Anda di halaman 1dari 75

1

FARMAKOLOGI

Farmakologi
berasal dari bahasa Yunani (pharmacon = obat) dan logos = ilmu pengetahuan), sehingga berarti
ilmu pengetahuan tentang segala sesuatu mengenai obat. famakologi mencakup pengetahuan tentang
sejarah, sumber, sifat-sifat fisik dan kimiawi, cara pembuatan dan pencampuran, efek fisiologi dan
biokimia, mekanisme kerja, absorbsi, distribusi, biotransformasi, eksresi, dan penggunaan obat. Oleh
karena itu farmakologi merupakan ilmu pengetahuan yang sangat luas, dan berhubungan erat dengan
berbagai disiplin ilmu lain seperti ilmu botani, ilmu kimia, fisiologi, patologi, dan lain-lain.
Namun dengan berkembangnya pengetahuan, beberapa bidang ilmu tersebut telah berkembang
menjadi cabang ilmu tersendiri.

Farmakognosi, mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman dan zatzat
aktifmya, begitu pula yang berasal dari mineral dan hewan.
Pada zaman obat sintetis seperti sekarang ini, Pada dasawarsa terakhir peranan sebagai sumber untuk
obat menjadi semakin penting.
Banyak phytoterapeutika baru telah mulai digunakan lagi, misalnya tingtura echinaceae (penguat daya
tangkis), ekstrak Ginkoa biloba (penguat memori), bawang putih (antikolesterol), tingtur hyperici
(antidepresi) dan ekstrak feverfew (Chrysantemum parthenium) sebagai obat pencegah migrain.

Biofarmasi, mempelajari pengaruh formulasi obat terhadap efek terapeutiknya. Dengan kata lain
dalam bentuk sediaan apa obat harus dibuat agar menghasilkan efek yang optimal. Ketersediaan hayati
obat dalam tubuh untuk diabsopsi dan untuk melakukan efeknya juga dipelajari (farmaceutical dan
biological availability).
Begitu pula kesetaraan terapeutis dari sediaan yang mengandung zat aktif sama (therapeutic
equivalance).
Farmakokinetika, mempelajari perjalanan obat di dalam tubuh, mulai dari penyrapan (absorpsi),
penyebarannya (distrtibusi) ke tempat kerjanya dan jaringan lain, perombakannya (biotransformasi),
dan pengeluarannya (ekskresi). Secara singkat farmakokinetika mempelajari segala sesuatu yang
dilakukan oleh tubuh terhadap obat.

Farmakodinamika, mempelajari kegiatan obat terhadap organisme hidup terutama cara dan
mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terapi yang ditimbulkannya. Secara singkat
farmakodinamika mencakup semua efek yang dilakukan oleh obat terhadap tubuh.
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari efek toksik dari berbagai racun, zat kimia (termasuk obat)
lainnya pada tubuh manusia. Terutama dipelajari cara diagnosis, pengobatan dan tindakan pencegahan
terjadinya keracunan.
Farmakoterapi mempelajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau gejalanya. Penggunaan
ini berdasarkan atas pengetahuan tentang hubungan antara khasiat obat, sifat fisiologi atau
mikrobiologinya dengan penyakit. Sedangkan Phytoterapi mempelajari penggunaan zat-zat dari
tanaman untuk mengobati penyakit.

Obat
Obat dalam bahasa Inggeris disebut drug yang berasal dari bahasa Perancis drogue yang berarti
rempah kering.
Menurut SK MenKes No. 125/Kaab/B.VII/71, yang dimaksud dengan
Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis,
mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian tubuh manusia.

Obat obat yang digunakan dalam terapi dapat dibagi menjadi tiga golongan sebagai berikut :

1. Obat farmakodinamis adalah obat yang bekerja terhadap tuan rumah dengan jalan mempercepat
atau memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh, misalnya hormon, diuretika,
hipnotika, dan obat otonom.
2. Obat kemoterapeutis adalah obat yang dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh tuan
rumah. Hendaknya obat ini memiliki kegiatan farmakodinamika yang sekecilkecilnya terhadap
organisme tuan rumah berkhasiat membunuh sebesar besarnya terhadap parasit (cacing, protozoa)
dan mikroorganisme (bakteri dan virus). Obatobat neoplasma (onkolitika, sitostatika, obatobat
2

kanker) juga termasuk golongan ini.


3. Obat diagnostik obat yang digunakan dalam melakukan diagnosis (pengenalan penyakit), misalnya
untuk mengenal penyakit pada saluran lambung-usus digunakan barium sulfat dan untuk saluran
empedu digunakan natrium propanoat dan asam iod organik lainnya.

Obat umumnya diproduksi dan diedarkan menggunakan nama dagang atau nama paten, yaitu nama
yang menjadi milik suatu perusahaan yang dilindungi hukum, yaitu merk terdaftar atau proprietary
name. Di samping menggunakan nama dagang, obat dapat pula diproduksi menggunakan nama
generik (generic atau official name), yaitu nama yang berdasarkan International Non-propietary
Names yang ditetapkan oleh WHO atau nama yang ditetapkan dalam farmakope untuk zat berkhasiat
yang dikandung. Nama ini dapat digunakan disemua negara tanpa melanggar hak paten obat
bersangkutan.

Contoh nama generik dan nama paten, sebagai berikut :

Nama Kimia Nama Generik Nama Paten


Asam asetilsalisilat Asetosal Aspirin (Bayer)
Naspro (Nicholas)
Aminobenzil penisillin Ampisilin Penbritin (Beecham)
Ampifen (Organon)

BIOFARMASI

Biofarmasi adalah ilmu yang bertujuan mempelajari pengaruh-pengaruh pembuatan sediaan farmasi
terhadap efek terapeutik obat. Sekitar tahun 1960 para ahli mulai sadar bahwa efek obat tidak hanya
tergantung pada faktor farmakologi, melainkan juga pada bentuk pemberian dan terutama pada faktor
formulasinya.

Faktor-faktor formulasi yang dapat merubah efek obat dalam tubuh adalah:
Bentuk fisik zat aktif (amorf atau kristal, kehalusannya)
Keadaan kimiawi (ester, garam, garam kompleks dsb.)
Zat-zat pembantu (zat pengisi, pelekat, pelicin, pelindung dan sebagainya)
Proses teknik yang digunakan untuk membuat sediaan

Dalam biofarmasi kita akan mengenal beberapa istilah yang berhubungan dengan aspek biofarmasi :
a. Ketersediaan farmasi (Farmaceutical Availability)
Adalah ukuran waktu yang diperlukan oleh obat untuk melepaskan diri dari bentuk sediaannya dan
siap untuk proses absopsi. Kecepatan melarut obat bergantung pada bentuk sediaannya, dan dapat
diurutkan sebagai berikut :
Larutan > suspensi > emulsi > serbuk > kapsul > tablet > tablet salut enterik (enteric coated) > tablet
kerja panjang (long acting)
b. Ketersediaan hayati (Biological Availability)
Adalah prosentase obat yang diabsopsi tubuh dari suatu dosis yang diberikan dan tersedia untuk
melakukan efek terapeutiknya.
c. Kesetaraan terapeutik (Therapeutical Equivalent)

Adalah syarat yang harus dipenuhi oleh suatu obat paten yang meliputi kecepatan melarut dan
jumlah kadar zat berkhasiat yang harus dicapai di dalam darah. Kesetaraan terapeutik dapat
terjadi pada pabrik yang berbeda atau pada batch yang berbeda dari produksi suatu pabrik.

d. Bioassay dan standardisasi


Bioassay adalah cara menentukan aktivitas obat dengan menggunakan binatang percobaan seperti
kelinci, tikus, kodok dan lain-lain. Kekuatan obat dinyatakan dalam Satuan Internasional atau IU
(International Unit), tetapi setelah metode Fisiko-Kimia dikembangkan, bioassay mulai ditinggalkan,
begitu pula dengan penggunaan satuan biologi dan selanjutnya kadar dinyatakan dalam gram atau
miligram.
Obat yang kini masih distandarisasi secara biologi adalah insulin (menggunakan kelinci), ACTH /
3

Adrenocorticotropic Hormone (menggunakan tikus), antibiotik polimiksin dan basitrasin, vitamin A


dan D, faktor pembeku darah, preparat-preparat antigen dan antibody, digitalis dan pirogen.

Sebelum obat yang diberikan kepada pasien tiba pada tujuannya dalam tubuh, yaitu tempat kerjanya
atau reseptor, obat harus mengalami beberapa proses. Secara garis besar proses-proses ini dapat dibagi
dalam tiga tingkat yaitu:
Fase biofarmasi
Fase farmakokinetik
Fase farmakodinamik

Skema fase yang dilalui obat (tablet) sampai menimbulkan efek terapeutik

Fase biofarmasi atau Farmasetika adalah fase yang meliputi waktu mulai penggunaan obat melalui
mulut sampai pelepasan zat aktifnya kedalam cairan tubuh. Fase ini berhubungan dengan ketersediaan
farmasi dari zat aktifnya dimana obat siap diabsorpsi.
Fase farmakokinetika adalah fase yang meliputi semua proses yang dilakukan tubuh, setelah obat
dilepas dari bentuk sediaannya yang terdiri dari absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.
Fase farmakodinamika adalah fase dimana obat telah berinteraksi dengan sisi reseptor dan siap
memberikan efek.

Cara -cara pemberian obat


Disamping faktor formulasi, cara pemberian obat turut menentukan cepat-lambatnya dan lengkap atau
tidaknya absopsi obat oleh tubuh. Tergantung dari efek yang diinginkan,yaitu efek sistemis (di seluruh
tubuh) atau efek lokal (setempat), keadaan pasien dan sifat-sifat fisika - kimia obat.
1. Efek Sistemis
a. Oral

Pemberiannya melalui mulut.


Mudah dan aman pemakaiannya, lazim dan praktis
Tidak dapat diterapkan untuk obat yang bersifat merangsang (emetin, aminofillin) atau yang
diuraikan oleh getah lambung (benzil penisilin, insulin,dan oksitosin)
Dapat terjadi inaktivasi oleh hati sebelum diedarkan ke tempat kerjanya
Digunakan untuk mencapai efek lokal dalam usus misalnya untuk obat cacing, dan obat
diagnostik untuk pemotretan lambung-usus.
Pemberian antibiotik untuk sterilisasi lambung-usus pada infeksi atau sebelum operasi.

b. Oromukosal

Pemberian melalui mukosa di rongga mulut, ada dua macam cara yaitu :
Sub Lingual
Obat ditaruh dibawah lidah
Terjadi absopsi oleh selaput lendir ke vena-vena lidah yang sangat banyak.
Obat langsung masuk peredaran darah tanpa melalui hati (tidak di-inaktifkan).
Efek yang diinginkan tercapai lebih cepat.
Efektif untuk serangan jantung, asthma.
Kurang praktis untuk digunakan terus menerus karena dapat merangsang selaput lendir
mulut.
Bentuk tablet kecil contoh Isosorbid tablet.

Bucal
Obat diletakkan diantara pipi dan gusi.

c. Injeksi

Pemberian obat secara parenteral, yaitu di bawah atau menembus kulit/ selaput lendir.
Suntikan atau injeksi digunakan untuk :
Memberikan efek obat dengan cepat.
4

Terutama untuk obat-obat yang merangsang atau dirusak oleh getah lambung
Diberikan pada pasien yang tidak sadar, atau tidak mau bekerja sama.
Keberatan pada pasien yang disuntik (sakit) dan mahal, sulit digunakan.
Ada bahaya infeksi, dapat merusak pembuluh atau saraf.

Macam-macam injeksi.

Subkutan /hipodermal (s.c).


Penyuntikan di bawah kulit, hanya untuk obat yang tidak merangsang dan larut baik dalam air atau
minyak, efeknya agak lambat dibanding cara i.m atau iv, mudah digunakan sendiri contohnya suntikan
Insulin.
Intra muscular (i.m).
Penyuntikan dilakukan dalam otot , absopsi obat berlangsung 10 -30 menit untuk memperpanjang
kerja obat sering dipakai larutan atau suspensi dalam minyak. Tempat injeksi otot pantat atau lengan
atas.

Intra vena (i.v).


Penyuntikan dilakukan didalam pembuluh darah, efeknya paling cepat (18 detik) karena benda asing
langsung dimasukkan kedalam aliran darah, sehingga mengakibatkan reaksi-reaksi hebat seperti
turunnya tekanan darah secara mendadak shock dan sebagainya. Infus intravena dengan obat sering
dilakukan dalam rumah sakit pada keadaan darurat, atau dengan obat yang cepat metabolismenya dan
ekskresinya guna mencapai kadar plasma tetap tinggi. Bahaya trombosis terjadi bila infus dilakukan
terlalu sering pada satu tempat.
Intra arteri (i.a).
Penyuntikan kedalam pembuluh nadi, dilakukan untuk membanjiri suatu organ misalnya Pada
penderita kanker hati.

Intra cutan (i.c)


Penyuntikan dilakukan didalam kulit, absorbsi sangat perlahan misalnya tuberculin test dari Mantoux.

Intra lumbal
Penyuntikan dilakukan kedalam ruas tulang belakang (sumsum tulang belakang) misalnya anestetika
umum.
Intra peritonial.
Penyuntikan kedalam ruang selaput (rongga) perut.

Intra cardial
Penyuntikan kedalam jantung.

Intra pleural
Penyuntikan kedalam rongga pleura.

Intra articuler
Penyuntikan kedalam celah-celah sendi.

d. Implantasi
Obat dalam bentuk pellet steril dimasukkan di bawah kulit dengan alat khusus (trocar). Terutama
digunakan untuk efek sistemik lama, misalnya obat-obat hormon kelamin (estradiol dan testosteron).
Akibat absopsi yang lambat satu pellet dapat melepaskan zat aktifnya secara teratur selama 3-5 bulan.

e. Rektal
Pemberian obat melalui rektal atau dubur. Cara ini memiliki efek sistemik lebih cepat dan lebih besar
dibandingkan peroral dan baik sekali digunakan untuk obat yang mudah dirusak oleh asam lambung

Contoh :
Suppositoria dan clysma sering digunakan untuk efek lokal seperti pada wasir
Salep yang dioleskan pada permukaan rektal hanya mempunyai efek lokal.
5

f. Transdermal.
Cara pemakaian melalui permukaan kulit berupa plester, obat menyerap secara perlahan dan kontinyu
masuk kedalam sistim peredaran darah, langsung ke jantung.
Umumnya untuk gangguan jantung misalnya Angina pectoris, tiap dosis dapat bertahan 24 jam
contohnya Nitrodisk dan Nitroderm TTS (Therapeutik Transdermal System), dan preparat hormon.

Gambar skema rute penggunaan obat

2. Efek Lokal

a. Kulit (percutan)
Obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada permukaan kulit, bentuk obat salep, cream dan lotio.

b. Inhalasi.
Obat disemprotkan untuk disedot melalui hidung atau mulut dan penyerapan dapat terjadi pada selaput
mulut, tenggorokan, dan pernafasan. Contoh: bentuk sediaan gas, zat padat atau aerosol.

c. Mukosa Mata dan Telinga


Obat diberikan melalui selaput / mukosa mata atau telinga, bentuknya obat tetes atau salep, obat
diabsopsi kedalam darah dan menimbulkan efek.

d. Intra vaginal.
Obat diberikan melalui selaput lendir atau mukosa vagina , biasanya berupa obat anti fungi dan
pencegah kehamilan. Dapat berbentuk ovula, salep, cream dan cairan bilas

e. Intranasal.
Obat diberikan melalui selaput lendir hidung untuk menciutkan selaput atau mukosa hidung yang
membengkak, contohnya Otrivin

Cara Pemberian Bentuk Sediaan Utama


Oral Tablet, kapsul, larutan (sulotio), sirup, eliksir, suspensi, magma, jel, bubuk
Sublingual Tablet, trokhisi dan tablet hisap
Parentral Larutan, suspensi
Epikutan/transdermal Salep, krim, pasta, plester, bubuk, erosol, latio, tempelan transdermal, cakram,
larutan, dan solutio
Konjungtival Salep
Introakular/intraaural Larutan, suspensi
Intranasal Larutan, semprot, inhalan, salep
Intrarespiratori Erosol
Rektal Larutan, salep, supositoria
Vaginal Larutan, salep, busa-busa emulsi, tablet, sisipan, supositoria, spon
Uretral Larutan, supositoria
Tabel Penggunaan Bentuk Sediaan (Ansel, 1995)

FARMAKOKINETIKA

Pengertian
Farmakokinetika adalah segala proses yang dilakukan tubuh terhadap obat berupa absorpsi, distribusi,
metabolisme (biotransformasi), dan ekskresi. Tubuh kita dapat dianggap sebagai suatu ruangan besar,
yang terdiri dari beberapa kompartemen yang terpisah oleh membran-membran sel. Sedangkan proses
absorpsi, distribusi dan ekskresi obat dari dalam tubuh pada hakekatnya berlangsung dengan
mekanisme yang sama, karena proses ini tergantung pada lintasan obat melalui membran tersebut.
6

Gambar 2. Skema hubungan absorpsi, distribusi, metabolisme, eksresi obat dan konsentrasi pada
tempat kerja obat
Membran sel terdiri dari suatu lapisan lipoprotein (lemak dan protein) yang mengandung banyak pori-
pori kecil, terisi dengan air. Membran dapat ditembus dengan mudah oleh zat-zat tertentu, dan sukar
dilalui zat-zat yang lain, maka disebut semi permeable. Zat-zat lipofil (suka lemak) yang mudah larut
dalam lemak dan tanpa muatan listrik umumnya lebih lancar melintasinya dibanding kan dengan zat-
zat hidrofil dengan muatan (ion).
Adapun mekanisme pengangkutan obat untuk melintasi membran sel ada dua cara:
a. Secara pasif, artinya tanpa menggunakan energi.
Filtrasi, melalui pori-pori kecil dari membran misalnya air dan zat hidrofil.
Difusi, zat melarut dalam lapisan lemak dari membran sel, contoh ion anorganik.
b. Secara aktif, artinya menggunakan energi.
Pengangkutan dilakukan dengan mengikat zat hidrofil (makromolekul atau ion) pada enzim
pengangkut spesifik. Setelah melalui membran, obat dilepaskan lagi. Cepatnya penerusan tidak
tergantung pada konsentrasi obat, Contohnya glukosa, asam amino asam lemak, garam besi, vitamin
B1,B2 dan B12.

Absorpsi
Proses absorpsi sangat penting dalam menentukan efek obat. Pada umumnya obat yang tidak
diabsorpsi tidak menimbulkan efek. Kecuali antasida dan obat yang bekerja lokal. Proses absorpsi
terjadi diberbagai tempat pemberian obat, misalnya melalui alat cerna, otot rangka, paru-paru, kulit,
dan sebagainya.
Absorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Kelarutan obat.
2. Kemampuan difusi melintasi sel membran
3. Konsentrasi obat.
4. Sirkulasi pada letak absorpsi.
5. Luas permukaan kontak obat.
6. Bentuk sediaan obat
7. Cara pemakaian obat.

Distribusi.
Obat setelah diabsorpsi akan tersebar melalui sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan harus melalui
membran sel agar tercapai tepat pada efek aksi. Molekul obat yang mudah melintasi membran sel akan
mencapai semua cairan tubuh baik intra maupun ekstra sel, sedangkan obat yang sulit menembus
membran sel, penyebarannya umumnya terbatas pada cairan ekstra sel.
Kadang-kadang beberapa obat mengalami kumulatif selektif pada beberapa organ dan jaringan
tertentu, karena adanya proses transport aktif, pengikatan dengan zat tertentu atau daya larut yang
lebih besar dalam lemak. Kumulasi ini digunakan sebagai gudang obat (protein plasma, umumnya
albumin, jaringan ikat dan jaringan lemak). Selain itu ada beberapa tempat lain misalnya tulang, organ
tertentu, dan cairan transel yang dapat berfungsi sebagai gudang untuk beberapa obat tertentu.
Distribusi obat kesusunan saraf pusat dan janin harus menembus sawar khusus yaitu sawar darah otak
dan sawar uri. Obat yang mudah larut dalam lemak pada umumnya mudah menembusnya.

Metabolisme (Biotransformasi)
Tujuan biotransformasi obat adalah perubahan obat sedemikian rupa sehingga mudah diekskresikan
oleh ginjal, dalam hal ini menjadikannya lebih hidrofil. Pada umumnya obat dimetabolisme oleh
enzim mikrosom di retikulum endoplasma sel hati. Pada proses metabolisme molekul obat dapat
berubah sifat antara lain menjadi lebih polar. Metabolit yang lebih polar ini menjadi tidak larut dalam
lemak sehingga mudah diekskresi melalui ginjal. Metabolit obat dapat lebih aktif dari obat asal
(bioaktivasi), tidak atau berkurang aktif (detoksifikasi atau bio-inaktivasi) atau sama aktifitasnya.
Proses metabolisme ini memegang peranan penting dalam mengakhiri efek obat. Skema proses
metabolisme dapat dilihat pada Gambar

Hal-hal yang dapat mempengaruhi metabolisme:


Fungsi hati, metabolisme dapat berlangsung lebih cepat atau lebih lambat, sehingga efek obat
menjadi lebih lemah atau lebih kuat dari yang kita harapkan..
Usia, pada bayi metabolismenya lebih lambat.
7

Faktor genetik (turunan), ada orang yang memiliki faktor genetik tertentu yang dapat menimbulkan
perbedaan khasiat obat pada pasien.
Adanya pemakaian obat lain secara bersamaan, dapat mempercepat metabolisme (inhibisi enzim).

Ekskresi.
Pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuh terutama dilakukan oleh ginjal melalui air seni, dan
dikeluarkan dalam bentuk metabolit maupun bentuk asalnya.
disamping ini ada pula beberapa cara lain, yaitu:
Kulit, bersama keringat.
Paru-paru, dengan pernafasan keluar, terutama berperan pada anestesi umum, anestesi gas atau
anestesi terbang.
Hati, melalui saluran empedu, terutama obat untuk infeksi saluran empedu.
Air susu ibu, misalnya alkohol, obat tidur, nikotin dari rokok dan alkaloid lain. Harus diperhatikan
karena dapat menimbulkan efek farmakologi atau toksis pada bayi.
Usus, misalnya sulfa dan preparat besi .

FARMAKODINAMIKA

Pengertian
Farmakodinamika adalah cabang ilmu yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat serta
mekanisme kerjanya. Mekanisme kerja dipelajari guna mengetahui efek utama obat, interaksi obat
dengan sel, dan urutan peristiwa dan spektrum efek dan respon yang terjadi. Pengetahuan yang baik
mengenai hal ini merupakan dasar terapi yang rasional dan berguna dalam sintesis obat baru.

Mekanisme kerja obat


Dikenal beberapa mekanisme kerja obat yang dapat digolongkan sebagai berikut :
Secara fisika, contohnya anestetik terbang, laksansia dan diuretik osmotis.
Secara Kimia, contohnya antasida dan zat-zat khelasi (zat-zat yang dapat mengikat logam berat)
Proses metabolisme, contohnya antibiotika mengganggu pembentukan dinding sel, sintesis protein,
dan metabolisme asam nukleat bakteri.
Secara kompetisi atau saingan, dalam hal ini dapat dibedakan dua jenis kompetisi yaitu untuk
reseptor spesifik dan enzym-enzym.

Efek terapi.
Tidak semua obat bersifat betul-betul menyembuhkan penyakit, banyak diantaranya hanya
meniadakan atau meringankan gejala-gejalanya. Oleh karena itu dapat dibedakan tiga jenis
pengobatan, yaitu :
Terapi kausal, yaitu pengobatan dengan meniadakan atau memusnahkan penyebab penyakitnya,
misalnya sulfonamid, antibiotika, obat malaria dan sebagainya.
Terapi simptomatis, yaitu pengobatan untuk menghilangkan atau meringankan gejala penyakit,
sedangkan penyebabnya yang lebih mendalam tidak dipengaruhi, misalnya pemberian analgetik pada
reumatik atau sakit kepala.
Terapi substitusi, yaitu pengobatan dengan cara menggantikan zat-zat yang seharusnya dibuat oleh
organ tubuh yang sakit, misalnya insulin pada penderita diabetes dan tiroksin pada penderita
hipotiroid.

Plasebo.
Salah satu faktor penting dalam penyembuhan penyakit adalah kepercayaan akan dokter dan obat yang
diminumnya. Berdasarkan kepercayaan ini dibuatlah plasebo yang dalam bahasa latin berarti saya
ingin menyenangkan. Tujuan dari plasebo adalah :
Pengobatan sugesti, kadangkala memberikan efek yang mengagumkan pada pasien yang kecanduan
maupun obat-obat narkotika dan psikotropika lainnya maupun pada penderita kanker stadium akhir.
Uji klinis, digunakan pada tahap akhir dalam rangkaian penelitian suatu obat baru yang akan dinilai
efek farmakologisnya.
Pelengkap dan penggenap pil KB, bertujuan agar pasien tidak terlupa menelan pil KB tersebut pada
saat menstruasi.

Efek yang tidak diinginkan


8

a. Efek samping, adalah segala pengaruh obat yang tidak diinginkan pada tujuan terapi yang
dimaksud, pada dosis normal (WHO 1970).
b. Idiosinkrasi, adalah peristiwa dimana suatu obat memberikan efek yang sama sekali berlainan dari
efek normalnya.
c. Alergi, adalah peristiwa hipersensitif akibat pelepasan histamin di dalam tubuh atau terjadinya
reaksi khusus antara antigen-antibodi.Gejala-gejala alergi yang terpenting dan sering terjadi adalah
pada kulit yaitu urtikaria (gatal dan bentol-bentol), kemerah-merahan dan sebagainya. Pada alergi
yang lebih hebat dapat berupa demam, serangan asma, anafilaksis shock dan lain-lain.
d. Fotosensitasi, adalah kepekaan berlebihan terhadap cahaya akibat penggunaan obat. Seringkali
terjadi pada penggunaan kosmetik yang tidak cocok.
e. Efek toksis
Bila obat digunakan dalam dosis yang tinggi akan menunjukkan efek toksis. Bila dosis dikurangi maka
efek toksik dapat berkurang. Dikenal beberapa macam dosis, yaitu :
1. dosis terapi yaitu dosis yang mampu memberikan efek penyembuhan
2. dosis maksimum yaitu dosis yang bila dilampaui kemungkinan dapat memberikan efek toksis atau
letal
3. dosis letalis yaitu dosis yang dapat menimbulkan kematian.
Dosis yang diberikan pada pasien untuk menghasilkan efek yang diinginkan tergantung dari banyak
faktor antara lain: usia, berat badan dan sebagainya.
Hampir semua obat pada dosis yang cukup besar menimbulkan efek toksik dan pada akhirnya dapat
mengakibatkan kematian. (dosis toksik = TD, dosis letal = LD, dan dosis terapeutik atau efective dose
= ED ).
Untuk menilai keamanan dan efek suatu obat, dilakukan dengan menggunakan binatang-binatang
percobaan. Yang ditentukan adalah khusus ED50 yaitu dosis yang menghasilkan efek pad 50% dari
jumlah binatang percobaan dan LD50 yaitu dosis yang mematikan 50% binatang percobaan.
Perbandingan antara kedua dosis ini dinamakan Indeks terapi. Semakin besar indeks ini semakin aman
penggunaan obat tersebut. Luas terapi adalah jarak antara LD50 dan ED50, juga disebut jarak
keamanan atau Safety margin.

f. Efek teratogen merupakan salah satu efek toksis yang terkenal, yaitu obat yang pada dosis terapeutik
untuk ibu, mengakibatkan cacat pada janin, yang terkenal adalah kasus Thalidomide. Dengan SK
MENKES RI No 682/Ph/63/6 berlaku sejak 1 Januari 1963, maka obat-obat yang mengandung
thalidomide, meklizin, dan fenmotrazin dilarang penggunaannya di Indonesia.

Efek yang tidak diinginkan pada penggunaan obat jangka panjang


a. Reaksi hipersensitif, adalah reaksi alergik, merupakan respon abnormal terhadap obat atau zat
dimana pasien telah menggunakan obat yang sama sebelumnya.
b. Kumulasi adalah fenomena penumpukan obat dalam badan sebagai hasil pengulangan penggunaan
obat, dimana obat dieksresikan lebih lambat dibanding dengan absorbsinya. Pada
pengulangan/penggunaan obat selanjutnya dapat terjadi efek toksik.
c. Toleransi adalah fenomena berkurangnya respon terhadap dosis yang sama dari obat. Agar
diperoleh efek terapeutik yang sama, dosis yang diberikan harus ditingkatkan secara terus menerus,
ada tiga macam toleransi yaitu :
1. Toleransi bawaan (primer), terdapat pada sebagian orang dan binatang tertentu, misalnya toleransi
terhadap atropin pada kelinci.
2. Toleransi perolehan (sekunder), disebut pula habituasi atau kebiasaan adalah toleransi yang timbul
setelah menggunakan suatu obat selama beberapa waktu. Organisme dapat menjadi kurang peka
terhadap obat tersebut. Habituasi merupakan suatu gejala ketergantungan psikologis terhadap suatu
obat.
3. Toleransi silang, dapat terjadi antara zat-zat dengan struktur kimia serupa atau derivatnya
(fenobarbital dan butobarbital), atau kadang-kadang antara zat-zat yang berlainan misalnya alkohol
dan barbital.
d. Takhifilaksis adalah fenomena berkurangnya kecepatan respon terhadap aksi obat pada penggunaan
obat dalam dosis yang sama. Contohnya Efedrin dalam tetes mata untuk glaukoma.
e. Adiksi atau ketagihan adalah ketergantungan jasmaniah dan rohaniah terhadap suatu obat, dan bila
pengobatan dihentikan dapat menimbulkan efek hebat secara fisik dan mental.

Waktu penggunaan obat


Bagi kebanyakan obat waktu penggunaan tidak begitu penting, yaitu sebelum atau sesudah makan.
9

Tetapi ada pula obat dengan sifat atau maksud pengobatan khusus guna menghasilkan efek maksimal
atau menghindarkan efek samping tertentu.
Sebenarnya absopsi obat dari lambung yang kosong berlangsung paling cepat karena tidak dihalangi
oleh isi usus, contoh :
Obat-obat yang diharapkan memberikan efek yang cepat sebaiknya ditelan sebelum makan, misalnya
analgetika (kecuali asetosal).
Obat yang sebaiknya diberikan pada lambung kosong yakni 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan
adalah Penisilin, Sefalosporin, Eritromysin, Rovamysin, Linkomisin, dan Klindamisin, Rifampisin dan
Tetrasiklin.
Obat lain yang bersifat merangsang mukosa lambung harus digunakan pada waktu atau setelah
makan, meskipun absopsinya menjadi terhambat.misalnya kortikosteroid dan obat-obat rematik,
antidiabetik oral, garam-garam besi, obat cacing dan sebagainya.

