Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL

OLEH

NAMA : Aguntio Selan

NIM : 171602721

KELAS/SEMESTER: A/III

PRODI : S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2023
A. KONSEP DASAR INTRANATAL
1. Definisi
Menurut Mayles (1996) persalinan adalah suatu proses dimana seorang
wanita melahirkan bayi yang diawali dengan kontraksi uterus yang teratur
dan memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran
plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan berlangsung
selama 12 sampai dengan 14 jam (Kemenkes, 2016).
2. Komplikasi
 Infeksi
Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan
kemungkinan dapat menyebabkan infeksi apabila pemeriksa tidak
memperhatikan teknik aseptik
 Retensi plasenta/retensi sisa plasenta
Retensi plasenta adalah kondisi dimana plasenta belum lahir selama 1
jam setelah janin lahir sedangkan retensi sisa plasenta adalah terdapat
sebagian lasenta yang masih tertinggal setelah plasenta lahir.
 Robekan serviks
Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat
 Ruptur uteri
Ruptur uteri atau robekan uterus merupakan kondisi yang sangat
berbahaya dalam persalinan karena ddapat menyebabkan pendarahan
hebat.
 Emboli air ketuban
Emboli air ketuban merupakan peristiwa yang timbuk mendadak akibat
air ketuba masuk ke alam pperedaran tubuh ibu melalui sinus vena yang
teruka pada daerah plasenta dan menyumbat pembuluh-pembuluh kapier
dalam paru-paru.
3. Bentuk Persalinan
 Persalinan Spontan
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, dan melalui
jalan lahir.
 Persalinan Bantuan
Persalinan dengan rangsangan yang dibantu dengan tenaga dari luar,
ekstraksi dengan forcep atau dengan dilakukan sectio sesario.
 Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, baru berlangsung
setelah pemecahan ketuban.
4. Penyebab Mulainaya Persalinan
a. Perubahan Kadar Hormon
 Kadar progesterone menurun (relaksasi otot menghilang)
 Kadar estrogen dan prostaglandin meninggi
 Oksitosin pituitari dilepaskan (pada kebanyakan kehamilanproduksi
hormon ini akan disupresi)
b. Distensi Uterus, dapat menyebabkan hal berikut :
 Serabut otot yang tegang sampai batas kemampuannya akan bereaksi
dengan mengadakan kontraksi
 Produksi dan pelepasan prostaglandin
 Sirkulasi plasenta mungkin mengganggu sehingga menimbulkan
perubahan hormonal
c. Tekanan Janin
 Kalau janin sudah mencapai batas pertumbuhannya didalam batas
uterus ia akan menyebabkan
 Peningkatan tekanan dan ketegangan pada dinding uterus
 Stimulasi dinding uterus yang tegang tersebut sehingga timbul
kontraksi.
5. Tanda-Tanda Persalinan
Sebelum persalinan mulai, saat mendekati akhir kehamilanklien mungkin
lihat perubahan tertentu atau ada tanda-tanda bahwa persalinan terjadi tidak
lama lagi sekitar 2-4 minggu sebelum persalinan. Kepal janin mulai menetap
lebih jauh kedalam pelviks. Tekanan pada diafragma berkurang seperti
memperingan berat badan bayi dan memungkinkan ibu untuk bernapas lebih
mudah, akan lebih sering berkemih, dan akan lebih bertekan pada pelviks
karena bayi lebih rendah dalam pelviknya.
a. Persalinan Palsu
1. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke – 36 pada primigravida terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul
yang disebabkan:
 Ketegangan dinding perut
 Ketegangan ligamentum rotandum
 Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
2. Masuknya kepala bayi kepintu atas panggul dirasakan ibu
hamil:
 Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang
 Dibagian bawah terasa sesak
 Terjadi kesulitan saat berjalan
 Sering miksi ( beser kencing )
b. Persalinan Sejati
1. Terjadinya His persalinan , His persalinan mempunyai sifat :
 Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan
 Sifatnya teratur,interval makin pendek, dan kekuatannya
makin besar
 Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
 Makin beraktifitas ( jalan ) kekuatan makin bertambah
2. Pengeluaran Lendir dan darah ( pembawa tanda ), Dengan his
persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan:
 Pendataran dan pembukaan
 Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada
kanalis servikalis lepas
 Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
3. Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan. Sebagian ketuban baru pecah menjelang
pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.
6. Tahap-Tahap Persalinan
1. Kala I
Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Proses ini terbagi dalam 2 fase yaitu: fase laten (8 jam) serviks
membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3
cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.
2. Kala II
Dimulai darti pembukaan lengkap (10 cm), sampai bayi lahir. Proses ini
biasanya berlangsung selama 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
3. Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
4. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.
7. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Kala I

