a. Pelayanan Kehamilan
Pelayanan kehamilan atau antenatal care adalah pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan, yang dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan. Masa
kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280hari (40 minggu) dihitung dari hari pertama haid
terakhir. Masa kehamilan dibagi dalam tiga triwulan yaitu:
Kehamilan trimester pertama (0-12minggu)
Kehamilan trimester kedua (12-28minggu)
Kehamilan trimester ketiga (28-40minggu)
Kebijakan program kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling
sedikit 4 kali selama kehamilan
Satu kali pada trimestes pertama
Satu kali pada trimester kedua
Dua kali pada trimester ketiga
Pengawasan antenatal care bertujuan untuk :
1. Mengenal dan menangani sedini mungkin, penyulit yang
terdapat saat kehamilan, persalinan dan nifas
2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan,
persalinan dan kala nifas.
3. Memberi nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi dan aspek keluarga
berencana
4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
Standar pelayanan antenatal minimal “ 7T ” yang terdiri atas :
1. Timbang berat badan
Ukur berat bada dalam kg tanpa sepatu dan memakai pakain yang
seringan ringan .berat badan kurang dari 54 kg pada trimester 3
dinyatakan ibu kurus, kemungkinan melahirkan bayi denga berat
badan lahir rendah.
2. Ukur tekanan darah
Untuk mengetahui setiap kenaikan, tekanan darah pada kehamilan, dan
mengenali tanda tanda serta gejala pre eklamsia lainnya.serta
mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya
3. Ukur tinggi fundus uteri
Pemeriksaan abdominal secara seksama dan lakukan palpasi untuk
memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah
memeriksa posisi, bagia terendah janin, kedalam rongga panggul,
untuk mencari kelainan serta melkukan rujukan tepat waktu
4. Pemberian imunisasi TT ( tetanus toksoid ) lengkap
Untuk mencegah tetanus neonatorum
5. Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
6. Test terhadap penyakit menular sexsual
Melakukan pemantaun terhadap adnya PMS agar perkemabangan
janin berlngsung normal
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Memberikan saran yang tepat pada ibu hamil , suami serta
keluarganya tentang tanda- tanda resiko kehamilan
b. Pelayanan Persalinan
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam
tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin (sarwono, 2002)
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
Pada kala I serviks membuka dari 0 sampai 10 cm. Kala I
dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut juga dengan kala
pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan mengedan, janin
di dorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala
uri, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV
mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala
tersebut diobservasi apakah terjadi perdarahan post partum. (Rohani;
dkk, 2011)
c. Pelayanan nifas
Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara
keseluruhan akan pulih dalam 3 bulan. Masa nifas atau post partum
disebut juga puerperium yang erasal dari bahasa latin yaitu dari kata
"puer" yang artinya bayi dan "Parous" berarti melahirkan. Nifas yaitu
darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah
melahirkan.
Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita umumnya adalah 40
hari, dimulai sejak melahirkan atau sebelum melahirkan (yang disertai
tanda-tanda kelahiran).
Tahapan dalam Masa Nifas
Puerperium Dini (immediate puerperium) : waktu 0-24 jam
post partum. Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
bediri dan berjalan-jalan.
Puerperium Intermedial (early puerperium) : waktu 1-7 hari
post partum. Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang
lamanya 6-8 minggu.
Remote Puerperium (Later puerperium) : waktu 1-6 minggu
post partum. Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil dan waktu persalinan
mempunyai komplikasi. waktu untuk sehat bisa berminggu-
minggu, bulan dan tahun.
d. Pelayanan nifas
Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara
keseluruhan akan pulih dalam 3 bulan. Masa nifas atau post partum
disebut juga puerperium yang erasal dari bahasa latin yaitu dari kata
"puer" yang artinya bayi dan "Parous" berarti melahirkan. Nifas yaitu
darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah
melahirkan.
Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita umumnya adalah 40
hari, dimulai sejak melahirkan atau sebelum melahirkan (yang disertai
tanda-tanda kelahiran).
Tahapan dalam Masa Nifas
Puerperium Dini (immediate puerperium) : waktu 0-24 jam
post partum. Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
bediri dan berjalan-jalan.
Puerperium Intermedial (early puerperium) : waktu 1-7 hari
post partum. Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang
lamanya 6-8 minggu.
Remote Puerperium (Later puerperium) : waktu 1-6 minggu
post partum. Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil dan waktu persalinan
mempunyai komplikasi. waktu untuk sehat bisa berminggu-
minggu, bulan dan tahun.
Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Mendukung dan memantau kesehatan fisik ibu dan bayi
Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi, sosial
serta memberikan semangat pada ibu
Membantu ibu dalam menyusui bayinya
Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu
Sebagai promotor hubungan antar ibu dan bayi serta keluarga
Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan
rasa nyaman
Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam
perannya sebagai orang tua
Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang
berkaitan dengan ibu dan anak serta mampu melakukan
kegiatan administrasi
Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang
aman.
Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,
mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi selama periode nifas.
memberikan asuhan secara professional.
← Penilaian klinik
← Tujuannya adalah mengetahui derajat vitalitas dan mengukur
reaksi bayi terhadap tindakan resusitasi. Derajat vitalitas bayi adalah
kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan
kompleks untuk berlangsungnya kelangsungan hidup bayi seperti
pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan reflex-refleks
primitive seperti menghisap dan mencari putting susu.