Kombinasi obat
Dua obat yang digunakan pada waktu yang besamaan dapat saling mempengaruhi kerjanya masing-
masing, yaitu :
a. Antagonisme, dimana kegiatan obat pertama dikurangi atau ditiadakan sama sekali oleh obat kedua.
b. Sinergisme, dimana kekuatan obat pertama diperkuat oleh obat kedua. Ada dua jenis :
1. Adisi atau sumasi adalah kekuatan kombinasi kedua obat adalah sama dengan jumlah masing-
masing kekuatan obat tersebut.
2. Potensiasi adalah kekuatan kombinasi kedua obat lebih besar dari jumlah kedua obat tersebut.
Keuntungan kombinasi obat:
Menambah kerja terapeutik tanpa menambah efek buruk dan mengurangi toksisitas masing-masing
obat, misalnya Trisulfa.
Menghambat terjadinya resistensi, misalnya Rifampisin dan isoniasid.
Memperoleh potensiasi misalnya kotrimoksazol.
Kerugian obat kombinasi.
Pemborosan
Takaran masing-masing obat belum tentu sesuai dengan kebutuhan, sedangkan takaran obat tidak
dapat diubah tanpa mengubah pula dosis obat lainnya
Manfaat tidak memenuhi syarat.
Mempermudah terjadinya resistensi terhadap beberapa spesies kuman.

Interaksi Obat
Bila seorang pasien harus menggunakan dua atau lebih obat dalam waktu dekat atau bersamaan
(polifarmasi), kemungkinan besar akan terjadi interaksi antara obat-obat tersebut dalam tubuh
Interaksi yang terpenting adalah kimia, fisika, dan farmakologi.

BAB II
KEMOTERAPETIKA

PENGERTIAN
Kemoterapi adalah obat atau zat yang berasal dari bahan kimia yang dapat memberantas dan
menyembuhan penyakit atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, amoeba, fungi, protozoa,
cacing dan sebagainya tanpa merusak jaringan tubuh manusia.
Berdasarkan khasiatnya terhadap bakteri, kemoterapi dibedakan atas :
Bakterisida yaitu obat yang pada dosis lazim berkhasiat untuk mematikan hama, contohnya fenol,
iodium, sublimat.
Bakteriostatika yaitu obat yang pada dosis lazim berkhasiat menghentikan pertumbuhan dan
pembiakan bakteri, sedang pemusnahan selanjutnya dilakukan oleh tubuh sendiri secara fagositosis
(kuman dilarutkan oleh leukosit atau sel-sel daya tangkis tubuh lainnya), contohnya antibiotika
spektrum sempit.

Yang termasuk kelompok kemoterapi adalah :


A. Antibiotika
10

B. Sulfonamida
C. Anti Parasitik.
1. Anti malaria
2. Anti amuba
3. Anti cacing
4. Anti jamur
D. Anti virus
E. Anti neoplastika (sitostatika)
F. Lain-lain
1. Anti TBC
2. Anti Lepra

A. ANTIBIOTIKA

Pengertian antibotika
Antibiotika berasal dari bahasa latin yang terdiri dari anti = lawan, bios = hidup. Adalah zat-zat yang
dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri tanah, yang dapat menghambat pertumbuhan atau
membasmi mikroba jenis lain, sedang toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil.
Antibiotik pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander Fleming (Penisilin) pada tahun
1928. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.
Florey.
Kemudian banyak zat dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik lain diseluruh
dunia, namun toksisitasnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat. Antibiotik juga
dapat dibuat secara sintetis, atau semi sintetis.
Aktivitas antibiotik umumnya dinyatakan dalam satuan berat (mg) kecuali yang belum sempurna
permurniannya dan terdiri dari campuran beberapa macam zat, atau karena belum diketahui struktur
kimianya, aktivitasnya dinyatakan dalam satuan internasional = Internasional Unit (IU). Dibidang
peternakan antibiotik sering dimanfaatkan sebagai zat gizi tambahan untuk mempercepat pertumbuhan
ayam negeri potong.

Mekanisme kerja
Mekanisme kerja antimikroba antara lain :
1. Menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding sel tidak sempurna dan tidak
dapat menahan tekanan osmosa dari plasma, akhirnya sel akan pecah (penisilin dan sefalosporin).
2. Menghambat sintesa membran sel, molekul lipoprotein dari membran sel dikacaukan
pembentukannya, hingga bersifat lebih permeable akibatnya zat-zat penting dari isi sel dapat keluar
(kelompok polipeptida)
3. Menghambat sintesa protein sel, akibatnya sel tidak sempurna terbentuk (kloramfenikol, tetrasiklin)
4. Menghambat pembentukan asam-asam inti (DNA dan RNA) akibatnya sel tidak dapat berkembang
(rifampisin)
5. Antagonisme saingan, menghambat pembentukan asam folat dari PABA dalam sel bakteri
(Sulfonamida)

Gambar : Mekanisme kerja antibiotik

Efek samping
Penggunaan antibiotika tanpa resep dokter atau dengan dosis yang tidak tepat dapat menggagalkan
pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya lain seperti:
1. Sensitasi / hipersensitif
Banyak obat setelah digunakan secara lokal dapat mengakibatkan kepekaan yang berlebihan, kalau
obat yang sama kemudian diberikan secara oral atau suntikan maka ada kemungkinan terjadi reaksi
hipersentitiv atau allergi seperti gatal-gatal kulit kemerah-merahan, bentol-bentol atau lebih hebat lagi
dapat terjadi syok, contohnya Penisilin dan Kloramfenikol. Guna mencegah bahaya ini maka
sebaiknya salep-salep menggunakan antibiotika yang tidak akan diberikan secara sistemis (oral dan
suntikan).

2. Resistensi
Jika obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah, atau waktu terapi kurang lama, maka hal ini
11

dapat menyebabkan terjadinya resistensi artinya bakteri tidak peka lagi terhadap obat yang
bersangkutan. Untuk mencegah resistensi, dianjurkan menggunakan kemoterapi dengan dosis yang
tepat atau dengan menggunakan kombinasi obat.
3. Super infeksi
Yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan penyebab infeksi berbeda
dengan penyebab infeksi yang pertama. Supra infeksi terutama terjadi pada penggunaan antibiotika
broad spektrum yang dapat mengganggu keseimbangan antara bakteri di dalam usus saluran
pernafasan dan urogenital.
Spesies mikroorganisme yang lebih kuat atau resisten akan kehilangan saingan, dan berkuasa
menimbulkan infeksi baru misalnya timbul jamur Minella albicans dan Candida albicans. Selain
antibiotik obat yang menekan sistem tangkis tubuh yaitu kortikosteroid dan imunosupressiva lainnya
dapat menimbulkan supra infeksi. Khususnya,anak-anak dan orangtua sangat mudah dijangkiti supra
infeksi ini.

Penggolongan antibiotik berdasar aktivitasnya


Berdasarkan luas aktivitas kerjanya antibiotika dapat digolongkan atas :
1. Zat-zat dengan aktivitas sempit (narrow spektrum)
Zat yang aktif terutama terhadap satu atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri gram positif atau bakteri
gram negatif saja). Contohnya eritromisin, kanamisin, klindamisin (hanya terhadap bakteri gram
positif), streptomisin, gentamisin (hanya terhadap bakteri gram negatif saja)
2. Zat-zat dengan aktivitas luas (broad spectrum)
Zat yang berkhasiat terhadap semua jenis bakteri baik jenis bakteri gram positif maupun gram negatif.
Contohnya ampisilin, sefalosporin, dan kloramfenikol.

Kelompok antibiotika
Antibiotika yang akan dibicarakan adalah :
1. Golongan Penisilin
2. Golongan Sefalosforin
3. Golongan Aminoglikosida
4. Golongan Kloramfenikol
5. Golongan Tetrasiklin
6. Golongan Makrolida
7. Golongan Rifampisin dan Asam Fusidat
8. Golongan lain-lain

1. Golongan Penisilin

Antibiotik pertama yang ditemukan dari Alexander Fleming tahun 1928 di London yang satu dekade
kemudian dikembangkan oleh Florey untuk penggunaan sistemik dengan menggunakan biakan
Penisilium notatum. Akibat kebutuhan penisilin dalam jumlah besar pada saat perang dunia II,
kemudian digunakan Penisilium chrysogenum yang dapat menghasilkan Penisilin lebih banyak.
Sekarang dibuat secara semi sintetis. Penisilin termasuk antibiotik golongan betalaktam karena
mempunyai rumus bangun dengan struktur seperti cincin lactam yang merupakan syarat mutlak
untuk menunjukan khasiatnya.
Jika cincin menjadi terbuka oleh enzym lactamase. (penisilinase dan cefalosforinase) maka khasiat
anti bakteri (aktivitas) antibiotik penisilin menjadi lenyap
Rumus Bangun

Mekanisme kerja :
Penisilin merintangi/menghambat pembentukan/sintesa dinding sel bakteri sehingga bila sel bakteri
tumbuh dengan dinding sel yang tidak sempurna maka bertambahnya plasma atau air yang terserap
dengan jalan osmosis akan menyebabkan dinding sel pecah sehingga bakteri menjadi musnah.

Resistensi
Pemakaian yang tidak tepat dapat menyebabkan bakteri terutama golongan Stafilococcus dan Bacteri
Coli menjadi resisten terhadap penisilin. Resistensi bakteri ini terbentuk dengan cara bakteri
12

membentuk enzym lactamase atau bakteri mengubah bentuknya menjadi bakteri huruf L yaitu
bentuk bakteri tanpa dinding sel. Bakteri bentuk L dapat menimbulkan infeksi kronis (misalnya infeksi
paru-paru dan saluran kemih) karena lama berkembangnya. Bakteri semacam ini dengan mudah dapat
dimatikan dengan kotrimoksazol atau tetrasiklin.

Derivat (turunan) Penisilin


Berdasarkan perkembangannya, terbentuk derivat-derivat Penisilin seperti di bawah ini :
A. Penisilin spektrum sempit :
(1) Benzil penisilin = Penisilin G
Tidak tahan asam lambung, sehingga pemberian secara oral akan diuraikan oleh asam lambung,
karena itu penggunaannya secara injeksi atau infus intra vena.
(2) Fenoksimetil Penisilin = Penisilin V
Penisilin ini tahan asam lambung, pemberian sebaiknya dalam keadaan sebelum makan.
(3) Penisilin tahan Penisilinase
Derivat ini hampir tidak terurai oleh penisilinase, tapi aktivitasnya lebih ringan dari penisilin G dan
penisilin V. Umumnya digunakan untuk kuman-kuman yang resisten terhadap obat-obat tersebut.
Contohnya kloksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin.
Kombinasi kloksasilin dengan asam klavulanat menghasilkan efek sinergisme dengan khasiat 50 kali
lebih kuat, efektif terhadap E. Coli, H. Influenza dan Staphylococcus aureus. Contohnya Augmentin
(Beecham).
Asam klavulanat adalah senyawa lactam dari hasil fermentasi Streptomyces clavuligerus.

B. Penisilin spektrum luas :


(1) Ampisilin
Spektrum kerjanya meliputi banyak kuman gram positif dan gram negatif yang tidak peka terhadap
penisilin-G. Khasiatnya terhadap kuman-kuman gram positif lebih ringan daripada penisilin-penisilin
spektrum sempit. Banyak digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi atau peradangan pada
saluran pernafasan (bronkitis), saluran penceranaan (desentri), dan infeksi saluran kemih.
(2) Amoksilin
Spektrum kerjanya sama dengan ampisilin, tetapi absorbsinya lebih cepat dan lengkap. Banyak di
gunakkan terutama pada bronkitis menahun dan infeksi saluran kemih.

Obat Generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping.


1. Benzil Penisilin (Penisilin G).
Indikasi Infeksi tenggorokan, otitis media, streptococus endo karditis, meningo kokus, meningitis,
pnemonia dan profilaksis amputasi pada lengan dan kaki.
Kontra indikasi Hipersensitiv itas (alergi) terhadap penisilin
Efek samping Reaksi allergi berupa urtikaria, nyeri sendi, syok anafilaktik, diare.
Sediaan Benzatin Penisilin G (generik) Injeksi

2. Fenoksi Metil Penisilin (Penisilin V)


Indikasi Tonsilitis, otitis media, demam rematik, profilaksis infeksi pneumokokus.
Kontra indikasi dan efek samping sama dengan Benzil Penisilin.
Sediaan Phenoxymethyl Penicillin (generik), tablet 250mg, 500mg.

3. Ampisilin
Indikasi Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronkitis kronis, salmonelosis, gonorrhoe.
Kontra indikasi Hipersensitiv terhadap penisilin
Efek samping Mual,diare, ruam, kadang-kadang kolitis
Sediaan Ampisilin (generik) Kapsul 250mg, Kaptab 500mg Serbuk injeksi, sirup kering.
Cara penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, pada suhu tidak lebih dari 25o C

4. Amoksisilin
Indikasi (lihat ampisilin), juga untuk profilaksis endokarditis dan terapi tambahan
Kontra indikasi dan efek samping sama dengan ampisilin.
Sediaan Amoksisilin (generik), kapsul 250 mg, kaptab 500mg, serbuk injeksi , syr. kering.
Cara penyimpanan Dalam botol tertutup rapat.
13

5. Co Amoksiklav (amoksisilin-asam klavulanat).


Kontra Indikasi dan Efek Samping sama dengan ampisilin.
Sediaan Coamoksiklav (generik), kaptab

Spesialite obat-obat penisilin.


NO GENERIK DAGANG PABRIK
1 Benzilpenisilin Prokain Penisilin G Meiji Indonesia
Panadur LA Sunthi Sepuri
2 Penisilin V Fenocin Dumex Alpharma Indonesia
Ospen Novartis Indonesia
3 Kloksasilin Ikaclox Ikapharmindo
4 Ampicillinum Penbritin Beecham
Omnipen Wyeth
Viccilin Meiji
5 Amoksisillin Amoxil Beecham
(Amoxicillinum ) Topcillin Dankos
Ospamox Biochemi
6 Co-Amoxyclav Augmentin Beecham
Clavamox Kalbe Farma

2. Golongan Sefalosporin

Cephalosporin diperoleh dari biakan Cephalosporinum acremonium. Seperti halnya penisilin, daya
antimikrobanya terletak pada cincin lactam, dengan mekanisme kerja berdasarkan perintangan
sintesis dinding sel.
Walaupun aktivitasnya luas, namun sefalosporin bukan merupakan obat pilihan pertama untuk
penyakit manapun, karena masih terdapat obat obat lain yang kurang lebih sama khasiatnya dan jauh
lebih murah harganya.
Efek samping yang terpenting pada penggunaan oral berupa gangguan lambung-usus dan reaksi reaksi
alergi seperti penisilin, yakni rash, urticaria, anafilaksis. Alergi silang sering terjadi dengan derivat
penisilin. Pada penggunaan i.v sering terjadi tromboflebitis dan nyeri di tempat suntik.

Aktivitas
Bersifat bakterisid dengan spektrum kerja luas terhadap banyak kuman gram positif dan negatif,
termasuk E.coli, Klebsiella dan Proteus

Obat Generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping


1. Sefaklor
Indikasi Infeksi bakteri gram positif dan gram negatif
Kontra indikasi hipersensitiv terhadap sefalosporin, porfiria
Efek samping diare dan kolitis, mual muntah, sakit kepala
Sediaan Cefaclor (generik) kapsul 250mg, 500mg

2. Sefadroksil
Indikasi, kontra indikasi dan efek samping lihat sefaklor
Sediaan Cefadroksil (generik), kapsul 250mg, 500mg, sirup kering.

3. Sefotaksim
Indikasi, kontra indikasi dan efek samping lihat sefaklor
Sediaan Cefotaxime (generik) serbuk inj

4. Seftazidim
Indikasi, kontra indikasi dan efek samping lihat sefaklor
Sediaan Ceftazidime (generik) serbuk inj

5. Seftriakson
Indikasi, kontra indikasi dan efek samping lihat sefaklor
Sediaan Ceftriaxone (generik) serbuk inj.
14

6. Sefuroksim
Indikasi Profilaksis tindakan bedah, lebih aktif terhadapH. influenzae, dan N.gonorrhoeae.
Kontra indikasi dan efek samping lihat sefaklor
Sediaan Cefuroxime (generik) serbuk inj.

7. Sefaleksin
Indikasi, kontra indikasi dan efek samping lihat sefaklor
Sediaan Cephalexin (generik) kapsul 250 mg, 500mg

8. Sefradin
Indikasi Profilaksis bedah (lihat sefaklor).
Kontra indikasi dan efek samping lihat sefaklor
Sediaan Cephradin (generik) kaps 250mg, 500mg, sirup kering.

9. Sefazolin
Indikasi Profilaksis bedah (lihat sefaklor).
Kontra indikasi dan efek samping lihat sefaklor
Sediaan Sefazolin (generik), serbuk inj

Spesialite obat-obat golongan sefalosporin.


NO GENERIK DAGANG PABRIK
Sefadroksil Duricef Bristol-Myers Squib
Cefat Sanbe Farma
Sefotaksim Claforan Hoechst
Clacef Dexamedica
Sefaleksin (Cephalexinum) Tepaxin Takeda
Cefabiotic Bernofarm
Ospexin Novartis
Seftriaxone Rocephin Roche
Sefradin (Cephadrinum) Velocef Bristol-Myers Squib
Ceficin Kalbe Farma
Sefazolin Cefacidal Squib
Sefaklor Ceclor Tempo
Cloracef Ethica
Sefuroksim Cefurox Prafa
Kalcef Kalbe Farma
Zinnat Glaxo Wellcome
Seftazidim Ceftum Dexamedica

3. Golongan Aminoglikosida

Golongan ini ditemukan dalam rangka mencari anti mikroba untuk mengatasi kuman gram negatif.
Tahun 1943 berhasil diisolasi suatu turunan Streptomyces griseus yang menghasilkan streptomisin,
yang aktif terutama terhadap mikroba gram negatif termasuk terhadap basil tuberkulosis.
Kemudian ditemukan lagi berbagai antibiotik lain yang bersifat mirip streptomisin sehingga antibiotik
ini dimasukan dalam satu kelompok yaitu antibiotik golongan aminoglikosida. Golongan ini
mempunyai 2 atau 3 gugusan amino pada rumus molekulnya.

Mekanisme kerja
Dengan mengikatkan diri pada ribosoma sel-sel bakteri, sehingga biosintesa proteinnya dikacaukan.

Penggolongan
Berdasarkan rumus kimianya digolongan sebagai berikut :
Streptomisin
Neomisin
15

Kanamisin
Gentamisin
Framisetin

a) Steptomisin
Diperoleh dari steptomyces griseus oleh walksman (1943) dan sampai sekarang penggunaannya
hampir terbatas hanya untuk tuberkulosa.
Toksisitasnya sangat besar karena dapat menyebabkan kerusakan pada saraf otak ke 8 yang melayani
organ keseimbangan dan pendengaran. Gejala-gejala awalnya adalah sakit kepala, vertigo, mual dan
muntah. Kerusakan bersifat bersifat revesible, artinya dapat pulih kembali kalau penggunaan obat
diakhiri meski kadang-kadang tidak seutuhnya.
Resistensinya sangat cepat sehingga dalam penggunaan harus dikombinasi dengan INH dan PAS Na
atau rifampisin. Pemberian melalui parenteral karena tidak diserap oleh saluran cerna. Derivat
streptomisin, dehidrostreptomisin, menyebabkan kerusakan organ pendengaran lebih cepat dari
streptomisin sehingga obat ini tidak digunakan lagi sekarang.
Obat generik : -

b) Neomicin
Diperoleh dari Streptomyces fradiae oleh Waksman. Tersedia untuk penggunaan topikal dan oral,
penggunaan secara parenteral tidak dibenarkan karena toxis. Karena baik sebagai antibiotik usus (aktif
terhadap bacteri usus) maka digunakan untuk sterilisasi usus sebelum operasi. Penggunaan lokal
banyak dikombinasikan dengan antibiotik lain (polimiksin B, basitrasin) untuk menghindari terjadinya
resistensi.
Obat generik :-

c) Kanamisin
Diperoleh dari Streptomyces Kanamyceticus (Umezawa 1955). Persediaan dalam bentuk larutan atau
bubuk kering untuk injeksi.pemakaian oral hanya kadang-kadang diberikan untuk infeksi usus, atau
membersihkan usus untuk persiapan pembedahan.
Berkhasiat bakteriostatik pada basil TBC, bahkan yang resisten terhadap streptomisin sehingga
menjadi obat pilihan kedua bagi penderita TBC. Juga digunakan dalam pengobatan infeksi saluran
kemih oleh pseudomonas (suntikan) Efek sampingnya gangguan kesimbangan dan pendengaran,
toksis terhadap ginjal .
Obat generik : Kanamysin. serbuk inj. 1 gr /vial, 2gr /vial.

d) Gentamisin
Diperoleh dari Mycromonospora purpurea. Berkhasiat terhadap infeksi oleh kuman garam negatif
seperti Proteus, Pseudomonas , Klebsiella, Enterobacter. yang antara lain dapat menyebabkan
meningitis, osteomielitis pneumonia, infeksi luka bakar, infeksi saluran kencing, telinga, hidung dan
tenggorokan.
Sebaiknya penggunaan gentamisin secara sistemis hanya diterapkan pada infeksi-infeksi yang berat
saja, dan penggunaan gentamisin secara topikal khususnya di lingkungan rumah sakit dibatasi agar
tidak terjadi resistensi pada kuman-kuman yang sensitif.
Efek sampingnya gangguan keseimbangan dan pendengaran toksis terhadap ginjal
Sediaan : dalam bentuk injeksi dan salep (topikal)
Obat generik: Gentamisin (generik) Cairan inj. 10 mg/ml, dan 40 mg/ml.

e) Framisetin:
Diperoleh dari Streptomyces decaris. Rumus kimia dan khasiatnya mirip Neomisin. Hanya di gunakan
secara lokal saja, misalnya salep atau kasa yang diimpragnasi.

Spesialite obat-obat golongan Amino glikosida.


NO GENERIK DAGANG PABRIK
1. Kanamisina Sulfat Kanabiotic
Kanarco
Kanoxin Berno Farma
Ponco
Dumex Alpharma
2. Gentamisina Ottogenta
16

Pyogenta
Sagestam
Garamycin Otto
Kalbe Farma
Sanbe Farma
Schering
3. Tobramisina Sulfat Tobryne
Nebcin Fahrenheit
Tempo Scan Pasific
4. Neomisin Sulfat Neobiotic Bernofarm
(Neomycini Sulfat)
5. Framisetin Sofra Tulle Darya Varia
(Framycetin) Daryant-Tulle Darya Varia
6. Streptomisin (Streptomycini) Sterptomycin Meiji Meiji
7. Amikasin (Amikacini) Amikin BMS

4. Golongan Kloramfenikol

Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1974 dari Streptomyces venezuelae. Merupakan
antibiotik dengan spektrum luas dan memiliki daya antimikroba yang kuat maka penggunaan obat ini
meluas dengan cepat sampai tahun 1950 ketika diketahui bahwa obat ini dapat menimbulkan anemia
aplastik yang fatal.
Karena toksisitasnya, penggunaan sistemik sebaiknya dicadangkan untuk infeksi berat akibat
Haemophilus influenzae, demam tifoid, meningitis , abses otak dan infeksi berat lainnya. Bentuk tetes
mata sangat bermanfaat untuk konjungtivitis bakterial.
Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sangat sulit larut dalam air (1 : 400) dan rasanya sangat
pahit, maka untuk anak-anak digunakan bentuk esternya yaitu K-Palmitat dan K -Stearat/ Suksinat
yang tidak pahit rasanya dan dibuat dalam bentuk suspensi. Dalam tubuh bentuk ester akan diubah
menjadi kloramfenikol aktif.

Mekanisme kerja : merintangi sintesis protein bakteri.


Efek samping :
Kerusakan sumsum tulang belakang yang mengakibatkan pembuatan eritrosit terganggu sehingga
timbul anemia aplastis.
Gangguan gastrointestinal : mual, muntah, diare,
Gangguan neuron: sakit kepala, neuritis optik, neuritis perifer
Pada bayi atau bayi prematur dapat menyebabkan gray sindrome.

Penggunaan
Kloramfenikol merupakan drug of choice = obat pilihan untuk thypus-abdominalis dan infeksi parah
meningitis, pneumonia (disebabkan Haemophilus influenzae).Sebaiknya tidak diberikan pada bayi
prematur untuk menghindari gray sindrom karena enzym perombakan di hati bayi belum aktif, ibu
hamil dan menyusui.
Derivat kloramfenikol ialah tiamfenikol, dipakai sebagai pengganti kloramfenikol karena dianggap
lebih aman (namun belum terdapat cukup bukti untuk itu)
Obat Generik
Kloramfenicol (generik) Kapsul 250 mg, suspensi 125 mg/5 ml
Tiamfenicol (generik) kapsul 250 mg, 500 mg.

Spesialite obat-obat kloramfenikol


NO GENERIK DAGANG PABRIK
1 Kloramfenicol Chloramex Dumex Alpharma ind
Colme Interbat
Colsancetine Sanbe
Kalmicetin Kalbefarma
Kemicetine Carloerba / Dankos
2 Tiamfenikol Biothicol Sanbe
Urfamycin Zambon
17

Thiamycin Interbat
Thiambiotic Prafa

5. Golongan Tetrasiklin

Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh
Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus.
Tetrasiklin sendiri dibuat secara semi sintetis dari klortetrasiklin.
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spektrum luas, bersifat bakteriostatik dan mekanisme
kerjanya dengan jalan menghambat sintesa protein bakteri. Penggunaan saat ini semakin berkurang
karena masalah resistensi.

Sifat kimia
Berwarna kuning, bersifat amfoter dan mudah terurai oleh cahaya menjadi anhidro dan epi tetrasiklin
yang toksis untuk ginjal. Tetrasiklin yang telah mengalami penguraian mudah dilihat dari sediannya
yang berwarna kuning tua sampai coklat tua. Tetrasiklin harus disimpan.di tempat yang kering,
terlindung dari cahaya.
Dengan logam bervalensi 2 dan 3 (Ca, Mg, Fe ) membentuk kompleks yang inaktif, maka tetrasiklin
tidak boleh diminum bersama dengan susu dan obat obat antasida.

Penggunaan
Tetrasiklin banyak digunakan untuk mengobati bronchitis akut dan kronis, disentri amoeba,
pneumonia, kolera, infeksi saluran empedu. Penggunaan lokal sering dipakai karena jarang
menimbulkan sensitasi.

Efek samping:
Mual, muntah-muntah ,diarre karena adanya perubahan pada flora usus.
Mengendap pada jaringan tulang dan gigi yang sedang tumbuh (terikat pada kalsium) menyebabkan
gigi menjadi bercak-bercak coklat dan mudah berlubang serta pertumbuhan tulang terganggu.
Foto sensitasi
Sakit kepala, vertigo

Peringatan / larangan :
Tidak boleh diberikan pada anak-anak di bawah 8 tahun, ibu hamil dan menyusui
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan fungsi hati.

Kontra indikasi
Penderita yang hipersensitiv terhadap tetrasiklin

Anggota golongan tetrasiklin yang lain :


Klortetrasiklin, diberikan secara oral, parenteral, topikal, absorbsi dihambat oleh susu
Oksitetrasiklkin (generik), cairan injeksi 50 mg/ vial : diberikan secara oral, parenteral, topikal,
absorbsi dihambat oleh susu
Doksisiklin, bersifat long akting, absorbsi tidak dihambat baik oleh makanan maupun susu
Minosiklin, dianjurkan untuk meningitis, bronchitis dan jerawat. Pemberian secara oral.

Spesialite obat-obat golongan Tetrasiklin.


NO GENERIK NAMA DAGANG PABRIK
1 Tetrasiklin Dumocycline Dumex Alphara ind
Super Tetra Darya Varia
Tetra Sanbe Sanbe
2 Doxycycline Dotur Novartis Indonesia
Interdoxin Interbat
3 Oxytetracycline Teramycin Pfizer Indonesia.
4 Minosiklin Minocin Phaphros.

6. Golongan Makrolida
18

Kelompok antibiotik ini teridiri dari eritromisin dan spiramisin


a) Eritromisin.
Dihasilkan oleh Streptomyces erythreus. Berkhasiat sebagai bakteriostatik, dengan mekanisme kerja
merintangi sintesis protein bakteri. Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam (mudah terurai oleh
asam lambung) dan kurang stabil pada suhu kamar. Untuk mencegah pengrusakan oleh asam lambung
maka dibuat tablet salut selaput atau yang digunakan jenis esternya (stearat dan estolat) .
Karena memiliki spektrum antibakteri yang hampir sama dengan penisilin, maka obat ini digunakan
sebagai alternatif pengobatan pengganti penisilin, bagi yang sensitif terhadap penisilin.
Sediaan : Erytromisin (generik) kapsul 250 mg, 500 mg, sirup kering 200 mg / 5 ml

b) Spiramisin
Spektrum kegiatannya sama dengan eritromisin, hanya lebih lemah. Keuntungannya adalah daya
penetrasi ke jaringan mulut, tenggorokan dan saluran pernafasan lebih baik dari Eritromisin.
Sediaan : Spiramisin (generik) tabl. 250 mg, 500 mg.

Spesialite obat-obat golongan makrolida


NO GENERIK NAMA DAGANG PABRIK
1 Erytromisin Erysanbe Sanbe
Erythrocyn Abbot Indonesia
2 Spiramisin Rovamycine Rhone Poulenc Ind
Spiradan Dankos
3. Roxythromycin Rulid Hoechst
4 Azithromycin Zithromax Pfizer
Zycin Interbat

7. Golongan Rifampisin dan Asam Fusidat

a) Rifampisin
Antibiotik yang dihasilkan dari Streptomyces mediterranei. Berkhasiat bakteriostatik terhadap
mikobakterium tuberculosa dan lepra. Penderita dengan pengobatan rifampisin perlu diberitahu bahwa
obat ini dapat menyebabkan warna merah pada urin, dahak, keringat dan air mata, juga pemakai lensa
kontak dapat menjadi merah permanen.

b) Asam fusidat
Dihasilkan oleh jamur antara lain Fusidum coccineum . Merupakan satu-satunya antibiotik dengan
rumus steroid Aktifitasnya mirip penisilin tetapi lebih sempit. Berkhasiat bakteriostatik berdasarkan
penghambatan sintesis protein bakteri. Khususnya dianjurkan pada radang sumsum tulang, biasanya
obat ini dikombinasikan dengan eritromysin atau penisilin

Spesialite obat-obatan golongan Rifampisin dan Asam Fusidat


NO GENERIK NAMA DAGANG PABRIK
1 Rifampicin Kalrifam Kalbe Farma
Rifam Dexamedica
Rifamtibi Sanbe Farma
2 Asam fusidat Rucidin Leo Pharmaceutical

8. Golongan lain-lain
Kelompok ini terdiri dari :
Linkomisin
Klindamisin
Golongan Kuinolon

a) Linkomisin
Berasal dari Streptomyces lincolnensis, memiliki khasiat bakteriostatik terhadap gram positif dengan
spektrum lebih sempit dari eritromisin. Merupakan obat pilihan ke kedua bagi kuman yang resisten
terhadap penisilin khususnya pada radang tulang (osteomielitis)
19

b) Klindamisin
Merupakan derivat linkomisin. Sejak tahun 1981 digunakan sebagai lotion untuk pengobatan jerawat.

c) Golongan Kuinolon :
Obat golongan ini bekerja dengan jalan menghambat pembentukan DNA kuman. Golongan ini terdiri
dari :
Asam nalidiksat
Ofloksasin
Spirofloksasin
Norfloksasin.
Interaksi golongan kuinolon, bila muncul tanda inflamasi atau nyeri pada tendon, maka pemakaian
obat harus dihentikan dan tendon yang sakit harus diistirahatkan sampai gejala hilang.

