Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVUDU

ILMU DASAR KEPERAWATAN

Oleh:
Nama: Yunita tali tael
Kelas: A/II
Nim: 171402721

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN
KUPANG
A. Farmakognosi
Farmakognosi sendiri berasal dari kata Pharmakon yang berarti obat dan Gnosis yang berarti
pengetahuan, melalui perkembangan ilmu lebih lanjut, para ahli kimia mulai memberikan
perhatian pada senyata-senyawa kimia kandungan bahan alam yang di duga mempunyai
khasiat bagi kesehatan. Farmakognosi sendiri berasal dari kata Pharmakon yang berarti obat
dan Gnosis yang berarti pengetahuan, melalui perkembangan ilmu lebih lanjut, para ahli
kimia mulai memberikan perhatian pada senyata-senyawa kimia kandungan bahan alam yang
di duga mempunyai khasiat bagi kesehatan.
Dengan demikian, melalui pengetahuan tentang khasiat bahan alam telah berkembang tiga
disiplin ilmu dasar yaitu:

1. Farmakologi yang berhubungan dengan aktivitas dan efek obat.

2. Farmakognosi yang mencakup semua informasi obat dari sumber bahan alam
“tumbuhan, hewan, mineral, mikroorganisme”.
3. Kimia medisinal yang berhubungan dengan semisintesis obat.

 Sejarah Farmakognosi
Dalam sejarah penemuan obat bahan alam di mulai dari pengetahuan manusia akan khasiat
bahan alam bagi kesehatan yang merupakan awal dari berkembangnya farmakognosi.Bukti
dari hal itu dapat diketahui melalui buku Materia Medika yang diterbitkan sebelum abad 19
yakni buku pertama yang memuat tentang khasiat dan penggunaan lebih kurang 600 macam
obat dari bahan alam “tanaman, hewan, mineral”.Sejak saat itu terjadi peningkatan yang pesat
terhadap pengetahuan mengenai obat dari bahan alam sehingga dianggap perlu untuk
mengadakan pemisahan disiplin ilmu, oleh karena itu pada abad 19, materia medika sudah
memiliki dua disiplin ilmu yaitu:

 Farmakologi yang mempelajari kerja obat “action of drug”.


 Farmakognosi yang mempelajari segala aspek obat dari alam.

 Hubungan Farmakognosi Dengan Obat


Perkataan Farmakognosi berasal dari dua kata Yunani yaitu Pharmakon yang  berarti obat
dan gnosis yang berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi farmakognosi berarti pengetahuan
tentang obat.Definisi yang mencakup seluruh ruang lingkup farmakognosi diberikan
oleh Fluckiger, yaitu pengetahuan secara serentak berbagai macam cabang ilmu pengetahuan
untuk memperoleh segala segi yang perlu diketahui tentang obat

Ada beberapa definisi tentang obat misalnya :

1. Obat                      : Yakni suatu bahan atau paduan bahan – bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan
badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok bagian
badan manusia.

Yakni obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk,
cairan, salep, tablet, pil, suppositoria atau bentuk yang mempunyai  nama
2. Obat Jadi               :
teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia atau  buku- buku lain  yang
ditetapkan pemerintah .

Yakni obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas  nama  si
3. Obat Paten            : pembuat  atau dikuasakannya  dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik
yang memproduksinya.

Yakni obat yang terdiri dari atau berisi suatu zat baik  sebagai   bagian
yang berkhasiat maupun yang tidak  berkhasiat, misalnya lapisan,
4. Obat Baru             :
pengisi, pelarut, bahan pembantu atau komponen lain yang belum
dikenal, sehingga tidak diketahui khasiat atau kemurniannya.

Adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari  bahan- bahan
5. Obat Tradisional   :
tersebut, cara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman.