A. Pengkajian
I. Keluhan
Anda kaji alasan klien datang ke rumah sakit. Alasannya dapat
berupa keluar darah bercampur lendir (bloody show), kelua r air–
air dari kemaluan (air ketuban), nyeri pada daerah pinggang
menjalar ke perut/kontraksi (mulas), nyeri makin sering dan
teratur.
II. Pengkajian riwayat obstertik
 Kaji kembali HPHT
 taksiran persalinan
 usia kehamilan sekarang
 Kaji riwayat kehamilan masa lalu
 Jenis persalinan lalu
 penolong persalinan lalu
 kondisi bayi saat lahir
 Kaji riwayat nifas lalu
 masalah setelah melahirkan
 pemberian ASI dan kontrasepsi.

III. Pemeriksaan fisik


 Nilai keadaan umum (KU)
 Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan
pernafasan ,respirasi)
 Pemeriksaan abdomen ( loepold 1 , II , III , IV )
 Detak jantung janin ( DJJ ) vestikula urinaria ( kosong / penuh )
 Menentukan tinggi fundus
 Kontraksi uterus
IV. Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya
kontraksi
1) Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)
2) Menentukan presentasi (bokong atau kepala)
3) Menentukan penurunan bagian terbawah janin
4) Pemeriksaan dalam
 Nilai pembukaan dan penipisan serviks
 Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk
rongga panggul
 Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya.
2. Kala II
a. Pengkajian
 Periksa TTV (TD, nadi, suhu, respirasi), tanda–tanda persalinan kala II
dimulai sejak pukul, evaluasi terhadap tanda–tanda persalinan kala II
(dorongan meneran, tekanan ke anus, perineum menonjol, dan vulva
membuka).
 Periksa kemajuan persalinan VT (status portio, pembukaan serviks, status
selaput amnion, warna air ketuban, penurunan presentasi ke rongga
panggul, kontraksi meliputi intensitas, durasi frekuensi, relaksasi).
 DJJ, vesika urinaria (penuh/ kosong).
 respon perilaku (tingkat kecemasan, skala nyeri, kelelahan, keinginan
mengedan, sikap ibu saat masuk kala II, intensitas nyeri).
b. skor APGAR dinilai pada menit pertama kelahiran dan diulang pada menit
kelima.
A (appearance/warna kulit),
P (Pulse/denyut jantung),
G (Grimace/respon refleks),
A (Activity/tonus otot),
R (respiration/pernapasan).

1. Nilai kelima variabel tersebut dijumlahkan.


2. Interpretasi hasil yang diperoleh:
1) Bila jumlah skor antar 7–10 pada menit pertama, bayi dianggap
normal.
2) Bila jumlah skor antara 4–6 pada menit pertama, bayi memerlukan
tindakan medis segera seperti pengisapan lendir dengan suction atau
pemberian oksigen untuk membantu bernafas. segera seperti
pengisapan lendir dengan suction atau pemberian oksigen untuk
membantu bernafas.
3. Kala III
1. Pengkajian
o Kaji TTV (TD, nadi, pernafasan, nadi),
o kaji waktu pengeluaran plasenta,
o kondisi selaput amnion,
o kotiledon lengkap atau tidak.
o Kaji kontraksi/HIS,
o kaji perilaku terhadap nyeri,
o skala nyeri,
o tingkat kelelahan,
o keinginan untuk bonding attachment,
o Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