←
← Penanganan bayi baru lahir:
Membersihkan jalan nafas
Memotong dan merawat tali pusat
Mempertahankan suhu tubuh
Identifikasi
Pencegahan infeksi
Penilaian bayi untuk tanda-tanda kegawatan
Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu
atau beberapa tanda-tanda berikut:
Sesak nafas
Frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali/menit
Gerak retraksi di dada
Malam minum
Panas atau suhu tubuh bayi rendah
Kurang aktif
Berat lahIr rendah (1500-2500) dengan kesulitan minum
Tanda-tanda bayi sakit berat, apabila terdapat salah satu atau lebih
tanda-tanda berikut
Sulit minum
Sianosis sentral (lidah biru)
Perut kembung
Periode apnue
Kejang/periode kejang-kejang kecil
Merintih
Perdarahan
Sangat kuning
Berat badan lahir < 1500 gram.
II. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dengan resiko tinggi
Masa antenatal
a. Perdarahan pada kehamilan muda
1. Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram (Wiknjosastro, 2010).
Proses Abortus dapat dibagi atas 4 tahap :
1.1 Abortus Iminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih
dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa disertai
kontraksi, serviks masih tertutup Jika janin masih hidup, umumnya dapat
bertahan bahkan sampai kehamilan aterm dan lahir normal. Jika terjadi
kematian janin, dalam waktu singkat dapat terjadi abortus spontan.
Penentuan kehidupan janin dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat
gerakan denyut jantung janin dan gerakan janin. Jika sarana terbatas,
pada usia di atas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan
dengan alat Doppler atau Laennec. Keadaan janin sebaiknya segera
ditentukan, karena mempengaruhi rencana penatalaksanaan / tindakan.
Penatalaksanaan:
Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan
rangsang mekanik berkurang.
Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien
tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas.
Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif mungkin janin
sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup.
Berikan obat penguat kehamilan.
1.2. Abortus Insipien
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi
serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih berada di dalam
uterus.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama
makin kuat makin sering, serviks terbuka.
Penatalaksanaan :
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai
perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret
vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret
tajam. Suntikkan ergometrin 1 amp intramuskular.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU
dalam ringer laktat 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan
sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
←
← 1.3. Abortus Inkomplit
Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus.
Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka,
sebagian jaringan keluar.
Penatalaksanaan :
Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan ringer
laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.
Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu
suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuskular
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
Penatalaksanaan :
Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5
hari.
Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau
transfusi darah.
Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
Diagnostik
Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak
gejala / keluhan lain, cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat
penyakit umum dan riwayat obstetri / ginekologi.
Prinsip:
Wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam
abnormal harus selalu dipertimbangkan kemungkinan
adanya kehamilan.
Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital,
sistematik. JIKA keadaan umum buruk lakukan resusitasi
dan stabilisasi segera.
Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen.
Jika memungkinkan, cari sumber perdarahan : apakah dari
dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah
mengalir keluar dari ostium. Jika diperlukan, ambil darah /
cairan / jaringan untuk pemeriksaan penunjang (ambil
sediaan sebelum pemeriksaan vaginal touche).
Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan
besar dan letak uterus. Tentukan juga apakah satu jari
pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam ostium dengan
mudah / lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi
serviks). Jangan dipaksa. Adneksa dan parametrium
diperiksa, ada tidaknya massa atau tanda akut lainnya.
Pemeriksaan penunjang : Tes kehamilan: positif bila janin
masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah
janin masih hidup.
Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
Penatalaksanaan :
Teknik pengeluaran sisa abortus:
Pengeluaran jaringan pada abortus : setelah serviks terbuka
(primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat
dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.
Sonde uterus, menentukan posisi dan ukuran uterus.
Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar
90o untuk
melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan
tersebut.
Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok
terbesar yang bisa masuk.
Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua denganeksplorasi jari
maupun kuret.
Pertimbangan: Kehamilan usia lebih dari 12 minggu sebaiknya
diselesaikan dengan prostaglandin (misoprostol intravaginal)
atau infus oksitosin dosis tinggi (20-50 U/drip). Kini dengan alat
hisap dan kanul plastik dapat dikeluarkan jaringan konsepsi
dengan trauma minimal, terutama misalnya pada kasus abortus
mola. Jaringan konsepsi dikirim untuk pemeriksaan patologi
anatomi, agar dapat diidentifikasi kelainan villi.
Bahaya/komplikasi yang dapat terjadi pasca mola adalah
keganasan (penyakit trofoblastik gestasional ganas / PTG).
2. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur
yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endimetrium kavum uteri.
Lebih dari 95 % kehamilan ektopik berada disaluran telur (tuba Fallopii).
Patofisiologi terjadinya kehamilan ektopik tersering karena sel telur yang
sudah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium tersendat sehingga
embrio sudah berkembang sebelum mencapai kavum uteri dan akibatnya akan
tumbuh di luar rongga rahim.
a. Tanda-Tanda (Gambaran Klinik)
Gambaran klinik kehamilantuba yang belum terganggu tidak khas, dan
penderita maupun dokternya biasanya tidak mengetahui adanya kelainan
dalam kehamilan, sampai terjadinya abortus tuba atau ruptur tuba. Pada
umumnya penderita menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda, dan
mungkin merasa nyeri sedikit diperut bagian bawah yang tidak seberapa
dihiraukan. Pada pemeriksaan vaginal uterus membesar danb lembek
walaupun mungkin tidak sebesar tuanya kehamilan. Tuba yang mengandung
hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan bimanual.
Pada pemeriksaan USG sangat membantu menegakkan diagnosis kehamilan
ini apakah intrauterin atau kehamilan ektopik. Untuk itu setiap ibu yang
memeriksakan kehamilan mudanya sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu.
Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan
intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita
pingsan dan masuk kedalam syok. Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak
seberapa hebat dan tidak terus-menerus. Rasa nyeri mula-mula terdapat pada
satu sisi, tetapi setelah darah masuk kedalam rongga perut, rasa nyeri
menjalar kebagian tengah atau keseluruh perut bawah. Darah dalam rongga
perut dapat merangsang diafragma, sehingga menyebabkan nyeri bahu dan
bila membentuk hematokel retrouterina, menyebabkan defekasi nyeri.
Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehailan
ektopik yang terganggu. Amenorea juga merupakan tanda yang penting pada
kehamilan ektopik walaupun penderita sering menyebutkan tidak jelasnya
ada amenorea, karena gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu bisa
langsung terjadi beberapa saat setelah terjadi nidasi pada saluran tuba yang
kemudian disusul dengan ruptur tuba karena tidak bisa menampung
pertumbuhan mudigah selanjutnya.
Penatalaksaanaan
Pembedahan
Pembedahan merupakan penatalaksanaan primer pada kehamilan
ektopik terutama pada KET dimana terjadi abortus atau ruptur pada tuba.
Penatalaksanaan pembedahan sendiri dapat dibagi atas dua yaitu
pembedahan konservatif dan radikal. Pembedahan konservatif terutama
ditujukan pada kehamilan ektopik yang mengalami ruptur pada tubanya.
Ada dua kemungkinan prosedur yang dapat dilakukan yaitu: 1.
salpingotomi linier, atau 2. reseksi segmental. Pendekatan dengan
pembedahan konservatif ini mungkin dilakukan apabila diagnosis
kehamilan ektopik cepat ditegakkan sehingga belum terjadi ruptur pada
tuba.
3. Mola hidatidosa
a. Defenisi
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi
korialisnya mengalami perubahan hidrofobik.
b. Patofisiologi
Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung – gelembung berisi cairan
jernih merupakan kista – kista kecil seperti anggur dan dapat mengisi
seluruh cavum uteri. Secara histopatologic kadang – kadang ditemukan
jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bias juga terjadi kehamilan
ganda mola adalah : satu jenis tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola
hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil
sampai yang berdiameter lebih dari 1 cm.
c. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor – faktor yang dapat
menyebabkan antara lain :
Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan.
Imunoselektif dari Tropoblast.
Keadaan sosioekonomi yang rendah.
Paritas tinggi.
Kekurangan protein.
Infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.
d. Gejala klinis
Amenorrhoe dan tanda – tanda kehamilan.
Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. Merupakan
gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama
berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan
anemia defisiensi besi.
Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan
usia kehamilan.
Tirotoksikosis
Tidak dirasakan tanda – tanda adanya gerakan janin maupun ballotement.
Hiperemesis, Pasien dapat mengalami mual dan muntah cuku berat.
Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke – 24.
Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa
pasti.
e. Diagnosis klinis
Berdasarkan anamnesis
Pemeriksaan fisik
Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang
disebut muka mola (mola face)
Palpasi :
Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan, teraba lembek.
Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan
gerakan janin.
Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
Pemeriksaan dalam :
Memastikan besarnya uterus
Uterus terasa lembek
Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis
Laboratorium
Pengukuran kadar Hormon Karionik Ganadotropin (HCG) yang tinggi
maka uji biologik dan imunologik (Galli Mainini dan Plano test) akan
positif setelah titrasi (pengeceran) :
f. Diagnosa Banding
Kehamilan ganda
Abortus iminens
Hidramnion
Kario Karsinoma
g. Komplikasi
Perdarahan yang hebat sampai syok.
Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia.
Infeksi sekunder
Perforasi karena tindakan atau keganasan
h. Penatalaksanaan
Evakuasi
Perbaiki keadaan umum.
Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau
kuret isap
Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam
kemudian dilakukan kuret.
Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan
umum penderita. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan
ke dua untuk membersihkan sisa-sisa jaringan.
Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30
tahun, Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi
pusat atau lebih.
Penatalaksanaan
Penanganan konservatif bila :
Kehamilan < 37 minggu
Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (hb dalam batas
normal)
Bila tempat tinggal klien dekat dengan rumah sakit, dapat
ditempuh dalam waku 15 meni Therapi berupa :
Istirahat baring, hematinik, spasmolitik
Antibiotika (atas indikasi)
Laboratorium : HB, hemtokrit, USG
Bila dalam 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah
menggunakan perawatan konservatif maka lakukan
mobilisasi secara bertahap. Pasien dipulangkan bila
tetap tidak ada perdarahan. Bila timbul perdarahan
segera ke rumah sakit dan tidak boleh senggma
Penatalaksanaan
Penanganan konservatif bila :
Kehamilan < 37 minggu
Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (hb dalam batas
normal)
Bila tempat tinggal klien dekat dengan rumah sakit, dapat
ditempuh dalam waku 15 menit
Therapi berupa :
Istirahat baring, hematinik, spasmolitik
Antibiotika (atas indikasi)
Laboratorium : HB, hemtokrit, USG
Bila dalam 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah menggunakan
perawatan konservatif maka lakukan mobilisasi secara
bertahap.Pasien dipulangkan bilaq tetap tidak ada perdarahan.
Bila timbul perdarahan segera ke rumah sakit dan tidak boleh
senggma
Penanganan aktif bila
Perdarahan banyak tanpa melihat usia kehamilan
UK > 37 minggu
Anak mati
Therapi berupa :
Persalinan per-vaginam
Persalinan per-abdominal
2. Solutio plasenta
Pengertian
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan
maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal sebelum
waktunya, yakni sebelum anak lahir.
Etiologi
Penyebab utama dari solusio plasenta, masih belum diketahui
dengan jelas. Beberapa hal dibawah ini diduga merupakan
penyebab kejadian solusio plasenta, antara lain sebagai berikut:
Riwayat solusio plasenta
Ketuban pecah preterm/korioamnionitis
Hipertensi kronik
Sindroma preeklamsia
Tali pusat yang pendek
Trauma
Mioma dibelakang plasenta
Gejala
Beberapa gejala dari solusio plasenta adalah sebagai berikut :
Perdarahan yang disertai nyeri, juga diluar his
Anemia dan syok, beratnya anemia dan syok sering tidak
sesuai dengan banyaknya darah yang keluar
Rahim keras seperti papan dan terasa nyeri saat dipegang,
karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul
dibelakang plasenta hingga rahim teregang.