 Peran Farmakognosi
Penggunaan tumbuhan obat sebagai obat di Indonesia telah meningkat, akan tetapi dalam
penggunaannya masih banyak hanya sebatas pengalaman yang diturunkan dari nenek moyang
bangsa Indonesia. Disini peran ilmu farmakognosi yang memilah tanaman yang berkhasiat
obat atau tidaknya dengan berbagai tes yang dilakukan terhadap tumbuhan tersebut seperti
kromatografi, spektrofotometrik dan lain-lain.

Alam memberikan kepada kita bahan alam darat dan laut berupa tumbuhan, hewan dan
mineral yang jika diadakan identifikasi dan menentukan sistematikanya maka diperoleh bahan
alam berkhasiat obat. Jika bahan alam yang berkhasiat obat ini dikoleksi, dikeringkan, diolah,
diawetkan dan disimpan, akan di peroleh bahan yang siap pakai atau yang disebut dengan
simplisia disinilah keterkaitannya dengan farmakognosi

 Ruang Lingkup Farmakognosi

Farmakognosi  adalah  sebagai  bagian  biofarmasi, biokimia dan kimia sintesa, sehingga 
ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang  diuraikan dalam definisi Fluckiger.  Sedangkan
di Indonesia saat ini untuk praktikum Farmakognosi hanya  meliputi segi pengamatan
makroskopis, mikroskopis dan organoleptis yang seharusnya juga mencakup identifikasi,
isolasi dan pemurnian setiap zat yang  terkandung dalam simplisia dan bila perlu penyelidikan
dilanjutkan ke arah sintesa. Sebagai contoh :  Chloramphenicol dapat dibuat secara sintesa
total, yang sebelumnya hanya dapat diperoleh dari biakkan cendawan Streptomyces
venezuela.Alam memberikan kepada kita bahan alam darat dan laut berupa tumbuhan, hewan
dan mineral yang jika diadakan identifikasi dan menentukan sistimatikanya, maka diperoleh
bahan alam berkhasiat obat. Jika bahan alam yang berkhasiat obat ini dikoleksi, dikeringkan,
diolah, diawetkan dan disimpan, akan diperoleh bahan yang siap pakai atau simplisia,
disinilah keterkaitannya dengan farmakognosi,Simplisia yang diperoleh dapat berupa
rajangan atau serbuk. Jika dilakukan uji khasiat, diadakan pengujian toksisitas, uji pra klinik
dan uji klinik untuk menentukan fitofarmaka atau fitomedisin ; bahan – bahan fitofarmaka
inilah yang disebut obat. Bila dilakukan uji klinik, maka akan diperoleh obat jadi.Serbuk dari
simplisia jika diekstraksi dengan menggunakan berbagai macam metode ekstraksi dengan
pemilihan pelarut , maka hasilnya disebut ekstrak. Apabila ekstrak yang diperoleh ini diisolasi
dengan pemisahan berbagai kromatografi, maka hasilnya disebut isolat.Jika isolat ini
dimurnikan, kemudian ditentukan sifat-sifat fisika dan kimiawinya akan dihasilkan zat murni,
yang selanjutnya dapat dilanjutkan penelitian tentang identifikasi, karakterisasi, elusidasi
struktur dan spektrofotometri.Proses ekstraksi dari serbuk sampai diperoleh isolat bahan obat
dibicarakan dalam fitokimia dan analisis fitokimia. Bahan obat jika diadakan uji toksisitas dan
uji pra klinik akan didapatkan obat jadi.

A. Biofarmasi
Biofarmasi adalah suatu produk obat farmasi apa pun yang diproduksi, diekstraksi dari, atau
disintesiskan dari sumber biologis. Berbeda dari obat-obatan yang sepenuhnya disintesis, obat
tersebut meliputi vaksin, darah, komponen darah, alergenik, sel somatik, terapi
gen, jaringan, protein terapeutik rekombinan, dan obat-obatan hidup yang digunakan dalam
terapi sel. Biofarmasi dapat terdiri dari gula, protein, atau asam nukleat atau kombinasi dari
zat-zat tersebut, atau dapat berupa sel (jaringan hidup). Mereka (prekursor atau
komponennya) diisolasi dari sumber kehidupan - manusia, hewan, tumbuhan, jamur, maupun
mikroba.