(1) Asam Nalidiksat


Efektif untuk infeksi saluran kemih. Preparat : Asam nalidiksat (generik ) tablet 500 mg. Di Indonesia
saat ini, juga beredar asam pipemidat

(2) Ofloksasin.
Digunakan untuk infeksi saluran kemih, saluran nafas bawah, gonorrhoe. Kontra indikasi : untuk
pasien epilepsi, gangguan fungsi hati dan ginjal, wanita hamil/ menyusui.
Sediaan: Ofloksasin (generik) tabl 200 mg, 400 mg

(3) Siprofloksasin
Terutama aktif terhadap kuman gram negatif termasuk salmonella dan shygella. Meskipun aktif
terhadap kuman gram positif seperti Str. pneumonia tapi bukan merupakan obat pilihan utama untuk
Streptococcus pneumonia. Siprofloksasin terutama digunakan untuk infeksi saluran kemih, saluran
cerna (termasuk Thypus abdominalis) dan gonorrhoe. Tidak dianjurkan untuk anak remaja yang
sedang dalam pertumbuhan. Dapat menimbulkan tremor, gagal ginjal, sindrom Steven Johnson dan
lain - lain. Hati-hati untuk pengendara karena dapat menurunkan kewaspadaan.
Sediaan: Ciprofloksasin (generik ) tablet 200 mg, kaptab 500 mg

(4) Norfloksasin
Indikasi : efektif untuk infeksi saluran kemih
Kontra Indikasi : dapat menimbulkan anorensia, depresi, ansietas dan lain lain.
Perhatian : hati-hati pada pengendara karena dapat mengurangi kewaspadaan.
Sediaan Generik: -

Spesialite obat-obat golongan Kuinolon.


NO GENERIK DAGANG PABRIK
1 Ciproflokxacin Ciproxin Bayer
Baquinor Sanbe Farma
2 Ofloxacin Tarivid Kalbe/Daichi
3 Lincomycin Lincocin Up John
4 Nalidixic Acid Negram Sanofi

B. SULFONAMIDA

Pengertian
Sulfonamida merupakan kelompok kemoterapi dengan rumus dasar :

Adalah anti mikroba yang digunakan secara sistemis maupun topikal untuk beberapa penyakit infeksi.
Sebelum ditemukan antibiotik, sulfa merupakan kemoterapi yang utama, tetapi kemudian
penggunaannya terdesak oleh antibiotik. Pertengahan tahun 1970 penemuan preparat kombinasi
trimetoprim dan sulfametoksazol yang bersifat potensiasi, meningkatkan kembali penggunaan
sulfonamida.
20

Selain sebagai kemoterapi derivat sulfonamida juga berguna sebagai diuretik dan anti diabetik oral
(ADO).
Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap banyak bakteri gram positif dan negatif. Mekanisme
kerjanya berdasarkan antagonisme saingan antara PABA (Para Amino Benzoic Acid) yang rumus
dasarnya mirip dengan rumus dasar sulfa :

Efek samping
Efek samping yang terpenting adalah kerusakan pada sel-sel darah yang berupa agranulositosis,
anemia aplastis dan hemolitik. Efek samping yang lain ialah reaksi alergi dan gangguan pada saluran
kemih dengan terjadinya kristal uria yaitu menghablurnya sulfa di dalam tubuli ginjal. Untuk
menghindari terjadinya kristal uria, pada pengobatan dengan sulfa perlu :
penambahan Na. bicarbonat untuk melarutkan senyawa yang mengkristal.
minum air yang banyak (minimum 1,5 liter / hari)
dengan membuat preparat kombinasi (trisufa) yang terdiri dari sulfadiazin, sulfamerazin,
sulfamezatin.

Penggolongan
Berdasarkan efek yang dihasilkan sulfonamida dibagi menjadi 2, yaitu :
Efek sistemis, contohnya kotrimoksazol, trisulfa
Efek lokal, contohnya sulfacetamid

1. Trisulfa
Indikasi Infeksi oleh kuman gram pos dan neg yang peka terhadap obat ini misalnya infeksi saluran
nafas dan saluran pencernaan.
Kontra indikasi Hipersensitiv terhadap obat ini kehamilan dan masa menyusui.
Efek samping Gangguan kulit, muntah, diare, kristal una dan gangguan darah
Sediaan Tablet 500 mg (generik)
Cara penyimpanan Dalam wadah tetutup baik, terlindung dari sinar.

2. Kotrimoksazol
Kotrimoksazol merupakan kombinasi antara trimetroprim dan sulfametoksazol dengan perbandingan 1
:5
Indikasi Antibakteri spectrum luas, infeksi saluran kemih, infeksi THT, bronkitis kronis, demam tifoid
dan shigellosis
Kontra indikasi Hipersensitiv terhadap sulfa, gagal ginjal, gangguan fungsi hati yang berat
Perhatian Pada penggunaan jangka panjang perlu dilakukan hitung jenis sel darah, hindari penggunaan
pada bayi di bawah 6 minggu.
Efek samping Gangguan darah, mual, muntah, ruam (termasuk sindrom Stevens Johnson) reaksi
allergi, diare dll.
Sediaan Cotrimoksazol (generik) Suspensi 240 mg/ 5 ml, Tablet 480 mg
Cara penyimpanan Wadah kedap udara, terlindung dari sinar

3. Sulfacetamid
Adalah golongan sulfonamida yang digunakan dalam salep dan tetes mata.

Spesialite Obat-obat Sulfonamida


NO GENERIK DAGANG PABRIK
1 Sulfadiazin+Sulfamerazin Trisulfa Kimia Farma
Sulfamezatin Indo Farma
2 Sulfacetamida Natrium Albucid Nicholas
3 Cotrimoksazole Bactrim Roche
(Trimetoprim+ Sulfamethoxazole) Bactricid

C. ANTI PARASITIK
21

1. Anti Malaria
Pengertian
Anti malaria adalah obat-obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit yang
disebabkan oleh parasit bersel tunggal (protozoa) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
betina yang menggigit pada malam hari dengan posisi menjungkit.
Siklus hidup parasit malaria berawal ketika seekor nyamuk betina menggigit penderita malaria.
Nyamuk mengisap darah yang mengandung parasit malaria, yang selanjutnya akan berpindah ke
dalam kelenjar liur nyamuk. Jika nyamuk ini kembali menggigit manusia, maka parasit akan
ditularkan melalui air liurnya. Di dalam tubuh manusia, parasit masuk ke dalam hati dan
berkembangbiak.
Pematangan parasit berlangsung selama 2-4 minggu, setelah itu mereka akan meninggalkan hati dan
menyusup ke dalam sel darah merah. Parasit berkembangbiak di dalam sel darah merah dan pada
akhirnya menyebabkan sel yang terinfeksi ini pecah.
Ciri-ciri penyakit malaria adalah :
demam berkala, disertai menggigil
nyeri kepala dan nyeri otot
hati membesar, sehingga timbul rasa mual dan muntah
anemia
Penyebab penyakit malaria
Terdapat 4 spesies parasit malaria:
Plasmodium vivax
Plasmodium ovale
Plasmodium falciparum
Plasmodium malariae,
yang kesemuanya bisa menginfeksi manusia dan menyebabkan malaria. P. falciparum merupakan
penyebab infeksi terbanyak dan paling berbahaya.

Ada 3 jenis penyakit malaria yaitu :


a. Malaria tropika.
Penyebabnya Plasmodium falcifarum dengan gejala : serangan demam tidak menentu disertai nyeri
kepala hebat, bila terjadi kerusakan eritrosit dalam jumlah besar dan kemudian menyumbat pembuluh
kapiler ke otak maka dapat menimbulkan kematian dalam beberapa hari. Sifat penyakit ini tidak
residif (dapat sembuh total, tidak berulang kambuh)
b. Malaria tertiana
Penyebabnya Plasmodium vivax dan ovale
Dengan gejala : demam berkala yang timbul 3 hari sekali
Sifat penyakit : sering kambuh (residitif) karena adanya bentuk exo eritrocyt sekunder.
c. Malaria kwartana
Penyebabnya Plasmodium malariae
Dengan gejala : demam berkala setiap 4 hari sekali
Sifat penyakit : residitif (sering kambuh) karena adanya bentuk exo eritrosit sekunder.

Penggolongan obat malaria


a) Obat-obat pencegah / profilaktik
Untuk perlindungan terhadap gigitan nyamuk (kloroquin, meflokuin) sebenarnya yang terpenting
adalah perlindungan pribadi terhadap gigitan nyamuk. Kelambu yang telah diimpregnasi dengan
permetrin dapat mencegah berbagai gigitan nyamuk, begitu juga anti nyamuk bakar, anti nyamuk
listrik, anti nyamuk semprot.
Formula Dietiltoluamid (DEET) dalam lotio, roll on dan semprot sangat efektif dan tidak berbahaya
jika digunakan pada kulit, tetapi efek perlindungannya hanya beberapa jam saja
b) Obat-obat penyembuh / pencegah demam = kurativum
Contohnya kina, kloroquin, pirimethamin, meflokuin, halofantrin)
c) Obat-obat pencegah kambuh. Contohnya primakuin
d) Obat obat pembunuh gametosid

(1) Klorokuin
Malaria yang disebabkan plasmodium falciparum sudah resisten terhadap kloroquin hampir diseluruh
bagian dunia. Di Papua Nugini dilaporkan plasmodium vivax juga resisten terhadap kloroquin.
Indikasi Obat terpilih untuk pengobatan malaria ringan (yang disebabkan plasmodium vivax),
22

profilaksis/ pencegahan malaria di daerah dengan kemungkinan resistensi kloroquin masih rendah,
digunakan juga bersama proguanil bila terdapat malaria falsiparum yang resisten terhadap klorokuin,
diindikasikan juga untuk arthritis rheumatoid dan lupus eritematosus
Kontra indikasi Penderita gangguan fungsi hati / ginjal, kehamilan, gangguan neurologis (hindari
untuk pasien epilepsi).
Efek samping gangguan saluran cerna, sakit kepala, kejang, gangguan penglihatan, over dosis, sangat
toksis
Sediaan Klorokuin (generik) tablet 100 mg, 150 mg
Cara penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari sinar dan kelembaban.

(2) Halofantrin
Digunakan untuk pengobatan malaria falsifarum, tetapi sekarang jarang digunakan. Tidak boleh
digunakan untuk malaria ringan, juga bila meflokuin sudah digunakan untuk profilaksis.

(3) Meflokuin
Digunakan untuk profilaksis malaria di daerah endemis malaria falsifarum yang resisten terhadap
kloroquin. Efektif terhadap malaria ringan, tapi tidak dianjurkan, kecuali yang telah resisten terhadap
Kloroquin
Indikasi Kemoprofilaksis malaria, pengobatan malaria falsiparum (lihat atas)
Kontra indikasi Hindari penggunaan pada wanita hamil (efek teratogenik pada hewan percobaan),
hindari kehamilan sampai 3 bulan menyusui, depresi, riwayat epilepsi.
Efek samping Mual, muntah, diare sakit perut, pusing, gangguan keseimbangan.
Sediaan generik -

(4) Primaquin.
Indikasi Pengobatan radikal malaria Vivax atau ovale, pengobatan kambuhnya malaria lain dengan
siklus ekso eritrosit sekunder.
Kontra indikasi Penyakit yang berkaitan dengan granulositopenia (artritis rematoid, lupus
eritematosus), kehamilan, menyusui, anak di bawah 4 tahun
Efek samping Mual, muntah, sakit perut. anemia hemolitik
Sediaan Primaquin (generik) tablet 15 mg
Cara penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari sinar dan kelembaban.

(5) Pirimetamin.
Indikasi Pengobatan malaria falsiparum, dan dapat digunakan bersama atau sesudah kinina.
Pirimetamin tidak boleh digunakan tersendiri, harus digunakan bersama sulfadoksin atau dapson
Kontra indikasi Gangguan fungsi hati/ ginjal, wanita hamil, menyusui.
Efek samping Depresi sistem hematopoesis, dosis besardapat menyebabkan ruam kulit, insomnia.
Sediaan Pirimetamin (generik) tablet 25 mg.
Pirimetamin + Sulfadoksin (generik) tabl S-doksin 300mg + pirimetamin 25 mg
Cara Penyimpanan Wadah kedap udara, terlindung terhadap sinar.

(6) Kina
Merupakan obat malaria tertua dari alkaloid pohon Cinchona succirubra.
Indikasi Pengobatan malaria falsiparum
Kontra indikasi Hemoglobin uria, neuritis optik
Efek samping Sakit kepala, telinga berdenging, gangguan keseimbangan, penglihatan kabur, mual,
muntah, ruam kulit, gangguan darah, karena diyakini berkhasiat oksitosik maka banyak
disalahgunakan untuk abortus, juga berkhasiat analgetik-antipiretik
Sediaan Kina (generik) tabl 200 mg
Kuinin dihidroklorida (generik) cairan injeksi 25 %
Cara penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari sinar.

Spesialite Obat-obat Malaria:


NO GENERIK dan LATIN DAGANG PABRIK
1 Klorokuin Nivaquine Rhone Poulenc
23

Chloroquinum Riboquin Dexa medica


Resochin Bayer
2 Sulfadoxin+Pyrimetamin Fansidar Roche
Suldox Dumex
3 Kinin Sulfat
(Quinini Sulfas) Tablet Kina Kimia Farma
4 Eukinin/
Kinin Etil Karbonat Euchinin Kimia Farma
5 Meflokuin Malacid Dexa medica

2 . Anti Amuba
Pengertian
Adalah obat-obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh mikro organisme
bersel tunggal (protozoa) yaitu Entamoeba histolytica yang dikenal dengan dysentri amuba.
Penyakit yang disebabkan amuba umumnya menyerang usus. Dengan gejala diare berlendir dan darah
disertai kejang-kejang dan nyeri perut, serta mulas pada waktu buang air besar.
Bila pengobatannya tidak tepat penyakit ini dapat menjalar ke organ-organ lain khususnya hati dan
menyebabkan amubiasis hati yang berciri radang hati (hepatitis amuba)
Bentuk amuba dan cara penularannya :
Bentuk kista merupakan bentuk yang tidak aktif dari amuba yang memiliki membran pelindung yang
ulet dan tahan getah lambung.
Bentuk minuta (kecil)
Bila makanan yang terinfeksi oleh kista amuba masuk ke usus manusia, kista akan pecah dan
berkembang menjadi bentuk aktif yang disebut tropozoit, memperbanyak diri dengan pembelahan dan
hidup dari bakteri-bakteri yang ada di usus, akibatnya terjadi luka-luka kecil pada mukosa usus
sehingga menimbulkan kejang perut, diare berlendir dan berdarah.
Bentuk Histolitika
Pada kasus tertentu tropozoid melewati dinding usus, berkembang menjadi 2 kali lebih besar, lalu
menerobos ke organ-organ lain (jantung, paru-paru, otak khususnya hati) di sini tropozoid - tropozoid
ini hidup dari eritrosit dan sel-sel jaringan yang dilarutkan olehnya dengan jalan fagositosis sehingga
jaringan yang ditempatinya akan mati (nekrosis).
Sebagian tropozoid ada yang menjadi kista, akan keluar bersama tinja penderita, dengan perantaraan
lalat, tangan yang kotor atau makanan dapat masuk lagi ke tubuh manusia yang lain

Penggolongan obat
Dibagi menjadi dua golongan besar yaitu:
1. Obat amubiasid kontak, meliputi senyawa-senyawa metronidazol dan tinidazol, antibiotika antara
lain tetrasiklin dan golongan aminoglikosida.
2. Obat amubiasid jaringan, meliputi senyawa nitro-imidazol (metronidazol tinidasol) yang berkhasiat
terhadap bentuk histolitika di dinding usus dan jaringan-jaringan lain. Obat golongan ini merupakan
obat pilihan dalam kasus amubiasis. Bila metronidazol dan tinidazol tidak efectif dapat digunakan
dihidroemetin.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

Metronidazol
Indikasi Infeksi amuba (amubiasis intestinalis, dan abses amuba hepar) juga infeksi oleh trikomonas.
Kontra indikasi Hipersensitif, hindarkan penggunaan dosis
besar pada wanita hamil dan menyusui
Efek samping Mual, muntah, gangguan pengecapan, vertigo, ngantuk dan reaksi kulit seperti ruam
urtikaria, urin berwarna gelap.
Sediaan Tablet metronidazol (generik) 250 dan
500 mg , tablet vaginal 500 mg.
Cara Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari sinar. Vaginal tablet harus ditaruh
ditempat sejuk

Spesialite obat-obat anti amuba :


NO GENERIK dan LATIN DAGANG PABRIK
24

1 Kloroquin Fosfat Resochin Bayer


(Chloroquinini Phosphas Nivaquin Rhone P
2 Metronidazol Corsagyl Corsa
(Metronidazolum DOEN) Flagyl Rhone P
3 Tinidazol Fasigyn Pfizer
4 Nimorazol Naxogin Pfizer
5 Secnidazol Sentyl Sunthi Sempuri
Flagentyl Rhone P

3. Anti Cacing
Pengertian
Anthelmetika atau obat-obat anti cacing adalah obat-obat yang dapat memusnahkan cacing parasit
yang ada dalam tubuh manusia dan hewan.
Infeksi oleh cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar di dunia, di Indonesia
termasuk penyakit rakyat yang umum dan sampai saat ini diperkirakan masih cukup banyak anak-anak
di Indonesia yang menderita infeksi cacing sehingga pemerintah perlu mencanangkan pemberantasan
cacing secara masal dengan pemberian obat cacing kepada seluruh siswa sekolah dasar pada momen-
momen tertentu.
Penularan penyakit cacing umumnya terjadi melalui mulut, meskipun ada juga yang melalui luka
dikulit. Larva dan telur cacing ada di mana-mana di atas tanah, terutama bila sistim pembuangan
kotoran belum memenuhi syarat-syarat hygiene. Gejala penyakit cacing sering kali tidak nyata.
Umumnya merupakan gangguan lambung usus seperti mulas, kejang-kejang kehilangan nafsu
makanan pucat (anemia) dan lain lain.
Pencegahannya sebenarnya mudah sekali yaitu :
Menjaga kebersihan baik tubuh maupun makanan
Mengkomsumsi makanan yang telah di masak dengan benar (daging, ikan dll)
Mencuci tangan sebelum makanan.

Penggolongan.
Obat cacing digolongkan berdasarkan khasiatnya terhadap jenis cacing yang menginfeksi.
a) Cacing kremi (Oxyuris vermicularis)
Termasuk golongan cacing bulat, masa hidup cacing dewasa tidak lebih dari 6 minggu. Cacing betina
menempatkan telurnya disekitar anus pada malam hari sehingga menyebabkan rasa gatal.
Dengan garukan, telur cacing akan pindah ke tangan dan dapat tertelan kembali .Cara penularan yang
demikian disebut reauto infeksi. Obat yang sesuai adalah mebendazol (obat pilihan untuk semua
pasien di atas 2 tahun) dan piperazin.

b) Cacing gelang (Ascaris lumbricoides)


Termasuk cacing bulat yang dapat mencapai ukuran cukup besar dan cukup berbahaya karena dapat
keluar dari usus, menjalar ke organ-organ lain bila tidak diobat dengan tepat. Obat pilihan yang paling
efectif adalah levamisol.

c) Cacing pita (Taenia saginata/Taenia solium/Taenia lata)


Merupakan cacing pipih beruas-ruas, yang penularannya lewat daging yang mengandung telur cacing
pita karena kurang lama dimasak.Taenia saginata terdapat dalam daging sapi, Taenia solium terdapat
dalam daging babi, Taenia lata terdapat dalam daging ikan.
Taenia sulit dibasmi karena kepala cacing yang memiliki semacam alat hisap terhunjam dalam selaput
lendir usus sehingga sulit kontak dengan obat dan segmen segmen (bagian tubuh cacing) yang telah
rusak karena obat, dapat dilepaskan dan cacing kemudian membuat segmen-segmen baru. Gejala yang
tampak disamping gangguan lambung usus adalah anemia .Obat yang paling banyak digunakan untuk
cacing pita adalah niklosamid dan prazikuantel.

d) Cacing tambang (Ankylostoma duodenale dan Necator Americanus)


Adalah dua macam cacing tambang yang menginfeksi manusia, penularannya melalui Larva yang
masuk ke dalam kulit kaki yang terluka cacing tambang hidup pada usus halus bagian atas dan
menghisap darah pada tempat dia menempelkan dirinya di mukosa usus. Seperti cacing pita, cacing ini
menyebabkan anemia karena defisiensi besi. Pengobatan: mencakup pembasmian cacing sekaligus
pengobatan anemia. Mebendazol merupakan pilihan karena memiliki Spectrum luas dan efektif
terhadap cacing tambang.
25

e) Filaria
Ditularkan oleh Larva microfilaria dari cacing Wuchereria bancrofti dan Brugia malay melalui gigitan
nyamuk culex. Microfilaria dari cacing akan membendung getah bening pada kaki dan daerah sekitar
kandung kemih sehingga mengakibatkan daerah yang diserang menjadi bengkak dan besar sehingga
keadaan ini disebut elephantiasis.

f) Schistosoma
Adalah sebangsa cacing halus yang ditularkan oleh larva yang disebut myracidium melalui kulit atau
siput yang dimakan manusia. Schistosoma hematobium dewasa hidup dalam vena saluran kemih
sedangkan Schistosoma mansonii hidup di vena kolon. Schistosoma japonicum tersebar lebih luas
dalam saluran cerna dan sistem porta. Gejala penyakit tergantung pada tempat yang terinfeksi , bisa
gatal gatal, kulit kemerahan, diare berlendir, hematuria dan lain lain. Obat pilihan Frazikuantel
efektif terhadap semua jenis schistosoma.

g) Cacing benang (Strongiloides stercularis)


Ditularkan melalui kulit oleh larva yang berbentuk benang dan hidup dalam usus. Larva yang
dihasilkan dapat menembus dinding usus dan menyusup ke jaringan, menimbulkan siklus auto infeksi.
Obat pilihan : Tiabendazol, obat alternatif : albendazol. Invermectin merupakan obat alternatif yang
paling efektif untuk infeksi kronis.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping


1. Mebendazol
Indikasi Infeksi tunggal maupun campuran yang disebabkan cacing kremi, cacing tambang, cacing
gelang, cacing cambuk.
Kontra indikasi Kehamilan (efek teratogenik) dan ibu menyusui
Efek samping Kadang-kadang sakit perut, diare, reaksi hipersensitiv
Peringatan Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 2 tahun, kadang-kadang cacing askaris akan
bermigrasi keluar melalui hidung/ mulut selama pengobatan terutama pada anak dengan infeksi berat.
Sediaan Mebendazol (generik) tabl. 100 mg

2. Piperazin
Indikasi Cacing kremi dan cacing gelang
Kontra indikasi Gangguan fungsi ginjal, epilepsi,kehamilan
Efek samping Mual, muntah, kolik, diare
Peringatan Tidak dianjurkan dipakai terus menerus pada anak-anak (nefrotoksik)
Sediaan Piperazin (generik) Sirup 1 gr/ 5 ml,
Tablet 300 mg, 500 mg
Cara Penyimpanan Wadah kedap udara, terlindung dari sinar

3. Pyrantel pamoat
Indikasi Infeksi tunggal/ campuran cacing gelang, cacing kremi, cacing tambang. Obat pilihan untuk
cacing gelang dan kremi
Kontra indikasi -
Efek samping Sangat jarang (sakit kepala, insomnia, mual, muntah, ruam kulit)
Peringatan Tidak untuk anak di bawah 2 tahun
Sediaan Pyrantel Pamoat (generik)tablet 365 mg Suspensi 115 mg/5 ml
Cara Penyimpanan Terlindung dari sinar.

4. Dietil karbamazin
Indikasi Filariasis
Kontra indikasi Penyakit hati, ginjal yang berat, kehamilan
Efek samping Menyebabkan kambuhnya malaria, sakit kepala, pusing, mual,muntah.
Sediaan Dietil karbamazin (generik) tabl. 1000 mg
Cara Penyimpanan Wadah kedap udara (hidroskopis)

5. Albendazol
Indikasi Terapi tambahan (sesudah operasi) untuk kista hidatid atau obat primer strongiloides
26

Kontra indikasi Kehamilan


Efek samping Gangguan saluran cerna, sakit kepala, gangguan darah.
Sediaan Albenazol (generik) tabl. 200 mg

Spesialite obat-obat anti cacing:


NO GENERIK dan LATIN DAGANG PABRIK
1 Piperazin (Piperazinum) Piperacyl Bode
Upixon Bayer
2 Mebendazol (Mebendazolum) Vermox Janssen
3 Pirantel Pamoat
(Pyranteli Pamoas) Combantrin Pfizer
4 Levamizol HCl Ascaridil Janssen
5 Oxantel Pamoate+Pyrantel Pamoate Quantrel Pfizer
6 Dietil karbamazin Filarzan Mecosin
7 Albendazol Helben Mecosin

4. Anti jamur (fungistatika)


Adalah obat-obat yang digunakan untuk menghilangkan infeksi yang disebabkan oleh jamur. Infeksi
oleh jamur dapat terjadi pada :
Kulit oleh dermatofit (jamur yang hidup di atas kulit)
Selaput lendir mulut, bronchi, usus dan vagina oleh sejenis ragi yang disebut candida albicans.
Salah satu sebab meluasnya infeksi oleh fungi ialah meningkatnya pemakaian antibiotik spektrum luas
atau pemakaian kortikosteroid yang kurang tepat. Faktor hygiene juga sangat mempengaruhi
penyebaran infeksi oleh fungi. Infeksi jamur sering berkaitan dengan gangguan daya tahan tubuh, bila
daya tahan tubuh turun, maka pengobatan jamur sering mengalami kegagalan.

Penggolongan
1. Antibiotika (griseofulvin, amfoterisin, nistatin)
2. Asam-asam organik (asam salisilat, asam benzoat, asam undesilinat)
3. Derivat imidazol (ketokonazol, klotrimazol, mikonazol)

Obat genetik, indikasi, kontra indikasi efek samping.


1. Griseofulvin
Dihasilkan oleh Penisillium griseofulvinum, berkhasiat fungistatik pada penggunaan oral terhadap
banyak dermatofit., efektif untuk mengobati infeksi kulit dan kuku yang menahun, penyembuhan
berlangsung sangat perlahan.
Indikasi Infeksi dermatofitosis kulit, kulit kepala, rambut dan kuku bila terapi topikal gagal
Kontra indikasi Gangguan fungsi hati, kehamilan
Efek samping Sakit kepala, mual, muntah
Sediaan Griseofulvin (generik) tablet 125 mg

2. Nistatin.
Berasal dari streptomyces moursei
Indikasi Kandidiasis (stomatitis, sariawan pada mulut, vaginitis pada vagina)
Kontra indikasi -
Efek samping Mual, muntah diare (diberikan peroral), iritasi lokal pada pemakaian topikal.
Sediaan Nistatin (generik) tabl 500.000 UI
C, terlindung dari sinar.Cara penyimpanan Wadah kedap udara, suhu dibawah 5

3. Amfoterisin B
Dihasilkan oleh Streptomyces nodosus
Indikasi Kandidiasis intestinal
Kontra indikasi -
Efek samping
Sediaan (generik)-
27

4. Asam Salisilat
Asam organik berkasiat fungsisida, dalam salep konsentrasi 3-6 % juga bersifat keratolitik
(melarutkan lapisan tanduk kulit, konsentrasi 5-10%)

5. Mikonazol
Merupakan derivat imidazol dengan kasiat fungisid kuat
Indikasi Terapi topikal tinea pedis, kandidiasis kulit.
Kontra indikasi Hipersesitivitas.
Efek samping Rasa terbakar, kemerahan. Bila efek samping sangat mengganggu pemakaian harus
dihentikan.
Sediaan Mikonazole nitrat (generik), krim, serbuk warna putih.
Cara penyimpanan Pada suhu 15-30oC ,wadah kedap udara

6. Ketokonazol
Indikasi:
Kandidiasis mukosa resisten yang kronis, mukosa saluran cerna, kandidiasis vaginal, infeksi
dermatofit pada kulit atau kuku tangan.

Kontra indikasi:
Gangguan hati, kehamilan dan menyusui
Efek samping Mual, muntah nyeri perut,sakit kepala, ruam,urtikaria, pruritus.
Sediaan Ketokonazol (generik) tablet 200mg

Spesialite obat-obat anti jamur

NO GENERIK dan LATIN DAGANG PABRIK


1 Amfoterisin Amphotec Astra Zeneca Indonesia
Fungizone Squibb Indonesia
2 Nistatin/Nursein Candistatin Pharos
(Nystatinum DOEN) Flagystatin Rhone Poulenc
Mycostatin Squibb Indonesia.
3 Ketokonazol Mycoral Kalbe farma
(Ketoconazolum DOEN) Nizoral Johnson & Johnson Ind
4 Griseofulvin/Fulvicin Fulcin Zeneca
(Griseofulvinum) Grivin Phapros
5 Clotrimazole Canesten Bayer
Canesten UT
Canesten SD
6 Miconazole Daktarin Janssen
Mexoderm Konimex
7 Itraconazole Sporanox Janssen

D. ANTI VIRUS (virustatika)


Virus (dalam bahasa latin dan sanskerta : visham = racun) merupakan mikro-organisme hidup yang
terkecil, dengan ukuran antara 20 dan 300 mikron. Di luar tubuh manusia kerap kali virus berbentuk
seperti kristal tanpa tanda hidup, sangat ulet yaitu tahan asam dan basa, serta tahan suhu-suhu rendah
dan tinggi sekali. Baru jika keadaan sekitarnya baik, seperti dalam tubuh manusia atau hewan, kristal
tersebut bernyawa kembali dan memperbanyak diri.
Pengembangan obat anti virus baik sebagai pencegahan maupun terapi belum dapat mencapai hasil
yang diinginkan, karena obat-obat anti virus selain menghambat dan membunuh virus, juga merusak
se-sel hospes dimana virus berada.
Sejumlah obat anti virus sudah banyak dikembangkan tetapi hasilnya belum memadai karena
toksisitasnya sangat tinggi. Hanya beberapa anti virus yang saat ini digunakan, antara lain idoksuridin
pada penggunaan topikal dan herpes simplex conjungtivitis serta asiklovir.

Asiklovir
Obat ini berkhasiat terhadap herpes simplex dan herpes zoster, tanpa mengganggu fisiologi sel-sel
28

tuan rumah. Aktivitasnya jauh lebih kuat dibandingkan virustatika lain.


Asiklovir aktif terhadap virus herpes tetapi tidak bisa memusnahkannya, dan hanya efektif bila
digunakan pada awal penyakit.
Penggunaan asiklovir meliputi pengobatan sistemik dan topikal, termasuk herpes genitalis. Asiklovir
dapat merupakan obat penyelamat untuk pasien herpes simpleks atau herpes zoster.
Efek samping pada penggunaan parenteral adalah tromboflebitis di tempat suntik, kadang-kadang
mual, muntah, tremor dan kekacauan. Secara lokal terjadi rasa nyeri dan terbakar. Tidak bersifat
karsinogen dan karsinogenik.

Idoksuridin (IDU)
Berkhasiat virustatik terhadap sejumlah virus kelompok DNA. Memiliki efek samping yang sangat
toksis bagi hospes maka hanya digunakan secara lokal sebagai salep dan tetes mata.