Palpasi sulit dilakukan karena rahim keras
Fundus uteri makin lama makin naik
Bunyi jantung biasanya tidak ada
Sering terjadinya proteinurea karena disertai pre eklamsi
Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta berasal dari perdarahan retroplasenta
yang terus berlangsungsehingga menimbulkan akibat pada ibu
seperti :
Anemia
Syok hipovolemik
Insufisiensi fungsi plasenta
Gangguan pembekuan darah
Gagal ginjal mendadak
Sedangkan komplikasi pada janin adalah sebagai berikut :
Kematian janin
Kelahiran premature
Kematian perinatal
Penatalaksanaan
Tindakan gawat darurat : Pemasangan infus dan
mempersiapkan tranfusi
Persalianan per vaginam : persalinan pervaginam dapat
dilakukan jika derajat separasi tidak terlampau luas dan atau
kondisi ibu dan janin baik
Seksio sesar : indikasi seksio sesar dapat dilihat dari sisi ibu
dan janin. Tindakan seksio sesar dipilih bila persalinan
diperkirakan tidak akan berakhir dalam waktu singkat (dengan
dilatasi 3-4cm kejadian solusio plasenta pada nulipara)
3. Ruptur uteri
Pengertian
Ruptur uteri adalah keadaan robekan pada rahim di dimana telah
terjadi hubungan langsung antara rongga amnion dan rongga
peritonium.
Klasifikasi
Klasifikasi ruptur uteri menurut sebabnya adalah sebagai berikut :
Kerusakan atau anomali uterus yang telah ada sebelum hamil :
Pembedahan pada miometrium : seksio sesaria atau
histerotomi, histerorafia, miomektomi yang sampai
menembus seluruh ketebalan otot uterus, reseksi pada kornua
uterus atau bagian interstisial, metroplasti.
Trauma uterus koinsidental : instrumentasi sendok kuret atau
sonde pada penanganan abortus, trauma tumpul, atau tajam
seperti pisau atau peluru, ruptur tanpa gejala pada kehamilan
sebelumnya.
Kelainan bawaan : kehamilan dalam bagian rahim (born)
yang tidak berkembang.
Kerusakan atau anomali uterus yang terjadi dalam kehamilan
Sebelum kelahiran anak : his spontan yang kuat dan terus-
menerus, pemakaian oksitosin atau prostaglandin untuk
merangsang persalianan, instilasi cairan kedalam kantong
gestasi atau ruang amnion seperti larutan garam fisiologik
atau prostaglandin, perforasi dengan kateter pengukur tekanan
intrauterin, trauma luar tumpil atau tajam, versi luar,
pembesaran rahim yang berlebihan misalnya hidramnion dan
kehamilan ganda.
Etiologi
Ruptur uteri bisa disebabkan oleh anomali atau kerusakan yang telah
ada sebelumnya, karena trauma, atau sebagai komplikasi persalinan
pada rahim yang masih utuh. Paling sering terjadi pada rahim yang
telah diseksio sesaria pada persalinan sebelumnya. Lebih lagi jika pada
uterus yang demikian dilakukan partus percobaan atau persalianan
dirangsang dengan oksitosin atau sejenis.
Komplikasi
Syok hipovolemik karena perdarahan yang hebat dan sepsis akibat
infeksi adalah dua komplikasi yang fatal pada peristiwa ruptur
uteri. Syok hipovolemik terjadi bila pasien tidak segera mendapat
infus cairan kristaloid yang banyak untuk selanjutnya dalam
waktu yang cepat digantikan dengan tranfusi darah segar. Infeksi
berat umumnya terjadi pada pasien kiriman dimana rupter uteri
telah terjadi sebelum tiba dirumah sakit dan telah mengalami
berbagai manipulasi termasuk periksa dalam yang berulang.
Penanganan
Dalam menghadapi masalah ruptur uteri semboyan prevention is
better than cure sangat perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh
setiap pengelola persalinan di manapun persalinan itu
berlangsung. Pasien risiko tingi haruslah dirujuk agar
persalinannya berlangsungdalam rumah sakit yang mempunyai
fasilitas yang cukup dan diawasi dengan penuh dedikasi oleh
petugas berpengalaman. Bila telah terjadi ruptur uteri tindakan
terpuilih hanyalah histerektomi dan resusitasi serta antibiotika
yang sesuai. Diperlukan infus cairan kristaloid dan tranfusi darah
yang banyak, tindakan anti syok, serta pemberian antibiotika
spekktrum luas, dan sebagainya. Jarang sekali bisa dilakukan
histerorafia kecuali bila luka robekan masih bersih dan rapi dan
pasiennya belum punya anak hidup.
Tanda-tanda
Setelah 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (massase)
uterus tidak berkontrkasi
Tinggi fundus uteri setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi
yang lembek, melebar, tidak bereaksi terhadap rangsangan
Bila uterus diangkat, jatuh kembali secara bebas
Saat plasenta belum lepas tidak ada perdarahan, setelah plasenta
lepas perdarahan banyak (>500-1000cc)
Ibu merasa pusing, lemas, pandangan gelap, mual/muntah,
keringat banyak, menggigil, mengantuk/menguap.
Penyebab
Regangan rahim yang berlebihan karena kehamilan gemeli,
polihidramnion, atau anak terlalu besar.