B. Farmakokinetika
Farmakokinetika adalah cabang ilmu dari farmakologi yang mempelajari tentang perjalanan
obat mulai sejak diminum hingga keluar melalui organ ekskresi di tubuh manusia. Fase-fase
farmakokinetik secara umum terbagi menjadi Adsoprsi, Distribusi, Metabolisme, dan
Ekstensi. Fase deliberasi, terkadang dimasukkan pula ke dalam kajian farmakokinetika.
Namun, fase deliberasi tampaknya lebih tepat jika dimasukkan ke dalam fase Farmasetik
Proses farmakokinetika[sunting )
C. Proses farmakokinetika dalam tubuh manusia
Proses farmakokinetika dimulai dari penyerapan (absorpsi), lalu tersebar melalui ke seluruh
jaringan tubuh melalui darah (distribusi), selanjutnya dimetabolisi dalam organ-organ tertentu
terutama hati (biotransformasi), lalu sisa atau hasil metabolisme ini dikeluarkan dari tubuh
dengan ekskresi (eliminiasi) dan selanjutnya disingkat menjadi ADME. Selain itu,
farmakokinetika juga mempelajari berbagai fakor yang mempengaruhi efektivitas obat.
Sebenarnya terdapat fase liberasi yaitu peleburan zat aktif obat ketika memasuki tubuh, tetapi
beberapa sumber menyebutkan proses liberasi tergabung dalam absorpsi. Lain lagi
menyebutkan bahwa fase distribusi, metabolisasi, dan ekskresi digabung menjadi satu nama
fase: disposisi. Selain itu, terdapat pendapat bahwa ada fase lainnya yang memasukan aspek
toksikologis yang dikenal dengan ADME-Tox atau ADMET.
Fase penyaluran zat aktif obat-obatan ini merupakan subjek dari interaksi psiko-kimia antara
obat dan organ tubuh, yang dapat diekspresikan secara matematis. Dengan demikian, studi
farmakokinetika menggunakan perhitungan matematika untuk memprediksi kelakuan obat
dalam proses penyerapan dalam tubuh.
Farmakodinamik (PD) adalah studi tentang efek biokimia dan fisiologis obat (terutama obat-
obatan farmasi). Efeknya dapat termasuk yang dimanifestasikan dalam hewan (termasuk
manusia), mikroorganisme, atau kombinasi organisme (misalnya, infeksi).
Farmakodinamik dan farmakokinetik adalah cabang utama farmakologi, dengan sendirinya
menjadi topik biologi yang tertarik dalam studi interaksi antara zat kimia endogen dan
eksogen dengan organisme hidup.
Secara khusus, farmakodinamik adalah studi tentang bagaimana suatu obat mempengaruhi
suatu organisme, sedangkan farmakokinetik adalah studi tentang bagaimana organisme
mempengaruhi obat tersebut. Keduanya secara bersama-sama memengaruhi dosis, manfaat,
dan efek samping. Farmakodinamik kadang disingkat sebagai PD dan farmakokinetik sebagai
PK, terutama dalam referensi gabungan (misalnya, ketika berbicara tentang model PK / PD).
Farmakodinamik memberi penekanan khusus pada hubungan dosis-respons, yaitu hubungan
antara konsentrasi dan efek obat. [1] Salah satu contoh yang dominan adalah interaksi
reseptor obat sebagaimana dimodelkan oleh
di mana L, R, dan LR masing-masing mewakili konsentrasi kompleks ligan (obat), reseptor,
dan reseptor ligan. Persamaan ini merupakan model dinamika reaksi yang disederhanakan
yang dapat dipelajari secara matematis melalui alat-alat seperti peta energi bebas.
Definisi IUPAC
EFarmakodinamik: Studi tindakan farmakologis pada sistem kehidupan, termasuk reaksi
dengan dan mengikat konstituen sel, dan konsekuensi biokimia dan fisiologis dari tindakan
ini. [2]
Mayoritas obat juga
meniru atau menghambat proses fisiologis / biokimia normal atau menghambat proses
patologis pada hewan atau
menghambat proses vital endo- atau ektoparasit dan organisme mikrob.
Ada 7 aktivitas obat utama:
·        merangsang tindakan melalui agonisme reseptor langsung dan efek hilir
·        tindakan menekan melalui agonis reseptor langsung dan efek hilir (mis .: agonis
terbalik)
·        tindakan memblokir / antagonis (seperti dengan antagonis diam), obat mengikat reseptor
tetapi tidak mengaktifkannya
·        aksi stabilisasi, obat tampaknya tidak bertindak sebagai stimulan atau sebagai depresan
