikasi dari keadaan pasien
5) Psychology merupakan tingkat kecemasan perempuan selama bersalin
akan meningkat jika perempuan tersebut tidak memahami apa yang terjadi
pada dirinya, ibu bersalin biasanya akan mengutarakan kekhawatirannya
jika ditanya. Perilaku dan penampilan perempuan serta pasangannya
merupakan petunjuk berharga tentang jenis dukungan yang akan
diperlukan
B. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
1. Definisi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 mingu
sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar > 7
dan tanpa cacat bawaan (Ai Yeyeh Rukiyah,2010).
2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir
Normal Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-
4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak aktif,
kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, tidak ada cacat bawaan Bayi baru
lahir normal memiliki panjang 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm,lingkar lengan
11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit, pernafasan 40-60 x/menit,
rabut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7,
refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik (rooting, sucking, marro, grasping),
organ genitalia pada bayi laki-laki testis sudah berada pada skrotum dan penis
berlubang, pada bayi perempuan vagina dan uretra berlubang serta adanya labia
minora dan mayora, mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama berwarna
hitam kecoklatan
3. Penatalaksanaan Bayi Lahir Normal
Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah transisi
dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan lancar dan tidak ada
kelainan. Pemeriksaan medis komprehensif dilakukan dalam 24 jam pertama
kehidupan. Pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir harus dilakukan, tujuannya
untuk mendeteksi kelainan atau anomali kongenital yang muncul pada setiap
kelahiran dalam 10-20 per 1000 kelahiran, pengelolaan lebih lanjut dari setiap
kelainan yang terdeteksi pada saat antenatal, mempertimbangkan masalah
potensial terkait riwayat kehamilan ibu dan kelainan yang diturunkan, dan
memberikan promosi kesehatan, terutama pencegahan terhadap sudden infant
death syndrome.
Asuhan bayi baru lahir meliputi :
a. Pencegahan Infeksi (PI).
b. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi. Untuk menilai
apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan penilaian sepintas
setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan.
1) Apakah kehamilan cukup bulan?
2) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
3) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia sehingga
harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan napas bayi tidak
dilakukan secara rutin
4. Pemotongan dan perawatan tali pusat
Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada bayi, dilakukan
manajemen bayi baru lahir normal dengan mengeringkan bayi mulai dari muka,
kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks, kemudian bayi diletakkan di atas dada atau perut ibu. Setelah pemberian
oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali pusat dengan satu tangan melindungi
perut bayi.
5. Insiasi Menyusui Dini (IMD)
Insiasi menyusui dini dengan cara membantu ibu yang memulai menyusui
bayinya dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. ASI pertama yang berwarna
kuning yaitu kolostrum., merupakan makanan yang dibutuhkan oleh bayi baru
lahir. Kolostrum memiliki zat gizi yang tepat dan memberikan perlindungan
ekstra terhadap infeksi. Kolostrum juga membersihkan usus bayi. Jika bayi pada
awalnya mengalami kesulitan menyusu, ibu dapat memberikan beberapa tetes ASI
pada bibir bayi dan puting ibu untuk mendorong bayi mengisap. Ibu harus
menyusui bayinya kapan pun bayi lapar, baik siang maupun malam. Banyak bayi
baru lahir menyusu setiap satu hingga dua jam. Semakin sering bayi menyusu,
semakin banyak produksi ASI ibu
6. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam,kontak kulit bayi
dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi.
7. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1
Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione)
1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat
defisiensi vitamin yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir. Pemberian
vitamin K sebagai profilaksis melawan hemorragic disease of the newborn
8. Pemberian imunisasi
Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan Imunisasi Hepatitis B
diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan
untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat
menimbulkan kerusakan hati
9. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada
bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap berada di fasilitas
tersebut selama 24 jam karena risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam
pertama kehidupan. saat kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada umur 1-3
hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari
10. ASI eksklusif
ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif bayi hanya
diberikan ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu,
air teh, air putih, dan tanpa pemberian tambahan makanan padat seperti pisang,
pepaya, bubuk susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. WHO merekomendasikan ASI
eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan. Pada usia enam bulan, bayi
diperlukan makanan padat seperti buah-buahan dan sayuran yang dihaluskan
untuk melengkapi ASI sampai anak berusia 2 tahun.

Anda mungkin juga menyukai