Kala I dan/atau II yang memanjang
Persalinan cepat (partus presipitatus)
Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
Infeksi intrapartum
Multiparitas tinggi
Magnesium sulfat digunakan untuk mengendalikan kejang pada
preeklampsia/eklampsi
Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita
penyakit menahun
Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim
Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya.
Jarak kehamilan < 2 tahun
Akibat
Syok
Kematian ibu, karena atonia uteri menjadi penyebab > 90%
perdarahan pascapersalinan
Penanganan
Petugas medis melakukan penanganan atonia uteri dengan
langkah pertama menyuntikkan metilergometrin 1 amp secara
intramuscular serta melakukan massase uterus selama 10 menit.
Petugas medis melakukan penilaiaan kontraksi uterus dan
mengamati perdarahan. Jika perdarahan tetap berlanjut
dilanjutkan dengan resusitasi cairan.
Diagnosis
e. Terapi
Pendarahan segera
Plasenta baik
Pucat
Lemah
Menggigil
Penatalaksanaan
g. Jika bagian panjang bibir serviks robek, jahit dengan jahitan jelujur
menggunakan benang catgut kromik atau poliglikolik 0.
h. Jika apeks sulit diraih dan diikat, pegang pegang apeks dengan
forcep arteri atau forcep cincin. Pertahankan forcep tetap terpasang
selama 4 jam. Jangan terus berupaya mengikat tempat pendarahan
karena upaya tersebut dapat mempererat pendarahan. Selanjutnya :
a. PENGERTIAN
b. FAKTOR PENYEBAB
Penatalaksanaan
dan nekrosis.
RETENSIO PLASENTA
Patofisiologi
Gejala yang selalu ada adalah plasenta belum lahir dalam 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul
yaitu tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan,
perdarahan lanjutan. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta), gejala yang
selalu ada yaitu plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh
darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang
timbul uterus berkontraksi baik tetapi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
Penanganan Retensio Plasenta
Tentukan jenis retensio yang terjaid karena berkaitan dengan tindakan yang di
ambil.
Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi
plasenta tidak terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat.
Sikap umum bidan melakukan pengkajian data secara subyekitf dan obyektif
antara lain : keadaan umum penderita, apakah ibu anemis, bagaimana
jumlah perdarahannya, keadaan umum penderita, keadaan fundus uteri,
mengetahui keadaan plasenta, apakah plasenta inkaserata, melakukan tes
plasenta dengan metode kustner, metode klein, metode strastman,
metode manuaba, memasang infus dan memberikan cairan pengganti.
Sikap khusus bidan : pada kejadian retensio plasenta atau plasenta tidak
keluar dalam waktu 30 menit bidan dapat melakukan tindakan manual
plasenta yaitu tindakan untuk mengeluarkan atau melepas plasenta secara
manual (menggunakan tangan) dari tempat implantasinya dan kemudian
melahirkannya keluar dari kavum uteri (Depkes, 2008).
PERSALINAN LAMA
Pengertian
Persalinan lama adalah persalinan yang telah berlangsung 12 jam atau
lebih tanpa kelahiran bayi dimana fase laten lebih dari 8 jam dan
dilatasi serviks di kanan garis waspada pada partograf (Saifuddin,
2002). Sedang menurut Manuaba (1998) persalinan lama adalah
persalinan pada primigravida berlangsung lebih dari 18 – 20 jam dan
multigravida (kehamilan >1) lebih dari 12 -24 jam
Etiologi
Sebab-sebab terjadinya partus lama adalah multi kompleks dan
bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan
yang baik dan penatalaksanaannya
Penanganan
Macam-macam
a). Etiologi
c). Diagnosis
d). Penanganan
partus lama
asfiksia
moulase hebat
mortalita
s tinggi f).
Prognosis
a). Etiologi
b). Penyebab
c). Diagnosis
denominator uuk
d). Penatalaksaan
observasi/konservasi
MALPRESE
NTASI a.
Pengertia
n
Macam-macam
a). Etiologi
b). Penyebab
adanya ekstensi parsial kepala janin sehingga terletak lebih tinggi dari
sinsiput.
c). Diagnosis
d). Penanganan
e). Komplikasi
Pada letak dahi yang bersifat sementara anak dapat lahir spontan
sebagai letak belakang kepala atau letak muka. Kalau letak dahi
menetap maka prognosa buruk kecuali kalau anak kecil. Janin besar
atau panggul sempit lahir dengan seksia sesarea karena rentang infeksi
dan partus lama.
penyebab
Diagnosis
Penanganan
dagu berfungsi sebagai indikator posisi kepala. Dalam hal ini,
sangatlah penting untuk membedakan posisi dagu depan, di mana
dagu terletak di bagian depan pada rongga panggul ibu, dengan posisi
dagu belakang. Sering terjadi persalinan lama. Kepala bisa lahir
spontan apabila dagu anterior dan fleksi. Presentasi muka dengan
dagu posterior kepala tidak akan turun dan persalinan akan macet.
Jika kepala tidak turun dengan baik, lakukan ekstrasi cunam (forseps).
Prognosis
a). Etiologi
b). Penyebab
terjadi jika prolaps tangan bersamaan dengan bagian terendah janin,
tangan yang mengalami prolaps dan kepala janin terdapat dirongga
panggul secara bergantian.
c). Diagnosis
pada pemeriksaan vagina eraba 2 bagian (lengan dan kaki), selain itu
kemungkinan juga teraba tali pusat menumbung.
d). Penanganan
persalinan spontan hanya bisa terjadi jika janin sangat kecil atau mati dam
maserasi.