(mis .: beberapa obat memiliki aktivitas reseptor yang memungkinkan mereka untuk
menstabilkan aktivasi reseptor umum, seperti buprenorfin pada individu yang tergantung
opioid atau aripiprazole pada skizofrenia, semua tergantung pada dosisnya). dan penerima)
·        bertukar / mengganti zat atau mengakumulasinya untuk membentuk cadangan (mis .:
penyimpanan glikogen)
·        reaksi kimia bermanfaat langsung seperti dalam pembersihan radikal bebas
·        reaksi kimia berbahaya langsung yang dapat menyebabkan kerusakan atau kerusakan
sel, melalui kerusakan yang disebabkan oleh racun atau mematikan (sitotoksisitas atau iritasi)
Aktivitas yang diinginkan
Aktivitas obat yang diinginkan terutama karena keberhasilan penargetan salah satu dari
berikut ini:
·        Gangguan membran sel
·        Reaksi kimia dengan efek hilir
·        Interaksi dengan protein enzim
·        Interaksi dengan protein struktural
·        Interaksi dengan protein pembawa
·        Interaksi dengan saluran ion
·        Ikatan ligan dengan reseptor:
·        Reseptor hormon
·        Reseptor neuromodulator
·        Reseptor neurotransmitter
Anestesi umum dulunya dianggap bekerja dengan cara merusak membran saraf, sehingga
mengubah masuknya Na +. Antasida dan agen chelating bergabung secara kimiawi dalam
tubuh. Ikatan enzim-substrat adalah cara untuk mengubah produksi atau metabolisme bahan
kimia endogen utama, misalnya aspirin secara ireversibel menghambat enzim prostaglandin
sintetase (siklooksigenase) sehingga mencegah respons peradangan. Colchicine, obat untuk
gout, mengganggu fungsi tubulin protein struktural, sementara Digitalis, obat yang masih
digunakan pada gagal jantung, menghambat aktivitas molekul pembawa, pompa Na-K-
ATPase. Kelas obat terluas bertindak sebagai ligan yang berikatan dengan reseptor yang
menentukan efek seluler. Setelah pengikatan obat, reseptor dapat memperoleh tindakan
normal mereka (agonis), tindakan diblokir (antagonis), atau bahkan tindakan yang berlawanan
dengan normal (agonis terbalik).
Pada prinsipnya, seorang farmakologis akan bertujuan untuk target konsentrasi plasma obat
untuk tingkat respons yang diinginkan.
Pada kenyataannya, ada banyak faktor yang mempengaruhi tujuan ini. Faktor farmakokinetik
menentukan konsentrasi puncak, dan konsentrasi tidak dapat dipertahankan dengan
konsistensi absolut karena kerusakan metabolisme dan pembersihan ekskretoris.
Faktor genetik mungkin ada yang akan mengubah metabolisme atau tindakan obat itu sendiri,
dan status langsung pasien juga dapat mempengaruhi dosis yang ditunjukkan.
Efek yang tidak diinginkan
Efek yang tidak diinginkan dari suatu obat termasuk:
·        Peningkatan kemungkinan mutasi sel (aktivitas karsinogenik)
·        Berbagai macam tindakan simultan yang mungkin merusak
·        Interaksi (aditif, multiplikatif, atau metabolik)
·        Kerusakan fisiologis yang diinduksi, atau kondisi kronis abnormal
Jendela terapi
Jendela terapeutik adalah jumlah obat antara jumlah yang memberikan efek (dosis efektif) dan
jumlah yang memberikan efek samping lebih banyak daripada efek yang diinginkan.
Misalnya, obat-obatan dengan jendela farmasi kecil harus diberikan dengan hati-hati dan
terkontrol, mis. dengan sering mengukur konsentrasi darah obat, karena dengan mudah
kehilangan efek atau memberikan efek samping.
Durasi tindakan
Durasi kerja suatu obat adalah lamanya waktu obat tersebut efektif. [3] Durasi kerja adalah
fungsi dari beberapa parameter termasuk waktu paruh plasma, waktu untuk menyeimbangkan
antara plasma dan kompartemen target, dan tingkat mematikan obat dari target biologisnya.
[4]
Pengikatan dan efek reseptor
Ikatan ligan (obat) pada reseptor diatur oleh hukum aksi massa yang menghubungkan status
skala besar dengan laju berbagai proses molekuler. Tingkat pembentukan dan un-formasi
dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi kesetimbangan reseptor terikat. Konstanta