Sediaan, Kontra Indikasi dan Efek Samping


1. Asiklovir
Indikasi Herpes simpleks dan varisella zoster
Kontra indikasi Gangguan fungsi ginjal, kehamilan dan menyusui
Efek samping Ruam kulit, gangguan saluran cerna, sakit kepala, gangguan neurologis.
Sediaan Acyclovir (generik), tabl 200mg,400mg

2. Idoksuridin (IDU)
Indikasi : terapi keratitis pada herpes simpleks secara topikal

Spesialite obat-obat anti virus


NO GENERIK dan LATIN DAGANG PABRIK
1 Asiklovir (Acyclovirum) Clinovir Pharos
Poviral Kalbe Farma
2 Methisoprinol Isoprinosine Darya Varia

E. ANTI NEOPLASTIKA (Sitostatika)


Pengertian kanker
Kanker atau karsinoma (Yunani = karkinos = kepiting) adalah pembentukan jaringan baru yang
abnormal dan bersifat ganas (maligne). Suatu kelompok sel dengan mendadak menjadi liar dan
memperbanyak diri secara pesat dan tidak tertahankan serta mengakibatkan pembengkakan atau
benjolan, yang disebut tumor atau neoplasma (neo = baru; plasma = bentukan). Sel-sel kanker ini
menginfiltrasi ke dalam jaringan-jaringan sekitarnya dan memusnahkannya. Tumor setempat ini
seringkali menyebarkan sel-selnya melaui saluran darah dan limfe ke tempat-tempat lain dari tubuh
(metastasis), dimana berkembang neoplasma sekunder. Gejala umum dari penyakit-penyakit kanker
adalah nyeri yang sangat hebat.
Jenis-jenis kanker yang paling sering terdapat adalah kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, lambung-
usus dan alat-alat kelamin. Begitu pula leukimia atau kanker darah, dimana produksi leukosit menjadi
abnormal tinggi sedangkan eritrosit sangat berkurang.
Sebab-sebab kanker, menurut para ahli, lebih dari 80% dari semua tumor pada manusia diakibatkan
oleh pengaruh zat-zat karsinogen

Pengobatan
Pengobatan kanker dikenal beberapa cara, antara lain:
1. Kemoterapi, yaitu pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat menghambat atau
membunuh sel-sel kanker.
2. Operasi / pembedahan, yaitu dengan mengangkat sel-sel kanker sehingga tidak terjadi perluasan
daerah yang terkena kanker
3. Radiasi / penyinaran, yaitu dengan melakukan penyinaran pada daerah yang terdapat sel-sel kanker
dengan menggunakan sinar radio aktif.

Efek Samping
Efek samping penggunaan obat-obatan neoplastika, adalah :
29

Depresi sumsum tulang dengan gangguan darah dan berkurangnya sistem tangkis, yang
memperbesar resiko infeksi kuman.
Gangguan pada kantong rambut dengan rontoknya rambut atau alopesia.
Pembentukan sel-sel darah terhambat
Hiperurisemia
Terganggunya fungsi reproduksi
Kombinasi dari dua atau lebih sitostatika kerapkali digunakan, yakni yang memiliki titik kerja di
dalam sel yang berlainan, Dengan demikian daya kerjanya diperkuat dan terjadinya resistensi dapat
dihindarkan.

Penggolongan
Berdasarkan mekanisme kerjanya, sitostatika dapat dibagi dalam beberapa golongan :
1. Zat zat alkilasi
2. Antimetabolit
3. Antimitotika
4. Antibiotika
5. Serba - serbi

1) Zat-Zat Alkilasi
Yang terpenting adalah klormethin dan derivatnya, tiotepa dan busulfan. Obat-obat ini juga disebut
radiomimetikam, karena kerjanya mirip dengan efek penyinaran dengan sinar-sinar ionisasi. Obat-obat
ini terutama digunakan pada kanker korion, limfogranuloma dan leukimia.
a) Klormethin
Merupakan sitostatika pertama yang digunakan (1946) terhadap kanker limfogranuloma dan leukemia
akut. Kerjanya pendek sekali karena dalam darah terurai dalam beberapa menit.
Klorambusil
Adalah derivat klormertin dengan cincin aromatik, khasiat dan penggunaannya sama, tetapi dapat
digunakan oral. Efek samping ringan.
Siklofosfamid
Adalah derivat klormetin dengan cincin fosfat, yang baru aktif setelah dioksidasi di hati. Selain
merusak sumsum tulang, seringkali mengakibatkan kerontokan rambut dan radang mukosa kandung
kemih dengan perdarahan.
Melfalan
Adalah derivat klormetin yang mengandung fenilalanin, kerjanya jauh lebih lama lebih kurang 6 jam.
Banyak digunakan pada kanker sumsum tulang. Efek samping perintangan produksi megkaryocyt di
sumsum tulang, yang membentuk pelat-pelat darah.

b) Thiotepa
Memiliki daerah indikasi yang lebih luas daripada derivat-derivat mustin, yaitu juga pada kanker yang
sudah tersebar, maupun pada jenis-jenis kanker lain yang gagal pengobatannya dengan penyinaran.

c) Busulfan
Berkhasiat spesifik terhadap sumsum tulang, maka khusus digunakan pada leukemia kronis guna
menekan produksi leukosit.

d) Lomustin
Mampu mengalkilasi dan menghambat berbagai proses di dalamsel. Karena sifatnya yang lipofil dan
mudah melintasi sawar otak, maka obat ini merupakan obat pilihan pertama pada tumor otak.

2) Anti metabolit anti metabolit


Obat-obat ini menggangu sintesis DNA dengan jalan antagonisme saingan metotreksat (MTX).
Antagonis asam folat ini efektif sekali pada kanker korion, juga bila sudah terjadi metastatis.
Banyak digunakan pada leukemia akut guna memelihara remisi (perbaikan gejala-gejala)yang kurang
dicapai dengan obat-obat lain, misalnya vinkristin bersama prednison. Juga digunakan untuk
mengobati penyakit kulit bersisik (psoriasis) yang parah sebagai obat terakhir.
a) Merkaptopurin
Terutama digunakan pada leukemia akut pada anak-anak, juga dalam hal MTX atau zat-zat alkilasi
tidak efektif lagi.
Azathioprin
30

Dalam tubuh dirombak menjadi merkaptopurin. Banyak digunakan sebagai imunosupresivum pada
transplantasi ginjal dan organ-organ lain guna memperkecil bahaya penolakan organ-organ baru oleh
tubuh si penerima.

b) Fluorouracil
Digunakan pada tumor-tumor lambung, usus besar atau (kolon) dan poros usus (rektum). Efek
samping sama dengan MTX.
Sitarabin
Berkhasiat virustatik terhadap virus-virus DNA. Digunakan pada leukemia akut pada anak-anak.

3) Anti Mitotika
Zat ini mencegah pembelahan sel dengan merintangi pembelahan inti sel.

a) Vinblastin
Merupakan alkaloid tanaman Vinca rosea bersama derivatnya vindesin dan vinkristin. Terutama
digunakan bila radioterapi atau sitostatika lainnya tidak efektif. Efek samping utama neuritis perifer,
mual, muntah, rambut rontok dan obstipasi (sembelit karena kejang).
Vindesin
Khasiat kurang lebih sama dengan vinblastin, tetapi kurang menekan sumsum tulang dan neurotoksis.
Digunakan antara lain pada leukemia akut pada anak-anak dan pada kanker buah dada.
Vinkristin
Digunakan pada leukemia akut pada anak-anak, umumnya dikombinasikan dengan obat lain, misalnya
merkaptopurin dan prednison. Efek samping sama dengan vinblastin, polineuritis lebih cepat terjadi
dan terapi harus segera ditunda hingga gejala - gejala lenyap. Depresi sumsum tulang praktis tidak
terjadi.

b) Podofilin
Damar ini diperoleh dari akar tanaman Podophyllum peltatum yang antara lain mengandung zat
antimitotik podolifotoksin. Dua glikosida semisintetisnya adalah teniposida dan etoposida
Teniposida
Digunakan pada limfoma Hodgkin, kanker otak dan kandung kemih.
Etoposida
Dapat digunakan oral, digunakan antara lain pada kanker testis dan ovarium.

4) Antibiotika
Terutama digunakan pada kanker korion yang sudah metastasis, biasanya dikombinasikan dengan
klorambusil dan MTX. Efek samping sama dengan sitostatika lain yakni gangguan darah, lambung-
usus dan rambut rontok.
a) Mitomisin
Sangat toksis untuk sumsum tulang, maka pengawasan darah seksama harus dilakukan bila obat-obat
lain tidak efektif.

b) Doksorubisin
Digunakan khusus pada leukemia akut dan limfogranouloma yang tidak dapat diobati dengan
sitostatika lain, biasanya dengan vinkristin dan prednison.
Daunorubisin
Merupakan derivat doksorubisin dengan khasiat dan efek samping yang sama. Urin dapat berwarna
merah seperti doksorubisin.

5) Serba-serbi
Obat-obat lain yang digunakan pada kanker terdiri dari kortikosteroida, hormon kelamin, prokarbazin
dan asparaginase.
a) Kortikosteroida
Hampir pada semua kombinasi obat pada terapi kanker mengandung prednison atau turunannya,
karena efeknya langsung terhadap sel-sel kanker sendiri dan menghasilkan pengaruh yang baik seperti
demam menurun, perasaan nyaman, tumor menjadi ringan, nafsu makan bertambah, dan sebagainya.

b) Hormon-hormon kelamin
Kerapkali digunakan dengan hasil yang baik, pada jenis-jenis kanker yang tergantung dari hormon,
31

yang pertumbuhannya dapat dihambat oleh androgen atau estrogen, atau anti hormon, misalnya
estrogen diberikan pada kanker prostat (guna meniadakan efek hormon pria). Androgen diberikan
pada kanker payudara.

c) Prokarbazin
Dianjurkan sebagai obat pilihan kedua pada limfogranuloma, dalam kombinasi dengan klormethin,
vinkristin dan prednison.

d) L-Asparaginase
Enzim ini diperoleh dari pembiakan bakteri E.coli. Pada leukemia tertentu sel-sel kanker tidak dapat
membentuk 1-asparagin yang diperlukannya untuk sintesis proteinnya. Maka zat ini menggunakan
asparagin tersebut sehingga sel-sel kanker terhenti perkembangannya. Efek samping mual, muntah,
gangguan SSP dan hati, alergi. Hanya digunakan pada leukemia akut dan sebagai obat pilihan kedua.

e) Cisplatin
Terutama digunakan pada kanker testis dalam kombinasi dengan vinkristin dan bleomisin, serta pada
kanker ovarium.

f) Interferon
Daya sitostatiknya telah dibuktikan untuk beberapa bentuk kanker. Selain itu juga berdaya anti virus
dan dianjurkan sebagai pencegah influensa sampai 24 jam sesudah terjadinya infeksi.

Spesialite obat-obat sitostatika.


NO GENERIK dan LATIN DAGANG PABRIK
1 Dokosorubisin Hidroklorida Adiamycin RD Carlo Erba
(Doxorubici Hydrochloridum)
2 Fluorourasil Adrucil Carlo Erba
(Fluorouracilum)
3 Bleomisin Sulfat Bleocin Kalbe Farma
(Bleomicini Sulfas)
4 Sisflatin(Cisflatinum) Cisplatin Kalbe Farma
5 Siklofosfamida Endoxan Asta
(Cyclophosphamidum
6 Metotreksat
(Methotrexatum) Farmitrexat Carlo Erba
7 Sitarabin (Cytarabin) Erbabin Kalbe Farma
8 Vinkristin Sulfat Krebin Kalbe Farma
(Vincristini Sulfas)
9 Vinblastin Sulfat Vinblastine Sulphate DBL Tempo Scan Pasific
(Vinblastini Sulfas)

F. LAIN-LAIN
1. Anti Tuberkulosis (TBC)
Pengertian:
Anti tuberculosis adalah obat-obat atau kombinasi obat yang diberikan dalam jangka waktu tertentu
untuk mengobati penderita tuberkulosis.
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis, yang
pada umumnya dimulai dengan membentuk benjolan-benjolan kecil di paru-paru dan ditularkan lewat
organ pernafasan. Kuman TBC pertama kali ditemukan oleh dr Roberet Koch (1882).
Selain paru-paru, organ tubuh lain yang dapat dijangkiti kuman TBC adalah tulang, ginjal, kulit dan
otak. Sampai saat ini di Indonesia penyakit TBC masih merupakan penyakit rakyat yang banyak
mengambil korban, hal ini disebabkan:
Masih kurangnya kesadaran untuk hidup sehat.
Perumahan yang tidak memenuhi syarat.(ventilasi dan masuknya cahaya matahari)
32

Kebersihan/hygiene
Kurang gizi/gizi tidak baik.
Penularan kuman TBC dapat melalui:
Saluran pernafasan (sebaiknya penderita menutup mulut dengan sapu tangan ketika batuk atau
bersin.
Lewat makanan dan minuman
Penularan TBC dapat dihindari dengan cara menggunakan desinfektan pada sapu tangan atau barang-
barang yang digunakan, dan mengusahakan agar ruangan tempat penderita mempunyai ventilasi yang
baik.
Cara pencegahan TBC adalah dengan memberikan vaksinasi sedini mungkin pada bayi-bayi yang baru
lahir. Vaksin yang digunakan adalah vaksin BCG (Basil Calmette Guerin). Untuk menentukan
seseorang terinfeksi oleh basil TBC atau tidak biasanya dilakukan dengan reaksi Mantoux , yaitu
penyuntikan yang dilakukan dilengan atas dengan tuberkulin (filtrat dari pembiakan basil TBC). Bila
ditempat penyuntikan tidak timbul bengkak merah berarti orang tersebut tidak terinfeksi TBC.

Pengobatan
Sebelum ditemukan obat-obat yang dapat memusnahkan penyebab penyakit, bentuk pengobatan
terbatas pada terapi simptomatis seperti mengurangi batuk dan menghilangkan demam, istirahat total
di sanatorium dan diet makanan bergizi yang kaya lemak dan vitamin A.
Obat TBC yang pertama kali ditemukan adalah streptomisin, disusul kemudian dengan PAS dan INH.
Sampai tahun 1970-an kombinasi standar untuk pengobatan TBC menggunakan ketiga obat di atas.
Sesudah tahun 1970 kombinasi standar untuk TBC menjadi INH, ethambutol dan rifampisin.
Dengan pengobatan modern, setelah 4 sampai 6 minggu pasien bebas bermasyarakat seperti biasa
karena tidak lagi menularkan kuman TBC. Basil TBC terkenal sangat ulet dan sulit ditembus zat kimia
(obat) karena dinding sel bakteri mengandung banyak lemak dan lilin (wax), sehingga pengobatan
TBC memerlukan periode waktu yang cukup lama .
Tujuan pengobatan kombinasi :
Mencegah resistensi
Praktis karena dapat diberikan sebagai dosis tunggal.
Mengurangi efek samping.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan Efek samping


1. Rifampisin
Indikasi Pengobatan tuberkulosis, lepra,meningitis
Kontra indikasi Pasien kelainan hati, wanita hamil dan menyusui
Efek samping Mual,muntah, diare, pusing, ganguan penglihatan
Peringatan Perlu penerangan rifampisin menyebab-kan warna merah pada urin, tinja, liur, dahak
keringat,dan air mata.
Sediaan Rifampisin (generik), kapsul 300mg, 450mg, kaptab 600mg

2. Ethambutol
Indikasi Tuberkulosis dengan kombinasi bersama obat lain
Kontra indikasi anak dibawah 6 thn, neuritis optik, gangguan visual.
Efek samping Neuritis optik, buta warna merah/hijau, neuritis perifer
Sediaan Etambutol (generik), tabl 250mg, 500mg
Cara penyimpanan Wadah kedap udara

3. Isoniazid
Indikasi Tuberkulosis, kombinasi dengan obat lain. Khasiat tuberkulostatik paling kuat dibanding obat
lain.
Kontra indikasi Penyakit hati, gangguan fungsi ginjal
Efek samping Neuropati perifer (ganguan saraf dengan gejala kejang-kejang) yang dapat dicegah
dengan pemberian pyridoxin (vitamin B6). INH kalau digunakan sebagai obat tunggal, resistensinya
sangat cepat.
Sediaan INH (generik) , tabl 100mg,300mg

4. Pyrazinamid
Indikasi Tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain, khasiatnya diperkuat oleh isoniazida
Kontra indikasi Penderita ganguan hati
33

Efek samping Hepatotoksik (menimbulkan kerusakan hati) terutama pada dosis lebih dari 2 g/hari
Sediaan Pyrazinamide (generik), tbl 500mg)
Cara penyimpanan Wadah kedap udara terlindung dari sinar

Spesialite obat-obat TBC.


NO GENERIK dan LATIN DAGANG PABRIK
1 Isoniazid (Isoniazidum) INH Ciba Novartis Indonesia
Isonex Dumex
2 Rifampisin (Rifampicinum) Rifabiotic Bernofarm
Rifamtibi Sanbe
3 Pyrazinamid (Pyrazinamidum) Pezeta Novartis Indonesia
4 Ethambutol Cetabutol Soho
Kalbutol Kalbe farma
Etibi Rocella
5 Isoniazida+Vit B6 Pehadoxin Phapros
Inoxin Dexa Medica
6 INH+Vit B6+Ethambutol Intam 6 Rhone P
Meditam Medikon
Mycotambin-INH Forte UAP
7 Rifampicin+INH Rimetazid Biochemie
Ramicin-Iso Westmont

2. Anti Lepra (Leprostatika)


Lepra atau kusta adalah suatu infeksi kronis yang terutama merusak jaringan-jaringan saraf.
Pembangkitnya Mycobacterium leprae ditemukan oleh dokter Norwegia Hansen (1873), memiliki
sifat-sifat yang mirip dengan basil TBC, yaitu sangat ulet karena mengandung banyak lemak dan lilin
yang sukar ditembusi obat, juga pertumbuhannya lambat sekali setelah waktu inkubasi yang lama,
lebih kurang satu tahun.
Di Indonesia terdapat kurang lebih 100.000 pasien lepra yang diobati di sejumlah rumah sakit khusus
(Leproseri) yang diawasi oleh Lembaga Kusta Departemen Kesehatan.

Pencegahan
Tes Lepromin adalah suatu injeksi intrakutan dari suspensi jaringan lepra dan digunakan untuk
menetapkan apakah seseorang memiliki daya tangkis cukup terhadap lepra bentuk L. Hasil tes
negatif berarti orang tersebut sangat peka untuk infeksi dengan bentuk tersebut.
Pada tahun 1965 telah dibuktikan di Uganda, bahwa vaksinasi BCG memberikan perlindungan yang
lumayan terhadap infeksi dengan bentuk L.
Pengobatan
Sejak dahulu kala obat satu-satunya terhadap lepra adalah minyak kaulmogra, yang efektif untuk
meredakan gejala-gejalanya tanpa menyembuhkan penyakit.
Pada tahun 1950 ditemukan dapson yang mampu menghentikan pertumbuhan basil lepra, yang
kemudian lama-kelamaan akan dimusnahkan oleh sistem tangkis tubuh sendiri. Kemudian ditemukan
leprostatika lain antara lain thiambutosin, klofazimin dan rifampisin.
WHO menganjurkan sebagai terapi pilihan pertama suatu kombinasi dari dapson dengan rifampisin
atau klofazimin selama sekurang-kurangnya 6 bulan. Kemudian disusul dengan monoterapi dapson
selama 5 7 tahun pada bentuk tuberkuloid, dan seumur hidup pada bentuk L dan borderline.

Efek samping
Yang terpenting adalah reaksi lepra yaitu suatu reaksi alergi yang diakibatkan oleh basil mati yang
berjumlah besar di dalam jaringan-jaringan. Gejala-gejala berupa demam tinggi, radang dan nyeri
sendi, rasa lelah dan habis tenaga, khusus pada bentuk L terjadi benjol-benjol merah kebiruan.
Semula diduga bahwa reaksi-reaksi ini merupakan efek samping khusus dari dapson, tetapi kemudian
ternyata dapat juga ditimbulkan oleh leprostatika lainnya kecuali klofazimin.
Untuk mengatasi gejala-gejala ini, obat lepra sering dikombinasi dengan asetosal atau sedativa, atau
jika lebih hebat bisa diberikan zat supresif (penekan) seperti kortikosteroid. Obat lepra tidak boleh
dihentikan atau dikurangi dosisnya berhubungan meningkatnya bahaya resistensi.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping


1. Dapson : diaminodifenilsulfon (DDS) )
34

Rumus bangun obat ini mirip sulfonamida :


R-NH-C6H4-SO2-R.
Spektrum kerja kurang lebih sama, namun kegiatannya lebih kurang 10 kali lebih kuat, sekaligus lebih
toksis.
Indikasi Leprostatik kuat berdasarkan persaingan terhadap PABA
Kontra indikasi -
Efek samping Sukar tidur dan anemia ringa, demikian pula agranulositosis.
Sediaan Dapson (generik) tabl 50mg,100mg.
Cara penyimpanan Terlindung dari sinar
Lama pengobatan Dapson tidak mematikan baksil lepra, maka meskipun gejala-gejala klulit dan luka-
luka dalam beberapa bulan lenyap, kuman masih tetap berada dalam selaput lendir, kulit dan saraf.
Karena itu terapi harus diteruskan hingga kuman lenyap sama sekali dari jaringan-jaringan tersebut
untuk bentuk-T kurang lebih 3 tahun, dan untuk bentuk L setelah kurang lebih 5 tahun

2. Rifampisin
Antibiotik ini merupakan obat satu-satunya yang bekerja leprosid terhadap basil lepra. Kerjanya lebih
cepat dan efektif dari pada dapson. Dalam waktu 3-4 minggu bentuk L yang ganas sudah menjadi
tidak bersifat menular lagi. Resistensi dapat timbul dalam waktu singkat.
Indikasi, kontra indikasi dan efek samping (lihat anti TBC).

3. Klofazimin
Obat ini memiliki khasiat leprostatik yang sama kuatnya dengan dapson. Setelah pengobatan beberapa
bulan sebagian besar basil di dalam mukosa dan kulit dimusnahkan, kecuali di tempat-tempat yang
sulit, misalnya saraf dan otot-otot polos yang memerlukan waktu lebih lama. Sama dengan waktu yang
diperlukan dapson untuk mengeluarkan seluruh kuman mati dari jaringan.
Klofazimin juga berkhasiat anti radang dan mencegah terjadinya benjol-benjol pada bentuk -L.
E.Samping : gatal-gatal dan kulit kering, juga gangguan lambung-usus, terjadi ,warna coklat
kehitaman pada lesidan kulit yang terkena sinar mata hari, perubahan warna rambut dll.

Spesialite obat-obat anti lepra.


NO GENERIK dan LATIN DAGANG PABRIK
1 Diamino Difenil Sulfon (DDS) Dapson Indofarma
2 Clofazimine Lamprene Novartis

PENGGOLONGAN OBAT

Obat-obat yang beredar di pasaran Indonesia, digolongkan oleh Direktorat Jendral Pengawasan Obat
dan Makanan (Ditjen POM) dalam empat penggolongan umum, yaitu; Obat narkotika, Obat keras,
Obat bebas terbatas, dan Obat bebas.
Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian
obat-obat tersebut. Setiap golongan obat diberi tanda pada kemasannya pada bagian kemasan yang
segera terlihat.
Obat Narkotika. Kemasan obat golongan ini ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat
palang (+) berwarna merah. Obat narkotika bersifat adiksi dan penggunaannya diawasi dengan ketat,
sehingga obat golongan narkotika hanya dapat diperoleh dengan resep dokter yang asli (tidak dapat
menggunakan kopi resep). Contoh dari obat narkotika antara lain: Opium, coca, ganja/marijuana,
morfin, heroin, dan lain sebagainya. Dalam bidang kedokteran, obat-obat narkotika biasa digunakan
sebagai anestesi/obat bius dan analgetika/obat penghilang rasa sakit.
Obat Keras. Kemasan obat keras ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat huruf K
berwarna merah yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam. Obat keras merupakan obat
yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter. Obat-obat yang umumnya masuk ke dalam
golonggan ini antara lain obat jantung, obat darah tinggi/antihipertensi, obat darah
rendah/antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika, dan beberapa obat ulkus lambung.
Obat Bebas Terbatas. Obat bebas terbatas ditandai dengan lingkaran berwarna biru dengan tepi
lingkaran berwana hitam. Obat-obat yang umumnya masuk ke dalam golongan ini antara lain obat
batuk, obat influenza, obat penghilang rasa sakit dan penurun panas pada saat demam (analgetik-
35

antipiretik), beberapa suplemen vitamin dan mineral, dan obat-obat antiseptika, obat tetes mata untuk
iritasi ringan. Obat golongan ini masih termasuk obat keras tapi dapat dibeli tanpa resep dokter,
sehingga penyerahannya pada pasien hanya boleh dilakukan oleh Asisten Apoteker Penanggung
jawab.
Obat Bebas. Obat bebas ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan tepi lingkaran berwarna
hitam. Obat bebas umumnya berupa suplemen vitamin dan mineral, obat gosok, beberapa analgetik-
antipiretik, dan beberapa antasida.
perempuan.com
MENGENAL PENGGOLONGAN OBAT (Bagian 1)
Menurut pengertian umum,obat dapat didefinisikan sebagai bahan yang menyebabkan perubahan
dalam fungsi biologis melalui proses kimia. Sedangkan definisi yang lengkap, obat adalah bahan atau
campuran bahan yang digunakan (1) pengobatan, peredaan, pencegahan atau diagnosa suatu penyakit,
kelainan fisik atau gejala-gejalanya pada manusia atau hewan; atau (2) dalam pemulihan, perbaikan
atau pengubahan fungsi organik pada manusia atau hewan. Obat dapat merupakan bahan yang
disintesis di dalam tubuh (misalnya : hormon, vitamin D) atau merupakan merupakan bahan-bahan
kimia yang tidak disintesis di dalam tubuh.
Penggolongan sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap di atas yaitu obat untuk manusia
dan obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa penggolongan obat yang lain, dimana penggolongan
obat itu dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan
distribusi.

Berdasarkan undang-undang obat digolongkan dalam :


1. Obat Bebas
2. Obat Keras
3. Obat Psikotropika dan Narkoba

Berikut penjabaran masing-masing golongan tsb :


1. OBAT BEBAS
Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter (disebut obat OTC = Over
The Counter), terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas.
1.1. Obat bebas
Ini merupakan tanda obat yang paling "aman" .
Obat bebas, yaitu obat yang bisa dibeli bebas di apotek, bahkan di warung, tanpa resep dokter,
ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Obat bebas ini digunakan untuk mengobati
gejala penyakit yang ringan. Misalnya : vitamin/multi vitamin (Livron B Plex, )
1.2. Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas (dulu disebut daftar W). yakni obat-obatan yang dalam jumlah tertentu
masih bisa dibeli di apotek, tanpa resep dokter, memakai tanda lingkaran biru bergaris tepi
hitam. Contohnya, obat anti mabuk (Antimo), anti flu (Noza). Pada kemasan obat seperti ini
biasanya tertera peringatan yang bertanda kotak kecil berdasar warna gelap atau kotak putih
bergaris tepi hitam, dengan tulisan sebagai berikut :
P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.
P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
P.No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
P.No. 5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan
Memang, dalam keadaaan dan batas-batas tertentu; sakit yang ringan masih dibenarkan untuk
melakukan pengobatan sendiri, yang tentunya juga obat yang dipergunakan adalah golongan
obat bebas dan bebas terbatas yang dengan mudah diperoleh masyarakat. Namun apabila
kondisi penyakit semakin serius sebaiknya memeriksakan ke dokter. Dianjurkan untuk tidak
sekali-kalipun melakukan uji coba obat sendiri terhadap obat - obat yang seharusnya diperoleh
dengan mempergunakan resep dokter.

Apabila menggunakan obat-obatan yang dengan mudah diperoleh tanpa menggunakan resep
dokter atau yang dikenal dengan Golongan Obat Bebas dan Golongan Obat Bebas Terbatas,
selain meyakini bahwa obat tersebut telah memiliki izin beredar dengan pencantuman nomor
registrasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan atau Departemen Kesehatan, terdapat hal-
hal yang perlu diperhatikan, diantaranya: Kondisi obat apakah masih baik atau sudak rusak,
Perhatikan tanggal kadaluarsa (masa berlaku) obat, membaca dan mengikuti keterangan atau
36

informasi yang tercantum pada kemasan obat atau pada brosur / selebaran yang menyertai obat
yang berisi tentang Indikasi (merupakan petunjuk kegunaan obat dalam pengobatan),
kontra-indikasi (yaitu petunjuk penggunaan obat yang tidak diperbolehkan), efek samping
(yaitu efek yang timbul, yang bukan efek yang diinginkan), dosis obat (takaran pemakaian
obat), cara penyimpanan obat, dan informasi tentang interaksi obat dengan obat lain yang
digunakan dan dengan makanan yang dimakan.
2. OBAT KERAS
Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu obat berkhasiat keras
yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter,memakai tanda lingkaran merah
bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K di dalamnya. Obat-obatan yang termasuk dalam
golongan ini adalah antibiotik (tetrasiklin, penisilin, dan sebagainya), serta obat-obatan yang
mengandung hormon (obat kencing manis, obat penenang, dan lain-lain)
Obat-obat ini berkhasiat keras dan bila dipakai sembarangan bisa berbahaya bahkan meracuni
tubuh, memperparah penyakit atau menyebabkan mematikan.

3. PSIKOTROPIKA DAN NARKOTIKA


Obat-obat ini sama dengan narkoba yang kita kenal dapat menimbulkan ketagihan dengan
segala konsekuensi yang sudah kita tahu.
Karena itu, obat-obat ini mulai dari pembuatannya sampai pemakaiannya diawasi dengan ketat
oleh Pemerintah dan hanya boleh diserahakan oleh apotek atas resep dokter. Tiap bulan apotek
wajib melaporkan pembelian dan pemakaiannya pada pemerintah.

3.1.PSIKOTROPIKA
Psikotropika adalah Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan
syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi
(mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan
ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya.
Jenis jenis yang termasuk psikotropika:
a. Ecstasy
b. Sabu-sabu

3.2. NARKOTIKA

Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan
dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia.
Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat , halusinasi
atau timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya.

Macam-macam narkotika:
a. Opiod (Opiat)
Bahan-bahan opioida yang sering disalahgunakan :
Morfin
Heroin (putaw)
Codein
Demerol (pethidina)
Methadone

b. Kokain
c. Cannabis (ganja)

GOLONGAN OBAT YANG BEKERJA MEMPENGARUHI SISTEM SARAF PUSAT


37

1. BAB VII
Golongan Obat Pada Penyakit Parkinson

Susunan Saraf Pusat


Obat obat yang bekerja mempengaruhi SSP, bekerja dengan cara mengubah beberapa tahapan
dalam neurotransmitter. Obat obat yang bekerja mempengaruhi SSP mekanisme kerja obatnya
antara lain, bekerja pada presinaptik, mempengaruhi produksi, penyimpanan atau mengakhiri kerja
neurotransmitter. Ada juga obat yang bekerja dengan cara memacu atau menghambat reseptor
postsinaps.
Konsep ini berlaku untuk mengetahui etiologi dan strategi pengobatan penyakit yang disebabkan
karena kerusakan pada SSP terutama pada neurotransmitter dopamine, Asetilkolin, dan serotonin
(neurotransmitter yang berperan dalam otak).