Jika prosedur gagal atau terjadi prolapsus tali pusat, lakukan seksio sesarea
e). Komplikasi
f). Prognosis
EtiologI
Penyebab
insiden letak lintang adalah sekitar 1:5000. Letak ini terjadi jika aksis
panjang ibu dan janin membentuk sudut satu sama lain.bayi dapat
langsung berada pada posisi lintang atau miring dengan kepala atau
bokong pada fosa iliaka. Bagian presentasi yang paling sering adalah
bahu. Penyebab maternal meliputi lemahnya otot uterus, seperti yang
terlihat pada multipara dan anomali uterus. Plasenta previa dan
panggul yang berkontraksi juga meningkatkan resiko. Penyebab janin
meliputi prematuritas dan polihidramnion, yang dalam kondisi
tersebut janin memiliki lebih banyak ruang untuk mengubah posisi,
serta kehamilan multipel.letak melintang lebih sering terjadi pada
bayi kedua dari kehamilan kembar.
Diagnosis
Penanganan
Lakukan versi luar jika ibu pada permulaan inpartu dan ketuban
intak
Jika versi luar gagal. Atau tidak dianjurkan, lakukan seksia sesarea.
Lakukan pengawasan adanya prolapsus tali pusat. Jika tali
pusat mengalami prolaps dan persalinan belum mulai, lakukan seksio
sesarea.
Komplikasi ruptur uteri, tali pusat menumbung dan trauma akibat versi
ekstraksi.
Prognosis
Etiologi
Diagnosis
Dalam Kehamilan
Persalinan pervaginam:
Indikasi :
Janin besar
Hiperekstensi kepala
Janin sehat preterm pada pasien inpartu dan atau terdapat indikasi
untuk segera mengakhiri kehamilan atau persalinan.
e). Komplikasi
Komplikasi ibu
Perdarahan
Trau
ma
jalan
lahir
Infek
si
Komplikasi anak
Sufokasi / aspirasi :
Asfiksia :
Trauma intrakranial
DEFINISI
Hipertensi
– Diastolik 90 mmHg
DERAJAT PROTEINURIA
INSIDEN
MANIFESTASI KEPARAHAN
– Gangguan janin
PRINSIP MANAJEMEN
MANAJEMEN
Making sure the airways are clear and the woman can breathe.
PENATALAKSANA
• Pengurangan stres
PENGURANGAN STRES
– Minimalkan rangsangan
Tekanan darah
Hematologi
Edema
Perdarahan, petekiae
Hepatik
Ginjal
Hematologi
Hepatik
Glukosa
Ginjal
Proteinuria
Gerakan janin
Profil biofisik
TERAPI
Mual dan muntah
– Antiemetik
Nyeri subhepatik
– Morfin 2-4 mg IV
– Antasida
– Minimalkan palpasi
-blocker
– Atenolol, Labetalol
Kalsium antagonis
– Nifedipin
– ISDN
– Methyldopa
Profilaksis kejang
Lahirkan
PROFILAKSIS KEJANG
HELLP syndrome
– Hypoxia
Hypoxia may cause brain damage if severe or prolonged, and can result in:
Magnesium sulfat
– Lemas – samnolen
Risiko tinggi terutama pada pasien dengan oliguria atau mendapat kalsium
antagonis
ANTIDOTUM
Rujukan
Analgesia epidural lebih dipilih bila tidak ada koagulopati atau AT yang
rendah
Pendekatan multispesialisasi
PATOGENESIS
Penilaian Klinik
Tentukan ada tidaknya infeksi :suhu ibu lebih besar atau sama
dengan 38oC, air ketuban yang keluar dan berbau, janin
mengalami takhikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterine
PENANGANAN
KOSERVATIF
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan
lakukan induksi
AKTIF
Kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila
gagal Sc dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap
6 jam maksimal 4 kali.
ASFIKSIA NEONATORUM
Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya
asfiksia neonatorum.
Pemeriksaan fisik
BBLR
Pemeriksaan penunjang
PaCO2 > 55 mm H2
pH < 7,30
Resusitasi neonatus
Secara garis besar pelaksanaan resusitasi mengikuti algoritma resusitasi
neonatal.
Bila semua jawaban ”ya” maka bayi dapat langsung dimasukkan dalam
prosedur perawatan rutin dan tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi
dikeringkan, diletakkan di dada ibunya dan diselimuti dengan kain linen
kering untuk menjaga suhu. Bila terdapat jawaban ”tidak” dari salah satu
pertanyaan di atas maka bayi memerlukan satu atau beberapa tindakan
resusitasi berikut ini secara berurutan:
memberikan kehangatan
Bayi yang berada dalam apnu primer akan bereaksi pada hampir
semua rangsangan, sementara bayi yang berada dalam apnu
sekunder, rangsangan apapun tidak akan menimbulkan reaksi
pernapasan. Karenanya cukup satu atau dua tepukan pada telapak
kaki atau gosokan pada punggung. Jangan membuang waktu yang
berharga dengan terus menerus memberikan rangsangan taktil.
kompresi dada
pemberian epinefrin dan atau pengembang volume (volume expander)
Penilaian
Pernapasan
Warna kulit
Bayi seharusnya tampak kemerahan pada bibir dan seluruh tubuh.
Setelah frekuensi jantung normal dan ventilasi baik, tidak boleh
ada sianosis sentral yang
3. Pemberian oksigen
Posisi Bayi
Topangan yang keras pada bagian belakang bayi dengan leher sedikit
tengadah.
Kompresi
Lokasi ibu jari atau dua jari : pada bayi baru lahir tekanan
diberikan pada 1/3 bawah tulang dada yang terletak antara
processus xiphoideus dan garis khayal yang menghubungkan
kedua puting susu.
neonatus. Edisi ke-5, 2006.
Penghentian kompresi:
jika frekuensi jantung lebih dari 100 x/menit dan bayi dapat
bernapas spontan, ventilasi tekanan positif dapat dihentikan,
tetapi bayi masih mendapat oksigen
6. Intubasi Endotrakheal
7. Pemberian Obat-obatan
Epinefrin
Volume ekspander
Nalokson
IKTERUS NEONATORUM
Definisi
Etiologi
a. Peningkatan produksi :
.b Kelainan kongenital
Ikterus fisiologis
Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36
minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan
pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia,
hiperosmolalitas darah.
Dehidrasi
Pucat
Trauma lahir
Penatalaksanaan
Foto therapi
Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan
transfuse pengganti untuk menurunkan bilirubin. Memaparkan
neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi (a bound of
fluorescent light bulbs or bulbs in the blue light spectrum) akan
menurunkan bilirubin dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar
bilirubin dengan cara memfasilitasi ekskresi bilirubin tak
terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorpsi jaringan
merubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang
disebut fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke
pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah
fotobilirubin berikatan dengan albumin dan di kirim ke hati.
Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di ekskresikan
kedalam duodenum untuk di buang bersama feses tanpa proses
konjugasi oleh hati. Hasil fotodegradasi terbentuk ketika sinar
mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.
Fototerapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan
kadar bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab
kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan anemia. Secara
umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5
mg/dl. Noenatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000
gram harus difototerapi dengan konsentrasi bilirubin 5 mg/dl.
Beberapa ilmuwan mengarahkan untuk memberikan fototerapi
profilaksasi pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi dan
berat badan lahir rendah.
bilirubin
Therapi Obat
Foto terapi :
INFEKSI NEONATORUM
A. Sepsis neonatorum
Pengertian
Faktor-faktor yang mempengarui sepsis pada bayi baru lahir dapat dibagi
menjadi tiga kategori yaitu:
Persalinan premature
Amnionitis klinis
Demam maternal
Patofisiologi
Pada masa antenatal kuman dan ibu setelah melewati plasenta dan
umbilicus masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah
janin. Penyebab infeksi adalah virus yang dapat menembus
plasenta antarra lain: Virusrubella, herpes, sitomegalo, Koksaki,
influenza, Parotitis. Bakteri yang melalui jalur ini antara lain:
Malaria, sipilis, dan toksoplasma.
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina
dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya terjadi
amnionitis dan korionitis,
selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi. Cara
lain yaitu pada saat persalinan, kemudian menyebabkan infeksi
pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de antre, saat
bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman
( misalnya: herpes genetalia, candida albicans, gonorrhea).
Factor predisposisi
Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak
spesifik. Tanda dan gejala sepsis neonatorum yaitu:
Tanda dan gejala pada system saraf pusat meliputi reflek moro
abnormal, iritabilitas, kejang, hiperrefleksia, fontanel anterior
menonjol, pernafasan tidak teratur.
Penanganan
Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500
Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), berat lahir < 1000
gram
(Prawirohardjo, 2006)
Bayi kurang bulan: bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu
(259 hari)
Bayi cukup bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu
sampai dengan 42 minggu (259-293 hari)
Bayi lebih bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau
lebih (294 hari atau lebih).
a. Faktor ibu
b. Faktor janin
c. Faktor lingkungan
Diagnosis BBLR
Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang
seharusnya.
Prognosis BBLR
6. Komplikasi BBLR
Hipotermia
Kanggoro Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi
dengan ibunya.
Pemancar pemanas
4) Inkubator
35 °C 34 °C 33 °C 32 °C
c. Dukungan respirasi
d. Mencegah infeksi
Pengawasan nutrisi/ASI
f. Penghematan energi
g. Penimbangan ketat
MASTITIS
Merasa lesu
Pengobatan
Segera setelah mastitis ditemukan berikan ASI sesering
mungkin tanpa jadwal
Kompres dingin
Sangga payudara
Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparotomi, dan sektio saesaria
Pelayanan Maternal
Pelayanan Neonatal
1. Kotak Resusitasi : 1
- MgSO4 40% 1
- Kateter Vena 1
- Infus set 1
3 Incubator 1
5 Forceps naegele 1
6 AVM 0
9 Foetal Doppler 1
Pelayanan Darah
Perawatan Intensif
Jenis Pelayanan
Perawatan sepsis
Tempat Pelayanan
Kompetensi
Ruang Pelayanan
Pencit
raa
n
a.
Ra
dio
log
i
USG
Laboratorium
c.Kimia klinik
Manajemen
Direktur RSI Nashrul Ummah melaksanakan komitmen untuk
menyelenggarakan program PONEK menyelaraskan program RS untuk
mendukung program PONEK dalam bentuk SK Direktur.
Sistem Informasi
Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk
dirujuk. Kriteria pasien yang layak untuk dirujuk adalah sebagai
berikut :
Persiapan.
Rawat gabung ibu dan bayi merupakan salah satu kegiatan atau
program untuk mendukung keberhasilan menyusui dan program
sayang ibu dan sayang bayi.
Hak bayi antara lain mendapatkan gizi terbaik untuk tumbuh dan
kembang. Gizi yang terbaik bagi bayi adalah Air Susu Ibu (ASI)
yang tidak dapat digantikan oleh apapun, dan juga dapat setiap
saat mendapatkan ASI sesuai kebutuhan, mendapat kasih sayang,
dan selalu dekat dengan ibu.
Petugas.
menyusui ekslusif.
asuhan bayi baru lahir
mencegah hipotermi.
Peurperium.
Senam nifas.
Komunikasi Informasi Edukasi (KIE).
Perawatan payudara.
Membiarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak
selama 1 jam atau lebih sampai proses menyusu awal selesai
Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, dekatkan puting ke bayi tapi
jangan memasukkan puting ke mulut bayi. beri waktu 30 menit atau 1
jam lagi
Setelah kontak kulit ibu-bayi sekitar 1 jam, atau lebih, bayi baru
dipisahkan untuk ditimbang, diukur, diberi vit K, tetes mata dan
dicap/tanda.