disosiasi kesetimbangan didefinisikan oleh:
Ungkapan ini adalah salah satu cara untuk mempertimbangkan efek obat, di mana responsnya
terkait dengan fraksi reseptor terikat (lihat: Persamaan Hill). Fraksi reseptor terikat dikenal
sebagai hunian. Hubungan antara hunian dan respons farmakologis biasanya non-linear. ini
menjelaskan apa yang disebut sebagai fenomena cadangan reseptor yaitu konsentrasi yang
menghasilkan 50% hunian biasanya lebih tinggi daripada konsentrasi yang menghasilkan 50%
dari respon maksimum. Lebih tepatnya, cadangan reseptor mengacu pada sebuah fenomena di
mana stimulasi hanya sebagian kecil dari seluruh populasi reseptor ternyata memunculkan
efek maksimal yang dapat dicapai dalam suatu parhis menjelaskan apa yang disebut sebagai
fenomena cadangan reseptor yaitu konsentrasi yang menghasilkan hunian 50% biasanya lebih
tinggi daripada konsentrasi. menghasilkan 50% dari respons maksimum. Lebih tepatnya,
cadangan reseptor mengacu pada sebuah fenomena di mana stimulasi hanya sebagian kecil
dari seluruh populasi reseptor tampaknya memunculkan efek maksimal yang dapat dicapai
dalam jaringan tertentu. Jaringan selular.
Interpretasi paling sederhana dari cadangan reseptor adalah bahwa itu adalah model yang
menyatakan ada reseptor berlebih pada permukaan sel daripada apa yang diperlukan untuk
efek penuh. Dengan mengambil pendekatan yang lebih canggih, cadangan reseptor adalah
ukuran integratif dari kapasitas penginduksi respons dari agonis (dalam beberapa model
reseptor disebut dengan efikasi intrinsik atau aktivitas intrinsik) dan kapasitas penguatan
sinyal reseptor yang sesuai (dan pensinyalan hilirnya jalur). Dengan demikian, keberadaan
(dan besarnya) cadangan reseptor tergantung pada agonis (kemanjuran), jaringan
(kemampuan amplifikasi sinyal) dan efek yang diukur (jalur diaktifkan untuk menyebabkan
amplifikasi sinyal). Karena cadangan reseptor sangat sensitif terhadap kemanjuran intrinsik
agonis, maka biasanya hanya ditentukan untuk agonis penuh (kemanjuran tinggi). [5] [6] [7]
Seringkali respons ditentukan sebagai fungsi log [L] untuk mempertimbangkan banyak urutan
besarnya konsentrasi. Namun, tidak ada teori biologis atau fisik yang menghubungkan efek
dengan log konsentrasi. Ini hanya nyaman untuk keperluan grafik. Penting untuk dicatat
bahwa 50% dari reseptor terikat ketika [L] = Kd. Grafik yang ditampilkan mewakili
tanggapan-respons untuk dua agonis reseptor hipotetis, diplot dengan cara semi-log. Kurva ke
arah kiri menunjukkan potensi yang lebih tinggi (panah potensi tidak menunjukkan arah
kenaikan) karena konsentrasi yang lebih rendah diperlukan untuk respons yang diberikan.
Efeknya meningkat sebagai fungsi konsentrasi.
Farmakodinamik multiseluler
Konsep farmakodinamik telah diperluas untuk mencakup Multiseluler Farmakodinamik
(MCPD). MCPD adalah studi tentang sifat statis dan dinamis dan hubungan antara serangkaian
obat dan organisasi empat dimensi multiseluler yang dinamis dan beragam. Ini adalah studi
tentang cara kerja obat pada sistem multiseluler minimal (mMCS), baik in vivo dan in silico.
Networked Multicellular Farmacodynamics (Net-MCPD) lebih lanjut memperluas konsep
MCPD untuk memodelkan jaringan genomik pengatur bersama-sama dengan jalur transduksi
sinyal, sebagai bagian dari komponen komponen yang saling berinteraksi dalam sel 
farmakoterapi adalah sub ilmu dari farmakologi yang mempelajari tentang penanganan
penyakit melalui penggunaan obat-obatan. Dalam ilmu ini obat-obatan digunakan untuk
membuat diagnosis, mencegah timbulnya, dan cara menyembuhkan suatu penyakit. Selain itu,
farmakoterapi juga mempelajari khasiat obat pada berbagai penyakit, bahaya yang
dikandungnya, kontraindikasi obat, pemberian obat yang tepat. Bagian instrumen ilmu
pengetahuan yang menyertai farmakoterapi adalah terapi operasi, terapi radiasi, terapi fisik.

D. Farmakoterapi
Ilmu farmakoterapi melibatkan hampir seluruh cabang ilmu obat-obatan, dan mengintegrasikan
multidisiplin ilmu pengetahuan seperti ilmu kimmia. Dalam dunia industri, farmakoterapi
banyak memberikan keuntungan bagi para wirausahawan tiap tahunnya, industri farmakoterapi
dapat menginvestasikan miliyaran rupiah dalam bisnis pengembangan obat-obatan.
Ilmu ini merupakan ilmu tertua di dunia. Hampir seluruh peradaban memiliki cara dan tradisi
mengembangkan farmakoterapi, seperti obat-obatan herbal di Cina. Sebelum terdapat ilmu
farmakoterapi modern, segala bahan yang tersedia di alam seperti tanaman, hewan, dan materi
lainnya digunakan dalam percobaan mecari obat untuk penyembuhan. Barulah pada tahun 1800
farmakoterapi diakui sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri yang terfokus pada
pengembangan obat-obatan sintetis, riset-riset, penggunaannya, dan efek samping yang
dimilikiya. hli farmasi adalah para ahli di bidang farmakoterapi yang bertanggungjawab untuk
memastikan keamanan, kewajaran, dan keekonomisan penggunaan obat-obatan. Kemampuan
yang dibutuhkan untuk menjadi seorang farmakoterapis meliputi pengetahuan, pengalaman
kerja di bidang biomedis dan ilmu pengetahuan klinis.

Anda mungkin juga menyukai