2. Kala IV
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
Pasien tampak “berenergi” atau keletihan / kelelahan, mengantuk
b. Sirkulasi
 Nadi biasanya lambat (50 – 70x / menit) karena hipersensitivitas vagal
 TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia /
anastesia, atau meningkat pada respon terhadap pemeriksaan oksitosin
atau hipertensi karena kehamilan
 Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas bawah),
atau dapat juga pada ekstremitas atas dan wajah atau mungkin umum
(tanda hipertensi pada kehamilan)
 Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400 – 500 ml
untuk kelahiran per vagina atau 600-800 ml untuk kelahiran sesaria
c. Nyeri / Ketidaknyamanan. Pasien melaporkan ketidaknyamanan dari
berbagai sumber misalnya setelah nyeri, trauma jaringan / perbaikan
episiotomi, kandung kemih penuh, atau perasaan dingin / otot tremor dengan
“menggigil”
d. Seksualitas
 Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi
umbilikus
 Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap dengan
hanya beberapa bekuan kecil
 Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
 Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
 Payudara lunak dengan puting tegang
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik
b. Resiko infeksi b.d luka perenium dan ibu takut BAK
c. Ansietas
d. Resiko perdarahan
e. Intoleransi aktifitas
3. SLKI SIKI
1. Nyeri
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat
nyeri menurun.
Kh :
 Frekuensi nadi membaik
 Pola nafas membaik
 Keluhan nyeri menurun
 Meringis menurun
Intervensi :
Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
 berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
 kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 fasilitasi istirahat dan tidur
 pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
 jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 kolaborasi pemberian analgetik
2. resiko infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam derajat infeksi menurun
Kh : - Demam menurun
 Kemerahan menurun
 Nyeri menurun
 Kadar sel darah putih membaik
Intervensi
Observasi
 monitor tanda gejala infeksi local dan sistemik
Terapeutik
 batasi jumlah pengunjung
 berikan perawatan kulit pada daerah edema
 cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
 pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
 jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara memeriksa luka
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu
3. Ansietas
Tujuan : stelah dilakukan tindakan keperawtan 3x24 jam diharapkan tingkat
ansietas menurun
Kh :
 Perilaku gelisah menurun
 verbalisasi kebingungan menurun
 perilaku tegang menurun
Intervensi
Observasi
 identifikasi saat tingkat ansietas berubah
 identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
 ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 temani pasien untuk mengurangi kecemasan jika memungkinkan
 pahami situasi yang membuat ansietas
 gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi
 jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami
 informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
 latih teknik relaksasi
4. resiko perdarahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam kehilangan darah baik
internal maupun eksternal menurun
Kh :
 hemoglobin membaik
 hematokrit membaik
 tekanan darah membaik
 suhu tubuh membaik
 Perdarahan vagina menurun

Intervensi
Observasi
 monitor tanda dan gejala perdarahan
 monitor nilai hb/ht sebelum dan setelah kehilangan drah
 monitor ttv
 Monitor koagulasi
Terapeutik
 Batasi tindakan invasive, jika perlu
 Pertahankan bedrest selama perdarahan
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
 Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
 Anjurkan meningkatkan asupan makan dan vitamin k
 Anjurkan segera melapor jika terjadi prdarahan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan jika perlu
 Anjurkan pemberian produk darah, jika perlu
5.intoleransi aktivitas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan toleransi
aktivitas meningkat
Kh :
 Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
 Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah meningkat
 Keluhan lelah menurun
 Dyspnea saat aktivitas menurun
Intervensi
Observasi
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor pola dan jam tidur
 monitor kelahan fisik dan emosional
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
 Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/ aktif
 Fasilitasi duduk disisi tempat tidur jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