Rawat gabung Bayi: Ibu– bayi dirawat dalam satu kamar, dalam
jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau
makanan lain kecuali atas indikasi medis.
Tatalaksanan IMD bagi ibu yang menjalani persalinan dengan operasi sesar
adalah:
A. TEKNIK MENYUSUI
Posisi bayi, kepala bayi berada di siku ibu sebelah dalam, tangan
bayi berada pada ketiak ibu atau melingkar pada punggung ibu
dan perut bayi menenpel pada perut ibu.
Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan
disekitar putting (cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan
dan menjaga kelembapan putting susu), duduk atau berbaring
dengan santai.
Sangga payudara kanan ibu dengan empat jari tangan kiri, ibu jari
diatasnya tetapi tidak menutupi bagian yang berwarna hitam
(areola mamae).
Persiapan
Sulit minum : bayi tidak lagi terbangun untuk minum, berhenti minum
dan muntah
Kejang
Diare
Pelaksanaan
Posisi bayi
Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya agar kepala bayi tidak tertekuk dan tidak menutupi saluran
nafas ketika bayi berada pada posisi tegak.
Dukungan
Saat bayi telah lahir, ibu memerlukan dukungan dari berbagai pihak,
diantaranya berupa:
1) Dukungan emosional: ibu memerlukan dukungan untuk melakukan
PMk. Banyak ibu-ibu muda yang mengalami keraguan sangat
besar untuk memenuhi kebutuhan bayi pertamanya sehingga
membutuhkan dukungan dari keluarga, teman serta petugas
kesehatan.
Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk
melakukan follow up
Jejas persalinan
Tanda-tanda vital
Involusi uteri
Laktasi
Luka operasi
Luka perineum
Sistem Rujukan
Rujukan pasien
BBL
R
PEL
AKS
ANA
AN
Direktur rumah sakit membuat kebijakan tertulis tentang:
Kegawatdaruratan kebidanan
Kegawatdaruratan neonatal
Pelayanan antenatal
Persalinan bersih dan aman (APN) termasuk persalinan yang
ditunggu oleh suami dan keluarga
LANGKAH 3
Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada
bayi baru lahir dengan inisiasi Menyusu Dini dan kontak kulit ibu dan
bayi
PELAKSANAANNYA
LANGKAH 4
PELAKSANAANNYA
LANGKAH 5
PELAKSANAANNYA
LANGKAH 6
LANGKAH 7
LANGKAH 8
LANGKAH 9
Melaksanakan Audit Maternal dan perinatal rumah sakit secara periodik dan
tindak
lanjut.
PELAKSANAANNYA
J.LANGKAH 10
PELAKSANAANNYA
G. Rujukan Ponek
MEKANISME RUJUKAN
Rujukan medis
← Rujukan pasien
← Rujukan laboratorium
Rujukan manajemen
Pengiriman informasi
Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk
dirujuk. Kriteria pasien yang layak untuk dirujuk adalah sebagai
berikut :
← Perawat Pelaksana
Perangkat Kerja
Alat tulis
Stetoskop, thermometer
Timbangan badan
Tata Laksana
Perawat PJ shift
PERANGKAT KERJA
Stethoscope
TATALAKSANA
Perawat pelaksana
Bahan Kerja
Form Rujukan
Resume keperawatan
Obat-obatan dan barang-barang milik pasien
Alat-alat tulis
Tata Laksana
Siapkan formulir rujukan, yang diisi oleh dokter PJ pasien atau dokter
jaga.
Perawat pelaksana
Perangkat Kerja
Form Rujukan
Incubator
Ambulance
Alat-alat tulis
Tata Laksana
Perawat yang mendampingi pasien yang dirujuk harus sudah PJ
Shift
Perawat pelaksana
Perangkat Kerja
Obat-obatan
Alat-alat tulis
Tata Laksana
Perawat pelaksana
Petugas Analis
Perangkat Kerja
Tata Laksana
Perawat pelaksana
Petugas Radiografer
Perangkat Kerja
Obat
Life
Savi
ng
1.
Pend
ahulu
an
Abocath.
Indikasi
Indikasi
Obat-obat Emergency
Adrenalin
Indikasi
Shok anafilaktik
Asthma Bronchiale
Pemberian
Dexametason,
Kalmethason
Indikasi :
Syok anafilaktik.
Asthma Bronchiale.
Natrium Bicarbonat
Dosis : 1 mg / kg secara IV
Dopamin
Lid
o
c
a
i
n
I
n
d
i
k
a
s
i
:
Disaritmia Ventrikuler
Anestesi lokal
Sulf
a
t
A
tr
o
fi
n
I
n
d
i
k
a
s
i
:
Bradikardi
Dosis : 0,5 - 2 mg IV sampai tercapai efek yang diinginkan.
Aminophyllin
Dosis : 0,5 ampul bollus diteruskan 1,5 ampul dalam D5 per drips 20
tetes/menit.
Ethibernal
Diazepam
Cimetidine
Lasix
Transamin
Ringer lactate
Na Cl 0,9%
Dextrose 5%
Dextrose 10%
DS. ¼ S
Pengertian
Tujuan
Tatacara penyediaan
Untuk Pemakaian obat dan alat kesehatan, pasien diberi resep sesuai
kebutuhan diantar ke Farmasi untuk dipakai sesuai kebutuhan
Ketentuan Lain
DEFINISI
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman
TUJUAN
Hak Pasien
PROGRAM PENGAMANAN
A. Pendahuluan
Tujuan
PENGENDALIAN MUTU
PENUTUP