Penyakit Parkinson
Definisi Parkinson adalah gangguan otak progresif yang menimbulkan gangguan neurologik
gerakan otot, dengan tanda2 tremor, kaku otot, bradikinesia (lambat dalam memulai dan
melakukan gerakan) kelainan posisi tubuh dan cara berjalan.
Etiologi Penyebab penyakit parkinson tidak diketahui, tetapi ada hubungannya dengan penurunan
aktivitas inhibitor neuron dopaminergik dalam substansi nigra dan korpus stratum dari sistem
ganglia basalis otak yang berfungsi mengatur gerakan.
Substansi nigra, merupakan sumber neuron dopaminergik yang berakhir dalam striatum. Setiap
neuron dopaminergik akan membuat ribuan kontaks dalam striatum dan memodulasi sebagian
aktivitas sel.
Striatum, striatum dan substansi nigra dihubungkan oleh neuron yang mengeluarkan transmitter
inhibitor GABA diterminal dalam substansi nigra. Sebaliknya sel2 substansi nigra mengirim
neuron ke striatum dengan transmitter dopamin di ujung terminalnya.

Mekanisme terjadinya ganggguan neurotransmitter yang menyebabkan penyakit parkinson,


1. Dopamin bekerja sebagai neurotransmiter inhibisi, Acetilkolin bekerja neurotransmitter eksitasi.
Dan bekerja saling menyeimbangkan.
2. Pada penyakit parkinson terjadi penurunan dopamin karena neuron pada substansi nigra
berkurang sehingga sekresi dopamin dalam neostriatum pun menurun. (lihat gambar 7.1)
3. Tanpa dopamin neuron akan distimulasi berlebihan oleh Ach menyebabkan tonus (ketegangan)
otot berlebihan yang ditandai oleh tremor dan rigiditas (kaku)

Penyebab Penyakit Parkinson


Parkinson sekunder : disebabkan oleh ensefalitis virus atau lesi caskuler kecil yang multifel.
Obat2 seperti fenotiazin dan haloperidol yang berfungsi menghambat reseptor dopamin di otak
dapat menyebabkan parkinson sehingga tidak boleh digunakan untuk penderita parkinson.

Golongan Obat Pada Penyakit Parkinson


1. levodopa
2. Bromokriptin
3. Amantadin
4. Deprenil
5. Triheksifenidil, Benzotropin, Biperidin (Golongan Antimuskarinik)

Tujuan terapi pada Penyakit Parkinson adalah :


1. Mengembalikan dopamin dalam ganglia basalis (ganglion yang ada di neostriatum)
2. Melawan eksitasi neuron kolinergik
3. Sehingga terjadi keseimbangan kembali dopamin/Ach.

Levodopa
Levodopa adalah prekursor metabolik dopamin. Mekanisme kerja Levodopa adalah
mengendalikan kadar dopamin substansia nigra, di dalam neuron tsb levodopa akan
berkonversi menjadi dopamin, tetapi pada pengobatan yang terlambat dimana jumlah neuron
dan sel2 yang mampu mengambil levodopa berkurang akibat penyakit.
Kesembuhan bersifat simptomatik dan berlangsung selama obat berada dalam tubuh. Parkinson
38

diakibatkan dopamin yang tidak mencukupi pada daerah tertentu di otak. Dopamin tidak dapat
melewati sawar darah otak, sementara levodopa dapat, sehingga lebih mudah levodopa lebih
mudah diubah menjadi dopamin di otak.
Efek kerja dari levodopa yaitu mengurangi kekakuan, tremor dan gejala parkinson lainnya

Karbidopa
Karbidopa dipakai untuk memperkuat efek levodopa , suatu inhibitordekarboksilase dopamin
yang tidak menembus sawar darah otak. Mekanisme kerja Karbidopa adalah mengurangi
metabolisme levodopa pada saluran cerna dan jaringan perifer, shg meningkatkan ketersediaan
levodopa di SSP dan selain itu karena karbidopa membantu memperkuat efek levodopa secara
tidak langsung, jadi keuntungannya dapat merendahkan dosis pemakaian levodopa sehingga
menurunkan efek samping.

Bromokriptin
Bromokriptin suatu derivat ergotamin (alkaloid ergot yang terdapat pada gantum hitam yang
terkontaminasi jamur rye) dan mempunyai sifat vasokontriktor merupakan agonis reseptor
dopamin (atau dapat berikatan dengan reseptor dopamin). Tetapi karena Respon yang
ditimbulkan bromokriptin kecil maka sering diberikan bersama dengan levodopa. Penggunaan
Bromokriptin harus diwaspadai pada pasien dengan infark miokard karena akan menimbulkan
masalah jantung, dan penggunaan pada pasien dengan tukak lambung akan semakin parah.

Amantadin
Amantadin merupakan obat anti virus influensa yang berpengaruh sebagai antiparkinson.
Mekanisme kerjanya adalah meningkatkan sintesa, pengeluaran atau ambilan dopamin dari
neuron yang sehat. (shg bila pelepasan dopamin sudah maksimum, amantadin tidak
bermanfaat)
Efek samping yang ditimbulkan yaitu, gelisah, halusinasi, agitasi, dan bingung. Pada dosis
tinggi akan menyebabkan psikosis toksik akut. Dibanding levodopaefek kerja amantadin kecil
dan dapat menimbulkan toleransi, namun efek samping lebih kecil.

Deprenil
Deprenil disebut juga selegilin bekerja secara selektif menghambat MAO B (yang
memetabolisme dopamin) (lihat gambar 7.2) tapi tidak menghambat MAO A (metabolisator
NE dan Serotonin)
Fungsi deprenil, menurunkan metabolisme dopamin, meningkatkan kadar dopamin di otak,
meningkatkan kerja levodopa (sehingga mengurangi pengguanaan dosis levodopa)
Harus diwaspadai bila penggunaan dosis besar karena dapat menghilangkan selektifitas
(menjadi tidak selektif lagi) dan menimbulkan hipertensi yang berbahaya.
Gambar mekanisme kerja Deprenil

Meningkatkan kadar dopamin


Gambar 7.2
Antimuskarinik
Antimuskarinik kurang efektif bila dibandingkan dengan levodopa dan dalam terapi parkinson
berfungsi sebagai tambahan terapi. Mekanisme kerjanya yaitu menghambat transmisi
kolinergik, sehingga meningkatkan transmisi adrenergik (karena pembentukan yang tidak
seimbang antara rasio dopamin/asetilkolin)
Antimuskarinik yang sering digunakan untuk pengobatan parkinson yaitu, benzotropin,
triheksifenidil, biperidin. Efek lain yang menyertai penggunaan obat antimuskarinik adala
memacu perubahan pikiran, serostomia (mulut kering), masalah visualisasi. Efek sampingnya,
antara lain dilatasi pupil, bingung dan halusinasi.

BAB VIII
Golongan Obat pada Penyakit Gangguan Kejiwaan

Golongan Obat pada Gangguan Depresi

Keadaan yang tidak sesuai dengan kehidupan yang bersangkutan disertai hambatan emosi
39

menyeluruh. Depresi berbeda denga skizoprenia yang menggangu dalam pemikiran. Penyakit
depresi mayor dan bipolar adalah penyakit alam perasan yang menyimpang, mengganggu
energi, pola tidur, napsu makan, libido dan kemampuan bekerja.
Gejala depresi yaitu, emosi yang jatuh, tanpa harapan, tiada nafsu makan, dan tidak bisa tidur.
Cara berfikir pasien itu2 aja berkisar hanya pada diri sendiri. Disertai gejala bandaniah rasa
penat, nyeri lambung, nyeri jantung. Bila ditutupi oleh keluhan2 organis disebut depresi
terselubung. Depresi berbahaya akan menyebabkan bunuh diri.
Depresi disebabkan karena defisiensi monoamin seperti norepinefrin dan serotonin otak pada
tempat2 penting di otak. Sementara manik (bipolar) disebabkan karena peningkatan
neurotransmiter diatas pada otak.
Kerja Semua golongan antidepresi bekerja dengan memperkuat langsung atau tidak langsung
kerja norepinefrin, dopamin dan atau serotonin otak,

Golongan Obat Antidepresan


Terdapat 3 (tiga) golongan obat antidepresan yaitu, Antidepresan Trisiklik (TCA), Selektif
Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI) dan Mono Amin Oksidase Inhibitor (MAOI)

Antidepresan Trisiklik (TCA)


Yang termasuk obat golongan TCA
adalah Amitriptilin, Amoksapin, Desipramin, Doksepin, Imipramin, Maprotilin, Nortriptilin,
Trimipramin
Mekanisme kerja TCA ;
Menghambat ambilan neurotransmiter, TCA menghambat ambilan norepinefrin dan serotonin
neuron masuk ke terminal saraf pra sinaps, dengan menghambat jalan utama pengeluaran
neurotransmiter , TCA akan meningkatkan konsentrasi monoamin dalam celah sinaps,
menimbulkan efek antidepresan.
Efek TCA
adalah meningkatkan pikiran, memperbaiki kewaspadaan mental, meningkatkan aktifitas fisik,
mengurangi angka kesakitan pada depresi.
Efek timbul memerlukan waktu 2 minggu atau lebih. Indikasi untuk Depresi, gangguan panik,
dan dapat digunakan untuk mengontrol ngompol bagi anak diatas 6 tahun.

Selektif Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI)


Yang termasuk obat golongan SSRI
adalah Fluoksetin, Fluvoksamin, Nefazodon, Paroksetin, Sertralin, Trazodon, Venlafaksin.
SSRI merupakan Antidepresan baru, sehingga penggunaannya harus hati - hati, karena efek
jangka panjangnya belum diketahui.
Mekanisme kerjanya sama seperti TCA tetapi lebih selektif menghambat ambilan
neurotransmitter serotonin dibanding yang lain (dopamin).
Indikasi SSRI Untuk depresi (lebih unggul dari golongan TCA), penderita Bulimia nevrosa,
anoreksia nevrosa, gangguan panik, nyeri neuropati diabetik, dan sindrom premenstrual.

Mono Amin Oksidase Inhibitor (MAOI)


Yang termasuk golongan MAOI yaitu, Isokarboksazid, Feneizin dan Tranilsipromin.
Monoamin oksidase adalah suatu enzim mitokondria yang ditemukan dalam jaringan saraf dan
jaringan lain, seperti usus dan hati. Dalam neuron, MAO berfungsi sebagai katup penyelamat
(menonaktifkan neurotransmiter monoamin ( NE, dopamin, serotonin).

Mekanisme kerja MAOI (lihat gambar dibawah)


a). MAO menginaktifasi monoamin (NE,serotonin,dopamin) yang keluar dari vesikel shg
monoamin dalam neuron berkurang.
b). Obat MAOI menghambat inaktivasi monoamin oleh MAO, sehingga monoamin tetap aktif
dan berdifusi kedalam ruang sinaps. (lihat gambar 8.1)
Gambar 8.1

Indikasi MAOI yaitu :


1. Untuk depresi pada pasien yang tidak responsif atau alergi oleh antidepresan trisiklik.
2. Ansietas hebat
3. Pasien Aktivitas psikomotorik lemah
40

4. Pengobatan fobia
5. Depresi atipikal (pikiran labil, menolak kebenaran, gangguan napsu makan)

Golongan Obat pada Gangguan Bipolar

Pasien dengan gangguan bipolar, mengalami dua situasi yang sangat berbeda, pada saat
tertentu pasien mengalami fase depresi, kemudian mengalami fase manik, dimana perubahan
yang terjadi sangat ekstrim. Bila pasien berada dalam fase manik maka gejala gejalanya
adalah bahagia, berharap dan gembira berlebihan, Perubahan mendadak dari merasa gembira
ke lekas marah atau permusuhan, Keresahan.
Tutur kata cepat dan kurang konsentrasi, Dorongan seksual tinggi, Cenderung membuat
rencana besar dan sulit dicapai

Golongan obat anti bipolar


Garam litium seperti Litium asetat, litium karbonat, litium sulfat dan antipsikotik seperti asam
Valproat.

Golongan Obat pada Skizoprenia

Skozoprenia
adalah jenis psikosis dengan berbagai gangguan kepribadiaan disertai perubahan cara berfikir,
perasaannya dan hubungannya dengan lingkungannya. Biasanya gangguan mental ini terjadi
disebabkan disfungsi otak yang diwariskan.

Gejala dasar pada gangguan skizoprenia


adalah berfikir (kacau, lupa tiba2, perubahan urutan berfikir), acuh tak acuh, mudah
terangsang, hilangnya kontak dengan lingkungan, merasa asing sendiri, terpecahnya
kepribadiaan. Selain gejala dasar adapula gejala tambahan yaitu, halusinasi, gila (rasa diikuti,
rasa seperti keracunan, gila seks), tidak mau melakukan aktivitas, ungkapan2 aneh,
pembentukan istilah2 baru, pengulangan terus menerus. Setiap gangguan kejiwaan diamati dari
gejala2 yang ditimbulkan dan dialami oleh penderita, sehingga dapat membedakan gangguan
kejiwaan satu dengan gangguang kejiwaan yang lainnya.

Penyebab skizoprenia secara farmakologis


adalah peningkatan aktivitas neuron dopaminergik pada otak (SSP), sehingga golongan obat
yang digunakan untuk pengobatan skizoprenia adalah menurunkan aktivitas neuron dopamin.

Golongan Obat antiskizoprenia (neuroleptik, antipsikotik, transkuilizer mayor)


Terdapat 5 (lima) golongan obat antiskizoprenia yaitu :
1. Golongan Fenotiazin yaitu, Klorpromazin, Flupenazin, Proklorperazin, Promazin,
Prometazin, Tioridazin.
2. Golongan Butirofenon yaitu, haloperidol.
3. Golongan Benzisoksazol yaitu, Risperidon.
4. Golongan Tioxanti yaitu, Tiotiksen.
5. Golongan Dibenzodiazepin yaitu, Klozapin.

Mekanisme Kerja Obat Neuroleptika (Antiskizoprenia) secara umum adalah menghambat


reseptor dopamin dalam otak dan perifer dan serotonin dalam otak.(lihat gambar 8.2)

Indikasi neuroleptika (antiskizorenia) adalah,


1. sebagai antipsikotik/antiskizoprenia : mengurangi halusinasi dan agitasi dengan cara
menghambat reseptor dopamin di otak. Efek menenangkan dan mengurangi gerakan
spontan. Berbeda dengan depresan SSP lain, golongan neuroleptik tidak menekan fungsi
intelektual.
2. sebagai pencegahan mual dan muntah (pada peristiwa mual muntah juga terjadi
peningkatan pelepasan dopamin)
Telah dikatakan bahwa mual muntah juga diakibatkan karena peningkatan dopamin, maka
penggunaan neuroleptika dapat juga diberikan untuk kasus mual muntah selain sebagai
antiskizoprenia, dibawah ini penggunaan neuroleptika untuk gejala mual muntah sesuai
41

penyebabnya (lebih spesifik).


- Obat Meklizin, dimenhidrinat digunakan untuk antiemetik karena vertigo.
- Obat Skopolamin, Prometazin, digunakan sebagai antiemetik pada mabuk jalan.
- Obat Domperidon,metoklorpramid, digunakan untuk antiEmetik pada kemoterapi kanker
- Obat Tietilperazin,domperidon adalah antiemetik pada terapi radiasi
Kerja obat neuroleptik menghambat dopamin dan atau serotonin, selain itu banyak obat2
neuroleptik yang menghambat reseptor kolinergik, adrenergik, histamin dengan berbagai efek
samping, diantaranya efek antimuskarinik seperti kabur, mulut kering, sedasi, bingung,
kontipasi, retensi urin. Efek anti adrenergik seperti hipotensi, pusing
Semua obat neuroleptika bekerja menghambat dopamin sehingga hampir semuan mempunyai
efek antiemetik (seperti diterangkan diatas)

Golongan Obat pada Ansietas (Cemas)

Ansietas adalah gangguan mental berupa suatu ketegangan yang tidak menyenangkan, rasa
takut,gelisah dan penyebabkannya tidak diketahui. Ansietas ringan tidak perlu diobati, ansietas
berat diobati. Gejala ansietas adalah Takhikardi, berkeringat, gemetar, palpitasi dan aktivitas
simpatik
Secara farmakologi penyebab ansietas karena terjadinya letupan neuritansmitter di otak,
sehingga obat obat yang digunakan untuk menurunkan gejala ansietas adalah menormalkan
letupan neurotransmitter yang terjadi di otak.

Golongan Obat Antiansietas (Ansiolitik)


Obat yang digunakan untuk mengobati cemas, dari golongan benzodiazepin, golongan ini
dibedakan berdasarkan sifat ada tidaknya efek hipnotik, dengan pembagian sebagai berikut :
Pertama, golongan benzodiazepin Bersifat ansiolitik dan tidak mempunyai efek hipnotik
adalah Alprazolam, Klordiazepoksid, Klonazepam, Klorazepat, Diazepam dan Lorazepam .
Kedua Golongan benzodiazepine Bersifat Hipnotik adalah Quazepam, Midazolam, Estazolam,
Flurazepam, Temazepam dan Triazolam.
Mekanisme Kerja benzodiazepine sebagai anti cemas ,
3. Letupan neuron (cemas) dapat terjadi karena tertutupnya saluran Cl, karena tidak ada
ikatan pada GABA sehingga reseptor kosong. Pengikatan GABA menyebabkan saluran ion
Cl membuka.
4. Bila pengikatan GABA diperkuat oleh benzodiazepin (obat ansiolitik), yang menyebabkan
masuknya Cl lebih banyak.
5. Masuknya Cl membuat hiperpolarisasi yang dapat menghambat letupan neuron. (lihat
gambar 8.3)

Indikasi obat golongan Ansiolitik


6. Untuk gangguan ansietas digunakan diazepam, untuk pasien yang memerlukan pengobatan
lama. Alprazolam untuk pengobatan lama atau pendek. Obat ini menimbulkan adiksi
sehingga hanya untuk ansietas kronik.
7. Untuk gangguan otot digunakan diazepam, bisa juga digunakan untuk kaku otot.
8. Untuk penanganan kejang dengan obat klonazepam untuk kejang karena epilepsi. epilepsi
Klorazepat, diazepam dan oksazepam untuk pengobatan akut putus alkohol.
9. Untuk gangguan tidur, tidak semua benzodiazepam dapat digunakan sebagai obat tidur,
meskipun semua mempunyai efek sedatif dan penenang. Yang digunakan untuk gangguan
tidur (obat tidur) adalah Flurazepam, Temazepam, Triazolam

BAB IX
Golongan Obat pada Penyakit Epilepsi

Epilepsi adalah suatu kelainan kejang kambuhan yang berbeda -beda yang memiliki
persamaan yaitu lepasan saraf otak yang mendadak, berlebihan dan tidak normal. Lepasan
neuron yang mendadak ini menyebabkan gerakan - gerakan atau persepsi yang abnormal yang
berlagsung singkat tetapi cenderung berulang.
42

Perbedaan tempat lepasan listrik yang terjadi menentukan perbedaan gejala yang timbul, misal
epilepsi yang menyebabkan kejang kejang jika motor korteks yang terlibat. Tetapi jika
korteks parietal atau oksipital yang terlibat, gejala serangan halusinasi penglihatan,
pendengaran atau penciuman yang timbul.
Etiologi epilepsi primer terjadi bila tidak ada penyebab anatomik yang spesifik untuk kejang,
seperti trauma. Kejang2 ditimbulkan karena abnormalitas turunan dalam SSP. Biasanya pasien
diobati dengan obat antiepileptik.
Sementara etiologi epilepsi sekunder disebabkan oleh sejumlah gangguan yang reversibel,
seperti tumor, luka kepala, hipoglikemik, infeksi meningen atau penghentian alkohol secara
cepat pada peminum.

Klasifikasi Epilepsi terdapat 2 (dua) jenis yaitu yang bersifat parsial dan generalisata.
Parsial (fokal)
A. Parsial sederhana, dimana selama kejang kesadaran tidak terganggu.
B. Parsial kompleks, dimana selama kejang kesadaran terganggu.
Generalisata :
A. Tonik-klonik (gran mal), bila kejang diawali fase tonik adalah kontraksi kuat dan kaku otot
lengan dan tungkai. Lalu diikuti fase klonik yaitu kontraksi dan relaksasi ritmik otot,
menyebabkan hilangnya kesadaran.kebingungan dan kelelahan.
B. Absence (petit mal ), bila kehilangan kesadaran yang pendek dan sembuh sendiri.
Memandang dan berkedip2 cepat selama 3-5 detik.
C. Mioklonik, bila terjadi kontraksi otot yang singkat berulang2 dalam beberapa menit,
serangan ini jarang terjadi bagi semua umur.
D. Kejang demam yaitu terjadi kejang pada anak 3 bulan sampai 5 tahun disertai demam
tinggi, biasanya kejang tonik-klonik yang berlangsung singkat.
E. Status epileptikus yaitu serangan serangan epilepsi yang berlangsung secara cepat.

Golongan Obat Antiepilepsi


1. Fenitoin
2. Karbamazepin
3. Fenobarbital
4. Asam valproat
5. Benzodiazepin
6. Gabapentin, Lamotrigen

Mekanisme Kerja Obat Antiepilepsi secara umum adalah menghambat lepasan listrik dari area
fokal atau mencegah meluasnya lepasan listrik abnormal ke daerah disekililing otak.

Fenitoin
Untuk serangan tonik-klonik dan parsial (fokal) untuk pasien dewasa. Interaksi obat terjadi bila
fenitoin diberikan bersamaan dengan kloramfenikol, dikumarol, cimetidin, sulfonamid. INH,
karena obat obat tersebut dapat menghambat metabolisme fenitoin, sehingga konsentrasi
fenitoin meningkat dalam plasma. Sebaliknya apabila diberikan bersamaan dengan
karbamazepin akan memperkuat metabolisme fenitoin.

Karbamazepin
Karbamazepin efektif untuk serangan epilepsi parsial (sederhana dan kompleks), Merupakan
obat pilihan pertama. Dapat juga digunakan untuk terapi manik depresi dalam memperbaiki
gejala manik depresi.
Interaksi obat terjadi bila diberikan bersamaan dengan simetidin, diltiazem, eritromisin, INH,
profoksifen karena obat obat tersebut, akan menghambat metabolit karbamazepin sehingga
konsentrasi karbamazepin meningkat dalam plasma.

Fenobarbital
Beberapa indikasi Fenobarbital, yaitu digunakan untuk serangan kejang parsial sederhana,
kurang efektif untuk serangan parsial kompleks, Status epileptikus pada anak - anak, Serangan
kejang demam pada anak - anak, serangan tonik-klonik kambuhan bila tidak responsif terhadap
kombinasi diazepam dan fenitoin.
Dapat juda dipakai sebagai sedatip ringan untuk menghilangkan ansietas ketegangan mental
43

dan insomnia, walaupun benzodiazepin lebih baik.

Asam valproat
Asam valproat digunajan pada serangan mioklonik, petit mal, tonik-klonik. Asam valproat juga
digunakan untuk pengobatan bipolar pada fase manik. Interaksi obat akan terjadi bila dgunakan
bersamaan dengan fenobarbital, karena asam valproat akan menghambat metabolisme
fenobarbital.

Benzodiazepam
Golongan benzodiazepam yang digunakan untuk epilepsi kronik adalah klonazepam,
klorazepat. Sedangkan untuk gejala epilepsi akut digunakan diazepam. Golongan
Benzodiazepam paling aman dan sedikit sekali memberikan efek samping. Tapi
kekurangannya dapat menimbulkan sedatif atau mengantuk.

Gabapentin
Gabapentin merupakan kelas obat baru pada penyakit epilepsi. Dapat digunakan pada serangan
parsial sederhana dan kompleks, serangan generalisata tonik-klonik.

BAB X
Golongan Obat Analgetika Kuat

Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering, sebenarnya nyeri berfungsi
untuk mengingatkan atau melindungi atau memudahkan diagnosa. Tetapi apabila sangat
menyiksa penderita, sehingga nyeri kadang harus dihilangkan.
Beberapa rangsang yang dapat menimbulkan nyeri, yaitu kerusakan jaringan, gangguan
metabolisme jaringan. Kerusakan dan gangguan tersebutakan membebaskan senyawa yang
disebut zat nyeri (mediator nyeri) berupa Histamin, Bradikinin, Serotonin, Ach da
Prostaglandin.
Nyeri
Somatik
Nyeri
Permukaan
Nyeri I
Nyeri II
Kulit
Nyeri
Dalaman
Otot
Jaringan ikat
Tulang
Sendi
Perut
Nyeri
Viseral
Contoh : Tusukan jarum, cubitan
Contoh : Kejang otot,
Sakit kepala
Contoh ; kolik kantung empedu, nyeri luka lambung

Sebenarnya yang terjadi dalam tubuh, apabila terjadi rangsang yang dapat menimbulkan nyeri,
secara otomatis tubuh akan mengaktifkan System penghambat nyeri yang diperankan oleh
senyawa endogen, yaitu Endorfin dan Enkefalin.
Endorfin (endogen) dan obat gol analgetika kuat (eksogen) bekerja pada reseptor yang sama,
yang disebut reseptor opiat, sama farmakodinamika sama tapi berbeda dalam
farmakokinetikanya, karena sifat peptida pada endorfin.
Mekanisme Kerja Endorfin Kerja pada saraf prasinaptik menurunkan pembebasan
neurotransmitter lain, khususnya senyawa P yang berfungsi sebagai pembawa impuls nyeri
sanaptik.sehingga jumlah potensial aksi yang ditimbulkan menurun.
44

Salah satu contoh mekanisme sistem penghambat nyeri yang terjadi pada kasus kecelakaan lalu
lintas, yang menimbulkan sistem penghatar nyeri menaik, Masih terdapat sistem penghambat
nyeri tubuh yang mempersulit penerusan impuls nyeri dengan demikian menurunkan rasa
nyeri. Menjelaskan kenapa pada situasi tekanan (stress) pada luka pada kecelakaan lalu lintas
mula2 tidak terasa, baru disadari setelah berhentinya ketegangan.

Mekanisme terjadinya nyeri pada SSP


Pada system saraf pusat (SSP) yang terdiri dari medulla spinalis, medulla oblongata, midbrain
dan korteks serebri, terdapat reseptor yang berhubungan dengan nyeri disebut reseptor opioid.
Reseptor opioid tersebut bila berikatan dengan senyawa yang dilepaskan oleh tubuh karena
adanya kerusakan, perasan emosional dan perasaan sensorik yaitu senyawa bradikinin,
serotonin dan prostaglandin maka ikatan reseptor opioid senyawa kimia tersebut akan terjadi
proses nyeri.
Proses nyeri tersebut dapat dihambat bila reseptor opioid berikatan dengan endorfin dan
enkefalin sehingga menghasilkan efek analgetik. mekanisme yang terjadi pada proses analgetik
adalah ikatan antagonis kompetitif.
Reseptor opioid dibagi menjadi beberapa kelas reseptor, dan memiliki makna farmakologis
yang penting yaitu, , , dan .
Table 1.1
no
Kelas
Efek kerja
1
Reseptor
analgesi supraspinal, derpresi pernapasan, menurunkan motilitas GI dan kontraksi pupil.
2
Reseptor
Analgesia spinal, sedasi, kontraksi pupil
3
Reseptor
Disforia, halusinasi, efek psikotomimetik, dan dilatasi pupil

Beberapa Golongan Obat Analgetika Kuat


Salah satu contoh obat yang mempunyai efek analgetika kuat, yaitu meferidin (Pethidin),
morfin, fentanil dan tramadol.

Meferidin (Pethidin)

Komposisi :
Pethidine HCl injeksi 50 mg/ml
Petidin tablet 50 mg
Indikasi : analgesia untuk semua tipe nyeri yang berat.
Nyeri sedang sampai berat, sebagai suplemen sedasi sebelum pembedahan, nyeri pada infark
miokardium walaupun tidak seefektif morfin sulfat, untuk menghilangkan ansietas pada pasien
dgn dispnea karena acute pulmonary edema & acute left ventricular failure
Cara kerja obat : Petidin merupakan narkotika sintetik derivat fenilpiperidinan dan terutama
berefek terhadap susunan saraf pusat. Petidin terutama bekerja sebagai agonis reseptor .
Efeknya terhadap SSP adalah menimbulkan analgesia, sedasi, euphoria, dapresi pernafasan
serta efek sentral lain. Efek analgesik petidin timbul aga lebih cepat daripada efek analgetik
morfin, yaitu kira-kira 10 menit, setelah suntikan subkutan atau intramuscular, tetapi masa
kerjanya lebih pendek, yaitu 2-4 jam. Absorbsi petidin melalui pemberian oral maupun secara
suntikan berlangsung dengan baik. Obat ini mengalami metabolism di hati dan diekskresikan
melalui urin.
Dosis dan cara pemberian :
Analgesi Obstetrik : Dosis tunggal 100-150 mg IM, Boleh diulang hanya sekali, tapi jarang.
Hindari penggunaan total lebih dari 1,5 mg/kg
Penghilang nyeri neonatal : Dosis 1 mg/kg IM atau IV (diulang setelah 6-8 jam), resiko besar
terjadinya depresi pernapasan.
Kontra indikasi :
45

Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat, Depresi pernafasan, Alkoholisme akut,
kejang-kejang, Penderita asma bronchial dan payah jantung sebagai akibat dari penyakit paru-
paru kronik, Hipersensitif terhadap petidin, Penderita yang menggunakan MAOI dalam jangka
waktu 14 hari sebelumnya, Cedera kepala, Asidosis diabetik, Hipertensi.
PERINGATAN :
a) Petidin sebaiknya tidak diberikan secara intravena kecuali peralatan resusitatif dan
antagonis opioid telah disiapkan
b) Dosis tinggi/pemberian petidin dengan cepat secara IVdapat menyebabkan terjadinya
depresi pernafasan secara cepat
c) Petidin injeksi sebaiknya diberikan secara perlahan-lahan dan dalam larutan yang telah
diencerkan
d) Penggunaan tidak dianjurkan pada penderita dengan luka pada kepala dan kenaikan
intrakanial
e) Dapat menimbulkan kesukaran pada saat eksplorasi oleh alat pada duktus empedu
f) Pemberian secara intra-arterial yang kurang hati-hati dapat menyebabkan terjadinya
nekrosis dan pembekakan
g) Dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis dapat timbul pada pengulangan
dosis
h) Penghentian penggunaan petidin secara tiba-tiba pada penderita yang ketergantungan
secara fisik dapat menimbulkan sindroma putus obat termasuk konvulsi
i) Digunakan secara hati-hati dan jika diperlukan penguranagan dosis dianjurkan pada
penderita manula dan penderita dengan kerusakan fungsi paru-paru, hati, ginjal, dan
penderita hipotiroid, insufisiensi, hipertrofi prostat, atau penyempitan urethra, hati-hati
juga pada penderita yang masih sangat muda atau penderita yang menerima terapi
seperti fenobarbital dan phenitoin
j) Tidak boleh untuk penderita infark cardiac karena menyebabkan kenaikan tekanan
darah dan hambatan sistemik vascular sebanding dengan peningkatan kecepatan denyut
jantung
k) Hiperglikemia terjadi pada agonis opioid
l) Dapat menyebabkan depresi sistem pernafasan pada bayi baru lahir
m) Pada mata petidin dapat menyebabkan miosis, midriasis atau tidak adanya perubahan
pupil.
n) Penggunaan pada saat menyusui tidak dianjurkan karena dapt mengakibatkan air susu
mengandung petidin dan belum diketahui secara signifikan secara klinis

Efek samping :
1. Dosis besar meferidin menyebabkan tremor, kedutan otot, dan sangat jarang,
konvulsi.
2. Hipotensi yang berat bila obat ini diberikan pasca operasi.
3. Dapat menyebabkan ketergantungan.
Interaksi obat :
1. Isoniazid : Meningkatkan efek samping isoniazid.
2. Antidepresan (MAOi & trisklik) : Potensiasi efek antidepresan.
3. Kontraseptik oral & estrogen : Menghambat metabolisme petidin.
4. MAO inhibitor : Penggunaan bersama petidin menyebabkan serotonin sindrom
(agitasi, sakit kepala, hipertensi, hipotensi, konvulsi, hiperpireksia, koma),
5. Agonis opiod lainnya, anestetik umum, trankuilizer, sedative, hipnotik : Potensiasi
efek depresi sistem saraf pusat.
6. Relaksan otot : Opioid dpt meningkatkan kerja penghambatan neuromuscular
7. Kumarin antikoagulan : Potensiasi aktivitas antikoagulan.
8. Diuretik : opioid menurunkan efek diuretic pada pasien dengan kongestif jantung

Morfin
Komposisi : Mengandung morfin sulfat 10 mg/ml
Indikasi : Digunakan untuk pre-medikasi bedah, mengatasi nyeri pasca bedah, nyeri
akibat kanker.
Cara kerja obat : Morfin mengikat reseptor opioid, terutama reseptor ( lihat tabel 1.1
)
Dosis dan cara pemberian :
46

Untuk mendapatkan dosis bolus tunggal 1 mg/ml adalah 0,1 ml (1 mg) ad 1 ml dengan
NaCL 0,9%.
Untuk infus kontinu, encerkan 1 ml preparat dengan 10 ml NaCL 0,9%, ambil 1 ml yang
telah diencerkan tadi kemudian di encerkan lagi dengan 50 ml Dektrose 10%, infuskan
dengan kecepatan 1 ml/jam.
Efek samping :
Depresi pernapasan berat, muntah, alergi yang meningkatkan efek hipotensi
Interaksi obat :
Penggunaan bersamaan dengan fenotiazin, IMAO, antidepresan trisiklik, amfetamin dapat
meningkatkan analgesia.
Cara penyimpanan : Pada lemari khusus obat sesuai aturan penyimpanan obat narkotika dan
psikotropika.

Fentanil
Komposisi : Cairan injek 0,05 mg/ml
Indikasi : Analgetik narkotik tambahan pada anestesi umum atau regional, memperkuat
Anesthesia, nyeri berat pada pasien yang telah mendapatkan terapi opioid untuk mengatasi
nyeri kanker kronis, depresan nafas pada pasien dengan assisted respiretion
Cara kerja obat :
Fentanyl merupakan golongan opioid sintetik dari kelompok fenilpiperidin
dan bekerja sebagai agonis reseptor M. fentanyl banyak digunakan untuk anestetik karena
waktu untuk mencapai puncak analgesia lebih singkat dibanding morfin dan meperidin
(sekitar 5 menit) efek cepat berakhir setelah dosis kecil yang diberikan secara bolus dan
relatif kurang mempengaruhi kardiovaskuler.
Dosis dan cara pemberian :
Penggunaan IV dan IM
IV 25 50 mcg / jam ; IM 0,05 0,1 mcg tiap 1 2 jam
Penggunaan Transdermal 25 mcg/jam tiap 72 jam
Penggunaan transmukosal 200 mcg dapat diulang satu kali, 30 menit setelah dosis pertama
lalu dititrasi/disesuaikan secara bertahap.
Kontra indikasi :
Depresi pernapasan., Luka kepala., Alkoholisme akut. Dan Serangan asmatis akut.
Peringatan :
Pasien berusia lanjut dan lemah, Difungsi hati & ginjal, Penyakit paru.
Menurunnya cadangan pernapasan, Anak berusia kurang dari 2 tahun, Hipotiroidisme,
Pembesaran prostat, Syok, Sumbatan usus besar, Penyakit kardiovaskuler (jantung dan
pembuluh darah).
Efek samping :
Depresi pernapasan, otot kaku, hipotensi, bradikardia, laringospasme, mual dan muntah.
Kedinginan, kelelahan, halusinasi setelah operasi, gejala-gejala ektrapiramidal saat
digunakan dengan suatu tranquilizer seperti Droperidol.
Interaksi obat : Premedikasi opioid : analgesic opioid meningkatkan efek sodium oksibat
(hindari penggunaan bersamaan)
Hindari penggunaan dengan Obat-obat depresan susunan saraf pusat.
Nitroksida.

Tramadol
Komposisi : Mengandung Tramadol Hidroklorid 50 mg
Indikasi : Pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca pembedahan.
Dosis dan cara pemberian :
Dewasa dan anak > 16 thn
Dosis umum : dosis tunggal 50 mg, dosis tersebut biasanya cukup untuk meredakan nyeri,
apabila masih terasa nyeri dapat ditambah 50 mg setelah selang waktu 30-60 menit.
Dosis maksimum : 400 mg sehari, dosis sangat tergantungpada intenstas rasa nyeri yang
diderita
Penderita gangguan hati dan ginjal dengan bersihan klirens < 30 ml/menit : dosis
tramadolnya 50-100 mg setiap 12 jam, maksimum 200 mg per hari.
Pasien dengan cirrhosis : dosis tramadolnya 50 mg setiap 12 jam.
47

Kontra indikasi : hipersensitifitas terhadap tramadol dan opiat

1.
BAB XI
Golongan Obat Analgetik Lemah

Bagaimana proses nyeri dan inflamasi terjadi di sistem perifer.


Prostaglandin adalah suatu mediator kimia atau hormon lokal yang diproduksi dalam jumlah kecil
oleh semua jaringan secara normal, dan di dalam tubuh dengan cepat di metabolisme menjadi
bentuk yang inaktif.
Tapi dalam kondisi infeksi, luka atau kerusakan metabolisme jaringan prostaglandin akan
diproduksi lebih banyak, prostaglandin ini berasal dari fosfolipid membran sel yang rusak akibat
kerusakan, infeksi atau luka tersebut, sehingga prostaglandin beredar dalam darah.
Prostaglandin yang dilepaskan tersebut dapat menyebabkan inflamasi dan nyeri, sebenarnya
merupakan penanda bahwa di dalam tubuh telah terjadi sesuatu yang abnormal, dan manifestasi
yang dirasakan oleh penderita adalah nyeri.
Sintesa Prostaglandin, berasal dari prekursor asam arakidonat yang terdapat dalam fosfolopid
membran sel (salah satu komponen membran sel)
Dalam proses nyeri dan inflamasi terjadi dua jalur sintesa mediator kimia yaitu,
Jalur Siklooksigenase sebagai jalur sintesa prostaglandin, tromboksan dan prostasiklin dari asam
arakidonat. Dan Jalur Lipooksigenase sebagai jalur sintesa leukotrien dari asam arakidonat.
Enzim yang berperan dalam pembentukan prostaglandin adalah Enzim siklooksigenase, enzim
tersebut terdapat sebagai jenis COX1 dan COX2.

Mekanisme Kerja Analgetika


Analgetika lemah (sampai sedang) bekerja secara perifer, selain kerja analgetika golongan obat ini
juga memiliki spektrum kerja lain yaitu antipiretik dan antiflogistik
Golongan obat analgetika ini disebut juga anti inflamasi non steroid (AINS) dengan mekanisme
kerja menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi PGG2
terganggu.
, selain itu terdapat juga golongan obat lain yang mempunyai kerja menghambat sintesa
prostaglandin (kerja analgetika) tetapi golongan tersebut mempunyai struktur steroid sehingga
dinamakan anti inflamasi steroid (AIS) dengan mekanisme kerja yang berbeda yaitu menghambat
pembentukan asam arakhidonat (zat pembentuk prostaglandin) dari fosfolipid. (lihat gambar 11.1)

Luka/trauma
Kerusakan Membran sel
Phospolipod
Asam Arakhidonat
Endoperoksid PGG2
Prostaglandin
Hidroperoksid
Leukotrien
Enzim Lipooksigenase
Enzim Siklooksigenase
Dihambat AIS
Dihanbat AINS

Cara obat analgetika bekerja terhadap nyeri, yaitu :


a. Mencegah sensibilitas reseptor nyeri dengan cara penghambatan sintetik prostaglandin
dengan analgetika yang bekerja perifer.
b. Mencegah pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri dengan mamakai anastetika
permukaan atau anestetika infiltrasi.
c. Menghambat penerusan rangsang dalam serabut sensorik dengan anestetika konduksi.
d. Meringankan nyeri atau meniadakan nyeri melalui kerja dalam sistem saraf pusat dengan
analgetika yang bekerja pada pusat atau obat narkosis.
48

e. Mempengaruhi pengalaman nyeri dengan psikofarmaka (trankuilansia, neuroleptika,


antidepresiv)

Beberapa Golongan Obat Analgetika lemah


Derivat asam propionat
Ibuprofen
Ketoprofen
Derivat asam salisilat
Aspirin
Derivat asam fenamat
Asmef
Derivat Pirazolon
Fenilbutazon
Derivat asam asetat
Asam fenilasetat co : Diklofenak
Asam asetat indol co : Indometasin, Sulindac
Derivat Oksikam
Piroksikam
OBAT AINS

Parasetamol
Komposisi : Mengandung parasetamol 500 mg
Indikasi : Meringankan rasa sakit pada sakit kepala, sakit gigi, menurunkan demam, setelah
vaksinasi.
Cara kerja obat :
Dosis dan cara pemberian :
Dewasa : 3-4 kali sehari 500 mg
Umur 6-12 thn : 250-500 mg per 6-8 jam
Umur >1-5 thn : 125-250 mg per 6-8 jam
Umur <1 thn : 60-120 mg per 6-8 jam atau menurut petumjuk dokter.
Kontra indikasi :
Tidak boleh digunakan pada pederita dengan gangguan hati berat.
Hipersensitif terhadap parasetamol da defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase.
Peringatan :
Dapat menimbulkan gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat (disfungsi hati dan ginjal)
Hati-hati pada penderita forpiria, peminum alkohol karena dapat meningkatkan resiko kerusakan
hati.
Efek samping :
Penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati
dan hipersensitifitas.
Ruam kulit dan reaksi alergi lainnya.
Kasus khusus : purpura trombositopenik, anemia hemolitik dan agranulositosis.

Ibuprofen
Komposisi : Ibuprofen 200 mg
Indikasi :
Meredakan demam, mengurangi rasa nyeri pada sakit gigi, sakit kepala nyeri otot, nyeri setelah
operasi cabut gigi dan penyakit reumatik.
Dosis dan cara pemberian :
Dewasa : 200 mg 3x4 kali/hari
Anak-anak 1-12 thn untuk mengurangi demam suhu < celcius =" 5"> 39 derajat celcius = 10 m
/kg BB, diberikan 2-4 kali/hari.
Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap ibuprofen atau AINS lainnya, ulkus peptik berat dan
aktif, hamil trimester ketiga.
Efek samping : Gangguan salran cerna, mual muntah, nyeri lambung, diare, konstipasi,
perdarahan lambung, ruam kulit, bronkospasme, trombositopenia dan penurunan ketajaman
penglihatan.
49

Asam Mefenamat
Komposisi : Tiap kaplet mengandung 500 mg asam mefenamat.
Indikasi : meredakan nyeri ringan sampai berat pada sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot tulang,
nyeri karena luka, nyeri setelah operasi, nyeri setelah melahirkan, dismenore, nyeri rematik, nyeri
tulang belakang, demam.
Dosis dan cara pemberian :
Dewasa dan anak > 14 tahun : awal 500 mg, kemudian 250 mg tiap 6 jam.
Dismenore : awal 500 mg, kemudian 250 mg tiap 6 jam.
Kontra indikasi : Pasien dengan tukak peptik, kerusakan ginjal dan pasien asma yang sensitif
terhadap Anti inflamasi Non steroid.
Peringatan :
Penggunaan asam mefenamat maksimal 7 hari.
Penggunaan obat diberikan segera sesudah makan.
Hati hati penggunaan pada ibu hamil dan menyusui.
Pada pasien dengan peradangan abdomen efek samping diare dapat menjadi berat.
Tidak dianjurkan penggunaan pada anak dibawah 14 tahun.
Efek samping :
Diare, mengantuk, konstipasi dan anemia hemolitik, eritema kulit, bronkokontriksi.
Interaksi obat :
Pemberian Asam Mefenamat bersama dengan Anti Koagulan (mencegah pembekuan darah) akan
menyebabkan efek anti koagulan meningkat sehingga resiko perdarahan meningkat.

Ketoprofen
Komposisi, Ketoprofen tersedia dalam bentuk sediaan:
Tablet : 50 mg, 100 mg, 200 mg
Supositoria : 100 mgInjeksi : 100 mg/ml-ampul, 100 mg/2ml, 100 mg/vialGel : 2,5 mg/g, 25 mg
Indikasi :
Ketoprofen dapat digunakan sebagai anti-encok seperti Rematik inflamasi kronik/abartikuler,
gout, atritis akut, osteoatritis, rematoid atritis, skiatika, dan nyeri pada punggung bawah
Ketoprofen umumnya diresepkan untuk arthritis inflamasi yang berhubungan dengan nyeri atau
sakit gigi yang parah yang mengakibatkan radang gusi. Ketoprofen dapat juga digunakan untuk
mengobati rasa sakit, terutama nyeri saraf seperti neuralgia pasca-herpes untuk radiculopathy,
dalam bentuk krim, salep, cair, semprot, atau gel yang juga berisi Ketamine dan lidokain, bersama
dengan agen lain yang mungkin berguna seperti cyclobenzaprine, amitryptiline, asiklovir,
gabapentin, orphenadrine dan obat lain yang digunakan untuk pengobatan sebagai NSAID atau
ajuvan, atipikal atau nyeri potensiator.
Cara kerja obat :
Ketoprofen merupakan suatu antiinflamasi non steroid dengan efek
antiinflamasi,analgesik dan antipiretik. Sebagai anti inflamasi bekerja dengan menghambat
sintesa prostaglandin. Pada pemberian oral kadar puncak dicapai selama 0,52 jam. Waktu paruh
eliminasi pada orang dewasa 3 jam, dan 5 jam pada orang tua.
Dosis dan cara pemberian :
Penggunaan oral
Dosis awal yang dianjurkan : 75 mg 3 kali sehari atau 50 mg 4 kali sehari.
Dosis maksimum 300 mg sehari. Sebaiknya digunakan bersama dengan makanan atau susu.
Penggunaan IM
50100 mg tiap 4 jam. Dosis maksimum 200 mg/hari, tidak lebih dari 3 hari.
Penggunaan supp
1 suppositoria pada pagi dan malam hari, 1 suppositoria pada malam hari, jika digabungkan
dengan pemberian oral pada siang hari.
Penggunaan Gel
2 x sehari dioleskan tipis pada bagian yang nyeri, maksimal pemakaian 7 hari.
Kontra indikasi :
Hipersensitif terhadap ketoprofen, aspirin dan AINS lain.
Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat
Ulkus peptikum dan pada penderita asma.
Peringatan :
Hati-hati bila diberikan pada penderita hiperasiditas lambung.
Tidak dianjurkan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui.
50

Hati-hati pada penderita gangguan fungsi ginjal.


Efek samping :
ulkus gastrointestinal, penurunan jumlah sel darah merah (akibat pendarahan GI), dan jarang
kerusakan ginjal, protein kerugian, dan gangguan perdarahan.
Interaksi obat :
Ketoprofen tidak boleh digunakan dalam dengan NSAID atau kortikosteroid lainnya, karena hal
ini meningkatkan risiko ulserasi GI. Ini juga harus digunakan dengan hati-hati dengan
antikoagulan lain. Hal ini umumnya digunakan dengan omeprazol, sucralfate, dan simetidin
untuk membantu melindungi saluran GI.
Petunjuk konsultasi :
Katakan pada dokter, jika anda alergi atau mengalami reaksi apapun yang tidak lazim, atau
terhadap obat obatan seperti aspirin atau salisilat yang lain, ketorolak, oksifenbutazon,
suprofen, zomepirak.
Jangan memakai ketoprofen selama 3 bulan terakhir kehamilan, kecuali atas perintah dokter.
Efek yang timbul pada anak anak sama dengan efek yang timbul pada orang dewasa.
Katakana pada dokter, jika anda mengalami masalah kesehatan berikut : alcohol, masalah
perdarahan, colitis ( tukak lambung, atau gangguan saluran cerna lain ), diabetes mellitus,
hepatitis atau gangguan hati lainnya, sedang atau punya riwayat gangguan ginjal, baru baru ini
mengalami iritasi atau perdarahan pada anus, system lupus erythematous, merokok atau pernah
merokok, anemia, asma, epilepsy, retensi cairan ( kaki membengkak), penyakit jantung, penyakit
jiwa, Parkinson, tukak, bintik putih atau merah di mulut ( jika timbul setelah memakai obat,
kadang kadang menunjukan efek samping yang serius.
Untuk mengurangi gangguan cerna, sebaiknya diminum bersama makanan atau antasida.
Tidak perlu diminum bersama makanan, jika sediaan salut enteric karena dapat melindungi
lambung dari iritasi obat.
Jika menggunakan antasida, sebaiknya jenis kombinasi alumunium dengan magnesium kecuali
jika dokter memberikan antasida jenis lain.
Minumlah obat ini dengan segelas air putih (250 ml).
Beberapa sediaan obat harus ditelan utuh, tidak boleh digerus atau dihancurkan.
Agar efektif dan aman, jangan minum melebihi anjuran dosis, frekuensi dan lamanya pengobatan
dari dokter anda.
Simpan di tempat yang terhindar dari panas dan cahay serta jauhkan dari jangkauan anak anak.
Jangan di simpan di tempat yang lembab atau panas karena akan merusak obat.
Jagalah agar suppositoria atau sediaan cair obat ini tidak beku
Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau tidak digunakan lagi.

Piroxicam
Indikasi : Rematoid artritis, osteoartritis, anklilosing spondilitis, gout akut dan gangguan
muskulo skeletal akut.
Dosis dan cara pemberian :
Dewasa :
Rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis : 20 mg dalam dosis tunggal atau dosis
terbagi
Gout akut : 40 mg sehari dalam dosis terbagi selama 4-6 hari. Tidak dianjurkan untuk pemakaian
lama.
Gangguan muskulo skeletal akut : 40 mg sehari dalam dosis tunggal / dosis terbagi selama 2
hari, selanjutnya 20 mg sehari dalam dosis tunggal selama 7-14 hari.
Kontra indikasi :
pada penderita yang hipersensitif terhadap Piroxicam, cross sensitivitas yang potensial terhadap
aspirin dan obat-obat anti inflamasi non steroid lain dapat mengalami bonchospasm, nasal polip
dan angioedema.
Penderita yang mempunyai riwayat tukak lambung aktifatau sejarah tukak yang berulang
perforasi atau pendarahan lambung.
Peringatan :
hati-hati bila digunakan pada pendeita dengan riwayat penyakit saluran cerna bagian atas,
kegagalan fungsi ginjal, kegagalan fungsi jantung, hipertensi, dan keadaan lain yang
berhubungan dengan retensi cairan, kaena dapat memperburuk keadaan.
Gangguan fungsi hati
Data-data yang menunjang keamanan pemakaian pada wanita hamil dan menyusui belum
51

mencukupi.
Keamanan pnggunaan pada anak-anak belum diketahui dngan pasti.
Efek samping :
Ikatan dengan protein darah kuat dan menggantikan ikatan albumin dengan obat lain.
Piroxicam dan aspirin tidak boleh diberikan secara bersamaan.
Hati-hati bila diberikan bersama-sama dengan litium akan meningkatkan kada litium dalam
plasma.
Interaksi obat :
Ikatan dengan protein darah kuat dan menggantikan ikatan albumin dengan obat lain.
piroxicam dan aspirin diberikan secara bersamaan.akan meningkatkan efek analgetik
hati-hati bila diberikan bersama-sama dengan litium akan meningkatkan kadar litium
dalam plasma.

BAB XI
GOLONGAN OBAT ANESTESI

Penggunaan obat untuk anestesi tidak digunakan tunggal selalu dikombinasi, bersamaan dengan
obat preanestesi atau dengan pelemas otot tujuannya adalah untuk menjaga keseimbangan,
membantu proses anestesi dan menurunkan dosis obat anestesi.
Golongan obat Preanestetik dapat menyebabkan penderita tenang, menghilangkan rasa sakit,
melindungi terhadap efek yang tidak diinginkan pada proses pembedahan selanjutnya.
Jenis obat preanestesi
- Benzodiazepin : untuk menghilangkan ansietas dan memudahkan amnesia.
- Untuk sedasi : barbiturat.
- Antihistamin untuk mencegah reaksi alergi difenhidramin.
- Untuk mengurangim keasaman lambung : simetidin.
- Antiemetik : droperidol.
- Analgesia : opioid
- Antikolinergik : skopolamin
- Obat2 ini membantu kelancaran anestesi dan menurunkan dosisi anestesi.
Tahap anestesi
1. Mengalami analgesia,
2. Amnesia, dan
3. Tidak sadar sedangkan
4. Otot mengalami relaksasi dan
5. Penekanan refleks yang tak dikehendaki.
Fase anestesi terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu,
induksi, pemeliharaan dan sadar kembali dari anestesi.
- Induksi : suatu periode waktu dari mulai pemberiaan anestetik sampai pada anestesi
pembedahan yang efektif pada penderita. Atau kecepatan konsentrasi efektif obat anestetik
yang mencapai otak.
- Pemeliharaan : suatu fase anestesi yang bertahan.
- Sadar kembali : pembalikan induksi dan tergantung dari seberapa cepanya obat anestetik
hilang dari otak atau waktu dari putusnya pemberian obat anestetik sampai kesadaran
kembali.
Kedalaman Anestesi
Kedalaman anestesi ditandai dengan meningkatnya penekanan SSP yang disebabkan oleh
penumpukan obat anestetik di otak. Dibagi dalam 4 stadium diantaranya,

Stadium I (fase analgesia) : Hilangnya sensasi nyeri akibat gangguan transmisi sensorik pada
traktus spinotalamikus. Penderita sadar dan dapat diajak bicara. Pada saat mendekati
Stadium II (gelisah) : Penderita mengalami delirium dan tingkah laku kekerasa, tekanan darah dan
pernapasan meningkat, untuk menghindari stadium ini dapat diberikan barbiturat kerja singkat,
seperti natrium pentotal yang diberikan secara IV sebelum diberikan anestetik inhalasi.

STADIUM KEDALAMAN ANESTESI


Stadium III (anestesi pembedahan) : Relaksasi otot rangka, refleks mata menurun, pergerakan bola
52

mata terhenti, pembedahan dapat dilakukan pada stadium ini.

Stadium IV (paralisis medular) : Depresi kuat pusat pusat pernapasan dan vasomotor, kematian
dapat cepat terjadi.

Golongan Obat Anestesi


Obat obat anestesi yang sering dipakai yaitu, ketamin, benzodiazepin, barbiturate, opioid dan
propofol.

Ketamin
Ketamin anestesi non barbiturat kerja secara singkat, dimana penderita tampaknya bangun tapi
tidak sadar dan tidak merasakan sakit.
Ketamin digunakan untuk anak - anak dan dewasa muda untuk tindakan singkat, efek ketamin dapat
meningkatkan aliran darah otak dan halusinasi pasca bedah (mimpi buruk)
Kombinasi dengan barbiturat dengan tujuan untuk menghilangkan stadium mimpi buruk,

Benzodiazepin
Banyak sekali golongan benzodiazepin yang digunakan untuk tujuan antiansietas (lihat bab
ansietas) tetapi untuk penggunaan anestesi lebih banyak dignakan benzodiazepin jenis Lorazepam
dan midazolam dimana efek anestesinya lebih kuat dibanding diazepam.
Penggunaan anestesi dari golongan benzodiazepin dapat menimbulkan terjadi amnesia, efek
analgesia kurang dan menimbulkan aktivitas otot rangka tak terkendali.
Kombinasi dengan pelemas otot yaitu parasimpatomimetik (isofluran)

Barbiturat
Golongan barniturat adalah Tiopental, tiamilal, metoheksital. Bersifat anestetika kuat dan analgesia
lemah. Banyak diberikan secara IV, cepat masuk SSP dan menekan SSP, kurang dari 1
menit.distribusinya luas ke jaringan tubuh, otot rangka dan jaringan adiposa, dari adiposa (gudang
obatnya ) kemudian merembes berlahan2 kemudian dimetabolisbagai (bersama analgetika kuat gol
opioid.

Opioid
Golongan opioid yang sering digunakan dalam anestesi adalah morfib dan fentanil.
Morfin digunakan dalam anestesi adalah efek analgetika nya yang kuat sehingga harus ditambahkan
nitrogen oksida, dan ini merupakan anestesi yang bagus untuk pembedahan jantung. Tetapi
kenyataannya fentanil lebih sering digunakan daripada morfin.
Nalokson merupakan antagonis opioid (menghambat kerja efek opioid)

Propofol
Profopol merupakan sedatif/hipnotik IV yang digunakan untuk menginduksi atau memelihara
anestesi. Mula kerja pelan terjadi pada waktu 40 detik.
Dan preanestesi untuk propofol yaitu golongan narkotik sebagai analgesi.

dinna
alumnus apoteker UNTAG Jakarta, dosen Farmasi mata kuliah Farmakologi dan medisinal,
praktisi farmasi RS.

Cara Penggunaan Obat


53

Untuk penggunaan obat yang baik dan benar, gunakan obat hanya seperti petunjuk cara pakai, pada
waktu yang tepat dan penuh selama waktu pengobatan. Jika anda menggunakan obat yang dijual bebas,
ikutilah cara pakainya seperti petunjuk pada label kecuali ada petunjuk lain dari dokter anda.

Obat yang anda beli di apotek yang diserahkan oleh apoteker biasanya akan diberikan dalam kantong
atau bungkus sendiri-sendiri. Untuk itu sebaiknya anda selalu menjaga agar obat dalam keadaan
tertutup rapat dalam wadah aslinya jika tidak sedang digunakan.

Jangan pisahhkan label obat dari obat,karena informasi mengenai cara pakai dan informasi penting
lainnya terdapat pada label tersebut. Untuk mencegah kesalahan,jangan minum obat ditempat yang
gelap. Selalu membaca label sebelum minum obat,terutama tanggal kadaluarsa dan petunjuk pakai obat

Cara pakai obat oral

Obat oral (obat yang diminum melalui mulut) paling baik digunakan bila meminum obat dengan satu
gelas air penuh. Ikutilah petunjuk dokter atau apoteker. Ada beberapa obat yang diminum bersama
makanan atau sesudah makan, ada juga yang diminum pada saat lambung kosong. Jika anda harus
meminum obat dalam jangka lama, minumlah semua obat sesuai dosisnya. Jangan digerus atau dihisap
jika tidak diberi petunjuk seperti itu. Jika meminum obat cairan, harus diperhatikan penggunaan sendok
yang disebutkan pada obat dengan sendok yang umumnya terdapat dirumah anda.

Sendok makan pada obat perhitungannya 15 ml, sedang sendok makan yang umum pada rumah tangga
sekarang biasanya isinya 8 ml. Sendok teh pada takaran obat adalah 5 ml tapi sendok teh dirumah
biasanya sekitar 3 ml. Sebaiknya kalau sendok teh pada obat gunakanlah sendok takar obat yang
biasanya disertakan bersama obat cair.

Jika anda merasa kesulitan meminum obat dalam bentuk tablet, kapsul atau cairan seperti pada
resepnya, konsultasikan dengan dokter atau apoteker.

Obat kulit (salep)

Untuk penggunaan obat yang berbentuk sediaan salep, oleskan salep pada daerah kulit yang bersih,
kering dan sedikit. Usahakan kulit bebas dari bulu, luka terbuka dan iritasi. Gunakan bagian salep baru
untuk setiap tempat yang berbeda

Inhaler (obat yang dihirup)

Obat-obat inhaler biasanya mempunyai petunjuk sendiri untuk pasien. Bacalah petunjuknya dengan
teliti sebelum menggunakan obat. Jika anda tidak mengerti cara penggunaannya, konsultasikan kepada
dokter yang meresepkan atau konsultasikan dengan apoteker. Ada beberapa tipe inhaler yang
digunakan dengan cara yang berbeda, sehingga adalah penting untuk mengikuti cara pakai yang
diberikan.

Obat tetes mata (OTM)

Dalam penggunaan obat tetes mata, untuk mencegah kontiminasi, jangan dibiarkan ujung wadah tetes
mata bersinggungan dengan permukaan/bagian mata dan selalu dijaga tutup tetes mata selalu rapat.
Cara penggunaan : terlebih dahulu cuci tangan anda dengan sabun. Mirinkan kepala kebelakang dan
jari telunjuk tarik kelopak mata bawah dari mata hingga membentuk lekukan. Teteskan obat mata ke
dalam lekukan mata dan pelan-pelan tutup. Jangan kedip-kedipkan mata dan biarkan tertutup selama 1-
2 menit.

Salep mata

Dalam penggunaan obat salep mata, untuk mencegah kontiminasi dari salep mata diusahakan jangan
sampai unujg "tube" menyentuh mata. Setelah penggunaan, lap ujung tube dengan tisu yang bersih dan
tutup rapat. Cara pakai : Cuci tangan dengan bersih. Tarik kelopak mata bawah sehingga terbentuk
lekukan. Oleskan lapisan tipis salep mata pada lekukan kurang lebih 1 cm panjangnya. Pelan-pelan
54

tutup mata dan diamkan 1-2 menit. Kemudian cuci kembali tangan anda.

Obat tetes hidung

Untuk penggunaan obat tetes hidung,tengadahkan kepala atau letakan kepala pada bantal miring.
Teteskan pada masing-masing lobang hidung dan diamkan bebrapa menit. Siram bitil dengan air panas
dan keringkan dengan tisu bersih. Tuutp kembali obat. Untuk mencegah penularan infeksi, jangan
gunakan obat tetes mata dan hidung untuk orang lain selain anda.

Obat tetes telinga

Dalam penggunaan obat tetes telinga, untuk mencegah kontiminasi jangan sampai ujung obat tetes
telinga menyentuh telinga. Botol tidak boleh penuh untuk mencegah tetesan. Cara pakai : Tidur dan
miringkan kepala sehingga telinga yang diobati menghadap ke atas. Teteskan obat tetes telinga pada
saluran telinga. Jaga selama 5 menit sehingga obat mengalir.Untuk anak-anak yang susah diam,
diamkan paling tidak 1-2 menit. Jangan goyang-goyang penetes telinga sesudah dipakai. Lap ujung
penetes dengan tisu yang bersih dan tutup wadah dengan kencang (rapat).

Suppositoria

Untuk penggunaan suppositoria, cuci tangan sampai bersih. Pisahkan pembungkus suppositoria dari
badan supp dengan air bersih. Tidurlah dengan posisi miring dan dorong Suppositoria ke dalam dubur
(rectal) dengan jari kanan. Jika Suppositoria terlalu lunak untuk dimasukan, simpan 30 menit di dalam
lemari es atau siram dengan air es sebelum dilepaskan dari pembungkusnya. Cucilah tangan anda
setelah selesai penggunaan dengan sabun.

Salep/krim untuk dubur (rektal)

Untuk penggunaan obat ini, bersihkan dan keringkan daerah sekitar dubur. Gosoklah dengan sedikit
salep/krim tadi. Masukan aplikator pada rektum (dubur) dan hati-hati pencet tube hingga salep/krim
masuk ke dalam rektum. Pisahkan ujung aplikator dari tube dan cuci dengan air panas, bersihkan
dengan sabun/deterjen. Lepaskan tube setelah dipakai. Kemudian cuci tangan sampai bersih.

Obat yang melalui vagina

Untuk penggunaan obat yang melalui vagina, cuci tangan anda hingga bersih. Gunakan aplikator,
masukan obat ke dalam vagina sejauh mungkin secara pelan-pelan dan tak menimbulkan rasa sakit.
Bebaskan obat dengan mendorong plunger. Tunggu beberapa menit sebelum bangun, cuci aplikator
dan tangan anda dengan sabun dan air panas.

(dikutip dari majalah Medisina - Media Informasi Farmasi Indonesia)

Tinjauan farmakoterapi terhadap penyalahgunaan obat


Dear kawan,
Alhamdulillah, jam 00.51, jadi juga draft tulisanku. Sengaja aku postingkan di sini, dengan maksud
mengharap masukan untuk memperkaya tulisan ini. Silakan dicermati.. dan memberikan masukan,
kalau ada.
Dalam hal penggunaan obat sehari-hari, terdapat istilah penyalahgunaan obat(drug abuse) dan
penggunasalahan obat (drug misuse). Istilah penyalahgunaan obat merujuk pada keadaan di mana obat
digunakan secara berlebihan tanpa tujuan medis atau indikasi tertentu. Sedangkan, istilah pengguna-
salahan obat adalah merujuk padapenggunaan obat secara tidak tepat, yang biasanya disebabkan
karena pengguna memang tidak tahu bagaimana penggunaan obat yang benar. Pada tulisan ini hanya
akan dikaji mengenai penyalahgunaan obat (drug abuse) saja.
Penyalahgunaan obat terjadi secara luas di berbagai belahan dunia. Obat yang disalahgunakan
bukan saja semacam cocain, atau heroin, namun juga obat-obat yang biasa diresepkan.
Penyalahgunaan obat ini terkait erat dengan masalah toleransi, adiksi atau ketagihan, yang selanjutnya
bisa berkembang menjadi ketergantungan obat (drug dependence). Pengguna umumnya sadar bahwa
mereka melakukan kesalahan, namun mereka sudah tidak dapat menghindarkan diri lagi.
55

Di Amerika, penyalahgunaan obat-obat yang diresepkan meningkat cukup tajam dalam dua
dekade terakhir, dan hanya sedikit di bawah mariyuana, suatu senyawa yang paling banyak
disalahgunakan di sana. Data dari sebuah lembaga farmasi di sana menyatakan bahwa sedikitnya 50
juta orang Amerika pernah menggunakan sedikitnya satu jenis obat psikotropika, dan 7 juta orang
yang berusia di atas 12 tahun menggunakan obat-obat ini bukan untuk tujuan medis. Hal ini diduga
tidak akan berbeda jauh dengan di Indonesia, di mana penyalahgunaan obat-obat psikotropika dan
obat-obat lainnya meningkat dengan tajam.
Obat-obat yang sering disalahgunakan
Ada tiga golongan obat yang paling sering disalah-gunakan, yaitu :
- golongan analgesik opiat/narkotik, contohnya adalah codein, oxycodon, morfin
- golongan depressan sistem saraf pusat untuk mengatasi kecemasan dan gangguan tidur,
contohnya barbiturat (luminal) dan golongan benzodiazepin (diazepam/valium,
klordiazepoksid, klonazepam, alprazolam, dll)
- golongan stimulan sistem saraf pusat, contohnya dekstroamfetamin, amfetamin, dll.
Obat-obat ini bekerja pada sistem saraf, dan umumnya menyebabkan ketergantungan atau kecanduan.
Selain itu, ada pula golongan obat lain yang digunakan dengan memanfaatkan efek sampingnya,
bukan berdasarkan indikasi yang resmi dituliskan. Beberapa contoh diantaranya adalah :

Penggunaan misoprostol, suatu analog prostaglandin untuk mencegah tukak peptik/gangguan


lambung, sering dipakai untuk menggugurkan kandungan karena bersifat memicu kontraksi rahim.
Penggunaan Profilas (ketotifen), suatu anti histamin yang diindikasikan untuk profilaksis asma, sering
diresepkan untuk meningkatkan nafsu makan anak-anak
Penggunaan Somadryl untuk obat kuat bagi wanita pekerja seks komersial untuk mendukung
pekerjaannya. Obat ini berisi carisoprodol, suatu muscle relaxant, yang digunakan untuk melemaskan
ketegangan otot. Laporan menarik ini datang dari Denpasar dari seorang sejawat. Menurut informasi,
dokter kerap meresepkan Somadryl, dan yang menebusnya di apotek adalah germonya, dan
ditujukan untuk para PSK agar lebih kuat bekerja
Dll.
Alasan penyalahgunaan obat
Ada tiga kemungkinan seorang memulai penyalahgunaan obat.
Yang pertama, seseorang awalnya memang sakit, misalnya nyeri kronis, kecemasan, insomnia,
dll, yang memang membutuhkan obat, dan mereka mendapatkan obat secara legal dengan resep
dokter. Namun selanjutnya, obat-obat tersebut menyebabkan toleransi, di mana pasien memerlukan
dosis yang semakin meningkat untuk mendapatkan efek yang sama. Merekapun kemudian akan
meningkatkan penggunaannya, mungkin tanpa berkonsultasi dengan dokter. Selanjutnya, mereka akan
mengalami gejala putus obat jika pengobatan dihentikan, mereka akan menjadi kecanduan atau
ketergantungan terhadap obat tersebut, sehingga mereka berusaha untuk memperoleh obat-obat
tersebut dengan segala cara.
Kemungkinan kedua, seseorang memulai penyalahgunaan obat memang untuk
tujuanrekreasional. Artinya, sejak awal penggunaan obat memang tanpa tujuan medis yang jelas,
hanya untuk memperoleh efek-efek menyenangkan yang mungkin dapat diperoleh dari obat tersebut.
Kejadian ini umumnya erat kaitannya dengan penyalahgunaan substanceyang lain, termasuk yang
bukan obat diresepkan, seperti kokain, heroin, ecstassy, alkohol, dll.
Yang ketiga, seseorang menyalahgunakan obat dengan memanfaatkan efek samping seperti yang telah
disebutkan di atas. Bisa jadi penggunanya sendiri tidak tahu, hanya mengikuti saja apa yang
diresepkan dokter. Obatnya bukan obat-obat yang dapat menyebabkan toleransi dan ketagihan.
Penggunaannya juga mungkin tidak dalam jangka waktu lama yang menyebabkan ketergantungan.
Bagaimana terjadinya toleransi obat?
Pada orang-orang yang memulai penggunaan obat karena ada gangguan medis/psikis
sebelumnya, penyalahgunaan obat terutama untuk obat-obat psikotropika, dapat berangkat dari
terjadinya toleransi, dan akhirnya ketergantungan. Menurut konsep neurobiologi, istilah
ketergantungan (dependence) lebih mengacu kepada ketergantungan fisik, sedangkan untuk
ketergantungan secara psikis istilahnya adalah ketagihan (addiction). Pada bagian ini akan dipaparkan
secara singkat tentang toleransi obat.
Toleransi obat sendiri dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu : toleransi farmakokinetik,
toleransi farmakodinamik, dan toleransi yang dipelajari (learned tolerance).
56

Toleransi farmakokinetika adalah perubahan distribusi atau metabolisme suatu obat setelah
pemberian berulang, yang membuat dosis obat yang diberikan menghasilkan kadar dalam darah yang
semakin berkurang dibandingkan dengan dosis yang sama pada pemberian pertama kali. Mekanisme
yang paling umum adalah peningkatan kecepatan metabolisme obat tersebut. Contohnya adalah obat
golongan barbiturat. Ia menstimulasi produksi enzim sitokrom P450 yang memetabolisir obat,
sehingga metabolisme/degradasinya sendiri ditingkatkan. Karenanya, seseorang akan membutuhkan
dosis obat yang semakin meningkat untuk mendapatkan kadar obat yang sama dalam darah atau efek
terapetik yang sama. Sebagai tambahan infromasi, penggunaan barbiturate dengan obat lain juga akan
meningkatkan metabolisme obat lain yang digunakan bersama, sehingga membutuhkan dosis yang
meningkat pula.
Toleransi farmakodinamika merujuk pada perubahan adaptif yang terjadi di dalam system
tubuh yang dipengaruhi oleh obat, sehingga respons tubuh terhadap obat berkurang pada pemberian
berulang. Hal ini misalnya terjadi pada penggunaan obat golongan benzodiazepine, di mana reseptor
obat dalam tubuh mengalami desensitisasi, sehingga memerlukan dosis yang makin meningkat pada
pemberian berulang untuk mencapai efek terapetik yang sama.
Toleransi yang dipelajari (learned tolerance) artinya pengurangan efek obat dengan
mekanisme yang diperoleh karena adanya pengalaman terakhir.
Kebutuhan dosis obat yang makin meningkat dapat menyebabkan ketergantungan fisik, di
mana tubuh telah beradaptasi dengan adanya obat, dan akan menunjukkan gejala putus
obat (withdrawal symptom) jika penggunaan obat dihentikan. Ketergantungan obat tidak selalu
berkaitan dengan obat-obat psikotropika, namun dapat juga terjadi pada obat-obat non-psikotropika,
seperti obat-obat simpatomimetik dan golongan vasodilator nitrat.
Di sisi lain, adiksi atau ketagihan obat ditandai dengan adanya dorongan, keinginan untuk
menggunakan obat walaupun tahu konsekuensi negatifnya. Obat-obat yang bersifat adiktif umumnya
menghasilkan perasaan euphoria yang kuat dan reward,yang membuat orang ingin menggunakan dan
menggunakan obat lagi. Adiksi obat lama kelamaan akan membawa orang pada ketergantungan fisik
juga.
Bagaimana mekanisme terjadinya adiksi ?
Untuk menjelaskan tentang adiksi, perlu dipahami dulu istilah system reward pada manusia. Manusia,
umumnya akan suka mengulangi perilaku yang menghasilkan sesuatu yang menyenangkan. Sesuatu
yang menyebabkan rasa menyenangkan tadi dikatakan memiliki efek reinforcement positif. Reward
bisa berasal secara alami, seperti makanan, air, sex, kasih sayang, yang membuat orang merasakan
senang ketika makan, minum, disayang, dll. Bisa juga berasal dari obat-obatan. Pengaturan perasaan
dan perilaku ini ada pada jalur tertentu di otak, yang disebut reward pathway. Perilaku-perilaku yang
didorong oleh reward alami ini dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk survived (mempertahankan
kehidupan).

Bagian penting dari reward pathway adalah bagian otak yang disebut : ventral tegmental area
(VTA),nucleus accumbens, danprefrontal cortex. VTA terhubung dengan nucleus
accumbens dan prefrontal cortex melalui jalur reward ini yang akan mengirim informasi melalui saraf.
Saraf di VTA mengandung neurotransmitter dopamin,yang akan dilepaskan menuju nucleus
accumbens dan prefrontal cortex. Jalur reward ini akan teraktivasi jika ada stimulus yang memicu
pelepasan dopamin, yang kemudian akan bekerja pada system reward.
Obat-obat yang dikenal menyebabkan adiksi/ketagihan seperti kokain, misalnya, bekerja menghambat
re-uptake dopamin, sedangkan amfetamin, bekerja meningkatkan pelepasan dopamin dari saraf dan
menghambat re-uptake-nya, sehingga menyebabkan kadar dopamin meningkat.
Bagaimana mekanisme adiksi obat-obat golongan opiat?
57

Reseptor opiat terdapat sekitar reward pathway (VTA, nucleus accumbens dan cortex), dan juga
pada pain pathway (jalur nyeri) yang meliputi thalamus, brainstem, dan spinal cord. Ketika seseorang
menggunakan obat-obat golongan opiat seperti morfin, heroin, kodein, dll, maka obat akan mengikat
reseptornya di jalur reward, dan juga jalur nyeri. Pada jalur nyeri, obat-obat opiat akan memberikan
efek analgesia, sedangkan pada jalurreward akan memberikan reinforcement positif (rasa
senang, euphoria), yang menyebabkan orang ingin menggunakan lagi. Hal ini karena ikatan obat opiat
dengan reseptornya di nucleus accumbens akan menyebabkan pelepasan dopamin yang terlibat
dalam system reward.

Sebagai tambahan informasi, di bawah ini disajikan beberapa jenis obat golongan
benzodiazepin/barbiturat beserta dosis dan dosis ketergantungannya.

Obat-obat psikotropika beserta dosis sedative dan dosis yang menyebabkan ketergantungan.

Nama Dosis sedatif (mg) Dosis ketergantungan dan waktu


untuk menimbulkan ketergantungan
Diazepam 5 10 40 100 mg x 42 120 hari
Klordiazepoksid 10 25 75 600 mg x 42 120 hari
Alprazolam 0,25 8 8 16 mg x 42 hari
Flunitrazepam 12 8 10 mg x 42 hari
Pentobarbital 100 800 2200 mg x 35 37 hari
Amobarbital 65 100 800 2200 mg x 35 37 hari
Meprobamat 400 1,6 3,2 g x 270 hari

Bagaimana farmakoterapinya?
Pengatasan penyalah-gunaan obat memerlukan upaya-upaya yang terintegrasi, yang
melibatkan pendekatan psikologis, sosial, hukum, dan medis. Pada tulisan kali ini hanya akan dibahas
mengenai farmakoterapi (terapi menggunakan obat) bagi keadaan yang terkait dengan ketergantungan
obat.
Kondisi yang perlu diatasi secara farmakoterapi pada keadaan ketergantungan obat ada dua, yaitu
kondisi intoksikasi dan kejadian munculnya gejala putus obat (sakaw). Dengan demikian, sasaran
terapinya bervariasi tergantung tujuannya:

1. Terapi pada intoksikasi/over dosis tujuannya untuk mengeliminasi obat dari tubuh, menjaga
fungsi vital tubuh
2. Terapi pada gejala putus obat tujuannya untuk mencegah perkembangan gejala supaya tidak
semakin parah, sehingga pasien tetap nyaman dalam menjalani program penghentian obat
Tentunya masing-masing golongan obat memiliki cara penanganan yang berbeda, sesuai dengan
gejala klinis yang terjadi. Di bawah ini disajikan tabel ringkasan terapi intoksikasi pada berbagai jenis
obat yang sering disalahgunakan.
Tabel 1. Ringkasan tentang terapi intoksikasi
Klas obat Terapi obat Terapi non- Komentar
obat
58

Benzodiazepin Flumazenil 0,2 Support Kontraindikasi jika ada


mg/min IV, ulangi fungsi vital penggunaan
sampai max 3 mg TCA resiko kejang
Alkohol, barbiturat, Tidak ada Support
sedatif hipnotik fungsi vital
non-benzodiazepin
Opiat Naloxone 0,4-2,0 mg Support Jika pasien tidak
IV setiap 3 min fungsi vital responsif sampai dosis
10 mg mungkin ada
OD selain opiat
Kokain dan Lorazepam 2-4 mg -Support - digunakan jika pasien
stimulan CNS lain IM setiap 30 min fungsi vital agitasi
sampai 6 jam jika - Monitor - digunakan jika pasien
perlu fungsi jantung psikotik
Haloperidol 2-5 mg - komplikasi
(atau antipsikotik kardiovaskuler diatasi
lain) setiap 30 min scr simptomatis
sampai 6 jam
Halusinogen, Sama dgn di atas Support
marijuana fungsi vital,
talk-down
therapy
Selanjutnya, di bawah ini adalah ringkasan untuk terapi mengatasi gejala putus obat.
Tabel 2. Ringkasan tentang terapi untuk mengatasi withdrawal syndrome (DiPiro, 2008)
Obat Terapi obat Komentar
Benzodiazepin Klordiazepoksid 50 mg 3 x sehari atau
(short acting) lorazepam 2 mg 3 x sehari, jaga dosis
utk 5 hari, kmdtappering
Long acting BZD Sama, tapi tambah 5-7 hari Alprazolam paling sulit
utktappering dan butuh wkt lebih lama
Opiat Methadon 20-80 mg p.o, taperdengan - jika metadon
5-10 mg sehari, atau klonidin 2 mg/kg gagal metadon
tid x 7 hari, taperuntuk 3 hari maintanance program
berikutnya - Klonidin menyebabkan
hipotensi pantau BP
Barbiturat Test toleransi pentobarbital, gunakan
dosis pada batas atas test, turunkan
dosis 100 mg setiap 2-3 hari
Mixed-substance Lakukan spt pada long acting BZD
Stimulan CNS Terapi supportif saja, bisa gunakan
bromokriptin 2,5 mg jika pasien
benar-benar kecanduan, terutama pada
kokain
Dari mana seseorang mendapatkan obat-obat untuk disalah gunakan?
Obat-obat tadi harus diperoleh dengan resep dokter. Namun untuk penyalahgunaan ini, banyak
cara yang bisa dilakukan orang untuk memperoleh obat. Antara lain adalah :

multiple doctor shopping maksudnya, ia pergi ke banyak dokter, sehingga mendapatkan banyak
resep untuk mendapatkan obat yang dimaksud
memalsukan resep, memalsukan angka untuk iterasi
mencuri atau meminta paksa
over prescribing by physicians dokter sendiri yang meresepkan dalam jumlah berlebihan
pembelian melalui internet sekarang banyak online pharmacies, terutama di luar negeri
penjualan langsung oleh dokter atau apoteker yang memang tidak mengindahkan moral dan etika
profesi
59

Apa peran farmasis dalam mencegah penyalahgunaan obat?

Sebagai bagian dari tenaga kesehatan dan garda terdepan bagi akses masyarakat terhadap obat, maka
farmasis dapat berkontribusi secara signifikan dalam mengidentifikasi dan mencegah penyalahgunaan
obat. Melihat berbagai kemungkinan akses masyarakat terhadap obat yang bisa disalah-gunakan, ada
beberapa hal yang dapat dilakukan:

1. Aktif memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahayanya penyalahgunaan obat, lebih
baik dengan cara yang sistematik dan terstruktur.
2. Mewaspadai adanya kemungkinan resep-resep yang palsu dan ganjil, terutama resep-resep yang
mengandung obat psikotropika/narkotika. Hal ini memerlukan pengalaman yang cukup dan
pengamatan yang kuat. Jika terdapat hal-hal mencurigakan, dapat berkomunikasi dengan
dokter penulis resep yang tertera dalam resep tersebut untuk konfirmasi.
3. Mengedepankan etika profesi dan mengutamakan keselamatan pasien dengan tidak memberikan
kemudahan akses terhadap obat-obat yang mudah disalah gunakan.
Semua ini dapat dilakukan jika farmasis berpegang teguh untuk menjalankan pelayanan
kefarmasian (pharmaceutical care) kepada masyarakat.

Penyalahgunaan Obat: Obat Resep dan OTC Umumnya Disalahgunakan

Penyalahgunaan Obat

Penyalahgunaan obat bukan hanya tentang obat-obatan terlarang seperti ganja atau kokain. Obat-
obatan sah juga dapat disalahgunakan - yang berarti bahwamereka sudah digunakan oleh orang lain
selain pasien atau dalam cara atau dosis selain dari apa yang sudah dianjurkan. Di sini Anda akan
menemukan gambar obat resep yang biasa disalahgunakan (obat anti-depresi, penghilang rasa sakit,
dan perangsang) dan beberapa obat-obatan bebas (over-the-counter). Karena obat-obatan datang dalam
berbagai bentuk, tidak semua pil dan tablet diperlihatkan; gambar obat tidak skala.

Barbiturates (Obat bius)

Diresepkan untuk mengurangi kecemasan atau membuat tidur, obat anti-depresi memperlambat fungsi
otak. Barbiturat adalah jenis anti-depresi. Fenobarbital adalah barbiturate; lainnya seperti Mebaral,
Seconal, dan Nembutal. Meskipun berguna ketika digunakan sebagai resep, barbiturat
dapat membuat kecanduan. Jika diambil dengan obat-obatan tertentu, termasuk alkohol, dapat
60

memperlambat jantung dan pernapasan, yang dapat menyebabkan kematian. Istilah untuk barbituates
termasuk "barbs," "reds," red birds, "" phennies, "" tooies, "" yellows, "dan" yellow jackets. "

Benzodiazepines: Valium, Xanax

Valium dan Xanax adalah contoh benzodiazepin, jenis lain dari obat anti-depresi. Mereka mungkin
diresepkan untuk mengobati kecemasan, reaksi stres akut, serangan panik, kejang-kejang, dan
gangguan tidur (biasanya untuk penggunaan jangka pendek). Seperti obat anti-depresi lainnya, mereka
memiliki kegunaan yang masuk akal tetapi mungkin disalahgunakan. Penarikan benzodiazepin
"dapatbermasalah" tetapi jarang mengancam nyawa, Diingatkan oleh National Institute on Drug Abuse
(Nida).

Obat tidur

Obat tidur adalah anti-depresi. Obat tidur - Ambien, Sonata, dan Lunesta adalah obat tidur yang lebih
baru yang disebut nonbenzodiazepines. Obat ini "mungkin memiliki lebih sedikit potensi untuk
kecanduan" daripada obat anti-depresi lain,yang dinyatakan dalam situs National Institute on Drug
Abuse (Nida).

Codeine dan Morfin

Penghilang rasa sakit adalah kelompok lain obat resep yang biasanya disalahgunakan. Mereka
termasuk kodein dan morfin - Oramorph dan Aviniza mengandung morfin. Morfin biasanya
diresepkan untuk rasa sakit parah; kodein, untuk rasa sakit ringan. Julukan untuk kodein termasuk
" Captain Cody" dan "Cody." Istilah untuk morfin termasuk "M" dan "Miss Emma."
61

OxyContin, Percocet

OxyContin, Percocet, dan Percodan saling berbagi bahan aktif, oxycodone, yangmana merupakan
pereda nyeri opiod. Obat ini tidak identik; Percocet juga mengandung acetaminophen sementara
Percodan juga mengandung aspirin. Obat ini hanya boleh digunakan di bawah pengawasan medis, dan
bukan dengan alkohol, barbituates, antihistamin, atau benzodiazepin - kombinasi obat yang dapat
mengancam nyawa. Julukannya termasuk "oxy," "O.C," dan "oxycotton" untuk OxyContin dan
"percs" untuk Percocet atau Percodan.

Vicodin, Lortab, Lorcet

Vicodin, Lortab, dan Lorcet mengandung opioid hydrocodone dan asetaminofen. Opioid dapat
menyebabkan ngantuk, sembelit, dan dapat menekan pernapasan, tergantung pada jumlah yang
diambil, diingatkan Nida. Julukan untuk vicodin's termasuk "Vike" dan "Watson-387," dinyatakan
oleh situs nonprofit Partnership for a Drug-Free America. Vicodin, atau obat resep lainnya, tidak boleh
dibagi; mereka hanya untuk pasien dengan resep.

Amfetamin

Stimulan untuk meningkatkan kewaspadaan, perhatian, dan energi. Mereka ditentukan untuk
narkolepsi, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan depresi yang tidak
merespon pada pengobatan lain. Obat dengan ADHD Dexedrine dan adderall, adalah
perangsang yang disebut amfetamin, yang manadapat disalahgunakan oleh orang-orang yang mencari
rasa euforia. Resiko termasuk denyut jantung cepat atau tidak teratur, mengurangi nafsu makan, gagal
jantung, kegelisahan, insomnia, dan kecanduan. Julukan untuk amfetamin termasuk "bennies," " black
beauties," dan " speed."
62

Methylphenidate

Methylphenidate adalah stimulan ditemukan dalam obat ADHD Concerta dan


Ritalin. Julukannya termasuk "MPH," R-ball, "" Skippy, "" the smart drug ", dan" vitamin R.
"Nida mencatat bahwa dengan mengambil stimulan dosis tinggi dapat menyebabkan suhu tubuh
tinggi dan berbahaya, detak jantung yang tidak teratur, dan berpotensi untuk kegagalan kardiovaskular
atau kejang yang mematikan.

Dextromethorphan (DXM)

Dextromethorphan (DXM) adalah bahan aktif dalam obat-obatan batuk dan pilek tanpa resep. Produk
tersebut aman ketika diambil seperti yang direkomendasikan, tetapi dosis yang sangat besar dapat
menghasilkan euforia dan gangguan penilaian - serta mual dan muntah, kehilangan
koordinasi,meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, dan kerusakan otak akibat kombinasi
DXM dan dekongestan yang sering ditemukan didalam obat-obatan, kata Nida. Julukan untuk DXM
itu termasuk "Orange Crush," "Triple Cs," "Dex," dan "Robo."

Pseudoephedrine

Pseudoephedrine umumnya ditemukan dalam obat-obatan untuk pilek tanpa resep. Ia dicari sebagai
bahan untuk membuat obat metamfetamin ( "meth") ilegal. Itulah sebabnya ada undang-undang yang
membatasi jumlah pseudoephedrine- yang terkandung dalam produk obat yang dapat dibeli setiap saat.
63

Mengidentifikasi Pill Yang Mencurigakan

Menemukan pil secara acak dan ingin tahu apa itu? WebMD's Pill Identifier dapat membantu.
Tetapi sejak ada ratusan obat dan ribuan pil dan tablet dari berbagaibentuk, warna, dan ukuran, strategi
yang baik adalah membawa pil ke seorang apoteker dan meminta bantuan mereka untuk
mengidentifikasikan apa itu.

Penyalahgunaan Obat : Apa yang harus dilakukan

Jika Anda mencurigai bahwa seseorang yang kamu kenal menyalahgunakan obat, termasuk obat-
obatan resep atau over-the-counter, Nida menyarankan untukmenelepon 800-662-HELP untuk
menemukan pusat perawatan. Jika Anda adalahorang tua yang mencurigai bahwa anak
Anda yang menggunakannya, the Partnership for a Drug-Free America memberikan tips ini:

Datangi langsung dan bertanya.


Lihat tanda-tanda dan gejala dari penggunaan narkoba.
Pelajari faktor risiko penggunaan obat, seperti riwayat
keluarga yangkecanduan atau mempunyai teman
yang suka minum minuman kerasatau yang menggunakan obat-obatan.

PENYALAHGUNAAN OBAT TERLARANG NAPZA


(NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA) / DRUGS
dr. Monte Selvanus Luigi Kusuma

A. NAPZA

Pendahuluan
NAPZA atau DRUGS didefinisikan sebagai zat-zat yang mempengaruhi jiwa dan tidak digunakan
sebagai pengobatan.
Sejak tahun 1969, kecenderungan pemakaian drugs semakin bervariasi akibat ditemukannya jenis-
jenis drugs baru antara lain: ganja, morfin, kokain, psikotropika, heroin (putaw), ectasy, dan shabu-
shabu (amfetamin).
64

Jumlah orang yang menyalahgunakan drugs di Indonesia sekitar 130.000 orang dari 200 juta
penduduk Indonesia. Namun dari sejumlah 130.000 ini telah menghabiskan dana negara 390 miliar per
hari untuk mengatasi dan memeranginya. Bayangkan jika dana tersebut digunakan untuk alokasi
pendidikan atau kesehatan. Tentu semua orang InsyaAllah sudah bisa menikmati pendidikan gratis
hingga perguruan tinggi.
Hebatnya lagi, Indonesia sekarang bukan hanya negara importir drugs, namun telah menjadi negara
produsen (penghasil) drugs. Naudzubillah.
Golongan NAPZA (DRUGS)
1. Anti Psikosis (major tranquilizer, neuroleptik)
2. Anti Anxietas (minor tranquilizer psycholeptic)
3. Anti depresan (thymoleptika, pshychic energizeer)
4. Anti Mania (mood modulary, mood stabilizer)
5. Psikotogenik
Yang paling sering digunakan adalah golongan Psikotogenik dengan efek yang ditimbulkan :
gangguan/kelainan tingkah laku, halusinasi, ilusi, gangguan cara berfikir, perubahan alam perasaan,
dan lama-kelamaan menjadi psikosis (gila).
Contoh obat yang sering digunakan antara lain: heroin (putaw), morfin, ganja, shabu-shabu.
Pemanfaatan Obat-Obat Terlarang Dalam Kedokteran
Dalam dosis tertentu dan sesuai dengan indikasi, maka obat-obat ini akan memberikan manfaatnya.
Contohnya penggunaan morfin atau petidin pada pembiusan untuk kasus bedah.
Manfaat yang lain antara lain: untuk menangani pasien-pasien dengan gangguan jiwa (psikofarmaka)
sehingga pasien dengan gangguan jiwa dapat dikendalikan; juga dimanfaatkan untuk menangani
penyakit yang sampai sekarang belum diketemukan obatnya.
Sekali lagi dalam medis pun pemberian obat-obat tersebut selalu mengikuti dosis yang tepat dan
sesuai indikasi, sehingga pasien tidak akan mengalami ketergantungan atau ketagihan.
Efek Samping Akibat Penyalahgunaan Drugs
1. Diri sendiri

a. Depresi pernafasan, jika sampai overdosis bisa menyebabkan gagal nafas (apnoe) dan kematian
b. Tekanan darah menurun (syok)
c. Addiksi (ketagihan)
d. Toleransi (peningkatan dosis)
e. Tidak jarang terjadi efek paradoksal yaitu efek yang muncul berbeda dengan apa yang
diinginkan. Misal yang terjadi adalah bayangan-bayangan menakutkan, mimpi buruk sepanjang
hari, halusinasi, sikap agresif dan lain-lain.
f. Penghentian obat secara mendadak bisa menimbulkan kesakitan yang hebat (withdrawal
syndrome), pusing terus-menerus, muntah hebat kadang disertai muntah darah, sesak nafas dan
kematian.
g. Jika berhasil disembuhkan tetap akan meninggalkan gejala sisa (skuele) misalnya menjadi bodoh,
idiot bahkan lumpuh

2. Keluarga, Masyarakat dan Negara

a. Menjadi beban keluarga, terutama bagi mereka yang mereka yang sudah terlanjur kecanduan.
b. Menguras keuangan keluarga untuk mengobatkan. Dan biaya pengobatan ini tidak murah, sebab
pasien harus menjalani perawatan isolasi selama berbulan-bulan.
c. Merugikan negara dalam sumber daya manusia, apabila NAPZA tidak diperangi dikhawatirkan
terjadinya Lost Generation (hilangnya generasi penerus bangsa).

B. ALKOHOL
Awalnya dalam dunia kedokteran, alkohol digunakan sebagai antiseptik atau pembersih kulit, karena
sifat alkohol dapat membunuh mikroba patogen.
Dalam perkembangannya semakin banyak orang yang mencampurkan alkohol dalam minuman dan
menjadikannya sebagai minuman kesegaran. Dengan dalih minuman kesegaran dan kesehatan banyak
produk-produk minuman beralkohol yang kini terjual bebas di pasaran. Padahal minuman beralkohol
hanya sedikit sekali manfaatnya dibandingkan kerugiannya. Dalam dosis kecil mungkin alkohol dapat
65

merangsang konsentrasi dan daya pikir. Hal ini dimungkinkan karena adanya pacuan adrenalin dan
rangsangan Syaraf Pusat.
Namun jika dilihat kerugiannya, mestinya orang harus berfikir 2 kali dalam mengkonsumsi alkohol:
1. Pemakaian jangka panjang dan overdosis justru menurunkan fungsi otak akibat dirangsang terus
menerus dan terjadi pembiusan otak.
2. Hati (liver) menjadi berlemak dan rusak (sirosis hepatis)
3. Kerusakan ginjal, pankreas
4. Adiksi
5. Kematian, bisa terjadi dalam jangka waktu singkat maupun panjang.
Peran Agama Dalam Pemberantasan Penyalahgunaan Obat Terlarang NAPZA
Obat terlarang , alkohol (apa pun nama dagangnya) dalam Al Quran disebut dengan Khamar.
Mengapa? Karena obat terlarang dan alkohol menyebabkan hilangnya kesadaran diri dan
memabukkan.
Firman Allah:
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa
yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya." (QS. Al Baqoroh (2): 219)
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan
itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran
(meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (QS Al Maidah (5):
90-91) Jelas dalam agama, obat terlarang dan alkohol (DRUGS / NAPZA) diharamkan.

Peran Negara Dalam Pemberantasan Penyalahgunaan Obat Terlarang NAPZA


1. Melalui penyuluhan-penyuluhan
2. Melalui pusat-pusat rehabilitasi pengguna
3. Setiap pengedar, pemakai (pengguna), bahkan menyimpan NAPZA dikenai pasal dan
dimasukkan dalam katagori kriminalitas.
Di beberapa negara seperti Malaysia dan Singapura, penyalahgunaan NAPZA termasuk
kejahatan nomer satu, sehingga pelaku atau siapapun yang kedapatan memiliki NAPZA bisa
dihukum mati

Narkotika, psikotropika, zat adiktif dan campuran/kombinasi memberikan dampak negatif.


Jenis penelitian deskriptif, metode survei, pendekatan secara cross-sectional. Populasi semua
klien/korban penyalahgunaan napza dari bulan Januari 2005 sampai Maret 2006, sedang dibina
atau menjalani terapi rehabilitasi. Sampel diambil secara acak dari populasi berjumlah 49
responden . Tujuan untuk mengetahui gambaran jenis napza dan faktor-faktor yang
melatarbelakangi penyalahgunaan napza pada klien di panti rehabilitasi Semarang.

HAsil penelitian menunjukkan sebagian besar memiliki umur 18 tahun keatas (81,6%), tingkat
pendidikan rendah (61,2%), tingkat pengetahuan sedang (61,2%, Jenis pekerjaan ayah sebagai
buruh (44,9%), Ibu tidak bekerja (38,8%), pendapatan kurang cukup( kurang dari Rp 120.000,-
/ orang/bulan) (69,4%), daya tolak/kepribadian terhadap pemakaian napza tidak baik (69,4%),
kondisi keluarga tidak baik(63,3%), kondisi bergaul dengan pengguna napza (77,6%),
kemudahan memperoleh napza (85,7%). Pemakaian zat adiktif (53,1%), campuran/kombinasi
jenis napza (46,9%).Karakteristik yang berkaitan dengan pemakaian napza adalah umur,
tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, jenis pekerjaan orang tua dan tingkat pendapatan.
Sebagian besar memiliki daya tolak/kepribadian pemakaian napza dan kondisi keluarga tidak
baik, kondisi bergaul denmgan pengguna napza dan mudah memperoleh napza.Bagi keluarga
agar mengawasi, membimbing, mengarahkan melalui kegiatan positif, bagi Badan Narkotika
Nasional dilakukan komprehensif dalam pemasokan dan penyediaan obat terlarang, bagi
pendidikan diharapkan pendidikan pencegahan pemakian napza terpadu maupun khusus, bagi
peneliti lain dilakukan kajian mengenai frekwensi, dosis dan lama pemakaian napza. Kata
Kunci: Jenis napza, Penyalahgunaan napza.
66

Gejala-Gejala Pemakaian Narkoba Yang Berlebihan


1. Opiat (heroin, morfin, ganja)
- perasaan senang dan bahagia - acuh tak acuh (apati)
- malas bergerak - mengantuk
- rasa mual - bicara cadel
- pupil mata mengecil (melebar jika overdosis) - gangguan perhatian/daya ingat
2. Ganja
- rasa senang dan bahagia - santai dan lemah
- acuh tak acuh - mata merah
- nafsu makan meningkat - mulut kering
- pengendalian diri kurang - sering menguap/ngantuk
- kurang konsentras - depresi
3. Amfetamin (shabu, ekstasi)
- kewaspadaan meningkat

- bergairah
- rasa senang, bahagia
- pupil mata melebar
- denyut nadi dan tekanan darah meningkat
- sukar tidur/ insomnia
- hilang nafsu makan
4. Kokain
- denyut jantung cepat
- agitasi psikomotor/gelisah
- euforia/rasa gembira berlebihan
- rasa harga diri meningkat
- banyak bicara
- kewaspadaan meningkat
- kejang
- pupil (manik mata) melebar
- tekanan darah meningkat
- berkeringat/rasa dingin
- mual/muntah
- mudah berkelahi
- psikosis
- perdarahan darah otak
- penyumbatan pembuluh darah
- nystagmus horisontal/mata bergerak tak terkendali
- distonia (kekakuan otot leher)
5. Alkohol
- bicara cadel
- jalan sempoyongan
- wajah kemerahan
- banyak bicara
- mudah marah
- gangguan pemusatan perhatian
- nafas bau alkohol
6. Benzodiazepin (pil nipam, BK, mogadon)
- bicara cadel
- jalan sempoyongan
- wajah kemerahan
- banyak bicara
67

- mudah marah
- gangguan pemusatan perhatian
Tanda-Tanda Kemungkinan Penyalahgunaan Narkotika dan Zat adiktif
a. Fisik
- berat badan turun drastis
- mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman
- tangan penuh dengan bintik-bintik merah, seperti bekas gigitan nyamuk dan
ada tanda bekas luka sayatan. Goresan dan perubahan warna kulit di tempat
bekas suntikan
- buang air besar dan kecil kurang lancar
- sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas
b. Emosi
- sangat sensitif dan cepat bosan
- bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukkan sikap membangkang
- emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara kasar
terhadap anggota keluarga atau orang di sekitarnya
- nafsu makan tidak menentu
c. Perilaku
- malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya
- menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga
- sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit
dan pulang lewat tengah malam
- suka mencuri uang di rumah, sekolah ataupun tempat pekerjaan dan menggadaikan
barang-barang berharga di rumah. Begitupun dengan barang-barang berharga
miliknya, banyak yang hilang
- selalu kehabisan uang
- waktunya di rumah kerapkali dihabiskan di kamar tidur, kloset, gudang, ruang yang
gelap, kamar mandi, atau tempat-tempat sepi lainnya
- takut akan air. Jika terkena akan terasa sakit karena itu mereka jadi malas mandi
- sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala
putus zat
- sikapnya cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba tampak manis bila ada maunya,
seperti saat membutuhkan uang untuk beli obat
- sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan
- mengalami jantung berdebar-debar
- sering menguap
- mengeluarkan air mata berlebihan
- mengeluarkan keringat berlebihan
- sering mengalami mimpi buruk
- mengalami nyeri kepala
- mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi

cara pencegahan NAPZA dengan komunikasi

Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan semakin hari oleh anak-anak menjadi masalah
yang semakin memprihatinkan semua orangtua. Dari beberapa penelitian yang sudah
dilakukan, disepakati bahwa membangun jalinan komunikasi intens antara orangtua dan anak
merupakan alat yang ampuh untuk dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Meskipun
demikian, banyak orang tua merasa ragu mendiskusikan tentang penyalah-gunaan obat dan
alkohol dengan anak-anak mereka. Sebagian dari kita percaya bahwa anak-anak kita tidak
akan terlinbat pada hal-hal terlarang tersebut. Sebagian lainnya menundanya karena tidak
mengetahui bagaimana mereka mengatakannya, atau justru takut mereka menjadi memikir
tentang hal itu dan mendorong ke arah yang tidak diinginkan.
68

Dari suatu studi di Amerika menyatakan bahwa banyak kaum muda yang mengikuti program
rehabilitasi mengatakan bahwa mereka mengkonsumsi alkohol atau obat-obat terlarang 2
(dua) tahun sebelum orangtua mereka mengetahuinya. Oleh sebab itu, jalinlah komunikasi
sedini mungkin dan jangan menunggu sampai anak-anak Anda terlibat masalah tsb.

Jangan takut untuk mengakui bahwa Anda belum mampu menjawab semua pertanyaan yang
ada. Biarkanlah anak-anak Anda mengetahui yang menjadi perhatian Anda, dan kemudian
Anda dapat bekerja sama untuk memperoleh jawaban yang dimaksud.

Di bawah ini adalah beberapa tips dasar untuk meningkatkan kemampuan diskusi dengan
anak-anak Anda tentang alkohol dan obat-obatan terlarang.
-- Jadilah pendengar yang baik. Yakinkanlah anak Anda merasa nyaman mengungkapkan
masalahnya kepada Anda. Dengarkanlah dengan hati-hati dan penuh perhatian semua yang
anak Anda katakan. Jangan Anda menjadi marah setelah mendengar semuanya. Bila perlu,
berikan jeda 5-10 menit untuk menenteramkan hati Anda bila diperlukan. Bila anak Anda
tidak menceritakan masalahnya, pancing-lah dengan pertanyaan-pertanyaan sekitar sekolah
dan aktifitasnya yang lain.
-- Sediakanlah waktu untuk mendiskusikan hal-hal yang sensitif. Penting bagi mereka untuk
mengetahui apakah orangtuanya tahu informasi yang benar tentang apa yang mereka
anggap penting.
-- Berikanlah dorongan. Perbanyaklah dorongan pada hal-hal yang telah dilakukan anak
dengan benar, dan jangan terlalu fokus pada hal-hal buruk atau salah yang telah
dilakukannya. Hal ini akan mendorong anak-anak untuk belajar merasakan hal-hal yang baik
bagi mereka, sehingga mereka dapat mengembangkan rasa percaya diri dalam membuat
keputusan yang menyangkut dirinya sendiri.
-- Sampaikan pesan dengan jelas. Saat Anda berbicara tentang penggunaan alkohol atau
penyalah gunaan obat-obatan, yakinkan diri Anda memberikan informasi yang jelas dan
langsung, sehingga anak mengetahui dengan tepat apa yang diharapkan dari dirinya.
Misalnya, Di dalam keluarga kita, dilarang minum minuman yang mengandung alkohol ! .
-- Berilah contoh yang baik. Di samping dari yang bersifat pengajaran, anak-anak belajar juga
dari contoh-contoh nyata. Banyak hal tingkah laku anak yang dicontoh dari orangtuanya.
Yakinkan diri Anda bahwa Anda sudah bertingkah laku yang benar, seperti yang Anda
harapkan dari anak Anda.
TIPS BERKOMUNIKASI DENGAN ANAK

Komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anak tidak selalu mudah berlangsung.
Anak-anak dan orang dewasa masing-masing memiliki gaya dan cara yang berbeda dalam
menanggapi pembicaraan. Di samping itu, timingdan suasana, juga mempengaruhi
suksesnya komunikasi yang akan dilangsungkan. Para orangtua diharapkan secara khusus
menyediakan waktunya, tanpa ada ketergesaan. Di bawah ini ada beberapa tips agar
komunikasi yang akan dijalain bisa lebih sukses.

Mendengarkan

-- Berikan perhatian penuh


-- Jangan memotong pembicaraan anak. Biarkan sang anak berbicara dan kemudian
menanyakan tanggapan Anda.

Memperhatikan

- Perhatikan ekspresi / mimik muka dan bahasa tubuh anak. Apakah anak Anda gugup atau
merasa tidak nyaman, seperti merengut, memainkan tangannya, menggoyang kaki, tidak
berani menatap mata Anda atau seringkali melihat jam dsb.? Atau anak Anda terlihat
tenang, tersenyum atau menatap langsung mata Anda ? Bacalah tanda-tanda ini untuk
69

mengetahui perasaan anak Anda yang sebenarnya.

- Sepanjang diskusi dengan anak Anda ini berlangsung, perhatikan apa yang dikatakannya.
Bila diskusi ini dilakukan dengan posisi duduk, dekatkanlah diri Anda. Bila dilakukan dengan
berjalan, peluklah bahunya. Dan sering-seringlah melakukan kontak mata.

Menanggapi

- Saya sangat tertarik dengan atau


Saya mengerti bahwa hal itu memang sangat sulit ..
adalah ungkapan yang lebih baik dibandingkan
Seharusnya kamu .. atau
Kalau saya seperti kamu atau
Waktu saya seumur kamu, saya ..

- Jika anak Anda menyampaikan hal-hal yang sesungguhnya tidak ingin Anda dengar,
jangan diabaikan

- Janganlah memberikan nasihat setelah setiap kalimat yang anak Anda nyatakan.
Lebih baik, dengarkanlah dengan hati-hati dan penuh perhatian pada hal-hal yang
dikatakan dan cobalah untuk mengerti perasaan yang sebenarnya di balik kata-kata
yang diucapkannya.

- Jakinkan bila Anda mengerti apa yang dimaksud oleh anak Anda. Bila perlu,
tanyalah untuk konfirmasi.

Pengobatan Narkoba:

1. Pengobatan adiksi (penggunaan habitual dan kompulsif /merasuki jiwa dari suatu obat
diiringi dengan bukti ketergantungan fisiologis. konsep adiksi juga diperluas
melampaui penyalahgunaan zat kimia agar dapat digunakan pada beberapa bentuk
kebiasaan perilaku maladaptif, seperti judi patologis.)(detoks)
2. Pengobatan infeksi
3. Rehabilitasi
4. Pelatihan mandiri

Pencegahan Narkoba:

1. Memperkuat keimanan
2. Memilih lingkungan pergaulan yang sehat
3. Komunikasi yang baik
4. Hindari pintu masuk narkoba yaitu rokok

Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama penderita dimandikan dengan air hangat, minum banyak, makan
makanan bergizi dalam jumlah sedikit dan sering dan dialihkan perhatiannya dari narkoba.
Bila tidak berhasil perlu pertolongan dokter. Pengguna harus diyakinkan bahwa gejala-gejala
sakaw mencapai puncak dalam 3-5 hari dan setelah 10 hari akan hilang.
Empat Cara Alternatif Menurunkan Risiko atau "Harm Reduction" :

1. Menggunakan jarum suntik sekali pakai


2. Mensuci hamakan (sterilisasi) jarum suntik
3. Mengganti kebiasaan menyuntik dengan menghirup atau oral dengan tablet
4. Menghentikan sama sekali penggunaan narkoba
70

Detoksifikasi
Detoksifikasi adalah proses menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif lain) dari tubuh
dengan cara menghentikan total pemakaian semua zat adiktif yang dipakai atau dengan
penurunan dosis obat pengganti.
Detoksifikasi bisa dilakukan dengan berobat jalan atau dirawat di rumah sakit. Biasanya
proses detoksifikasi dilakukan terus menerus selama satu sampai tiga minggu, hingga hasil
tes urin menjadi negatif dari zat adiktif.

Rehabilitasi

Setelah menjalani detoksifikasi hingga tuntas (tes urin sudah negatif), tubuh secara
fisik memang tidak ketagihan lagi, namun secara psikis ada rasa rindu dan kangen
terhadap zat tersebut masih terus membuntuti alam pikiran dan perasaan sang
pecandu. Sehingga sangat rentan dan sangat besar kemungkinan kembali mencandu
dan terjerumus lagi.
Untuk itu setelah detoksifikasi perlu juga dilakukan proteksi lingkungan dan pergaulan
yang bebas dari lingkungan pecandu, misalnya dengan memasukkan mantan
pecandu ke pusat rehabilitasi.

NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya)


bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi
tubuh terutama susunan saraf pusat/otak, sehingga menyebabkan
gangguan fisik, psikis dan fungsi sosial.

NAPZA mengacu kepada Narkotika dan Psikotropika Undang-


undang No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-undang
No.22 tahun 1997 tentang Narkotika

Istilah lain Narkoba: Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya


populer di masyarakat, media dan aparat hukum Madat: candu
(suatu golongan opioid)

6. Jenis NAPZA dibagi berdasarkan Undang-Undang Efeknya


terhadap Susunan Syaraf Pusat Yang terdapat di masyarakat serta
akibat pemakaiannya Penggunaan dalam Bidang Medik

7. UU No 22 tahun 1997 tentang Narkotika Zat atau obat yang


berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisintetis menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan.

8. Penggolongan Golongan I : digunakan untuk tujuan ilmu


pengetahuan, tidak ditujukan untuk terapi potensi sangat tinggi
menimbulkan ketergantungan , Contoh: heroin/putauw, kokain,
ganja

9. Heroin, putauw

10. Kokain

11. Ganja, hashis, kanabis

12. Golongan II: berkhasiat pengobatan, sebagai pilihan terakhir


digunakan dalam terapi atau pengembangan ilmu pengetahuan
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan Contoh: morfin,
petidin
71

13. Morfin, petidin

14. Golongan III: berkhasiat pengobatan banyak digunakan dalam


terapi atau pengembangan ilmu pengetahuan potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan Contoh : kodein

15. Narkotika yang sering disalahgunakan: Opiat: morfin, heroin


(putauw), petidin, candu, dan lain-lain Ganja atau kanabis,
mariyuana, hashis Kokain, yaitu serbuk kokain

16. UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika Zat atau obat,


alamiah maupun sintetis bukan narkotika berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

17. Penggolongan: GOLONGAN I: digunakan untuk kepentingan


ilmu pengetahuan tidak digunakan dalam terapi potensi amat kuat
mengakibatkan ketergantungan. Contoh: ekstasi, shabu, LSD

18. Halusinogenik:

19. GOLONGAN II: tujuan ilmu pengetahuan berkhasiat


pengobatan, dapat digunakan dalam terapi, potensi kuat
mengakibatkan ketergantungan. Contoh: amfetamin, metilfenidat
atau ritalin

20. GOLONGAN III : berkhasiat pengobatan dan banyak


digunakan dalam terapi tujuan ilmu pengetahuan potensi sedang
mengakibatkan ketergantungan Contoh : fenobarbital,
flunitrazepam

21. GOLONGAN IV berkhasiat pengobatan dan sangat luas


digunakan dalam terapi untuk tujuan ilmu pengetahuan potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan Contoh : diazepam,
bromazepam, fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide,
nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohipnol, Dumolid,
Mogadon

22. Psikotropika yang sering disalahgunakan Psikostimulansia:


amfetamin, ekstasi, shabu Sedatif dan Hipnotika (obat penenang
dan obat tidur): Mogadon (MG), BK, Dumolid (DUM), Rohypnol
(Rohyp), Lexotan (Lexo), Pil koplo dan lain-lain Halusinogen:
Lysergic Acid Diethylamide (LSD), Mushroom

23. ZAT ADIKTIF LAIN bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif


selain yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi: Alkohol
Keppres No. 3 tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian
Minuman Beralkohol. mengandung etanol (etil alkohol), menekan
susunan syaraf pusat. Merupakan gaya hidup atau bagian dari
budaya.

24. 3 golongan minuman beralkohol A : etanol 1-5%, (Bir) B :


etanol 5-20%, (Jenis-jenis minuman anggur ) C : etanol 20-45%,
(Wiski, Vodka, TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput)

25. Jenis alkohol lai berakibat fatal meskipun dalam konsentrasi


rendah. desinfektan, zat pelarut atau pembersih disalahgunakan
n metanol: spiritus

26. Inhalansia (gas yang dihirup) Solven (zat pelarut) mudah


menguap senyawa organik (benzil alkohol), terdapat pada: barang
72

keperluan rumah tangga, kantor pelumas mesin, sering disalah


gunakan Contoh: Lem, tiner, penghapus cat kuku, bensin.

27. Tembakau Pemakaian sangat luas di masyarakat. Kadar nikotin


yang bisa diserap oleh tubuh per batangnya 1-3 mg. Dosis letal: 60
mg nikotin sekali pakai. Pemakaian ROKOK dan ALKOHOL
terutama pada remaja, pintu masuk penyalahgunaan NAPZA

28. Kafein zat stimulansia dapat menimbulkan ketergantungan jika


dikonsumsi melebihi 100 mg /hari atau lebih dari dua cangkir kopi
ketergantungan psikologis. Minuman energi sering kali
menambahkan kafein dalam komposisinya.

29. Klasifikasi lain: Sama sekali dilarang narkotika golongan I dan


psikotropika golongan I Penggunaan dengan resep dokter
amfetamin, sedatif hipnotika Diperjual belikan secara bebas lem,
tinner, rokok dan lain-lain

30. BERDASARKAN EFEKNYA TERHADAP SUSUNAN


SYARAF PUSAT Golongan Depresan mengurangi aktifitas
fungsional tubuh merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya
tertidur dan tidak sadarkan diri. Opioida (morfin, heroin/putauw,
kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (obat tidur), tranquilizer (anti
cemas), alkohol dalam dosis rendah, dan lain-lain.

31. Golongan Stimulan merangsang fungsi tubuh dan


meningkatkan kegairahan kerja. menjadi aktif, segar dan
bersemangat . Golongan ini Kokain, Amfetamin (shabu, ekstasi),
Kafein.

32. Golongan Halusinogen menimbulkan efek halusinasi yang


bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan
daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat
terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis.
Golongan ini termasuk Kanabis (ganja), LSD, Mescalin,
Pensiklidin (PCP), berbagai jenis jamur, tanaman kecubung

33. NAPZA YANG TERDAPAT DI MASYARAKAT SERTA


AKIBAT PEMAKAIANNYA OPIOIDA Opioida dibagi 3
golongan besar yaitu: Opioida alamiah (opiat ): morfin, opium,
kodein Opioida semi sintetik: heroin/ putauw, hidromorfin Opioida
sintetik: meperidin, propoksipen, metadon Nama jalanannya:
putauw, ptw, black heroin, brown sugar

putauw proses 34. Heroin murni: bubuk putih Heroin yang


tidak murni: putih keabuan Getah opium poppy yang diolah
menjadi morfin > 10 morfin. Opioid sintetik: > 400 kali dari
morfin. Guna: analgetik kuat, berupa pethidin, methadon, Talwin,
kodein dan lain-lain

musuh Berbohong penipuan/pencurian atau tindak kriminal


lainnya. hilang rasa percaya diri, tidak ingin bersosialisasi,
membentuk dunia mereka sendiri. Lingkungan rasa ingin
menyendiri taraf kecanduan 35. Cara penyalahgunaan: disuntik
(ngipe, nyipet, ive, cucau) dihisap (ngedrag, dragon) Reaksi:
sangat cepat

36. KOKAIN bentuk: kokain hidroklorid berupa kristal putih, rasa


sedikit pahit dan lebih mudah larut dari free base. free base. tidak
berwarna/ putih, tidak berbau dan rasanya pahit Nama jalanan :
73

koka, coke, happy dust, charlie, srepet, snow/salju, putih .


Biasanya dalam bentuk bubuk putih

37. Cara penyalahgunaan: cara menghirup bubuk dengan penyedot


atau gulungan kertas, di bakar bersama tembakau yang sering
disebut cocopuff . bentuk padat : dihirup asapnya ( freebasing) .
Penggunaan dengan menghirup akan berisiko luka pada sekitar
lubang hidung bagian dalam.

38. Efek dari pemakaian kokain ini membuat pemakai merasa


segar, hilang nafsu makan, menambah rasa percaya diri, juga dapat
menghilangkan rasa sakit dan lelah.

39. KANABIS Nama jalanan: grass, cimeng, ganja, gelek, hasish,


marijuana, bhang Ganja berasal dari tanaman kanabis sativa dan
kanabis indica . Terkandung 3 zat utama yaitu tetrahidro
kanabinol, kanabinol dan kanabidiol

40. Cara penyalahgunaan: dihisap dengan cara dipadatkan


menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok. Efek:
cenderung merasa lebih santai rasa gembira berlebih (euforia),
sering berfantasi, aktif berkomunikasi, selera makan tinggi,
sensitif, kering pada mulut dan tenggorokan.

41. AMFETAMIN Nama generik: D-pseudo epinefrin yang


disintesa tahun 1887, dan dipasarkan tahun 1932 sebagai
dekongestan Nama jalanan: speed, meth, crystal, uppers, whizz
dan sulphate Bentuk: bubuk warna putih dan keabu-abuan

campur zat lain (disain) untuk mendapatkan efek yang


diharapkan/dikehendaki: white doft, pink heart, snow white, petir
yang dikemas dalam bentuk pil atau kapsul.42. Ada dua jenis
amfetamin: MDMA (methylene dioxy methamphetamin ) mulai
dikenal sekitar tahun 1980 dengan nama Ectacy atau Ekstasi.
Nama lain: xtc, fantacy pils, inex, cece, cein, e. tidak selalu berisi
MDMA karena merupakan designer drugs

43. Methamfetamin lama kerja lebih panjang dibanding MDMA


(dapat mencapai 12 jam) dan efek halusinasinya lebih kuat. Nama
lainnya shabu-shabu, SS, ice, crystal, crank. Cara penggunaan :
Dalam bentuk pil di minum peroral Dalam bentuk kristal, dibakar
dengan menggunakan kertas aluminium foil dan asapnya dihisap
(intra nasal) atau dibakar dengan menggunakan botol kaca yang
dirancang khusus (bong). Dalam bentuk kristal yang dilarutkan,
dapat juga melalui intra vena.

44. LSD (Lysergic acid) Termasuk dalam golongan halusinogen


Nama jalanan : acid, trips, tabs Bentuk: seperti kertas berukuran
kotak seperempat perangko dalam banyak warna dan gambar;
berbentuk pil, kapsul Cara: meletakkan permukaan lidah dan
bereaksi setelah 30-60 menit sejak pemakaian dan hilang setelah 8-
12 jam. Efek: tripping , yang biasa digambarkan seperti halusinasi
terhadap tempat, warna dan waktu.

45. SEDATIF-HIPNOTIK (BENZODIAZEPIN ) Digolongkan zat


sedatif (obat penenang) dan hipnotika (obat tidur), Nama jalanan
dari Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp. Cara: oral,
intra vena dan rectal. Di bidang medis: pengobatan kecemasan
(ansietas), panik hipnotik (obat tidur)
74

46. SOLVENT / INHALANSIA Uap dari bahan mudah menguap


yang dihirup. Contohnya: aerosol, aica aibon, isi korek api gas,
cairan untuk dry cleaning, tinner, uap bensin . Biasanya digunakan
secara coba-coba oleh anak dibawah umur golongan kurang
mampu/anak jalanan

kerusakan fungsi intelektual.47. Efek: pusing, kepala terasa


berputar, halusinasi ringan, mual, muntah, gangguan fungsi paru,
liver dan jantung. Kronis

kadar menurun: depresi48. ALKOHOL sering digunakan proses


fermentasi madu, gula, sari buah atau umbi-umbian. proses
penyulingan kadar alkohol tinggi mencapai 100%. Nama jalanan
alkohol: booze, drink Kadar dalam darah maksimum dicapai 30-90
menit eufori

Antipsikotik, Antiansietas, Antidepresan, Antiinsomnia,


Antimanik tergolong Psikotropika dan sebagian kecilnya tergolong
narkotika. pasien lebih baik atau bila mungkin sembuh dari
penyakit atau gangguannya. Psikofarmaka 49. PENGGUNAAN
NAPZA DALAM BIDANG MEDIK terapi medik

50. Narkotika Morfin, Petidin digunakan untuk mengatasi nyeri


yang di derita pasien kanker stadium terminal, nyeri kepala atau
nyeri lainnya yang sukar dihentikan dengan analgetika lainnya,
nyeri akibat pembedahan. Kodein: simptom batuk.

51. Psikotropika secara luas digunakan oleh dokter untuk


mengatasi gangguan mental dan perilaku. Untuk mengatasi nyeri
lambung, nyeri haid, nyeri dada atau proses psikosomatik lainnya
(golongan benzodiazepine)

52. Anti psikotik Chlorpromazin, haloperidol, trifluoperazin, tidak


menimbulkan ketergantungan dan sangat jarang disalahgunakan
pasien.

53. Antidepresan Amitriptilin, Imipramin, Fluoxetin, Sertralin, dll


tidak menimbulkan ketergantungan dan sangat jarang
disalahgunakan.

54. Golongan benzodiazepin efek sedasi seperti: diazepam,


clobazam, lorazepam, alprozolam efek hipnotik (tidur) seperti:
midazolam, triazolam, estazolam, nitrazepam sering
disalahgunakan.

55. Golongan Barbiturat fenobarbital untuk menginduksi tidur


yang bersifat long acting , juga dapat disalahgunakan.

56. Methylphenydate (Ritalin) derivat amphetamin stimulansia


susunan saraf pusat obat pilihan bagi anak dengan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas sering disalahgunakan.

Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Narkoba


Narkoba bisa memabukkan karena seluruh saraf-saraf dalam tubuh tidak berfungsi layaknya
orang normal sehingga orang yang mengkonsumsi narkoba seperti orang gila. Apabila terlalu
sering menggunakan narkoba maka kita akan ketagihan karena mengakibatkan ketergantungan
terhadap obat-obatan itu. Cara-cara apapun dilakukan oleh pemakai narkoba supaya bisa
membeli narkoba dengan cara merampok mencuri dan sebagainya.
75

D. Sanksi Yang Diberikan Kepada Pemakai Dan Pengedar Narkoba


Narkoba adalah obat-obatan yang biasa digunakan di kedokteran, tetapi apabila obat-obatan
tersebut disalahgunakan maka perbuatan itu termasuk melanggar hukum sehingga harus diberi
sanksi. Adapun sanksi-sanksi yang harus diberikan sebagai berikut:
Untuk pengedar sanksinya dipenjara selama 10 tahun dan didenda sebanyak 500 juta rupiah.
Tetapi apabila pengedar itu berstatus sebagai bandar atau bosnya maka dia dipenjara selama 20
tahun sampai dengan seumur hidup bahkan dihukum mati dan didenda 1 milyar rupiah.
Untuk penyimpang atau pembuat narkoba sanksinya dipenjara selama 7 tahun dan didenda
sebanyak 10 juta rupiah
Sanksi sanksi di atas terdapat di dalam undang-undang KUHP tentang narkoba yaitu:
UU No. 22 tahun 1997 pasal 79 ayat 1 bagi pengedar kelas teri (narkotika)
UU No. 5 tahun 1997 pasal 79 ayat 1 bagi pengedar kelas kakap (psikotropika)

BAB III
KESIMPULAN

Pada awalnya orang-orang khususnya remaja mengkonsumsi narkoba mulai dari SMP, Bahkan
sekarang narkoba juga sudah masuk ke SD. Modusnya sama mula-mula diberi, lama-kelamaan
menjadi ketergantungan. Harganya juga mula-mula gratis, dan setelah lama harganya makin
mahal, Karena sudah ketergantungan berapapun harganya akan dibeli. Jika pembelinya orang
kaya masih bisa dibeli, tetapi kalau orang miskin mau pakai apa mereka membelinya.
Factor pemicu seseorang menjadi pecandu narkoba antara lain Karena keluarganya berantakan.
Contohnya orang tua si pecandu bercerai. Dengan perceraian itu si anak jadi kurang Perhatian.
Factor pemicu yang lain pemahaman agama yang minim pengalaman yang kurang baik.
Banyak sekali jenis narkoba sekarang ini contohnya pil lexotan, Extaci, ganja, heroin,
morphine dan lain-lain. Cara mengkonsumsinya juga bervariasi sesuai jenis narkoba yang
dikonsumsi.
Sanksi bagi para si pecandu dan pengedar, sebenarnya sudah cukup memberatkan, apalagi
sekarang sudah banyak yang dihukum mati akibat kasus narkoba.
Sebenarnya pengedaran narkoba dapat dicegah dengan pengawasan yang intensif baik dari
polisi ataupun masyarakat terutama bagi para orang tua harus bisa mendidik anaknya supaya
tidak terjerumus ke lembah hitam. Bisa dengan pendekatan agama ataupun yang lainnya.
Kalau tidak diawasi, akankah semua remaja di Indonesia akan menjadi pecandu narkoba? Kita
berharap tidak demikian.

Anda mungkin juga menyukai