B. KONSEP DASAR BAYI BARU LAHIR


1. Pengertian
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi dari kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat badan lahir 2.500 gr sampai dengan 4.000 gram. Neonatus
merupakan masa bayi baru lahir sampai usia 28 hari. Periode neonatal adalah
bulan pertama kehidupan. Selama periode neonatal bayi mengalami
pertumbuhan dan perubahan yang amat menakjubkan (Mary Hamilton, 1995 :
217). Bayi Baru Lahir adalah hasil konsepsi yang baru lahir dari rahim
seorangwanita melalui jalan lahir normal atau dengan alat tertentu sampai
umur satu bulan (FKUI,1999).
2. Tujuan perawatan bayi baru lahir

1) Periode Pascapartum awal


a. Mencapai dan mempertahankan jalan nafas dan mendukung
pernafasan.
b. Mempertahankan kehangatan dan mencegah hipotermia.
c. Memastikan keamanan dan mencegah cedera atau infeksi.
d. Mengidentifikasi masalah-masalah aktual atau potensial yang
memerlukan perhatian segera.
2) Perawatan lanjutan
a. Melanjutkan perlindungan dari cedera atau infeksi dan
mengidentifikasi masalah-masalah aktual atau potensial yang
memerlukan perhatian.
b. Memfasilitasi terbinanya hubungan dekat orang tua bayi.
c. Memberikan informasi kepada orang tua tentang perawatan bayi
baru lahir.
d. Membantu orang tua dalam mengembangkan sikap sehat tentang
praktik membesarkan anak.
3. Faktor yang mempengaruhi adaptasi
a. Pengalaman antepartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya, terpajan zat
toksik dan sikap orang tua terhadap kehamilan dan pengasuhan anak).
b. Pengalaman intrapartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya, lama persalinan,
tipe analgesik atau anestesia intrapartum).
c. Kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk melakukan transisi ke kehidupan
ekstrauterin.
d. Kemampuan petugas kesehatan untuk mengkaji dan merespons masalah
dengan tepat pada saat terjadi.
4. Penanganan bayi baru lahir
Menurut Prawirohardjo, (2002) tujuan utama perawatan bayi segera sesudah
lahir, adalah:
1) Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak
langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara
sebagai berikut :
a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat.
b. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang
c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari
tangan yang dibungkus kassa steril.
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain.
2) Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu
menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang
bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting
steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan
dapat dibuat ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan
alkohol 70% atau povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut
tersebut diganti setiap hari dan atau setiap tali basah / kotor. Sebelum
memotong tali pusat, pastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik,
untuk mencegah terjadinya perdarahan.
3) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya
dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat.
Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.
4) Memberi Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir normal dan
cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari,
sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 –
1 mg I.M
5) Memberi Obat Tetes / Salep Mata
Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum
diharuskan untuk mencegah terjadinya oplitalmic neonatorum. Di daerah
dimana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep
mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau
tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia
(penyakit menular seksual).
6) Identifikasi Bayi
a. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi.
b. Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus
tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
c. Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi, nyonya)
tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu.
d. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan
nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.
7) Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi
normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang
memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut
petugas kesehatan. Pemantauan 2 jam pertama sesudah lahir meliputi :
a. Kemampuan menghisap kuat atau lemah
b. Bayi tampak aktif atau lunglai
c. Bayi kemerahan atau biru
5. Masalah umum pada bayi baru lahir
a. Prematuritas
Prinsip bayi prematur adalah NKB (Neonatus Kurang Bulan), berbeda
dengan BBLR karena BBLR bisa saja sudah cukup bulan dan maturasi
sudah lengkap.
b. Sindrom gawat nafas neonatus (NRDS-Neonatal Respiratory Distress
Syndrome) asfiksia neonatorum.
c. Hiperbilirubinemia (neonatal jaundice).
d. Infeksi perinatal.
e. Kelainan/cacat bawaan.
f. Gangguan/penyakit akibat trauma persalinan.
6. Proses Keperawatan bayi baru lahir
Tujuan dalam memberikan asuhan keperawatan bayi baru lahir, yaitu:
1. Menentukan dan mempertahankan jalan nafas dan usaha bernafas.
2. Memberikan kehangatan dan mencegah hipotermi.
3. Memberikan keamanan dan injury, infeksi.
4. Mengidentifikasi masalah aktual maupun potensial yang mengharuskan
segera diberi perhatian.
I. Pengkajian
Pengkajian terhadap faktor resiko:
a. Maternal: usia, riwayat kesehatan masa lalu, sosial,
perkembangan, dan riwayat pekerjaan.
b. Obstetrik: periode menstruasi yang lalu, periode menstruasi
saat ini, dan kondisi kehamilan terakhir
c. Perinatal:
 Antepartum: informasi prenatal
 Maternal healthy (DM, jantung, dll)
d. Intrapartum:
 Usia gestasi: di atas 42 minggu, dibawah 34 minggu
 Lama dan karakteristik persalinan: persalinan lama
pada kala I dan II KPD.
 Kondisi ibu: hipo/hipertensi progresif, pendarahan,
infeksi.
 Presentasi fetal: bahu melintang.
 Penggunaan analgesik.
 Metode melahirkan: secsio cesarea, forcep, vacum
II. Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d mukus yang
berlebihan, posisi yang tidak tepat.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan temperatur b.d kontrol
temperatur yang immatur, perubahan lingkungan eksternal.
3. Resiko tinggi infeksi atau inflamasi b.d kurangnya pertahanan
immunologi, faktor lingkungan, penyakit maternal.
4. Resiko tinggi trauma b.d kelemahan fisik.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d immaturitas,
kurang pengetahuan parental
III. Intervensi Keperawatan
1. Mempertahankan jalan nafas: bersih/paten
1) Segera setelah lahir, bersihkan muka bayi dari lendir
dan darah untuk mencegah terhalangnya jalan udara.
2) Suction mulut dan nasofaring, waktu mengisap 5 detik,
berhenti, hisap lagi (beri kesempatan untuk
reoksigenasi).
3) Posisikan bayi mirin kanan untuk mencegah infeksi.
4) Pakaikan pakaian yang cukup longgar.
5) Observasi tanda-tanda vital dan tanda gejala distress
pernafasan.
2. Mempertahankan temperature tubuh stabil
1) Segera setelah lahir, keringkan tubuh dan kepala
neonatus.
2) Angkat selimut lembab dan diapers.
3) Selimuti bayi dengan selimut hangat dan bertopi yang
sudah dihangatkan
4) Fasilitas kontak dini dengan ibu.
5) Letakkan bayi pada suhu hangat (suhu kamar): 24-
25,5oC dan kelembaban pada ruang persalinan antara
60%-65% (untuk menurunkan kecepatan evaporasi saat
melahirkan).
6) Tempatkan boks bayi di luar garis jendela ataupun AC.
7) Angkat dinding penghalang penghangat, untuk
mengurangi kontak dengan udara.
8) Gunakan penghangat radiant saat tubuh bayi harus
terbuka untuk Tindakan prosedur atau selama di
keringkan setelah mandi.
9) Hindari neonatus dari permukaan dingin, seperti
dinding gedung atau jendela.
10) Jangan mandikan neonatus sampai suhu stabil 37oC
setelah 6 jam kelahiran.
11) Observasi tanda-tanda vital

3. Mencegah terjadinya infeksi


1) Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
2) Gunakan handscoon jika kontak dengan cairan tubuh.
3) Berikan profilaksis pada mata.
4) Cek mata setiap hari untuk mengobservasikan
kemungkinan infeksi/inflamasi.
5) Lakukan perawatan tali pusat
6) Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi
dipulangkan ke rumah, berikan imunisasi BCG,polio
oral,dan hepatitis B.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.

Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2016) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2016) Standar Luaran Keperawatan: Defenisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Alasiry, Ema., Dwi Bahagia Febriani, Djauhariah A. Madjid. 2017. Manual
Keterampilan Klinik Resusitasi Neonatus. Makassar: Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
Hutahaean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas & Ginekologi.
Jakarta: Trans Info Media
Stright, Barbara R. 2005. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai