Anda di halaman 1dari 134

BAB I

KONSEP FARMAKOLOGI

Tujuan Pembelajaran Umum : Mahasiswa mampu memahami tentang konsep


farmakologi
Tujuan Pembelajaran Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan regulasi obat, aspek-
aspek biofarmasi

KONSEP DASAR FARMAKOLOGI

A. Definisi Farmakologi
Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan).
Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada
system biologis.
Farmasi (English: pharmacy, Latin: pharmacon) adalah bidang profesional
kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang
mempunyai tanggung-jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat.
Profesional bidang farmasis disebut farmasis atau apoteker.

B. Ruang Lingkup Farmakologi


Farmakologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang obat, terutama dalam
aspek efek dan nasib obat dalam tubuh. Obat sendiri merupakan senyawa kimia, yang pada
dosis tertentu digunakan dalam diagnosis, penanganan atau pencegahan penyakit. Obat
merupakan senyawa yang ketika masuk ke dalam tubuh dapat mempengaruhi fungsi tubuh,
dan juga dipengaruhi oleh tubuh. Pengaruh senyawa tersebut pada tubuh berupa suatu efek,
sedangkan pengaruh tubuh terhadap senyawa tersebut merupakan nasib obat dalam tubuh,
yang berupa absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi (ADME).

1
Kimia Medisinal
Kimia medisinal dan juga kimia organik merupakan ilmu yang termasuk
dalam bidang ilmu kimia. Namun dalam perkembangan farmakologi di era modern,
peran kimia organik dan kimia medisinal sangatlah penting. Dari ilmu tersebut
memberikan informasi yang berkaitan dengan hubungan struktur dengan aktivitas
obat, mekanisme aksi, farmakokinetika, stabilitas dan nasib obat dalam tubuh.
Pada kajian hubungan struktur-aktivitas, modifikasi struktur kimia obat dapat
mengubah aktivitas, jenis efek maupun nasib obat dalam tubuh. Kajian tersebut dapat
digunakan sebagai petunjuk dalam menentukan mekanisme aksi obat dan sisi aktif
obat. Perkembangan kimia medisinal komputansi mempermudah pakar kimia
medisinal dan farmakologi dalam menentukan seleksi awal suatu senyawa kandidat
obat, prediksi sisi aktif obat maupun target molekul obat dalam tubuh.

Farmakodinamika
Dalam farmakologi, mencakup informasi mengenai pengaruh obat terhadap
sistem biologi (tubuh), dan sebaliknya pengaruh tubuh terhadap obat. Ilmu yang
mengkaji pengaruh obat terhadap tubuh dinamakan Farmakodinamika. Definisi lain,
farmakodinamika adalah studi hubungan konsentrasi obat dengan efek biologi
(fisiologi atau biokimi) yang ditimbulkan. Aspek disiplin ilmu ini mencakup aksi
obat, mekanisme aksi obat dan target aksi obat baik pada organ, jaringan maupun sel.
Target kebanyakan obat dalam tubuh adalah reseptor. Reseptor merupakan suatu
makromolekul dalam membran sel atau dalam sel yang merupakan tempat dimana
obat berinteraksi untuk menghasilkan efek.

Farmakokinetika
Ilmu yang mempelajari efek tubuh terhadap obat, yang mencakup absorpsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi dinamakan Farmakokinetika. Absorpsi
merupakan suatu proses perpindahan obat dari tempat aplikasinya menuju ke sirkulasi
sistemik. Suatu obat, untuk menghasilkan suatu efek, maka harus tersedia dari
konsentrasi yang memadai pada tempat aksinya. Parameter keefektifan suatu obat
dalam proses absorpsi dinamakan ketersediaan hayati atau bioavailabilitas.
Bioavailabilitas merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan
2
kandungan obat dimana obat dapat mencapai tempat aksinya. Jika obat diberikan
secara oral, obat tersebut sebelum mencapai sirkulasi sistemik bisa mengalami
metabolisme di beberapa tempat (tergantung obatnya) yaitu usus halus, darah maupun
hati. Peristiwa tersebut dinamakan efek lintas pertama (First Pass Effect). Setelah
obat mengalami absorpsi, obat tersebut didistribusi.
Distribusi merupakan perpindahan obat dari sirkulasi sistemik menuju ke
suatu tempat di dalam tubuh (cairan dan jaringan). Dalam hal ini obat dalam sirkulasi
sistemik berada dalam dua bentuk, yaitu obat terikat protein dan obat bebas (obat
tidak terikat protein). Pada proses distribusi tersebut, obat diedarkan dalam sirkulasi
sistemik dengan bantuan protein plasma darah, dalam hal ini bentuk obat adalah
terikat protein. Kemudian, obat juga didistribusikan ke jaringan-jaringan tubuh.
Dalam hal ini, bentuk obat adalah obat tidak terikat protein atau obat bebas. Hanya
obat bebas atau yang tidak terikat protein yang dapat menembus jaringan tubuh
karena jika terikat protein menyebabkan ukurannya menjadi besar sehingga tidak bisa
menembus pori-pori membran untuk menuju ke jaringan-jaringan tubuh.
Proses selanjutnya adalah metabolisme, yaitu perubahan suatu senyawa
menjadi senyawa lain yang disebut metabolit yang terjadi pada sistem biologis. Obat
mengalami proses metabolisme, sebagian besar tujuannya adalah untuk
mempersiapkan proses ekskresi obat dari tubuh. Organ utama untuk proses
metabolisme obat adalah jari.Proses terakhir nasib obat dalam tubuh adalah ekskresi.
Ekskresi obat merupakan proses perpindahan obat dari sirkulasi sistemik (darah)
menuju ke organ ekskresi. Proses ini diperlukan untuk detoksifikasi obat karena jika
obat tidak mengalami ekskresi maka akan tinggal lama di dalam tubuh dan
menyebabkan ketoksikan. Organ utama untuk proses ekskresi adalah ginjal, dan obat
diekskresikan bersama dengan urine. Organ lain yang juga terlibat dalam proses
ekskresi obat adalah hati, paru-paru dan kulit. Obat yang diekskresi bersama dengan
feses adalah obat yang tidak mengalami absorpsi di saluran pencernaan (usus), atau
obat atau metabolitnya yang mengalami ekskresi melalui empedu dan tidak diabsorpsi
oleh usus.

Farmakologi Klinik dan Terapi


Peran ilmu farmakologi dalam dunia kesehatan semakin kuat seiring dengan
berkembangnya konsep pelayanan kefarmasian yang sebelumnya hanya berorientasi
3
kepada produk menjadi berorientasi kepada pasien. Istilah farmasi klinik mulai
muncul pertama kali pada tahun 1960an, yang kemudian berkembang pesat tidak
hanya di Amerika tetapi di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Peran farmasi klinik
dalam dunia kesehatan adalah melakukan evaluasi terhadap suatu pengobatan serta
memberikan masukan pengobatan terhadap tenaga kesehatan maupun pasien.
Berkaitan dengan itu, ilmu farmakologi berkembang pesat menjadi beberapa cabang
ilmu, diantaranya adalah farmakologi klinik dan terapi.
Farmakologi klinik merupakan penerapan baik farmakodinamika maupun
farmakokinetika pada pasien dengan penyakit. Farmakologi klinik mempelajari
interaksi obat dengan organisme hidup yaitu manusia. Ilmu tersebut digunakan
sebagai dasar bagi penggunaan obat yang rasional pada pasien, yaitu manjur, aman,
dan tepat biaya. Sedangkan farmakoterapi berhubungan dengan penggunaan obat
untuk pencegahan suatu penyakit serta penggunaan obat untuk mengubah fungsi
normal tubuh untuk tujuan tertentu. Dalam ilmu tersebut mempelajari tentang
penggunaan obat yang menghasilkan efek yang sesuai atau diinginkan tanpa
menghasilkan efek samping atau mempunyai efek samping yang minimum.
Farmakologi klinik dan terapi menitikberatkan pada beberapa aspek antara lain
penggunaan terapi suatu obat dan indikasi, kontraindikasi, faktor-faktor yang dapat
mengubah aksi dan nasib obat dalam tubuh, regimen dosis, bioavailabilitas obat, dan
evaluasi medication error.

Toksikologi
Toksikologi merupakan suatu ilmu farmakologi yang berhubungan dengan
efek samping atau sifat toksik suatu senyawa kimia. Toksikologi tidak hanya
berkaitan dengan aspek toksik obat yang digunakan dalam proses terapi namun juga
aspek toksik dari senyawa kimia lainnya (misalnya poluta, racun dan lain sebagainya)
dalam skala rumah tangga, industri, maupun lingkungan. Ilmu toksikologi
berkembang menjadi beberapa ilmu, diantaranya toksikologi forensik dan toksikologi
klinik. Toksikologi forensik menitikberatkan pada aspek medikolegal penggunaan
suatu senyawa kimia berbahaya terhadap manusia atau hewan. Toksikologi klinik
berkaitan dengan kejadian toksisitas yang dipicu oleh penggunaan obat pada pasien.
Disamping hal yang telah disebutkan di atas, toksikologi juga mengkaji efek
samping obat atau reaksi obat yang merugikan. Hampir semua obat mempunyai efek
4
toksik karena sebenarnya obat itu adalah racun. Obat berfungsi sebagai obat jika
digunakan pada dosis yang sesuai, namun jika berlebihan (overdosis) akan berpotensi
menghasilkan toksisitas dan jika dosisnya rendah tidak akan memberikan efek yang
diharapkan. Contoh efek samping atau reaksi obat yang merugikan adalah reaksi
alergi, hepatotoksik, nefrotoksik, teratogenik, ketergantungan dan toleransi obat, serta
karsinogenik.

Aspek Biofarmasi

Farmakologi adalah ilmu yang memelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya,
baik sifat kimiawi maupun fisikanya, kegiatan fisiologi, resorbsi, dan nasibnya dalam organisme
hidup. Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati,
mendiagnosis penyakit atau gangguan, atau menimbulkan kondisi tertentu. Misalnya, membuat
seseorang infertile, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan. Ilmu khasiat obat ini
mencakup beberapa bagian, yaitu farmakognosi, biofarmasi, farmakokinetika, dan
farmakodinamika, toksikologi, dan farmakoterapi.
Farmakognosi adalah cabang ilmu farmakologi yang memelajari sifat-sifat tumbuhan dan
bahan lain yang merupakan sumber obat. Farmakoterapi adalah cabang ilmu yang berhubungan
dengan penggunaan obat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit. Dalam farmakoterapi ini
dipelajari aspek farmakokinetik dan farmakodinamik suatu obat yang dimanfaatkan untuk
mengobati penyakit tertentu. Toksikologi adalah ilmu yang memelajari keracunan zat kimia
termasuk obat, zat yang digunakan dalam rumah tangga, industri maupun lingkungan hidup lain,
seperti insektisida, pestisida, dan zat pengawet. Dalam cabang ilmu ini juga dipelajari juga cara
pencegahan, pengenalan dan penanggulangan kasus-kasus keracunan. Biofarmasi adalahbagian ilmu
yangmeneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek terapeutiknya. Farmakologi terbagi menjadi 2
subdisiplin, yaitu:
1. farmakokinetik ialah apa yang dialami obat yang diberikan pada suatu makhluk hidup, yaitu
absorbsi (A), distribusi (D), metabolisme atau biotransformasi (M), dan ekskresi (E);
2. farmakodinamik merupakan pengaruh obat terhadap sel hidup, organ atau makhluk hidup.

Obat-obat yang digunakan pada terapi dapat dibagi dalam empat golongan besar, yaitu obat

5
farmakodinamik, obat kemoterapetik, obat tradisional dan obat diagnostik. Obat farmakodinamik
bekerja meningkatkan atau menghambat fungsi suatu organ. Misalnya, furosemide sebagai diuretic
meningkatkan kerja ginjal dalam produksi urin atau hormone estrogen pada dosis tertentu dapat
menghambat ovulasi dari ovarium. Obat kemoterapetik bekerja terhadap agen penyebab penyakit,
seperti bakteri, virus, jamur atau sel kanker. Obat ini mempunyai sebaiknya memiliki kegiatan
farmakodinamika yang sekecil-kecilnya terhadap organisme tuan rumah dan berkhasiat membunuh
sebesar-besarnya terhadap sebanyak mungkin parasite (cacing, protozoa) dan mikroorganisme
(bakteri dan virus). Misalnya, pirantel pamoat membunuh cacing pada dosis yang aman bagi
manusia. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan,
mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Misalnya, daun kumis kucing,
minyak ikan, ekstrak daun mengkudu, dan lain-lain. Obat diagnostik merupakan obat pembantu
untuk melakukan diagnosis (pengenalan penyakit). Misalnya, dari saluran lambung usus (barium
sulfat) dan saluran empedu (natrium miopanoat dan asam iod organik lainnya).
Pada bab-bab selanjutnya, kita juga akan menggunakan sebutan obat paten atau spesialit
dan obat generik. Obat paten atau branded generik adalah obat milik suatu perusahaan dengan
nama khas yang dilindungi hukum, sedangkan nama generik adalah nama resmi suatu obat yang dapat
digunakan di semua negara tanpa melanggar hak paten obat yang bersangkutan. Sebagai contoh
berikut ini.

Nama Kimia Nama Generik Nama Paten dan Branded Generik


Asam asetilsalisilat Asetosal Aspirin (Bayer)
Aspilet (United American)
Ascardia (Pharos)
(6R)-6-[α-d-(4- Amoksisilin Amoxil (GlaxoSmithKline)
Hydroxyphenyl)glycylamino Amoksan (Sanbe)
]penicillanic acid Kalmoxillin (Kalbe Farma)
Lapimox (Lapi)

Regulasi Obat

6
Obat merupakan bahan yang di regulasi oleh pemerintah, dalam hal ini oleh Badan POM.
Tujuan regulasi adalah melindungi konsumen dari efek yang merugikan karena kualitas atau
keamanannya. Di Indonesia obat yang beredar dikelompokkan dalam 5 kelompok sebagai
berikut.
1. Obat Keras
Obat golongan ini hanya dapat dibeli dengan resep dokter. Obat golongan ini dianggap tidak
aman atau penyakit yang menjadi indikasi obat tidak mudah didiagnosis oleh orang awam.
Obat golongan ini bertanda dot merah.Contoh obat keras adalah antibiotika,
antihistaminika untuk pemakaian dalam dan semua obat suntik. Psikotropika adalah zat
atau obat baik alamiah atau sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku. Contoh zat psikotropik adalah fenobarbital, diazepam, dan
amitriptilin.
2. Obat Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan
ketergantungan. Golongan narkotika penjualannya diawasi secara ketat untuk membatasi
penyalahgunaannya. Obat golongan ini bertanda palang merah. Contoh obat golongan
narkotika adalah kodein yang juga dapat menekan batuk.

3. Obat keras terbatas


Obat ini dapat dibeli di apotek atau di toko obat dan harus dalam bungkusan aslinya dan
tertera penandaan, misalnya “P6 Awas obat keras, hanya untuk bagian luar dari badan”. Obat
golongan ini bertanda dot biru. Contoh obat keras terbatas adalah Caladin lotion, Cenfresh
tetes mata.
4. Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter dalam bungkusan dari pabrik
yang membuatnya secara eceran. Obat golongan ini bertanda dot hijau. Contoh obat bebas
adalah Panadol tablet, obat batuk hitam.
5. Obat tradisional
Yakni obat yang mengandung tanaman obat herbal. Ada 3 kategori obat tradisional di

7
BAB II
FARMAKOKINETIKA (ADME) DAN FARMAKODINAMIKA OBAT

Tujuan Pembelajaran Umum : Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami


prinsip-prinsip farmakologi
Tujuan Pembelajaran Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan farmakokinetika dan
farmakodinamika obat

PRINSIP-PRINSIP FARMAKOLOGI

1. Pengertian Farmakokinetika

Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau
efek tubuh terhadap obat. suatu imu yang mempelajari proses Absorrpsi,
Distribusi, Metabolisme dan Ekskresi ( ADME ) obat dalam tubuh.

2. Absorpsi dan Biovabilitas

Absorpsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian,


menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses tersebut. Kelengkapan
dinyatakan dalam persen dari jumlah obat yang diberikan.
Biovabilitas merupakan jumlah obat, dalam persen terhadap dosis, yang
mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh/aktif.

8
Gambar Proses Absorpsi

a. Metode absorpsi

- Transport pasif

Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses difusi obat dapat
berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah.
Transport aktif terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang membrane dan
berhenti bila konsentrasi pada kedua sisi membrane seimbang.
- Transport Aktif
Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat dari daerah dengan
konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tinggi

b. Kecepatan Absorpsi

Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya sedikit sel. Absorpsi
terjadi cepat dan obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh.

 Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi


 Lebih lambat: oral, IM, topical kulit, lapisan intestinal, otot
 Lambat sekali, berjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustained frelease.

c. Faktor yang mempengaruhi penyerapan

 Aliran darah ke tempat absorpsi


 Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi
 Waktu kontak permukaan absorpsi

9
d. Kecepatan Absorpsi

 Diperlambat oleh nyeri dan stress, Nyeri dan stress mengurangi aliran darah,
mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi gaster
 Makanan tinggi lemak, Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat
pengosongan lambung dan memperlambat waktu absorpsi obat
 Faktor bentuk obat, Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan,
sustained release, dll)
 Kombinasi dengan obat lain, Interaksi satu obat dengan obat lain dapat
meningkatkan atau memperlambat tergantung jenis obat

Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke seluruh tubuh.
Hepar memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini yang disebut dengan
efek first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga
menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sistemik, jadi dosis obat yang diberikan harus
banyak.
3. Distribusi

Setelah diabsorpsi, obat akan didistribusi ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah.
Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat
fisikokimianya. Distribusi obat dibedakan atas 2 fase berdasarkan penyebarannya
di dalam tubuh. Distribusi fase pertama terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke
organ yang perfusinya sangat baik misalnya jantung, hati, ginjal, dan otak.
Selanjutnya, distribusi fase kedua jzuh lebih luas yaitu mencakup jaringan yang
perfusinya tidak sebaik organ di atas misalnya otot, visera, kulit dan jaringan
lemak.

4. Ekskresi

10
Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk
metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Obat atau metabolit
polar diekskresi lebih cepat daripada obat larut lemak, kecuali pada ekskresi
melalui paru. Ginjal merupakan organ ekskresi yang terpenting. Ekskresi disini
merupakan resultante dari 3 proses, yakni filtrasi di glomerulus, sekresi aktif di
tubuli proksimal, dan rearbsorpsi pasif di tubuli proksimal dan distal.

5. Dosis

Dosis obat adalah jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan
efek tertentu terhadap suatu penyakit. Jika dosis terlalu rendah, maka efek terapi
tidak tercapai. Sebaliknya jika berlebih, bisa menimbulkan efek toksik atau
keracunan bahkan kematian.

Macam-macam dosis obat berdasarkan takaran yang digunakan :


1. Dosis terapi atau dosis lazim adalah takaran yang diberikan dalam keadaan biasa dan
dapat menyembuhkan.
2. Dosis maksimal (DM) adalah takaran terbesar yang dapat diberikan kepada orang dewasa
untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan.
3. Lethal dose 50 adalah takaran yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan.
4. Lethal dose 100 adalah takaran yang menyebabkan kematian pada 100% hewan
percobaan.
5. Dosis toksis adalah takaran pemberian obat yang dapat menyebabkan keracunan, tetapi
tidak menyebabkan kematian.
11
6. Dosis sinergis, bila dalam suatu resep terdapat dua atau lebih bahan obat yang berDM
dan mempunyai efek yang sama maka dihitung DM gabungann yang tidak boleh lebih
dari satu.
Faktor – faktor yang mempengaruhi dosis obat antara sebagai berikut :
1. Umur
Umur pasien merupakan suatu pertimbangan untuk menentukan dosis obat. Dosis obat
memiliki kekhususan dalam perawatan neonatal (kelahiran baru), pasien pedriatik dan
geriatik. Dosis yang diperuntukan bagi pediatrik merupakan pecahan dari dosis orang
dewasa. Tergantung pada umur pasien dan secara relative terhadap pasien yang lebih
muda.
2. Berat Badan
Dosis lazim secara umum dianggap cocok untuk orang dengan berat badan 70 kg (150
pound). Rasio antara jumlah obat yang digunakan dan ukuran tubuh mempengaruhi
konsentarsi obat pada tempat kerjanya. Untuk itu dosis obat memerlukan penyesuaian
dari dosis biasa untuk orang dewasa ke dosis yang tidak lazim, pasien kurus atau gemuk,
penentuan dosis obat untuk pasien yang lebih muda, berdasarkan berat badan lebih tepat
diandalkan dari pada yang mendasarkan kepada umur sepenuhnya.
Dosis obat berdasarkan kepada berat badan, dinyatakan dalam milligram (obat)
perkilogram (berat badan).
3. Luas Permukaan Tubuh
Suatu formula untuk menentukan dosis anak berdasarkan pada luas permukaan tubuh
yang relatif dari dosis orang dewasa sebagai berikut :
Luas Permukaan tubuh anak
Luas Permukaan tubuh dewasa
Luas permukaan perseorangan bisa ditentukan dari suatu monogram yang membuat skala
tinggi, lebar, dan luas permukaan.
4. Jenis Kelamin
Wanita dipandang lebih mudah terkena efek obat-obatan dari pada laki-laki, dan dalam
beberapa hal perbedaan ini dianggap cukup memerlukan pengurangan dosis.
5. Status Patologi
Efek obat-obatan tertentu dapat dimodifikasikan oleh kondisi patologi pasien dan harus
dipertimbangkan dalam penentuan obat yang akan digunakan dan juga dosisnya yang tepat.
Obat-obat yang memiliki potensi berbahaya tinggi pada suatu situasi terapentik tertentu
12
hanya boleh dipakai apabila kemungkinan manfaatnya melebihi kemungkinan resikonya
terhadap pasien, dan bila sudah tidak ada lainnya yang cocok dan kemungkinan
keracunannya lebih rendah.
6. Toleransi
Kemampuan untuk memperpanjang pengaruh suatu obat, khususnya apabila dibutuhkan
untuk pemakaian bahan yang terus menerus disebut toleransi obat. Efek toleransi obat ialah
obat yang dosisnya harus ditambah untuk menjaga respon terapeutik tertentu. Untuk
kebanyakan obat-obatan pengembang toleransi dapat diperkecil dengan cara memprakasai
terapi dengan dosis efektifnya yang terendah dengan cara mencegah perpanjangan
pemakaian
7. Terapi dengan obat yang diberikan secara bersamaan.
Efek-efek suatu obat dapat dimodifikasikan dengan pemberian obat lainnya secara
bersamaan atau sebelumnya. Keterlibatan semacam ini antara obat-obatan dihubungkan
atau dirujuk pada interaksi obat-obatan dan merupakan akibat interaksi obat-obatan secara
fisik, kimiawi, atau karena terjadinya perubahan pada pola absorpsi, distribusi, metabolisme
atau eksresi salah satu obat tersebut. Efek dari interaksi obat dapat bermanfaat dan
mengganggu terapi.
8. Waktu Pemakaian
Waktu ketika obat itu dipakai mempengaruhi dosisnya. Hal ini terutama pada terapi oral
dalam hubungannya dengan makanan. Jadwal waktu yang tepat dari dosis obat merupakan
suatu faktor penyakit dan kadar obat dalam tubuh yang diharapkan, sifat fisika kimia obat
itu sendiri, rancangan bentuk sediaan dan derajat serta kecepatan absorpsi obat.
Cara menghitung dosis obat
Banyak cara yang dapat digunakan untuk menghitung dosis obat antara lain :
1. Berat badan
Dengan cara mengalikan berat badan pasien tersebut dengan dosis obat, maka akan
diperoleh dosis obat untuk pasien tersebut.
Rumus Thermich

n : berat badan dalam kilogram

Rumus untuk menentukan persentase DM obat


13
Persentase DM sekali:

Persentase DM sehari :

2. Luas permukaan tubuh


Menentukan titik potong pada skala nomogram antara tinggi badan dengan berat badan
seseorang, maka akan didapat luas permukaan tubuh dalam meter persegi.
3. Umur pasien
Untuk pasien anak-anak bisa berdasarkan umur dalam tahun, umur dalam bulan, atau
berdasarkan umur pada ulang tahun yang akan datang. Ada juga perhitungan dosis obat
untuk anak-anak berdasarkan berat badan baik kilogram atau dalam pon.
Perhitungan dosis obat untuk anak-anak berdasarkan umur dikenal dengan rumus sebagai
berikut :
a. Rumus young (untuk anak-anak usia 1-8 tahun). Rumusnya sebagai berikut :

n: umur dalam tahun

b. Rumus dilling (untuk anak Besar-sama dengan 8 tahun)

n : umur dalam tahun

c. Rumus Fried (untuk bayi)

14
n : umur dalam bulan

Menghitung Dosis Obat Tablet atau Pil atau Kaplet

Obat tablet adalah adalah obat bubuk yang terdiri dari satu atau lebih macam obat yang
dipadatkan dalam bentuk lonjong atau lempengan yang hanya dapat biberikan melalui oral atau
mulut dan sublingual (bawah lidah).
adapun rumus yang dapat digunakan untuk menghitung dosis obat tablet atau pil atau kaplet ini
sangatlah mudah yaitu:

Sediaan obat adalah jumlah total kandungan dalam satu tablet, pil, kaplet, vial, atau
ampul.
Contoh:
Dokter meminta memberikan paracetamol tablet 250 mg, satu kaplet obat memiliki sediaan
500mg.
Jawab:
250 mg / 500 mg = 1/2 tablet

Kalau untuk menghitung dosis obat tablet bagi bagi anak-anak, remaja atau dewasa mungkin
gampang, tapi kadang agak sedikit susah jika kita akan menghitung dosis obat tablet pada bayi.
Contoh:
Dokter meminta memberikan order resep "luminal tablet 5 mg, 3 dd 1 pulvus no. X.
Jawab:
Dalam hal ini dokter ingin agar kita membagi satu obat tablet luminal 5 mg menjadi sepuluh
bagian. order sederhana dari resep diatas adalah luminal tablet 0,5 mg, sedangkan sediaan obat
adalah 5 mg.

Kita dapat menghitung dosis obat tablet diatas dengan menggunakan rumus:

15
order dokter/ sediaan obat
5 mg/10 = 0,5 mg

Kita telah menghitung dosis obatnya namun kita belum dapat menghitung seberapa banyak
yangj harus kita berikan untuk itu perlu kita mengubah rumus diatas sedikit, yaitu menjadi:

Berat obat adalah bobot obat per satu kaplet/pil/ kapsul dalam satuan berat (mg (miligram) atau
g (gram) tanpa mempertimbangkan jumlah sediaan obat.
Jumlah/ Banyak sediaan adalah banyaknya sediaan obat yang diminta oleh dokter.

Pertama kita harus menimbang berat satu pil tersebut, misal berat obat luminal 5 mg adalah 1 g.
Berat obat / jumlah sediaan obat

1 g/ 10 = 0,1 g atau 100 mg.

Dengan demikian 100 mg luminal tablet mengandung sediaan 0,5 mg luminal.

Menghitung Dosis Obat Sirup

Obat sirup adalah satu atau lebih macam obat yang dilarutkan dalam air yang berikan tambahan
eliksir atau pemanis yang hanya dapat diberikan melalui mulut atau oral. Yang termasuk obat
sirup adalah obat drop, obat suspensi, dan tentunya obat sirup.
Untuk menghitung dosis obat sirup kita menggunakan rumus:

16
Contoh:
Dokter membuat resep " Sanmol Forte syrup 120 mg prn. Sediaan obat Sanmol Forte syrup ialah
240 mg tiap 5 mL (mililiter)

Jawab:
120 mg / 240 mg X 5 ml = 2,5 ml = 1/2 cth

Rumus ini juga berlaku untuk menghitung obat intravena atau serbuk yang tidak harus
menggunakan batas waktu atau alat mesin syringe pump

Contoh:
Metronidazole injeksi 3 dd x 150 mg. Sediaan obat Metronidazole injeksi untuk setiap 100 mL
adalah 500 mg.

Jawab:
150 mg/ 500 mg X 100 ml = 30 ml

Menghitung Dosis Obat Serbuk

Obat serbuk adalah satu atau lebih jenis obat yang berbentuk bubuk dan harus dilarutkan dengan
air dan hanya dapat diberikan melalui intravena. Yang termasuk obat serbuk ini adalah obat-obat
antibiotik, seperti ceftriaxone, cefotaxim, dan lainnya.
Untuk menghitung dosis obat serbuk, dibutuhkan kreatifitas dalam menambahkan pelarutnya,
walau pada umumnya obat antibiotik serbuk dilarutkan dengan 10 cc aquabides sebelum diberikan
kepada pasien atau sebelum dicampur dengan cairan pelarut yang lebih banyak lagi jumlahnya.

Rumus untuk menghitung dosis obat serbuk sama saja dengan rumus menghitung dosis obat sirup.
Kita memiliki kebebasan dalam melarutkan obat serbuk, namun hal yang perlu diingat adalah
jumlah pelarut jangan terlalu pekat atau sedikit. Jika jumlah pelarut terlalu sedikit, maka pada saat
diberikan akan terasa sangat sakit. Jangan Pula terlalu banyak.
17
Contoh:
Ceftriaxone inj 3 dd 330 mg IV.

Jawab: 330 mg / 1000 mg X 10 cc = 3,3 cc

Pada kasus ini, kurang baik jika kita menggunakan pelarut sebanyak 10 cc, karena jika kita akan
menarik cairan sebanyak 3,3 cc susah mengukurnya. Maka akan lebih baik jika kita menggunakan
pelarut sebanyak 9 cc.

Solusi Jawaban: 330 mg/ 1000 mg X 9 = 3 cc.

Menghitung Dosis Obat Menggunakan Alat

Kadang kala obat-obatan yang akan diberikan melalui intravena perlu waktu yang lama dalam
pemberiannya dan berkesinambungan atau jumlahnya sangat sedikit dan berkesinambungan, dalam
pemberiannya perlu menggunakan alat infus pump atau syringe pump.
Contoh obat ini adalah: lasix (Furosemid), heparin (Inviclot), cordaron (Amiodaron), dobutamin,
dopamin, dan lainnya silahkan anda cari tahu sisanya.
Rumus untuk mencari dosis obat menggunakan alat ialah:

Contoh:
Heparin 1000 IU /jam. Sediaan obat 1 ml Heparin adalah 5000 IU, Jumlah pelarut 100 cc.
Jawab:
1000 IU/60 menit X 60 mggtt/cc X 100 cc / 5000 IU = 20 cc/jam Contoh:
Perhatian:

 Dalam menghitung dosis obat yang akan diberikan menggunakan alat, perlu diperhatikan
kesamaan satuan dosis yang digunakan dengan sediaan obat. Misal: Order dokter 0,05

18
mikrogram tetapi sediaan obat ialah 200 mg. Maka kita harus mengubah 200 mg menjadi
200.000 mcg

 Hal lain yang perlu diperhatikan dalam menghitung obat adalah waktu pemberian.
Misalnya: Dobutamin 0,1 mcg/kg BB/jam, maka kita harus mengubah jam 60 menit.
Namun Jika order dokter 0,01 /kg BB/ menit, maka menit adalah 1 menit.

Contoh:
Dopamin 0,1 mcg /kg BB/ menit. Sediaan obat adalah adalah 200 mg. berat badan pasien 60 kg,
Obat akan dilarutkan dalam 50 cc NS.
Jawab:
0,1 mcg/ 1 menit X 60 mgtt/cc X 60 kg X 50 cc / 200.000 mcg= 0,09 ml

Umumnya efek obat mempunyai aksi lebih dari satu, dan dapat berupa :
1. Efek terapi, yang merupakan satu-satunya pada letak primer. Ada 3 macam pengobatan terapi,
yaitu terapi kausal (obat yang meniadakan penyebab penyakit), terapi somtomatik (obat yang
menghilangkan gejala penyakit), terapi subtitusi (obat yang menggantikan zat yang lazim
dibuat oleh orang yang sakit).
2. Efek samping, efek obat yang tidak diinginkan untuk tujuan efek terapi dan ikut pada kegunaan
terapi.
3. Efek teratogen, efek obat yang pada dosis terapi untuk ibu mengakibatkan cacat pada janin.
4. Efek toksis, aksi tambahan dari obat yang lebih berat dari efek samping dan mempunyai efek
yang tidak diinginkan.
5. Toleransi, peristiwa dinaikkannya dosis obat terus menerus untuk mencapai efek teraupetis yang
sama.

6. Efek Obat dan Efek Samping

Efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak


diharapkan dan berbahaya yang diakibatkan oleh suatu
pengobatan.

19
Contoh dari efek samping obat yang biasanya terjadi:
1. Aborsi atau keguguran, akibat Misoprostol, obat yang digunakan untuk pencegahan
(gastric ulcer) borok lambung yang disebabkan oleh obat anti inflamasi non
steroid.
2. Ketagihan, akibat obat-obatan penenang dan analgesik seperti diazepam serta
morfin.
3. Kerusakan janin, akibat Thalidomide dan Accutane.
4. Pendarahan usus, akibat Aspirin.
5. Penyakit kardiovaskular, akibat obat penghambat COX-2.
6. Tuli dan gagal ginjal, akibat antibiotik Gentamisin.
7. Kematian, akibat Propofol.
8. Depresi dan luka pada hati, akibat Interferon.
9. Diabetes, yang disebabkan oleh obat-obatan psikiatrik neuroleptik.
10. Diare, akibat penggunaan Orlistat.
11. Disfungsi ereksi, akibat antidepresan.
12. Demam, akibat vaksinasi.
13. Glaukoma, akibat tetes mata kortikosteroid.
14. Rambut rontok dan anemia, karena kemoterapi melawan kanker atau leukemia.
15. Hipertensi, akibat penggunaan Efedrin. Hal ini membuat FDA mencabut status
ekstrak tanaman efedra (sumber efedrin) sebagai suplemen makanan.
16. Kerusakan hati akibat Parasetamol.
17. Mengantuk dan meningkatnya nafsu makan akibat penggunaan antihistamin.
18. Bunuh diri akibat penggunaan Fluoxetine, suatu antidepresan

Beberapa efek samping/ bahaya yang bisa ditimbulkan akibat mengkonsumsi anti biotik dan
obat-obatan dalam jangka waktu lama :

1. Infeksi organ intim 20

2. Gangguan pencernaan
3. Menimbulkan Alergi
4. Gangguan fungsi jantung
7. Prinsip Farmakokinetik
Pendahuluan
Membran sel terdiri dari suatu lapisan lippoprotein. Membran dapat ditembus dengan
mudah oleh zat-zat tertentu dan sukar dilalui oleh zat lain ( semipermeabel)
Mekanisme pengangkutan obat melintasi membran sel ada 2 cara, yaitu :
a. Secara Pasif (tanpa menggunakan energi)
Ø Filtrasi : melalui pori-pori kecil dari membran misal air
Ø Difusi : zat melarut dalam lapisan lemak dari membran sel
b. Secara Aktif (menggunakan energi)
Pengangkutan dilakukan dengan mengikat zat hidrofil pada enzim pengangkut spesifik
Misal : glukosa, asam amino, garam

Absorbsi
Dipengaruhi oleh bebrapa faktor :
a. Kelarutan obat
b. Kemampuan difusi obat
c. Konsentrasi obat
d. Sirkulasi pada letak absorbsi
e. Luas permukaan kontak obat

21
f. Bentuk sediaan obat
g. Cara pemakaian obat

Distribusi
Setelah obat diabsorbsi akan tersebar melalui sirkulasi darah keseluruhan badan, melalui
membran sel agar tercapai tepat pada efek aksi

Metabolisme/ biotransformasi
Tujuan : pengubahan molekul obat sehingga diekskresi ginjal
Obat dimetabolisme oleh enzim mikrosom di RE sel hati
Hal-hal yang mempengaruhi metabolisme :
· Fungsi hati
· Usia
· Genetik
· Pemakaian obat secara bersamaan

Ekskresi
Pengeluaran obat metabolitnya dari tubuh melalui :
· Ginjal melalui air seni
· Kulit bersama keringat
· Paru-paru dengan pernafasan keluar
· Hati melalui saluran empedu
· ASI
· Usus
8. Pengertian Farmakodinamik

Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek


biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan
mempelajari farmakodinamik adalah untuk meneliti efek utama obat,
mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta
spektrum efek dan respons yang terjadi (Gunawan, 2009).
9. Macam-macam Resep Obat
Berikut adalah 10 obat yang paling banyak diresepkan (diurutkan berdasar peringkat tertinggi)
:
22
1. Hydrocodone (dikombinasi dengan acetaminophen) -- 131.2 juta resep
2. Obat penurun kolesterol generik merek Zocor (simvastatin), -- 94.1 juta resep
3. Lisinopril (termasuk yang dijual dengan merek Prinivil dan Zestril), obat penurun tekanan
darah -- 87.4 juta resep
4. Hormon tiroid sintetis generik merek Synthroid (levothyroxine sodium), -- 70.5 juta resep
5. Obat penurun tensi/angina generik merek Norvasc (amlodipine besylate), -- 57.2 juta resep
6. Obat antasida generik merek Prilosec (omeprazole), -- 53.4 juta resep (belum termasuk
penjualan secara bebas/otc)
7. Obat antibiotik Azithromycin (termasuk yang dijual dengan merek Z-Pak dan Zithromax), -
- 52.6 juta resep
8. Antibiotik Amoxicillin (dengan berbagai macam merek), -- 52.3 juta resep
9. Obat diabetes generik Glucophage (metformin), -- 48.3 juta resep
10. Obat penurun tensi Hydrochlorothiazide (dengan beragam merek), -- 47.8 juta resep.

10. Obat dengan nilai penjualan tertinggi


Memang bukan hal yang mengejutkan kalau obat-obat generik bukanlah sumber pendapatan
tertinggi bagi para produsen obat. Buktinya, meskipun obat generik paling banyak diresepkan,
tetapi obat yang sudah lepas masa patennya ini tidak mencatat nilai penjualan tertinggi. Obat-
obat yang paling banyak menghabiskan biaya bagi pasien adalah obat-obat paten yang masih
terbilang baru dan masih mendapat perlidungan dari kompetisi obat generik. IMS melaporkan,
bahwa rakyat Amerika menghabiskan sekurangnya 307 miliar dollar AS untuk menebus resep
obat pada 2010. Angka ini naik 2,3 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 300 miliar
dollar AS. Inilah 10 nama obat yang paling banyak menguras kantong pasien di AS :
1. Lipitor, obat penurun kolestrol
2. Nexium, obat antasida
3. Plavix, obat pengencer darah
4. Advair Diskus, inhaler untuk asma
5. Abilify, obat antipsikotik
6. Seroquel, obat antipsikotik
7. Singulair, obat oral untuk asma
8. Crestor, obat penurun kolesterol
9. Actos, obat diabetes
10. Epogen, obat anemia yang disuntikan
23
11. Proses yang dialami Obat dalam Tubuh yang Sakit Maupun Sehat
Saat kita sakit, umumnya kita mengonsumsi obat. Obat yang kita minum tersebut dapat
menyingkirkan penyebab penyakit, menghilangkan gejala penyakit, atau menghilangkan
akibat lanjutan dari suatu penyakit. Apa pun jenis obat yang kita minum, bagaimanakah
nasibnya di dalam tubuh kita?
Untuk dapat memberikan efek yang diinginkan, obat harus dapat mencapai tempatnya
bekerja. Misalnya kita meminum antibiotik untuk pengobatan infeksi ginjal/kandung kemih.
Agar antibiotik dapat bekerja untuk membunuh bakteri, obat tersebut harus mencapai ginjal
(tempat antibiotik bekerja) terlebih dahulu. Setelah mencapai ginjal, antibiotik dapat
membunuh bakteri sehingga memberikan kesembuhan yang diharapkan. Setelah obat bekerja
di dalam tubuh dan menghasilkan efek, obat akan dikeluarkan dari dalam tubuh. Ada banyak
tahapan yang perlu dilalui obat mulai dari pemberian, kemudian menghasilkan efek, dan
terakhir dikeluarkan dari dalam tubuh. Tahapan tersebut dikenal dengan nama administrasi,
liberasi, absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi.
Obat yang berada di dalam tubuh akan dianggap sebagai benda asing oleh tubuh karena
secara normal senyawa obat tidak terdapat di dalam tubuh. Tubuh memiliki mekanisme
alamiah untuk mendetoksifikasi (menurunkan ketoksikan suatu zat) benda asing yang masuk
ke tubuh. Oleh karena itu, senyawa obat akan didetoksifikasi oleh tubuh sehingga obat tidak
terlalu toksik/ beracun bagi tubuh. Proses detoksifikasi obat oleh tubuh merupakan tahapan
metabolisme obat. Sebagian besar obat akan didetoksifikasi di hati oleh enzim-enzim
mikrosomal hati. Hasilnya merupakan suatu senyawa yang sifat toksik/ beracunnya lebih
rendah dibandingkan dengan senyawa awal sehingga tidak terlalu beracun bagi tubuh.
Tahap terakhir yang dialami oleh obat adalah tahap ekskresi. Pada tahap ini obat akan
dikeluarkan dari dalam tubuh dengan berbagai cara, antara lain melalui ginjal (air seni), saluran
cerna (faeces), kulit (keringat), pernapasan (udara), mata (air mata), atau kelenjar payudara
(air susu). Sebagian besar obat dikeluarkan melalui ginjal. Jika ginjal kita mengalami
gangguan, kadar obat dalam tubuh akan meningkat akibat terhambatnya proses pengeluaran
obat melalui ginjal. Oleh karena itu, pada penderita gangguan ginjal, perlu dilakukan
penyesuaian dosis obat - terutama untuk obat yang dalam kadar rendah dapat menimbulkan
keracunan dan obat yang toksik bagi ginjal (nefrotoksik) - agar kadar obat dalam tubuh tidak
terlalu tinggi karena dikhawatirkan akan menimbulkan keracunan bahkan kematian bagi
penderita.
24
12. Prinsip-Prinsip Farmakodinamik
Mekanisme Kerja Obat
Kebanyakan obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya pada sel
organism. Interaksi obat dengan reseptornya dapat menimbulkan perubahan dan biokimiawi
yang merupakan respon khas dari obat tersebut. Obat yang efeknya menyerupai senyawa
endogen di sebut agonis, obat yang tidak mempunyai aktifitas intrinsic sehingga
menimbulkan efek dengan menghambat kerja suatu agonis disebut antagonis.
Reseptor Obat
Protein merupakan reseptor obat yang paling penting. Asam nukleat juga dapat merupakan
reseptor obat yang penting, misalnya untuk sitotastik. Ikatan obat-reseptor dapat berupa
ikatan ion, hydrogen, hidrofobik, vanderwalls, atau kovalen. Perubahan kecil dalam
molekul obat, misalnya perubahan stereoisomer dapat menimbulkan perubahan besar dalam
sifat farmakologinya.
Transmisi Sinyal Biologis
Penghantaran sinyal biologis adalah proses yang menyebabkan suatu substansi ekstraseluler
yang menimbulkan respon seluler fisiologis yang spesifik. Reseptor yang terdapat di
permukaan sel terdiri atas reseptor dalam bentuk enzim. Reseptor tidak hanya berfungsi
dalam pengaturan fisiologis dan biokimia, tetapi juga diatur atau dipengaruhi oleh
mekanisme homeostatic lain. Bila suatu sel di rangsang oleh agonisnya secara terus-
menerus maka akan terjadi desentisasi yang menyebabkan efek perangsangan.
Interaksi Obat-Reseptor
Ikatan antara obat dengan resptor biasanya terdiri dari berbagai ikatan lemah (ikatan ion,
hydrogen, hidrofilik, van der Waals), mirip ikatan antara subtract dengan enzim, jarang
terjadi ikatan kovalen.

Antagonisme Farmakodinamik
 Antagonis fisiologik, Terjadi pada organ yang sama tetapi pada sistem reseptor yang
berlainan.
 Antagonisme pada reseptor, Obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak
mampu menimbulkan efek farmakologi secara instrinsik.
Kerja Obat Yang Tidak Diperantarai Reseptor
25
 Efek Nonspesifik Dan Gangguan Pada Membran
 Perubahan sifat osmotic
 Diuretic osmotic (urea, manitol), misalnya, meningkatkan osmolaritas filtrate
glomerulus sehingga mengurangi reabsorpsi air di tubuli ginjal dengan akibat terjadi efek
diuretic
 Perubahan sifat asam/basa, Kerja ini diperlihatkan oleh oleh antacid dalam menetralkan
asam lambung.
 Kerusakan nonspesifik, Zat perusak nonspesifik digunakan sebagai antiseptik dan
disinfektan, dan kontrasepsi.contohnya, detergen merusak intregitas membrane
lipoprotein.
 Gangguan fungsi membrane, Anestetik umum yang mudah menguap misalnya eter,,
halotan, enfluran, dan metoksifluran bekerja dengan melarut dalam lemak membrane sel
di SSP sehingga eksitabilitasnya menurun.
 Interaksi Dengan Molekul Kecil Atau Ion, Kerja ini diperlihatkan oleh kelator (chelating
agents) misalnya CaNa2 EDTA yang mengikat Pb2+ bebas menjadi kelat yang inaktif
pada keracunan Pb.
 Masuk ke dalam komponen sel, Obat yang merupakan analog puri atau pirimidin dapat
berinkoporasi ke dalam asam nukleat sehingga mengganggu fungsinya. Obat yang
bekerja seperti ini disebut antimetabolit misalnya 6-merkaptopurin atau anti mikroba
lain.

26
BAB III

OBAT-OBATAN YANG LAZIM DIGUNAKAN DALAM


PELAYANAN KEBIDANAN (KERJA, DOSIS, INDIKASI
DAN KONTRA INDIKASI)

Tujuan Pembelajaran Umum : Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami obat-


obatan yang lazim digunakan dalam pelayanan
kebidanan
Tujuan Pembelajaran Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan kerja, dosis, indikasi,
dan kontra indikasi obat-obatan yang lazim digunakan
dalam pelayanan kebidanan

A. OBAT-OBAT YANG LAZIM DIGUNAKAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


1. Uterotonika
Pengertian

Uterotonik adalah zat yang meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonik banyak


digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan
perdarahan post partum, pengendapan perdarahan akibat abortus inkompletikus dan
penanganan aktif pada Kala persalinan.

Macam-macam

1. Alkaloid Ergot
2. Oksitosin
3. Misoprostol / Prostagladin

Cara Kerja atau Khasiat Obat Uterotonika


27
1. Alkaloid Ergot
 Mempengaruhi otot uterus berkontraksi terus-menerus sehingga memperpendek
kala III (kala uri).
 Menstimulsi otot-otot polos terutama dari pembuluih darah perifer dan rahim.
 Pembuluh darah mengalami vasokonstriksi sehingga tekanan darah naik dan terjadi
efek oksitosik pada kandungan mature.

Sumber alkaloid ergot ialah claviceps purpurea suatu jamur yang hidup sebagai
parasit dalam butir rye dan gandum, banyak terdapat di Eropa dan Amerika.
Penyebaran penularan terjadi melalui perantaraan serangga dan angin yang
memindahkan spora ke kepala putik yang sudah di buahi. Selanjutnya spora
mengeluarkan miselium yang akan menembus putik, kemudian membentuk jaringan
padat berwarna ungu dan menjadi keras. Substansi ini dinamai sklerosium. Sklerosium
inilah yang merupakan sumber ergot. Zat- zat dalam ergot. Ergot mengandung zat yang
penting yaitu alkohol ergot dan zat lain seperti zat organik, karbohidrat, gliserida,
steroid, asam amino, amin dan basa amonium kuatener. Beberapa amin dan basa
memiliki efek farmakologi penting, misalnya histamin, tiramin, kolin, dan asetilkolin.
Jamur Claviceps purpurea dibiak in vitro, seperti jamur penghasil antibiotik.
Alkaloid ergot terdapat sebagai isomer 1 dan d.Isomer 1 merupakan zat aktif
(penamaan dengan akhiran -in), sedangkan isomer d tidak aktif sama sekali (penamaan
dengan akhiran -inin). Yang pertama merupakan alkaloid alam, sedangkan yang kedua
merupakan hasil perubahan oleh pengaruh zat kimia sewaktu isolasi. Alkaloid pertama
yang berhasil di isolasi dalam bentuk kristal dan aktif ialah ergotoksin, yang waktu itu
dianggap sebagai alkaloid murni. Sekarang terbukti bahwa ergotoksin merupakan
campuran 4 zat, yaitu ergokristin,ergokornin,α- ergokriptin, dan β- ergokriptin.
Ergotamin. Ergotamin yang paling kuat dari kelompok alkaloid asam amino yang aktif,
dan ergotamin yang tidak aktif merupakan alkaloid ergot murni yang pertama
ditemukan.
Kemudian ditemukan zat uterotonik larut air dinamakan ergonovin (ergometrin.
Ergonovin dan turunannya menghasilkan asam lisergat dan amin pada hidrolisis, maka

28
disebut juga alkaloid amin. Alkaloid dengan berat molekul tinggi yang mengandung
asam lisergal, amonia, asam piruvat, prolin dan asam amino lainnya dikenal juga
sebagai alkaloid asam amino atau ergopeptin. Salah satu derivat ergopeptin adalah
bromokriptin

Farmakodinamik
Berdasarkan efek dan struktur kimianya alkaloid ergot dibagi menjadi 3 kelompok :
1. Alkaloid asam amino dengan prototip ergotamin
2. Derivat dihidro alkaloid asam amino dengan prototip dihidro-Ergotamin.
3. Alkaloid amin dengan prototip ergonovin

Farmakokinetik
Alkaloid asam amino, yaitu ergotamin di absorpsi secara lambat dan tidak sempurna
melalui saluran cerna. Obat ini mengalami metabolisme lintas pertama, sehingga kadarnya
dalam darah sangat rendah. Kadar puncak plasma dicapai dalam 2 jam. Pemberian 1 mg
ergotamin bersama 100 mg kafein akan meningkatkan kecepatan absorpsi dan kadar puncak
plasma ergotamin sebesar dua kali, namun biovailibitasnya tetap di bawah 1 persent.

2. Oksitosin
Bersama dengan faktor-faktor lainnya oksitosin memainkan peranan yang sangat penting
dalam persalinan dan ejeksi ASI. Oksitosin bekerja pada reseptor oksitosik untuk
menyebabkan :
1. Kontraksi uterus pada kehamilan aterm yang terjadi lewat kerja langsung pada
otot polos maupun lewat peningkatan produkdsi prostaglandin
2. Konstriksi pembuluh darah umbilicus
3. Kontraksi sel-sel miopital ( refleks ejeksi ASI ) .Oksitosin bekerja pada reseptor
hormone antidiuretik ( ADH )* untuk menyebabkan :
a. Peningkatan atau penurunan yang mendadak pada tekanan darah 9 diastolik ) karena
terjadinya vasodilatasi
b. Retensin air

Oksitosin merupakan hormone peptide yang disekresi olah pituitary posterior yang
menyebabkan ejeksi air susu pada wanita dalam masa laktasi. Oksitosin diduga berperan

29
pada awal kelahiran. (Ismania.2001). Oksitosin merangsang otot polos uterus dan kelenjar
mama. Fungsi perangsangan ini bersifat selektif dan cukup kuat. sehingga pada akhir
kehamilan kadar oksitosin meninggi dimana berikatan dg reseptor oksitosin yg terletak di
dlm miometrium yaitu dlm membran plasma sel otot polos uterus , oksitosin adalah
golongan obat yang digunakan untuk merangsang kontraksi otot polos uterus dalam
membantu proses persalinan, pencegahan perdarahan pasca persalinan (P3) serta penguatan
persalinan , Oksitosin merangsang otot polos uterus dan mammae → selektif dan cukup
kuat Stimulus sensoris pada serviks, vagina dan payudara → merangsang hipofisis posterior
melepaskan oksitosin. Sensitivitas uterus meningkat dng pertambahan usia
kehamilan. Stimulus sensoris pada serviks, vagina, dan payudara secara refleks
melepaskan oksitosin dari hipofisis posterior. Sensitivitas uterus terhadap oksitosin
meninggi bersamaan dengan bertambahnya umur kehamilan.
Pada kehamilan tua dan persalinan spontan, pemberian oksitosin meningkatkan
kontraksi fundus uteri meliputi peningkatan frekuensi, amplitudo dan lamanya kontraksi.
Partus dan laktasi masih tetap berlangsung meskipun tidak ada oksitosin, tetapi persalinan
menjadi lebih lama dan refleks ejeksi susu (milk ejection) menghilang. Oksitosin dianggap
memberikan kemudahan dalam persalinan serta memegang peranan penting dalam refleks
ejeksi susu.
Mekanisme Cara Kerja
Oksitosin diabsorsi denagn cepat melalui mukosa mulut sehingga memungknkan
oksitosin diberkan secara tablet hisap. Cara pemberian nasal atau tablet hisap did / cadangan
untuk penggunaan pasca persalinan, selama kehamilan kadar amino peptidase dalam plama
( oksitosin atau vasopresinase ) meniongkat 10x dan menurun setelah persalinan. Enzim
mengaktifkan oksitosin dan ADH melalui pemecahan ikatan peptida enzim meregulasi
kosentrasi oksitosin.
Meskipun sudah lazim di gunakan di banyak klinik bersalin atau bagian obstetric rumah
sakit, namun potensi oksitoksin dalam mengganggu keseimbangan cairan dan tekana darah
membuat obat ini tidak tepat untuk digunakan pada ibu hamil dengan pre-eklamsia aau
penyakit kardiovaskuler atau pada ibu hamil yang berusia di atas 3 tahun. Pemberian infuse
oksitoksin merupakan kontraindikasi pada ibu hamil yang menghadapi resiko karena
melahirkan pervaginam, misalnya kasus dengan melpresentasi atau solosio plasenta atau
denagn resiko rupture uteri yang tinggi. Pemberian infuse oksitoksin yang terus-menerus
pada kasus dengan resistensi dan inersia uterus merupakan kontraindikasi.
30
Uterus yang starvasi. Kontraksi otot uterus memerlukan glukosa maupun oksigen.
Jika pasokan keduanya tidak terdapat pada otot yang berkontraksi tersebut dan keadaan ini
mungkin terjadi karena starvasi atau pemberian oksitoksin tidak akan adekuat sehingga
pemberian oksitoksin secara sedikit demi sedikit tidak akan efektif. Situasi ini lebih
cenderung di jumpai pada persalinan yang lama. lokal di uterus tetapi sedikit pengaruhn ya
terhadap eliminasi kadar oksitosin dalam plasma.

Farmakologi
a. Uterus
Oksitosin merangasang frekuensi dan kekuatan kontraksi otot polos uterus. Efek ini
tergantung pada konsentrasi estrogen. Pada konsentrasi estrogen yang rendah, efek
oksitosin terhadap uterus juga berkurang. Progestin digunakan secara luas di klinik untuk
mengurangi aktivitas uterus pada kasus abortus habitualis meskipun efektivitasnya tidak
jelas. Pada kehamilan trimester I dan II aktivitas motorik uterus sangat rendah, dan
aktivitas ini secara spontan akan meningkat dengan cepat pada trimester III dan
mencapai puncaknya pada saat persalinan. Oksitosin dapat memulai atau meningkatkan
ritme kontraksi uterus pada setiap saat, namun pada kehamilan muda diperlukan dosis
yang tinggi. Oksitosin menyebabkan pengelepasan prostaglandin pada beberapa spesies,
tetapi tidak jelas apakah ini merupakan efek primernya atau berhubungan dengan
kontraksi uterus.
b. Kelenjar Mama
Bagian alveolar kelenjar mama dikelilingi oleh jaringan otot polos, yaitu mioepitel.
Kontraksi mioepitel menyebabkan susu mengalir dari saluran alveolar ke dalam sinus
yanng besar, sehingga mudah dihisap bayi. Fungsi ini di namakan ejeksi susu. Mioepitel
sangat peka terhadap oksitosin. Sediaan oksitosin berguna untuk memperlancar ejeksi
susu, bila oksitosin endogen tidak mencukupi. Juga berguna untuk mengurangi
pembengkakan payudara pasca persalinan.
c. Sistem Kardiovaskuler
Apabila oksitosin diberikan dalam dosis besar akan terlihat relaksasi otot polos
pembuluh darah secara langsung. Terjadi penurunan tekanan sistolik dan terutama
penurunan tekanan sistolik dan terutama penurunan tekanan diastolik, warna kulit
menjadi merah, dan aliran darah ke ekstermitas bertambah. Bila dosis besar diberikan
terus menerus secara infus, maka penurunan tekanan darah akan diikuti sedikit penggian
31
tekanan darah tetapi menetap. Dosis oksitosin untuk indikasi obstetrik, tidak jelas
menimbulkan penurunan tekanan darah. Penurunan tekanan darah jelas terjadi pada
penderita yang mendapat dosis besar, yang diberikan selama anestesia dalam. Otot polos
yang sensitif terhadap oksitosin hanyalah uterus, pembuluh darah dan miopitel kelenjar
payudara.
Farmakokinetik
Oksitosin memberikan hasil baik pada pemberian parenteral. Pemberian oksitosin
intranasal, meskipun kurang efisien lebih disukai daripada pemberian parenteral. Oksitosin
diabsorpsi dengan cepat melalui mukosa mulut dan bukal sehingga memungkinkan
oksitosin diberikan sebagai tablet hisap. Cara pemberian nasal atau tablet hisap dicadangkan
untuk penggunaan pasca-persalinan.
Selama kehamilan, kadar aminopeptidase dalam plasma(oksitosinase atau sistil
aminopeptidase) meningkat sepuluh kali dan menurun setelah persalinan. Enzim ini
menginaktifkan oksitosin dan ADH melalui pemecahan ikatan peptida. Enzim ini diduaga
meregulasi konsentrasi oksitosin lokal di uterus tetapi sedikit pengaruhnya terhadap
eliminasi kadar oksitosin dalam plasma. Di duga sumber oksitosinase ini adalah plasenta.
Waktu paruh oksitosin sangat singkat, antara 12-17 menit. Penurunan kadar plasma
sebagian besar disebabkan ekskresi oleh ginjal dan hati. Penggunaan klinik adalah :
1. Untuk diagnosa janin mengalami gangguan atau tidak, terjadinya sirkulasi pada placenta.
2. Untuk terapi; Mempercepat proses persalinan, tidak mungkinnya keluar janin secara
sempurna, meningkatkan pancaran air susu ibu, perdarahan setelah melahirkan,dan
sulitnya air susu keluar.
Mempunyai efek samping,yaitu kematian janin karena adanya hipertensi , sobeknya
uterus karena kontraksi kuat, afibrinogeremia ( menurunnya fibrin dalam darah). Dan
mempunyai kontra indikasi,prematur dan keadaan janin abnormal. Pada janin yang tidak
normal tdk boleh diberi oxytocin.

3. Misoprostol/ prostaglandin
Prostaglandin bekerja pada sejumlah reseptor prostaglandin yang berlainan.
Substansi ini mempengaruhi banyak sistem dan menyebabkan berbagai efek samping.
Prostaglandin pertama kali diketemukan dari cairan semen manusia pada sekitar
tahun 1930 oleh Ulf von Euler dari Swedia. Oleh karena diduga berasal dari kelenjar
prostat, sang penemu memberinya nama prostaglandin. Prostaglandin, seperti hormon,

32
berfungsi layaknya senyawa sinyal tetapi hanya bekerja di dalam sel tempat mereka
tersintesis. Rumus bangun prostaglandin adalah asam alkanoat tak jenuh yang terdiri
dari 20 atom karbon yang membentuk 5 cincin. Prostaglandin tersintesis dari asam
lemak dan asam arakidonat. Prostaglandin F2α memberi efek peningkatan MMP-1 dan
MMP-3.
Di dalam tubuh terdapat berbagai jenis prostaglandin (PG) dan tempat kerjanya
berbeda- beda, serta saling mengadakan interaksi dengan autakoid lain,
neurotransmitor, hormon serta obat- obatan. Prostaglandin ditemukan pada ovarium,
miometrim dan cairan menstrual dengan konsentrasi berbeda selama siklus haid.
Sesudah senggama ditemukan PG yang berasal dari semer; dalam sistem produksi
wanita. PG (prostaglandin) ini diserap dari vagina dan cukup untuk menghasilkan kadar
dalam darah, yang menimbulkan efek fisiologis. Walaupun PG (prostaglandin) ini
sudah dipastikan sebagai oksitosik, namun status peranan fisiologiknya pada saat
menstruasi dan kehamilan masih diperdebatkan.
Dalam hal ini haruslah dibedakan antara efek fisiologik dan efek farmakologik;
dosis farmakologik relatif tinggi dan lebih nyata. Pada manusia PG berperan penting
dalam peristiwa persalinan. Berlainan dengan oksitosin, PG dapat merangsang
terjadinya persalinan, pada setiap usia kehamilan. Pada saat persalinan spontan,
konsentrasi PG dalam darah perifer dan cairan amnion meningkat.

Farmakologi
Prostaglandin dapat dianggap sebagai hormon lokal, karena kerjanya terbatas pada
organ penghasil dan segera diinaktifkan di tempat yang sama. Prostaglandin yang
terdapat pada uterus, cairan menstrual dan cairan amnion ialah PGE dan PGF. Di
bidang keperawatan penggunaan PG terbatas pada PGE2 dan PGF2α . Semua PGF
merangsang kontraksi uterus baik hamil maupun tidak. Sebaliknya PGE2 merelaksasi
jaringan uterus tidak hamil in vitro, tetapi memperlihatkan efek oksitosik lebih kuat
dari PGF2α . Prostaglandin memperlihatkan kisaran dosis- respons yang sempit dalam
menimbulkan kontraksi fisiologik, dan ini memudahkan terjadinya hipertoni uterus
yang membahayakan.bahaya ini dapat dicegah dengan pengamatan yang cermat dan
meningkatkan kecepatan infus secara sedikit demi sedikit.
Untuk mengakhiri kehamilan pada trimester II pemberian PGE2 DAN PGF2α
ke dalam rongga uterus dengan menggunakan kateter atau suntikan memberikan hasil
33
yang baik, disertai efek samping yang ringan. Sebaliknya untuk menghentikan
kehamilan muda(menstruasi yang telat beberapa minggu); diperlukan dosis yang
sangat besa, sehingga menyebabkan efek samping yang berat, dan derajat keberhasilan
yang rendah.
PGE2 dan 15- metil PGF2α meningkatkan suhu tubuh sekilas dan diduga
kerjanya melalui pusat pengatur suhu di hipotalamus. Dosis besar PGF2α
menyebabkan hipertensi melalui kontraksi pembuluh darah, sebaliknya PGE2
menimbulkan vasodilatasi. Prostaglandin terdapat merata di dalam miometrium dan
bekerja secara sinergis dengan oksitosin terhadap kontraksi uterus. Pemberian
prostaglandin lokal pada serviks, menyebabkan serviks matang tanpa mempengaruhi
motilitas uterus.

Indikasi atau Kontra Indikasi

1. Alkaloid Ergot
Indikasi
Oksitosik : Sebagai stimultan uterus pada perdarahan paska persalinan atau paska abortus,
yaitu :
1. Induksi partus aterm
2. Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan.
3. Merangsang konstraksi setelah operasi Caesar/operasi uterus lainnya
4. Induksi abortus terapeutik
5. Uji oksitoksin

Kontra Indikasi
Persalinan kala I dan II :
1. Hipersensitif
2. Penyakit vascular
3. Penyakit jantung parah
4. Fungsi paru menurun
5. Fungsi hati dan ginjal menurun
6. Hipertensi yang parah
7. Eklampsi
34
2. Oksitosin
Indikasi
1. Indikasi oksitosik.
2. Induksi partus aterm
3. Mengontrol perdarahan dan atuni uteri pasca persalinan
4. Merangsang konstraksi uterus setelah operasi Caesar
5. Uji oksitoksik
6. Menghilangkan pembengkakan payudara.

Kontra Indikasi
1. Kontraksi uterus hipertonik
2. Distress janin
3. Prematurisasi dan gawat janin
4. Letak bati tidak normal
5. Disporposi sepalo pelvis
6. Predisposisi lain untuk pecahnya rahim
7. Obstruksi mekanik pada jalan lahir
8. Peeklamsi atu pemnyakit kardiovaskuler atu pada ibu hamil yang berusia 35 tahun
9. Resistensi dan mersia uterus
10. Uterus yang starvasi
11. Cara pakai dan dosis

3. Misoprostol/ prostaglandin
Indikasi
1. Induksi partus aterm
2. Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan
3. Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus lainya
4. Induksi abortus terapeutik
5. Uji oksitosin
6. Menghilangkan pembengkakan mamae

Kontra Indikasi
35
1. Terdapat ruptura membran amnion
2. Adanya riwayat sikatris
3. Apabila telah ada perdarahan antepartum yang signifikan (perdarahan vagina selama
kehamilan) atau dimana terdapat plasenta previa dengan atau tanpa perdarahan,
prostaglandin tidak digunakan
4. Dalam kondosi mata yang dikenal sobagai glaukoma
5. jika ada infeksi pada jalan lahir
6. Pada kehmilan melintang sungsang atau miring

Dosis yang digunakan

1. Alkaloid Ergot
Cara Pakai Dan Dosis
a. Oral: mulai kerja setelah sepuluh menit
b. Injeksi: intravena mulai kerja 40 detik
c. IM : mulai kerja 7-8 menit. Hal ini lebih menguntungkan karena efek samping lebih
sedikit.
Dosis :
Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari
IV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2–4 jam bila perdarahan hebat.
Contoh obat
Nama generic : metal ergometrin, metal ergometrina, hydrogen maleat
Nama paten : methergin, met6hernial, methorin, metilat, myomergin.

2. Oksitosin
Untuk induksi persalinan intravena 1-4 m U permenit dinaikkan menjadi 5-20 m U /
menit sampai terjadi pola kontraksi secara fisiologis. Untuk perdarahan uteri pasca
partus, ditambahkan 10-40 unit pada 1 L dari 5 % dextrose, dan kecepatan infuse
dititrasi untuk mengawasi terjadinya atonia uterus. Kemungkinan lain adalah, 10 unit
dapat diberikan secara intramuskuler setelah lahirnya plasenta. Untuk menginduksi
pengaliran susu, 1satu tiupan ( puff ) disemprotkan ke dalam tiap lubang hidung ibu
36
dalam posisi duduk 2-3 menit sebelum menyusui.
Contoh obat
Tablet oksitosina Pitosin tablet (PD)

3. Misoprostol/ prostaglandin
1. Karbopros trometamin: Injeksi 250 ug/ml
2. Dinoproston (PGE): Supositoria vaginal 20 mg
3. Gemeprost: Pesari 1mg ( melunakan uterus)
4. Sulpreston: Injeksi 25, 50, 100 ug/ml IM atau IV

Efek Samping dan Cara Mengatasinya

1. Alkaloid Ergot
a. Ergotamine merupakan ergotamin merupakan alkaloid yang paling toksik.
b. Dosis besar dapat menyebabkan : mual, muntah, diare, gatal, kulit dingin, nadi lemah
dan cepat, bingung dan tidak sadar
c. Dosis keracunan fatal: 26 mg per oral selama beberapa hari, atau dosis tunggal 0,5-1,5
mg parenteral
d. Gejala keracunan kronik: perubahan peredaran darah ( tungkai bawah, paha, lengan
dan tangan jadi pucat), nyeri otot, denyut nadi melemah, gangren, angina pectoris,
bradikardi, penurunan atau kenaikan tekanan darah
e. Keracunan biasanya disebabkan: takar lajak dan peningkatan sensitivitas

2.Oksitosin
a. Spasme uterus ( pada dosis rendah )
b. Hiper stimulasi uterus 9 membahayan janin : kerusakan jaringan lunak /uterus
Keracunan cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar)
c. Mual,muntah, aritmia, anafilaksis, ruam kulit, aplasia plasenta, emboli amnion.
d. Kontraksipembuluh darah tali pusat
e. Kerja antidiuretik
37
f. Reaksi hipersensitifitas
g. Reaksi anafilaktik
h. Hiper stimulasi uterus yang membahayakan janin : kerusakan jaringan lunak / rupture
uterus
i. Keracunan cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar )
j. Mual, muntah,ruam kulit, aplasia plasenta, emboli amnion.
k. Kontraksi pembuluh darah tali pusat
l. Aritmia jantung
m. Hematoma panggul

3.Misoprostol/ prostaglandin
a. Hiperstimulasai uterus
b. Pireksia
c. Infalamasi
d. Sensitisasi terhaap rasa nyeri
e. Diuresis+kehilangan elektrolit
f. Efek pada sistem syaraf pusat( tremor merupakan efek samping yang jarang terjadi )
g. Pelepasan hormon hipofise renin steroid adrenal
h. Sakit persisten pada punggung bawah dan perut

2. Obat Anti Perdarahan

Pengertian

Obat anti perdarahan disebut juga hemostatik. Hemostatis merupakan proses penghentian
perdarahan pada pembuluh darah yang cedera. Jadi, Obat haemostatik (Koagulansia ) adalah
Macam-macam
obat yang digunakan untuk menghentikan pendarahan.

1. Hemostatik Lokal
2. Hemostatik Sistemik

38
Cara Kerja atau Khasiat Obat

1. Hemostatik Lokal
Obat hemostatik terbagi dua bagian :
a. Hemostatik serap
Menghentikan perdarahan dengan pembentukan suatu bekuan buatan atau
memberikan jala serat-serat yang mempermudah bila diletakkan langsung pada
permukaan yang berdarah. Dengan kontak pada permukaan asing trombosit akan pecah
dan membebaskan factor yang memulai proses pembekuan darah.
b. Zat
Zat ini bekerja local dengan mengendapkan protein darah sehingga perdarahan
dapat dihentikan, sehubungan dengan cara penggunaannya zat ini dinamakan juga
stypic.
c. Koagulan
Obat kelompok ini pada penggunaan lokal menimbulkan hemostatis dengan 2
cara yaitu dengan mempercepat perubahan protrombin menjadi trombin dan secara
langsung menggumpalkan fibrinogen.
d. Vasokonstriktor
Epinefrin dan norepinefrin berefek vasokontriksi , dapat digunakan untuk
menghentikan perdarahan kapiler suatu permukaan.
2. Hemostatik Sistemik
a. Faktor anti hemoflik (faktor VIII) dan faktor anti hemofilik antioksidan
kriopresipitasi
Kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan pada penderita
hemofilia A ( defisienxi faktor VIII) yang sifatnya
herediter dan pada penderita yang darahnya mengandung inhibitor factor VII
b. Kompleks Faktor X
c. Vitamin K
Vitamin k adalah senyawa yang larut dalam lemak, terutama ditemukandalam sayuran
berwarna hijua. Kebutuhan diet sangat rendah, karena vitamionditambah oleh sintetis
39
nakteri yang mengkontaminasi usu manusia. Ada dua bentuk vitamin K1 yang
ditemukan dalam makanan ( fitonodion ), dan Vit K2ditemukan dalam jaringan
manusia yang disentesis oleh bakteri usus( menakuinan ).
a. Nama Genetik : Vit K Fitomenadion
b. Nama Patent : Autoplex 2 peba (aktifasi factor VIII dan IX) Kaywan, Kavitin
Vit K1 Dan K2 memerlukan garam empedu untuk absorsi dari traktusintestinalise.

d. Asam aminokaproat
Asam aminokaproat merupakan penghambat bersaing dari activator plasminogen dan
penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan menghancurkan fibrinogen/ fibrin dan
faktor pembekuan darah lain. Oleh karena itu asam amikaproat dapat mengatasi
perdarahan berat akibat fibrinolisisyang berlebihan.
e. Asam traneksamat
Asam tranexamat adalah amstat suatu analog asam aminoka proat dansuatu
penghambat fiebenolitik.
a. Nama Genetik : Asam tranexamat
b. Nama Paten: Transamin, Tranexamin.
f. Adonan AC
Adonan AC adalah karbosakrom salisilat
a. Nama Genetik: Adona
b. Nama paten: Adona forte, Adona AC

Indikasi atau Kontraindikasi

1. Hemostatik Lokal
a. Hemostatik serap
Indikasi:

40
Hemostatik golongan ini berguna untuk mengatasi perdarahan yang berasal dari
pemubuluh darah kecil saja misalnya kapiler dan tidak efektif untuk menghentikan
perdarahan arteri atau vena yang tekanan intra vaskularnya cukup besar.
b. Zat
Indikasi:
Kelompok ini digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler tetapi kurang
efektif bila dibandingkan dengan vasokontriktor yang digunakan local.
2. Hemostatik Sistemik
a. Faktor anti hemoflik (faktor VIII) dan faktor anti hemofilik antioksidan
kriopresipitasi
Indikasi:
Kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan
pada penderita hemofilia A ( defisienxi faktor VIII) yang sifatnya herediter dan
pada penderita yang darahnya mengandung inhibitor factor VII
b Kompleks Faktor X
Indikasi
Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX,X serta sejumlah kecil protein plasma lain
dan digunakan untuk pengobatan hemofilia B, atau bila diperlukan faktor-faktor yang
terdapat dalam sediaan tersebut untuk mencegah perdarahan. Akan tetapi karena ada
kemungkinan timbulnya hepatitis preparat ini sebaiknya tidak diberikan pada pendrita
nonhemofilia.
c. Vitamin K
Indikasi:
Sewaktu aktivitas protrombin terdepresi oleh kelebihan warperin atau difesiensi
d. Asam aminokaproat
Indikasi:
Pemberian asam aminokaproat, karena dapat menyebabkan pembentukan
thrombus yang mungkin bersifat fatal hanya digunakan untuk mengatasi
perdarahan fibrinolisis berlebihan
Asam aminokaprot digunakan untuk mengatasi hematuria yang berasal dari
kandung kemih.
Asam aminokaproat dilaporkan bermanfaat untuk pasien homofilia sebelum dan
sesudah ekstraksi gigi dan perdarahan lain karena troma didalam mulut.
41
Asam aminokaproat juga dapat digunakan sebagai antidotum untuk melawan
efek trombolitik streptokinase dan urokinase yang merupakan activator
plasminogen.
e. Asam traneksamat
Indikasi:
Terapi batu pada hemoiliaTerapi perdarahan karena fibrinolitik Propilaksis
perdarahan ulang dari anuerisma intrakranial.Perdarahan gastro intestinal pasca
bedah.Perdarahan pasca prostatektomid.
f. Adonan AC
Indikasi :
Pencegahan dan penghambatan perdarahan kapiler.d.Cara kerja :Memperbaiki
permeabilitas kapiler.

Efek Samping dan Cara Mengatasinya

1. Faktor anti hemoflik (faktor VIII) dan faktor anti hemofilik antioksidan
kriopresipitasi
Efek samping:
Cryoprecipitated antihemofilik factor mengandung fibrinogen dan protein plasma lain
dalam jumlah yng lebih banyak dari sediaaan konsentrat faktor IIIV, sehingga
kemungkinan terjadi reaksi hipersensitivitas lebih besar pula. Efek samping lain yang
dapat timbul pada penggunaan kedua jenis sediaan ini adalah hepatitis virus, anemi
hemolitik, hiperfibrinogenemia,menggigil dan demam.
2. Kompleks Faktor X

Efek samping:
Trombosis,demam, menggigil, sakit kepala, flushing, dan reaksi
hipersensivitas berat (shok anafilaksis).
3. Vitamin K
1) Pemberian intravena terlalu cepat :
Dispnea.
42
Nyeri dada.
Nyeri punggung.
Kematian.
2) Pemberian oral :
Depresi fungsi hepar
Sakit kepala
Hemolisis pada defisiensi G6PD atauVitamin E (menadiol)
Mual
3) Pemberian intramoskuler:
Perubahn viskositas darah
Nyeri dan pembengkakan pada tempat penyuntikkan
Dispenia
Reaksi hipersensitivitas
Hipertensi
Hipotermia
Takikardiah.
4. Asam aminokaproat
Efek samping:
Asam aminokaproat dapat menyebabkan prutius,eriterna konjungtiva, dan hidung
tersumbat. Efk samping yang paling berbahaya ialah trombosis umum, karena itu
penderita yang mendapat obat ini harus diperiksa mekanisme hemostatik.
5. Asam traneksamat
Efek samping:
Trombosis intravaskuler akibat penghambatan aktifitas plasminogen.
Impotensi
Miopati
Ketidaknyamanan abdomen, mual.
Diare
Hidung tersumbat.
Preuritis.
Eritema.
Dispepsia.
Inhibisi gakulasif
43
2.Obat analgetik

Pengertian

Analgetik adalah obat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri


tanpa menghilangkan kesadaran.

Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi
analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan
serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.

Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap


luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang
merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh
untuk mengaktifasi atau merusak organisme yang menyerang,
menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan.
Antiinflamasi adalah obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan peradangan.

a. Analgesik opioid / analgesik narkotika


Merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat
ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Tetap semua analgesik
opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan, maka usaha untuk mendapatkan suatu analgesik yang
ideal masih tetap diteruskan dengan tujuan mendapatkan analgesik yang sama kuat dengan morfin
tanpa bahaya adiksi.

44
Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan kanker. Nyeri pada
kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat, yaitu : obat perifer (non Opioid)
peroral atau rectal; parasetamol, asetosal, obat perifer bersama kodein atau tramadol, obat sentral
(Opioid) peroral atau rectal, obat Opioid parenteral. Guna memperkuat analgetik dapat
dikombinasikan dengan co-analgetikum, seperti psikofarmaka (amitriptilin, levopromazin atau
prednisone).
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat kerja yang
terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan)
dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat mengakibatkan toleransi dan kebiasaan
(habituasi) serta ketergantungan psikis dan fisik (ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia
bila pengobatan dihentikan.
Semua analgetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat, teteapi potensi. Onzer, dan
efek samping yang paling sering adalah mual, muntah, konstipasi, dan mengantuk. Dosis yang
besar dapat menyebabkan hipotansi serta depresi pernafasan.
Morfin dan petidin merupakan analgetik narkotik yang paling banyak dipakai untuk nyeri
walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di Indonesia tersedia dalam bentuk injeksi dan
masih merupakan standar yang digunakan sebagai pembanding bagi analgetik narkotika lainnya.
Selain menghilangkan nyeri, morfin dapat menimbulkan euphoria dan ganguan mental.
Ada 3 golongan obat ini yaitu :
1. Obat yang berasal dari opium-morfin.
2. Senyawa semisintetik morfin, dan
3. Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.
Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang sampai sekarang masih digunakan di
Indonesia :
- Morfin HCL,
- Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol),
- Fentanil HCL,
- Petinidin, dan
- Tramadol.

 Analgesik Non Narkotik


Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Obat- obat
inidinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak
45
menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Semua analgetika perifer juga memiliki
kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada keadaan demam, maka disebut juga
analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di
hipotalamus, yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya
pengeluaran kalor dan disertai keluarnya banyak keringat.
Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik hipotalamus atau di tempat cedera.
Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti
brandikinin, PG, dan histamine. PG dan brankinin menstimulasi ujung staraf perifer dengan
membawa implus nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis PG dan brankinin sehingga
menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat yang banyak digunakan
sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan salisilat dan asetaminofen (parasetamol).
Aspirin adalah penghambat sintesis PG paling efektif dari golongan salisilat.
 Analgesik Antipiretik Non-Narkotika
Analgesik: anti nyeri
Antipiretik: anti demam
Obat non narcotik analgetik antipiretik: obat yang dapat menghilangkan/ mengurangi rasa
nyeri dan dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, tanpa mengganggu
kesadaran

Cara Kerja

Analgesik:
Central (Thalamus) → dengan jalan meningkatkan nilai ambang rasa nyeri
Perifer: merubah interpretasi rasa nyeri
Antipiretik: melalui termostat di hipotalamus → mempengaruhi pengeluaran panas dengan
cara: vasodilatasi perifer dan meningkatkan pengeluaran keringat
Anti inflamasi: menghambat sintesa prostaglandin
Prostaglandin menimbulkan eritema, vasodilatasi dan peningkatan aliran darah lokal

Farmakodinamik
Efek analgesik: efektif terhadap nyeri intensitas rendah sampai sedang (sakit kepala,
mialgia, artralgia, nyeri yang berasal dari integumen, nyeri inflamasi)

46
Efek antipiretik: menurunkan suhu saat demam, (fenil butason dan antirematik tidak
dibenarkan sbg antipiretik)
Efek anti inflamasi: untuk kelainan muskuloskeletal (artritis rematoid, osteoartritis,
spondilitis ankilosa), hanya simptomatis

Efek samping
Induksi tukak lambung, kadang disertai anemia skunder akibat perdarahan saluran cerna
Gangguan fungsi trombosit → gangguan biosintesis tromboksan A2 (TXA2) →
perpanjangan waktu perdarahan (efek ini dimanfaatkan untuk profilaksin trombo-emboli)
Gagal ginjal pada penderita gangguan ginjal → gangguan homeostasis ginjal
Reaksi alergi: rinitis vasomotor, edem angioneurotik, urtikaria luas, asma bronkial,
hipotensi sampai syok

Klasifikasi non narkotik Analgesik Antipiretik


1. Salisilat
2. Asam organik
3. Para aminofenol
4. Firazolon
5. Quinolon
6. Non Addicting Opioid

Golongan Salisilat
 Merupakan derivat asam salisilat, berasal dari tumbuhan Willow Bark = Salix alba
 Efek farmakologi:
 Anti inflamasi → menghambat sintesa prostaglandin
 Analgesik → sentral dan perifer
 Antipiretik → termostat hipotalamus
 SSP →respirasi (dosis tinggi → depresi pernafasan → respirasi alkalosis → metabolik
asidosis, behavior, nausea dan vomiting

Efek farmakologi:
 Endokrin → ACTH ↑, sintesa protrombin ↓, menghambat agregasi trombosit (blooding time
↑)
47
 Farmakokinetik:
 Reabsorbsi di lambung dan usus,
 Distribusi ke semua jaringan, dapat menembus plasenta
 Ekskresi melalui urine

Penggunaan Klinis:
 Sistemik: analgetik, antipiretik, anti inflamasi, anti gout
 Lokal: keratolitik, counter iritant
 Reaksi merugikan:
 Efek samping: iritasi lambung, alergi
 Toksisitas: salicylisme, hipertermis, gangguan behavior, respirasi alkalosis

Sediaan:
 Acetyl Salicylic Acid (aspirin, acetosal)
 Sodium salisilat
 Salicylamid
 Salicylic acid → sebagai topikal
 Metil salicylat → sebagai topikal
Golongan Asam Organik
 Dibanding aspirin, kurang efektif (sebagai antiinflamasi, analgesik), toksisitasnya lebih
kecil
 Efek: analgesik, antipiretik, anti inflamasi, iritasi pada lambung, menghambat sintesa
protrombin dan agregasi trombosit

Sediaan:
 Mefenamic acid (Ponstan), Indometacin (Indocin), Ibuprofen (Brufen), Meclofenamat
(Meclomen), Fenbufen (Cybufen), Carprofen (Imadil), Diclofenac (Voltaren), Ketoprofen
(Profenid)

Golongan Para Amino Fenol


48
Indikasi:
 Sebagai analgesik dan antipiretik
 Jangan digunakan dalam jangka waktu lama → nefropati analgesik
Sediaan;
 Tablet 500mg
 Sirup 120mg/5ml

Dosis:
 Dewasa: 300 – 1g per kali maksimum 4x
 Anak: 10 mg/kgBB/kali maksimum 4x

Perbedaan dengan salisilat:


 Kurang atau tidak iritasi terhadap gaster
 Tidak mempunyai sifat anti inflamasi
 Tidak mempunyai efek uricosuric
Reaksi merugikan:
 Alergi: eritem, urtikaria, demam, lesi mukosa
 Intoksikasi akut: dizzines, excitement, diorientasi, central lobuler necrosis hepar, renal
tubuler necrosis, methaemogloninemia, anemia hemolitik
` Reaksi merugikan:
 Intoksikasi kronis: hemolitic anemia, methaemoglobinemia, kelainan ginjal (interatitiel
necrosis, papillary necrosis)

Sediaan:
 Fenasetin
 Asetaminofen (Parasetamol)
Golongan Pirazolon

Efek farmakologi:
 Analgesik →meningkatkan nilai ambang rasa nyeri
 Antipiretik → mempengaruhi termostat
 Anti inflamasi → efeknya lemah
49
 Kurang iritasi lambung → kecuali fenilbutazon
Reaksi merugikan:
 Agranulositosis, anemia aplastik, trombositopenia, hemolisis, udem, tremor, mual, muntah,
perdarhan lambubg, anuria.
Efek merugikan;
 Fenil butazon, Oksifenbutazon: edema (retensio urina), mulut kering, nausea, vomiting,
perdarahan lambung, renal tubuler necrosis, liver necrosis, alergi (dermatitis exfoliative),
agranulositosis
 Kontra indikasi: ulcus pepticum, hipertensi, (karena sifat retensi air dan natrium) dan alergi
Fenilbutazon: digunakan untuk mengobati artritis rematoid
 Efek antiinflamasinya sama kuat dengan salisilat, serta punya efek uricosuric ringan
 payah jantung Efek retensi natrium dan klorida menyebabkan edema dan bertambahnya
volume plasma
 Diabsorbsi cepat po → kadar maksimum 2 jam
 Indikasi: pirai akut, artritia rematoid, gangguan sendi (spondilitis ankilosa, osteoartritis)

Sediaan:
 Aminopirin (piramidon) dan Antipirin (fenazon) → tidak digunakan lagi (1977) karena toksik
→ nitrosamin (karsinogenik)
 Fenilbutazon (butazolidin) dan Oksifenbutazon → karena toksisitasnya (koma, trismus,
kejang, syok, asidosis metabolik, depresi sumsum tulang, proteinuria, hematuria, oliguria,
gagal ginjal, ikterus) digunakan jika obat lain yang lebih aman tidak ada
 Dipiron (antalgin/novalgin): Tablet 500 mg dan larutan suntik 500 mg/ml
 Dipiron: hanya digunakan sebagai analgesik antipiretik, antiinflamasinya lemah
 Keamanan diragunakan, sebaiknya digunakan secara suntikan
Efek samping dan intoksikasi:
 Agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia (perhatikan penggunaan jangka panjang)
 Hemolisis, udem, tremor, mual, muntah, perdarahan lambung dan anuria

AINS lainnya
 Asam mefenamat dan Meklofenamat → digunakan sebagai analgesik, sebagai anti inflamasi
kurang efektif dibanding aspirin, tidak dianjurkan untuk anak, wanita hamil dan pemakaian >7
hari
50
 Terikat sangat kuat pada protein plasma → perhatikan interaksi dengan antikoagulan
 Efek samping: dispepsia, iritasi lambung, diare, alergi(eritem kulit, bronkospasme), anemia
hemolitik
 Dosis: 2-3kali 250-500mg
 Diklofenak: absorbsi cepat dan lengkap
 Efek samping: mual, gastritis, eritema kulit, sakit kepala
 Tidak disarankan pada waktu wanita hamil
 Dosis dewasa; 100 – 150 mg sehari terbagi 2-3 dosis
 Ibuprofen → bersifat analgesik, antiinflamasinya tidak kuat, tidak dianjurkan pada wanita hamil
dan menyusui
 Absorbsi melalui lambung, kadar maksimum 1-2 jam
 Efek samping: saluran cerna (lebih ringan dibanding aspirin), eritema kulit, sakit kepala,
trombositopenia
 Dosis: 4 x 400mg

Piroksikam: indikasi untuk antiinflamasi sendi (artritis reumatoid, osteoartritis, spondilitis


ankilosa),
 Efek samping: iritasi lambung, pusing, tinitus, nyeri kepala, eritema kulit,
 Tidak dianjurkan pada wanita hamil, ulcus peptikum dan terapi antikoagulan
 Dosis: 10 – 20 mg per hari

Obat Pirai
Ada 2 macam:
1. Obat yang menghentikan proses inflamasi akut: kolkisin, fenilbutason, oksifenbutason,
indometasin
2. Obat yang mempengaruhi kadar asam urat: probenesid, alopurinol dan sulfinpirazon

Kolkisin
 Merupakan alkaloid dari bunga leli (Colchicum autumnale)
 Sifat anti inflamasi-nya spesifik untuk pirai tidak secara umum
 Tidak meningkatkan: ekskresi, sintesis atau kadar asam urat dalam darah
 Indikasi: pirai
 Dosis: 0,5 – 0,6 mg tiap jam sampai gejala akut reda atau gangguan saluran cerna timbul
51
Alopurinol
 Menurunkan kadar asam urat
 Obat ini bekerja menghambat xantin oksidase, enzim yang mengubah hipoxantin → xantin →
asam urat
 Efek samping: reaksi kulit (kemerahan), alergi (demam, menggigil, leukopenia, leukositosis,
eosinofilia, artralgia, pruritus)
 Dosis: 200 – 400 mg sehari

Cara Pemberantasan Rasa Nyeri


Menghalangi pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri perifer oleh analgetik perifer atau
oleh anestetik lokal.
Menghalangi penyaluran rangsang nyeri dalam syaraf sensoris, misalnya dengan anestetik local.
Menghalangi pusat nyeri dalam SSP dengan analgesik sentral (narkotik) atau dengan anestetik
umum.
3. Obat Anti Jamur

 Antibiotika

Pengertian

Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang
dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi jenis mikroba lain.
Antibiotika ( latin : anti = lawan, bios = hidup ) adalah xzat-zat kimia yang
dihasilkan miro organisme hidup tertuam fungi dan bakteri ranah. Yang
52
memiliki kahsiat mematikan atau mengahambat pertumbuahn banyak
bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi manusia
relative kecil.
Macam-macam

A. Penisilin
B. Sefalosforin
C. Tetrasiklin
D. Aminoglikosida
E. Kloramfenikol
F. Makrolid
G. Polipeptida
H. Golongan Antimikobakterium
I.

Cara Kerja atau Khasiat Antibiotika

Beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosforin) atau
membran sel (kelompok polimiksin), tetapi mekanisma kerja yang terpenting adalah perintangan
selektif metabolisme protein bakteri sehingga sintesis protein bakteri, sehingga sintesis protein
dapat terhambat dan kuman musnah atau tidak berkembang lagi misalnya kloramfenikol dan
tetrasiklin.
Diluar bidang terapi, antibiotik digunakan dibidang peternakan sebagai zat gizi tambahan
guna mempercepat pertumbuhan ternak, dan unggas yang diberi penisilin, tetrasiklin erithomisin
atau basitrasin dalam jumlah kecil sekali dalam sehari harinya, bertumbuh lebih besar dengan
jumlah makanan lebih sedikit.
Mekanisme kerja antibiotika antara lain :

53
a. Menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding sel tidak sempurna dan tidak
dapat menahan tekanan osmosa dari plasma, akhirnya sel akan pecah, seperti penisilin dan
sefalosporin.
b. Menghambat sintesa membran sel, molekul lipoprotein dari membran sel dikacaukan
pembentukannya, hingga bersifak lebih permeabel akibatnya zat-zat penting dari isi sel dapat
keluar seperti kelompok polipeptida.
c. Menghambat sintesa protein sel, akibatnya sel tidak sempurna terbentuk seperti klindamisin,
linkomisin, kloramfenikol, makrolida, tetrasiklin, gentamisin.
d. Mengganggu pembentukan asam-asam inti (DNA dan RNA) akibatnya sel tidak dapat berkembang
seperti metronidasol, kinolon, novobiosin, rifampisin.
e. Menghambat sintesa folat seperti sulfonamida dan trimetoprim.

Efek samping dari antibiotika yaitu :


a. Sensitisasi/hipersensitif, seperti gatal-gatal, kulit kemerah-merahan, bentol-bentol atau lebih hebat
lagi dapat terjadi syok. Contohnya penisilin dan klorampenikol.
b. Resistensi, terjadi bila obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah atau waktu terapi kurang
lama. Untuk mencegah resistensi dianjurkan menggunakan kemoterapi dengan dosis yang tepat
atau dengan menggunakan kombinasi obat.
c. Superinfeksi, yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan penyebab
infeksi berbeda dengan penyebab infeksi yang pertama. Selain antibiotik yang menekan sistem
kekebalan tubuh yaitu kortikosteroid dan imunosupressiva lainnya dapat menimbulkan
suprainfeksi.

Indikasi atau Kontra Indikasi

INDIKASI
Infeksi saluran kemih, infeksi yang berat dan berkomplikasi, infeksi saluran nafas, uretritis
gonokokal, yang tidak berkomplikasi dam servisitis (termasuk infeksi PPNG/ Gonore Neisseria

54
yang menghasilkan penisilinase), uretritis non gonokokal, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi
kebidanan dan kandungan, enteritis bakterial.
KONTRA INDIKASI
Hipersensitivitas Ofloksasin & Derivat Quinolon
Wanita hamil dan menyusui
Anak-anak yang belum puber

1. Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jemis yang
dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzilpenisilin ternyata paling aktif.
Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasl dari sicilia (1943) penisilin
bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesi dinding sel.
Pensilin terdiri dari :
a. Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin
1) Benzil Penisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive,
gonore.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2) Fenoksimetilpenisilin
Indikasi : tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam rematik, prpopiliaksisinfeksi
pneumokokus.
b. Pensilin Tahan Penisilinase
1) Kloksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke
dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
55
2) Flukoksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke
dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
c. Pensilin Spectrum Luas
1) Ampisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive,
gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke
dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2) Amoksisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive,
gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke
dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
d. Penisilin Anti Pseudomona
1) Tikarsilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas dan proteus.
56
2) Piperasilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
3) Sulbenisilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.

2. Sefalosforin
Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis
dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi terutama melalui
ginjal dan dapat di hambat probenisid.
Sefalosforin terbagi atas :
a. Sefadroksil
Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti mikroba
masing-masng derrivat bervariasi.
efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan dosis tinggi) mual
dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala, Dll
Kontra indikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria
b. Sefrozil
Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.
c. Sefotakzim
Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
d. Sefuroksim
Indikasi : profilaksis tindakan bedah,lebih aktif terhadap H. influenzae dan N gonorrhoeae.
e. Sefamandol
Indikasi: profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan.
f. Sefpodoksim
Indikasi: infeksi saluran napas tetapi. Penggunaan ada faringitis dan tonsillitis, hanya yang
kambuhan, infeksi kronis atau resisten terhadap antbiotika lain.
3. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama semakin
berkurang karena masalah resistansi.
Indikasi: eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis (lihat juga keterangan diatas) klamidia,
mikoplasma, dan riketsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis, akne vulganis.
57
Peringatan: gangguan fungsi hati (hindari pemberian secara i.v), gangguan fungsi ginjal (lihat
Lampiran 3), kadang-kadang menimbulkan fotosintesis.
Efek samping: mual, muntah, diare, eritema.
1. Demeklosiklin Hidroklorida
Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone antidiuretik
Perhatinak : kontaindikasi; efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering terjadi pernah
dilaporkan terjadinya diabeters indipidus nefrogenik.
c. Doksisiklin
Indikasi: tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis kronis , pretatitis kronis,
penyakit radang perlvis (bersama metronidazo)
d. Oksitetrasiklin
Indikasi ; peringatan; kontaindikasi; efek samping; lihat tetrasilin; hindari pada porfiria.
Dosis: 250-500 mg tiap 6 jam
Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial (K)
Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/ vial. Kapsul 250 mg (K).
4. Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram negative.
Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap pseudomonas aeruginosa.
Streptomisin aktif teradap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya sekarang hamper
terbatas untuk tuberkalosa.
a. Amikasin
Indikasi : infeksi generatif yang resisten terhadap gentamisin.
b. Gentamisin
Indikasi : septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya. Infeksi
bilier, pielonefritis dan prostates akut, endokarditis karena Str viridans. Atau str farcalis
(bersama penisilin, pneumonia nosokomial, terapi tambahan pad meningitis karena listeria.
Peringatan : gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut ( (sesuaikan dosso, awasi fungsi ginjal,
pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma), hindari penggunaan jangka panjang.
Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.
Efek samping : gangguna vestibuler dan pendengaran, netrotoksista, hipomagnesemia pada
pemberian jangka panjang colitis karena antibiotic.
Dosis : injeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse, 2-5 mg/ kg/ hari ( dalam dosis
terbagai tiap 8 jam) lihat juga keterangan diatas sesuaikan dosis terbagi tiap 8 jam ) lihat juga
58
keterangan fungsi ginjal dan ukur kadar dalam plasma.
c. Neomisin Sulfat
Indikasi: Sterilisasi usus sebelum operasi
d. Netilmisin
Indikasi: infeksi berat kuman gram negative yang resisten terhadap gentainisin.

5. Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat toksik. Obat ini
seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat haemophilus influenzae, deman tifoid,
meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya. Karena toksisitasnya, obat ini
tidak cocok untuk penggunaan sistemik.
Kontraindikasi: wanita hamil, penyusui dan pasien porfiria
Efeks samping : kelainan darah yang reversible dan irevesibel seperti anemia anemia aplastik
( dapat berlanjut mejadi leukemia), neuritis perifer, neuritis optic, eritem multiforme, mual,
muntah, diare, stomatitis, glositits, hemoglobinuria nocturnal.
6. Makrolid
Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan penisilin, sehingga obat
ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi saluran
napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakteri.
a. Eritromisin
Indikasi: sebagai alternative untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan enteritis
kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus, protatitis
kronik, akne vulgaris, dan rpofilaksis difetri dan pertusis.
b. Azitromisin
Indikasi: infeksi saluran napas, otitis media, infeksi klamida daerah genital tanpa kompliasi.
c. Klaritromisin
Indikasi : infeksi saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan lunak; terapi
tambahan untuk eradikasi helicobacter pylori pada tukak duodenum ( lihat bagian 1.1)
7. Polipeptida
Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan gramisidin,
dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino bebas. Berlainan dengan
antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur, antibiotika ini dihasilkan oleh beberapa
bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif terhadap basil Gram-negatif termasuk Pseudomonas,
59
basitrasin dan gramisidin terhadap kuman Gram-positif.
Khasiatnya berupa bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya (surface-active agent) dan
kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga permeabilitas sel
diperbesar dan akhirnya sel meletus. Kerjanya tidak tergantung pada keadaan membelah
tidaknya bakteri, maka dapat dikombinasi dengan antibiotika bakteriostatik seperti
kloramfenikol dan tetrasiklin.

Resorpsinya dari usus praktis nihil, maka hanya digunakan secara parenteral, atau oral untuk
bekerja di dalam usus. Distribusi obat setelah" injeksi tidak merata, ekskresinya lewat ginjal.
Antibiotika ini sangat toksis bagi ginjal, polimiksin juga untuk organ pendengar. Maka
penggunaannya pada infeksi dengan Pseu¬domonas kini sangat berkurang dengan munculnya
antibiotika yang lebih aman (gentamisin dan karbenisilin).
8. Golongan Antimikobakterium
Golongan antibiotika dan kemoterapetka ini aktif te rhadap kuman mikobakterium. Termasuk
di sini adalah obat-obat anti TBC dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin, INH, dapson,
etambutol dan lain-lain.

Dosis yang digunakan

Cefixime Kapsul
Dosis:
Dewasa dan anak-anak dengan berat badan ?30 kg, dosis harian yang direkomendasikan adalah
50-100 mg (potensi) cefixime diberikan per oral dua kali sehari.
Cefadroxil 500 mg
Dosis:
Dewasa:
Infeksi saluran kemih:
Infeksi saluran kemih bagian bawah, seperti sistitis : 1 – 2 g sehari dalam dosis tunggal atau dua
dosis terbagi, infeksi saluran kemih lainnya 2 g sehari dalam dosis terbagi.
Kalmicetine Kloramfenikol Kapsul
-Dosis
- Dewasa, anak-anak dan bayi berumur di atas 2 minggu: 50 mg/kg BB sehari dibagi menjadi
3-4 dosis.
60
- Bayi berumur di bawah 2 minggu: 25 mg/kg BB sehari dibagi menjadi 4 dosis.
Clindamycin Capsul
- Dosis Dewasa : Infeksi serius 150-300 mg tiap 6 jam
Infeksi yang lebih berat 300-450 mg tiap 6 jam
Anak-anak : Infeksi serius 8-16 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 3-4
Infeksi yang lebih berat 16-20 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 3-4
Untuk menghindari kemungkinan timbulnya iritasi esofageal, maka obat harus ditelan dengan
segelas air penuh.
Pada infeksi streptokokus beta hemolitik,pengobatan harus dilanjutkan paling sedikit 10 hari.

Efek Samping

Efek samping dari antibiotika yaitu :


a. Sensitisasi/hipersensitif, seperti gatal-gatal, kulit kemerah-merahan, bentol-bentol atau lebih
hebat lagi dapat terjadi syok. Contohnya penisilin dan klorampenikol.
b. Resistensi, terjadi bila obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah atau waktu terapi
kurang lama. Untuk mencegah resistensi dianjurkan menggunakan kemoterapi dengan dosis
yang tepat atau dengan menggunakan kombinasi obat.
c. Superinfeksi, yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan
penyebab infeksi berbeda dengan penyebab infeksi yang pertama. Selain antibiotik yang
menekan sistem kekebalan tubuh yaitu kortikosteroid dan imunosupressiva lainnya dapat
menimbulkan suprainfeksi.

1. Obat Anemia

Pengertian

61
Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan
jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang
darah, kadar sel darah merah (hemoglobin atau Hb) di bawah nilai normal.
Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat
besi, asam folat, dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan
zat besi.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam
tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan
gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh
transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan
cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada
sama sekali.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain,
kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi diusus,
perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita
hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit.
Anemia defisiensi zat besi pada kehamilan merupakan problema kesehatan yang
dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama dinegara berkembang. Badan kesehatan dunia
(World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang
mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan
pertambahan usia kehamilan. Menurut WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang
berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan
oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan
sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume
plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada
bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali
normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen
plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.

Macam-macam Obat Anemia

62
1. Tablet Besi (Fe)
2. VitaminB12 (Sianokobalamin)
3. Asam Folat
4. Riboflavin
5. Pyridoxine
6. Kobal
7. Besi Dextran (imferon)
8. Restorasi
9. Artoferum
J. DASABION KAPSUL
K.

Cara Kerja atau Khasiat Obat

TABLET BESI ( Fe )
Absorpsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum dan jejenum proksimal;
makin ke distal absorpsinya makin berkurang. Zat ini lebih mudah di absorpsi dalam bentuk fero.
Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transport aktif. Ion fero yang sudah di absorpsi
akan di ubah menjadi ion feri dalam sel mukosa. Selanjutnya ion feri akan masuk kedalam plasma
dengan perantara transferin, atau diubah menjadi feritin dan di simpan dalam sel mukosa usus.
Secara umum, bila cadangan dalam tubuh tinggi dan kebutuhan akan zat besi rendah, maka lebih
banyak Fe di ubah menjadi feritin. Setelah di absorpsi, Fe dalam tubuh akan di ikat dalam transferin
( siderofilin ), suatu beta 1-globulin glikoprotein, untuk kemudian di angkut ke beberapa jaringan,
terutama ke sumsum tulang dan depot Fe.

VITAMIN B12 (Sianokobalamin)


Sianokobalamin diabsorpsi baik dan cepat setelah pemberian IM dan SK . Kadar dalam plasma
mencapai puncak dalam waktu 1 jam setelah suntikan IM. Absorpsi ini berlangsung dengan 2
mekanisme yaitu dengan perantaraan faktor instrinsik castle (fic) dan absorpsi secara langsung.
Setelah di absorpsi, hampir semua vitamin B12 dalam darah terikat dengan protein plasma sebagian
besar terikat pada beta-globulin (transkobalamin II),Sisanya terikat pada alfa-glikoprotein
63
(transkobalamin I) dan inter-alfa-glikoprotein ( transkobalamin III) vitamin B12 yang terikat pada
transkobalamin II akan di angkut ke berbagai jaringan, terutam hati yang merupakan gudang utama
penyimpanan vitamin B12 (50-90% ). Kadar normal vitamin B12 dalam plasma adalah 200-900
pg ml dengan simpanan sebanyak 1-10 mg dalam hepar.
ASAM FOLAT
Pada pemberian oral absorpsi folat baik sekali, terutama di 1/3 bagian proksimal usus halus.
Dengan dosis oral yang kecil, absorpsi memerlukan energi, sedangkan pada kadar tinggi absorpsi
dapat berlangsung secar difusi. Walaupun terdapat gangguan pada usus halus, absorpsi folat
biasanya masih mencukupi kebutuhan terutama sebagai PmGA.
ERITROPOIETIN
Berinteraksi dengan reseptor eritropoietin pada permukaan sel induk sel darah merah, menstimulasi
poloferasi dan diferensiasi eritroit. Eritropoietin juga menginduksi pelepasan retikulosis dari
sumsum tulang. Eritrpoietin endogen diproduksi oleh ginjal sebagai respon terhadap hipoksia
jaringan. Bila terjadi Anemia maka eritropoietin diproduksi lebih banyak olh ginjal, dan hal ini
merupakan tanda bagi sumsum tulang untuk memproduksi sel darah.

Indikasi atau Kontra Indikasi

 Indikasi Tablet Besi (Fe)


Sediaan fe hanya diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan anemia defisiansi fe
penggunakan diluar indikasi ini, cenderung menyebabkan penyakit penimbunan besi dan
keracunan besi. Anemia defisiensi fe paling sering disebabkan oleh kehilangan darah. Selain
itu, dapat pula terjadi misalnya pada wanita hamil ( terutama multipara ) dan pada masa
pertumbuhan, karena kebutuhan yang meningkat. Banyak anemia yang mirip anemia defisiensi
fe. Sebagai pegangan untuk diagnostik dalam hal ini ialah, bahwa pada anemia defisiensi fe
dapat terlihat granula berwarna kuning emas di dalam sel-sel retikuloendotelial sumsum tulang.
Indikasi Vitamin B12 (Sianokobalamin)
Anemia megaloblastik, pasca pembedahan lambung total dan pemotongan usus, defisiensi
vitamin B12.

 Indikasi Asam Folat

64
Kebutuhan asam folat meningkat pada wanita hamil, dan dapat menyebabkan
defisiensi asam folat bila tidak atau kurang mendapatkan asupan asam folat dari makanannya.
Ada hubungan kuat antara defisiensi asam folat pada ibu dengan insisens defek neural tube,
seperti sapina bifida dan anensefalus, pada bayi yang dilahirkan. Wanita hamil membutuhkan
sekurang-kurangnya 500 mg asam folat per hari suplementasi asam folat di butuhkan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, untuk mengurangi insidens defek neuran tube.Efek toksik pada
penggunaan folat untuk manusia hingga sekarang belum pernah dilaporkan terjadi. Sedangkan
pada tikus, dosis tinggi dapat menyebabkan pengendapan kristal asam folat dalam tubuli ginjal.
Dosis 15 mg pada manusia masih belum menimbulkan efek toksik.

 Indikasi Restorasi
Anemia yang disebabkan kekurangan Fe, anemia akibat traumatik atau anemia endogenik,
anemia akibat perdarahan selama masa pertumbuhan, usia lanjut & masa penyembuhan,
kehamilan, menyusui, anemia yang disebabkan malnutrisi.
 Indikasi Artoferum

Anemia (kekurangan zat besi) & sebagai sebuah pencegahan, pengobatan, dan
sumber vitamin dan mineral bagi negara-negara kekurangan.
 Indikasi Dasabion Kapsul

Segala macam anemia pada masa kehamilan

Dosis yang digunakan

 Dosis Tablet Besi (Fe)


- Diminum sesudah makan malam atau menjelang tidur
- Hindari minum dengan air teh, kopi dan susu karena dapat menganggu proses penyerapan.
- Hendaknya meminum dengan vitamin c misalnya dengan air jeruk
- Segera minum pil setelah rasa mual, muntah menghilang
 Dosis Vitamin B12 (Sianokobalamin)

Per oral: untuk defisiensi B12 karena faktor asupan makanan: dewasa 50-150 mikrogram atau
lebih, anak 50-105 mikrogram sehari, 1-3x/hari

65
- injeksi intramuskular: dosis awal 1mg, diulang 10 kali dengan interval 2-3 hari. Dosis
pemeliharaan 1 mg per bulan.
- Sediaan: tablet 50 mikrogram, liquid 35 microgram/5 ml, injeksi 1 mg/ml.
 Dosis Asam Folat

Yang digunakan tergantung dari beratnya anemia dan komplikasi yang ada. Umumnya folat
diberikan per oral, tetapi bila keadaan tidak memungkinkan, folat diberikan secar IM atau SK.
Untuk tujuan diagnostik digunakan dosis 0,1 mg per oral selam 10 hari yang hanya menimbulkan
respons hematologik pada pasien defisiensi folat. Hal ini membedakannya dengan defisiensi
vitamin B12 yang baru memberikan respons hematologik dengan dosis 0,2 mg per hari atau lebih.
 Dosis Besi Dextran (Imferon)
Untuk memperkecil reaksi toksin pada pemberian IV, Dosis permulaan tidak boleh melebihi 25 mg,
dan di ikuti dengan peningkatan bertahan untuk 2-3 hari tercapai dosis 100 mg/hari. Obat harus di
berikan perlahan-lahan yaitu dengan menyuntikkan 25-50 mg/ menit.
 Dosis Restorasi
Dosis awal 1-2 kapsul sehari.

Efek Samping dan Cara Mengatasinya

Efek Samping Tablet Besi (Fe)

Efek samping yang paling sering timbul berupa intoleransi terhadap sediaan oral, dan ini
sangat tergantung dari jumlah fe yang dapat larut dan yang diabsorpsi pada tiap pemberian. Gejala
yang timbul dapat berupa mual dan nyeri lambung (± 7-20% ), konstipasi (± 10% ), diare (± 5% )
dan kolik. Gangguan ini biasanya ringan dan dapat di kurangi dengan mengurangi dosis atau
dengan cara ini diabsorpsi dapat berkurang. Perlu diterangkan kemungkinan timbulnya feses yang
berwarna hitam kepada pasien. Pemberian fe secara IM dapat menyebabkan reaksi lokal
pada tempat suntikan yaitu berupa rasa sakit, warna coklat pada tempat suntikan, peradangan lokal
dengan pembesaran kelenjar inguinal. Peradangan lokal lebih sering terjadi pada pemakaian IM
dibanding IV, selain itu dapat pula terjadi reaksi sistemik yaitu pada 0,5-0,8% kasus. Reaksi yang
dapt terjadi dalam 10 menit setelah suntikan adalah sakit kepala, nyeri otot dan sendi, hemolisis,
takikardia, flushing, berkeringat, mual, muntah, bronkospasme, hipotensi, pusing dan kolaps
sirkulasi, sedangkan reaksi yang lebih sering timbul dalam ½-24 jam setelah suntikan misalnya
66
sinkop, demam, menggigil, rash, urtikaria, nyeri dada, sering terjadi pada pemberian IV,
demikian pula syok atau henti jantung.
Efek Samping Besi Dextran (Imferon)

- Reaksi alergi seperti ruam kulit , gatal atau gatal-gatal , pembengkakan wajah, Bibir, atau lidah.
- Bibir biru, kuku, atau kulit.
- Gangguan pernapasan.
- Perubahan tekanan darah.
- Nyeri dada.
- Takikardi.
- Perasaan pusing, atau jatuh pingsan.
- Demam atau kedinginan.
- Nyeri otot atau nyeri sendi.
- Nyeri, kesemutan, mati rasa di tangan atau kaki.
- kejang.
- Efek samping yang biasanya tidak memerlukan perhatian medis (laporkan ke dokter atau ahli
kesehatan jika gejala menetap atau mengganggu):
a. Diare
b. Sakit kepala
c. Iritasi didaerah suntikan
d. Mual, muntah
e. Sakit perut

Efek Samping Restorasi

Gangguan saluran pencernaan.

Efek Samping Dasabion Kapsul

Nyeri pada saluran pencernaan disertai mual,muntah dan diare. Pemberian secara terus
menerus dapat menyebabkan konstipasi.

3. Obat Anastesi

Pengertian

67
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" danaesthtos, "persepsi,
kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.

Macam-macam

1. Anastesi Umum
2. Anastesi Regional
3. Anastesi Lokal

 Anastesi Umum

Anestesi umum dikenal juga sebagai bius total. Ini merupakan jenis obat anestesi yang
menyebabkan pasien benar-benar tidak sadarkan sehingga dan tidak akan merasakan rasa sakit
selama operasi. Efek obat ini memengaruhi kerja otak dan seluruh bagian tubuh lainnya.

Anestesi umum dilakukan dengan cara menyuntikkan cairan obat anestesi ke dalam pembuluh
darah vena ataupun dengan menggunakan aliran gas bius lewat pemasangan masker khusus.
Jenis anestesi ini digunakan untuk operasi besar dengan mempertimbangkan keselamatan dan
kenyamanan pasien.

 Anastesi Regional

Anestesi regional adalah jenis obat anestesi yang berfokus pada kerja saraf dengan cara
memblokir kerja saraf motorik, sensori maupun otonom. Anestesi regional dilakukan dengan
sasaran saraf tulang belakang ataupun pada cairan cerebrospinal. Anestesi regional memiliki
risiko kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan anestesi umum, namun memiliki risiko
terhadap kerusakan sistem saluran pernapasan.

68
 Anastesi Lokal

Anestesi lokal adalah jenis obat anestesi yang digunakan untuk operasi ringan yang melibatkan
hanya sebagian kecil dari area permukaan tubuh. Anestesi lokal menyebabkan mati rasa pada
bagian kecil tubuh dengan menyuntikan obat anestetik pada area yang akan dibedah untuk
menghilangkan rasa sakit. Pasien akan tetap terjaga saat dilakukan bius lokal.

Cara Kerja atau Khasiat Obat

 Cara Kerja Obat Anastesi Umum

Sebagai anastesi inhalasi digunakan gas dan cairan terbang yang masing – masing sangat
berbeda dalam kecepatan induksi, aktivitas, sifat melemaskan otot maupun menghilangkan rasa
sakit. Untuk mendapatkan reaksi yang secepat – cepatnya, obat ini pada permulaan harus
diberikan dalam dosis tinggi, yang kemudia diturunkan sampai hanya sekadar memelihara
keseimbangan antara pemberian dan pengeluaran (ekshalasi). Keuntungan anastetika-inhalasi
dibandingkan dengan anastesi-intravena adalah kemungkinan untuk dapat lebih cepat mengubah
kedalaman anastesi dengan mengurangi konsentrasi dari gas/uap yang diinhalasi. Kebanyakan
anastesi umum tidak di metabolisasikan oleh tubuh, karena tidak bereaksi secara kimiawi
dengan zat-zat faali. Mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan bahwa anastetika umum di
bawah pengaruh protein SSP dapat membentuk hidrat dengan air yang bersifat stabil. Hidrat gas
ini mungkin dapat merintangi transmisi rangsangan di sinaps dan dengan demikian
mengakibatkan anastesia.
 Cara Kerja Obat Anastesi Regional
Anestesi regional diberikan pada dan di sekitar saraf utama tubuh untuk mematikan bagian yang
lebih besar. Pada prosedur ini pasien mungkin tidak sadarkan diri selama periode waktu yang
lebih panjang. Di sini, obat anestesi disuntikkan dekat sekelompok saraf untuk menghambat rasa
sakit selama dan setelah prosedur bedah

 Cara Kerja Obat Anastesi Lokal


Anatetika local mengakibatkan kehilangan rasa dengan jalan beberapa cara. Misalnya dengan
jalan menghindarkan untuk sementara pembentukan dan transmisi impuls melalui sel saraf
ujungnya. Pusat mekanisme kerjanya terletak di membrane sel. Seperti juga alcohol dan barbital,
69
anastetika local menghambat penerusan impuls dengan jalan menurunkan permeabilitas
membrane sel saraf untuk ion-natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yang layak. Hal ini
disebabkan adanya persaingan dengan ion-kalsium yang berada berdekatan dengan saluran-
saluran natrium di membrane neuron. Pada waktu bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi,
ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat laun meningkat, sehingga akhirnya terjadi
kehilangan rasa setempat secara reversible.

Indikasi atau Kontra Indikasi

o Kontra Indikasi Anastesi Umum


Kontra indikasi anestesi umum tergantung efek farmakologi pada organ yang mengalami
kelainan dan harus hindarkan pemakaian obat pada:
a. Hepar yaitu obat hepatotoksik, dosis dikurangi atau obat yang toksis terhadap hepar atau
dosis obat diturunkan
b. Jantung yaitu obat-obat yang mendespresi miokardium atau menurunkan aliran darah
koroner
c. Ginjal yaitu obat yg diekskresi di ginjal
d. Paru-paru yaitu obat yg merangsang sekresi Paru
e. Endokrin yaitu hindari obat yg meningkatkan kadar gula darah/ hindarkan pemakaian obat
yang merangsang susunan saraf simpatis pada diabetes karena bisa menyebabkan peninggian
gula darah.

o Indikasi Anastesi Regional


a. Operasi ektrimitas bawah, meliputi jaringan lemak, pembuluh darah dan tulang.
b. Operasi daerah perineum termasuk anal, rectum bawah dan dindingnya atau pembedahan
saluran kemih.
c. Operasi abdomen bagian bawah dan dindingnya atau operasi peritoneal.
d. Operasi obstetrik vaginal deliveri dan section caesaria.
e. Diagnosa dan terapi

Kontra indikasi Anastesi Regional


a. Absolut
1) Pasien menolak
70
2) Infeksi tempat suntikan
3) Hipovolemik berat, syok
4) Gangguan pembekuan darah, mendapat terapi antikoagulan
5) Tekanan intracranial yang meninggi
6) Hipotensi, blok simpatik menghilangkan mekanisme kompensasi
7) Fasilitas resusitasi minimal atau tidak memadai

o Indikasi Anastesi Lokal


1. Tindakan pembedahan yang menyebabkan rasa nyeri seperti pencabutan gigi,gingivektomi, bedah
periodontal,pulpektomi, poulpotomi, alveloplasty, bonegrafting, implant gigi, gingivoplasti, perawatan fraktur
rahang, pengembalian gigiavulse, removal tumor dan kista.
2. Mengurangi rasa nyeri saat penetrasi jarum pada mukosa mulut ( untuk anestesitopical)
3. Inisisi abses
4. Pasien yang sangat sensitive mencetak rahang
5. Mengurangi nyeri pasca operasi

Kontraindikasi Anastesi Lokal


1. Adanya infeksi akut pada daerah operasi (karena dapat menyebabkan penyebaraninfeksi melalui rusaknya
daya pertahanan alami dan jarang dapat menimbulkanefek anastesi)
2. Penderita penyakit gangguan darah yang langka seperti hemofilia, penyakitChrsitmas atau penyakit von
Willebrand (karena akan timbul resik terjadinyaperdarahan di daerah injeksi atau suntikan)
3. Terdapat inflamasi pada daerah tempat penyuntikan
4. Keadaan lingkungan periodontal yang tidak memungkinkan pemberian anestesilokal yang sempurna
5. Anak-anak di bawah umur yang tidak mengenal dan tidak mengerti akibat anestesi.
6. Pada penderita yang lemah saraf dan penakut
7. Pasien yang tidak dapat membuka mulut dengan lebar, misalnya pada keadaantrismus, fraktur tulang rahang,
ankilosis temporomandibula, dll
8. Pasien yang alergi terhadap bahan anestesi lokal
9. Pasien dengan penyakit sistemik yang tidak terkontrol (misal diabetes tidakterkontrol)
10. Pasien yang tidak kooperatif
11. Kurangnya tenaga terampil yang mampu mengatasi atau mendukung tekniktertentu.
12. Jika dibutuhkan anestesi segeraatau tidak cukup waktu untuk anestesi lokal untukbekerja secara sempurna.
13. Kurangnya kerjasama atau tidak adanya persetujuan dari pihak penderita.
71
14. Efek merugikandari berbagai anas anastesi local modern terhadap kehamilanbelum terbukti. Tetapi
diperkirakan vasokonstriktor relypressin mempunyai efekoksitoksik ringan, sehingga dapat
menganggu sirkulasi fetus dan mempercepatkelahiran. Umumnya anastesi pada ibu hamil cukup aman
asalkan diberikandengan hati-hati. Namun sebaiknya dibatasai perawatan yang hanya
diperlukansaja, operasi dan restorasi ditunda setelah persalinan.

72
Efek Samping dan Cara Mengatasinya

Efek Samping Anastesi Umum

 Reaksi alergi terhadap obat anestetik


 Rasa mual dan muntah-muntah
 Kerusakan gigi
 Penurunan suhu tubuh hingga hipotermia
 Sakit kepala
 Nyeri punggung
 Kegagalan fungsi sistem pernapasan
 Tersadar ditengah-tengah proses operasi

Efek Sampinng Anastesi Regional

 Rasa nyeri dan sakit kepala


 Hipotensi
 Penurunan suhu tubuh hingga hipotermia
 Perdarahan
 Keracunan bahan anestetik
 Reaksi alergi
 Infeksi tulang belakang
 Infeksi selubung otak (meningitis)
 Kegagalan fungsi sistem pernapasan
Efek Samping Anastesi Lokal

73
 Rasa sakit
 Berdarah
 Infeksi
 Kerusakan sebagian kecil saraf
 Kematian sel

 Vitamin dan Mineral

Pengertian

Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik
amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme,
yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita
yang artinya "hidup" dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang
memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui
bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi
enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi
oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan
berkembang secara normal (Mulyono 2005).
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecilyang memiliki
fungsi vital dalam metabolisme organisme. Dipandang dari sisienzimologi (ilmu tentang
enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Terdapat 13
jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan
baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin, niasin,
asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat). Walau memiliki peranan yang
sangat penting, tubuh hanya dapat memproduksi vitamin D dan vitamin K dalam bentuk
provitamin yang tidak aktif.Oleh karena itu, tubuh memerlukan asupan vitamin yang berasal
dari makanan yang kita konsumsi.Buah-buahan dan sayuran terkenal memiliki kandungan
vitamin yang tinggi dan hal tersebut sangatlah baik untuk tubuh. Asupan vitamin lain dapat
diperoleh melalui suplemen makanan. Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis
vitamin larut dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera
hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang
74
terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak
dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin. Oleh karena hal inilah, tubuh
membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-menerus (Syarif, 2007).
Mineral adalah nutrisi penting untuk pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Mineral dan vitamin bertindak secara interaksi. Anda perlu vitamin agar mineral dapat bekerja
dan sebaliknya. Tanpa beberapa mineral / vitamin, beberapa vitamin / mineral tidak berfungsi
dengan baik. Perbedaan terbesar antara vitamin dan mineral adalah bahwa mineral merupakan
senyawa anorganik, sedangkan vitamin organik.

Pengelolaan Vitamin

Kita di negara yang kaya akan hasil bumi bernutrisi tinggi serta berada di zamrud
khatulistiwa mungkin tidak akan khawatir kekurangan vitamin D, sebagaimana saudara-
saudara yang hidup di negeri bermusim empat dan tempat-tempat yang amat jarang tersentuh
matahari. Karena selain nutrisi yang baik, sinar matahari yang berkecukupan (sinar ultraviolet
B / UV B) sangat penting bagi pembentukan vitamin D dalam tubuh manusia.
Vitamin D menjadi sangat penting (esensial) bagi perkembangan tulang agar optimal,
menjaga kesehatan tulang dan fungsi neuromuskular (persarafan otot). Baiknya juga, vitamin
D memainkan peranan penting dalam menjaga tubuh dari penyakit pembuluh darah dan
jantung (cardiovascular diseases), depresi dan kanker kolon.
Kekurangan vitamin D pada masyarakat tertentu dapat mengakibatkan munculnya
penyakit rickets secara epidemis, semisal yang ditemukan pada anak-anak di Pennsylvania
pada abad ke-19 di kota-kota industri saat itu. Kelemahan otot-otot proksimal; nyeri otot;
Diagnosis kekurangan (defisiensi) vitamin D sering kali terlewatkan dan kondisi ini tidak
mendapat perawatan karena tanda dan gejala berkembang dengan amat sangat lambat dan tidak
spesifik. Hal ini bisa meliputi nyeri punggung bawah (low back pain) yang simetris pada
wanita; sensasi sakit berdenyut pada tulang di punggung bawah, area pelvis, atau ekstremitas
bawah, atau ketika tulang sternum atau tibia ditekan. Kekurangan vitamin D juga dapat
dicurigai pada pasien dengan peningkatan risiko terjatuh (pasien mudah terjatuh), atau
kemampuan fisik yang terganggu.
Faktor risiko kekurangan vitamin D ditemui pada mereka yang berusia di atas 65 tahun,
ibu yang memberikan ASI eksklusif pada anaknya tanpa mengonsumsi suplemen vitamin D;
kulit gelap; kekurangan paparan sinar matahari, gaya hidup sedentari (kurang bergerak dan
75
olah raga); obesitas yang didefinisikan sebagai indeks massa tubuh (BMI) lebih besar dari
30kg/mk. Serta, penggunaan antikonvulsan (obat anti kejang), glukokortikoids, atau obat-
obatan lain yang mempengaruhi metabolisme vitamin D bisa memberikan dampak defisiensi.
Diagnosis kecurigaan defisiensi vitamin D dikonfirmasi kadar 25-hidroksivitamin D
kurang dari 20 ng/mL (50 nmol/L). Sedangkan untuk kategori ketidakcukupan (insufisiensi)
vitamin D didefinisikan sebagai kadar serum 25-hidroksivitamin D antara 20 – 30 ng/mL (50
– 75 nmol/L).

Fungsi Vitamin dan Mineral

Vitamin dibutuhkan oleh semua organ dan struktur tubuh untuk menjalani fungsinya masing-
masing. Vitamin sendiri terbentuk dari asupan makanan dan minuman yang kita konsumsi.
Vitamin sebelum diserap oleh tubuh terbentuk sebagai provitamin atau vitamin yang belum
aktif. Provitamin tersebut lalu dilarutkan oleh lemak atau air untuk diubah menjadi vitamin
yang lebih mudah diserap oleh tubuh.

Jadi setiap makanan dan minuman yang kita konsumi akan menghasilkan jenis vitamin yang
bermacam-macam. Nah, berikut ini kami akan menjelaskan secara singkat mengenai berbagai
macam fungsi vitamin bagi tubuh manusia.

1. Vitamin A

Nama lainnya adalah Retinol. Kegunaan Vitamin A adalah untuk kesehatan kulit, kesehatan
indera penglihatan, sebagai antioksidan, untuk pendukung perkembangan janin di dalam
kandungan, dan untuk sistem imunitas. Kekurangan vitamin A menyebabkan penuaan dini,
katarak, dan daya tahan tubuh menurun. Kelebihan vitamin A menyebabkan haid tidak lancar
dan gangguan pada kulit. Vitamin A bisa didapat dari buah-buahan dengan warna merah,
wortel, sayuran berwarna hijau, hati, dan susu.

Sumber :
Wortel, sayuran hijau, brokoli, susu, keju, ikan salmon, aprikot, buah persik, dsb.

2. Vitamin B1

76
Nama lain adalah Thiamine. Fungsi vitamin B adalah untuk kesehatan jantung dan fungsi
syaraf serta mencegah penyakit beri-beri. Kekurangan vitamin B menyebabkan susah buang
air besar. Penyakit beri-beri dan gangguan kulit lainnya serta imun tubuh menurun. Kelebihan
vitamin B menyebabkan reflex otot berkurang dan system tubuh tidak seimbang. Vitamin B
bisa didapat dari kacang-kacangan, roti, gandum, susu, dan daging tanpa lemak.

3. Vitamin B2

Nama lain adalah Riboflavin. Kegunaan vitamin B2 adalah untuk kesehatan kulit dan
perkembangan system tubuh. Kekurangan vitamin B2 menyebabkan menurunnya daya tahan
tubuh, gangguan ringan pada kulit, bibir kering dan pecah-pecah. Vitamin B2 bisa didapatkan
dari sayur bedrdaun hijau, kacang hijau, kacang kedelai, susu, buah pisang, daging tak
berlemak.

4. Vitamin B3

Nama lain adalah Niacinamide. Fungsi vitamin B3 adalah untuk mengubah kalori menjadi
energy, meningkatkan system syaraf dan meningkatkan nafsu makan. Kekurangan vitamin B3
menyebabkan nafsu makan berkurang, susah tidur, badan letih dan otot kejang. Vitamin B3
bisa didapatkan dari alpukat, brokoli, daging, ikan, susu, sayur berdaun hijau dan roti.

5. Vitamin B5

Nama lain adalah Pantothenic Acid. Peran vitamin B5 adalah untuk kesehatan syaraf dan otak,
penghasil senyawa asam dan hormone. Kekurangan vitamin B5 menyebabkan gangguan kulit,
insomnia, kram otot, penyakit Paresthesia, vitamin B5 bisa didapatkan dari alpukat, sayuran
brokoli dan daging.

6. Vitamin B6

Nama lain adalah pridoksin. Fungsi dari vitamin B6 adalah untuk kesehatan gigi, pembentukan
sel darah merah, untuk kesehatan system syaraf dan pembentuk antibody. Kekurangan vitamin
B6 menyebabkan anemia dan system syaraf terganggu. Vitamin B6 bisa didapatkan dari
kacang-kacangan, sayur-sayuran, buah-buahan terutama pisang dan daging tak berlemak.

7. Vitamin B7
77
Nama lain adalah Biotin. Kegunaan vitamin B7 adalah untuk reaksi kimia dalam tubuh.
Kekurangan vitamin B7 menyebabkan masalah kulit, kekurangan darah, susah tidur dan
rambut rontok. Vitamin B7 bisa didapatkan dari kuning telur, ragi, daging tanpa lemak dan
gandum.

8. Vitamin B9

Nama lain adalah asam folat. Manfaat vitamin B9 adalah untuk penurun resiko jantung,
pembentuk sel-sel darah merah dan pencegah kecacatan otak janin. Kekurangan vitamin B3
menyebabkan janin cacat dalam kandungan dan kurang darah atau anemia. Vitamin B9 bisa
didapatkan dari kacang-kacangan, bayam, buah jeruk, tomat dan hati.

9. Vitamin B12

Nama lain adalah Methylcobalamin. Fungsi vitamin B12 adalah untuk pertumbuhan,
kesehatan system syaraf dan pencegah anemia. Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan
anemia. Vitamin B12 bisa didapatkan dari sayur-sayuran berdaun hijau, daging berwarna
merah dan susu.

10. Vitamin C

Nama lain adalah Asam askorbat. Kegunaan vitamin C adalah untuk meningkatkan system
imun tubuh, pembentuk sel-sel darah merah, untuk antioksidan, untuk kesehatan gigi dan gusi.
Kekurangan vitamin C menyebabkan mudah lelah, anemia dan sariawan. Vitamin C bisa
didapatkan dari buah-buahan, mentega dan ikan.

Sumber :
buah jeruk, blackcurrant, lada hijau, brokoli, kol dan kentang.

11. Vitamin D

Nama lain adalah Kalsiferol. Fungsi vitamin D adalah pembentuk tulang dan gigi. Kekurangan
vitamin D menyebabkan diabetes dan osteoporosis. Vitamin D bisa didapatkan dari susu dan
pancaran sinar matahari.

Sumber :

78
telur, produk susu, margarin, minyak ikan, sinar matahari pagi juga meningkatkan kadar
vitamin D.

12. Vitamin E

Nama lain adalah Tocopherols. Kegunaan vitamin E adalah pengontrol asam lemak berlebih
dan kesehatan kulit. Kekurangan vitamin E menyebabkan mandul. Vitamin E bisa didapatkan
dari gandum, minyak sayur dan minyak ikan.

Sumber :
almond, zaitun, minyak bunga matahari, telur, produk susu, sereal gandum, brokoli, wortel,
seledri, apel, alpukat

13. Vitamin K

Nama lain adalah Menaquinones. Kegunaan vitamin K adalah untuk pencegah diabetes, dan
pencegah osteoporosis. Kekurangan vitamin K menyebabkan kepadatan tulang berkurang.
Vitamin K bisa didapatkan dari alpukat dan sayur-sayuran berwarna hijau.

Sumber :
daging tanpa lemak, brokoli, bayam, tomat, kacang, bubur gandum, alpukat, juga dihasilkan
oleh bakteri yang ada di dalam usus.

Penyakit Akibat Defesiensi Vitamin


dan Mineral

 Penyakit Akibat Defesiensi Vitamin


a. Vitamin A (retinol)
Sistem kekebalan tubuh membutuhkan vitamin A dalam jumlah kecil untuk membantu
melawan infeksi. Vitamin A juga penting bagi pertumbuhan dan reproduksi. Kekurangan

79
vitamin A bisa menyebabkan kerusakan penglihatan. Kekurangan vitamin A merupakan
penyebab utama kebutaan pada anak. Diperkirakan 250.000-500.000 anak-anak yang
kekurangan vitamin A menjadi buta setiap tahunnya. Setiap tahunnya seetengah dari anak-
anak tersebut meninggal. Kekurangan vitamin A juga menyebabkan rabun senja dan
meningkatkan resiko kematian anak, terutama karena diare dan campak, serta meningkatkan
angka kematian ibu.
b. Vitamin D
Mengakibatkan pertumbuhan & perbaikan tulang yg abnormal, rakitis pada anak²,
osteomalasia pada dewasa, kejang otot.
c. Vitamin E
Mengakibatkan pecahnya sel darah merah, kerusakan saraf
d. Vitamin K
Mengakibatkan perdarahan
e. Vitamin B (tiamin)
Mengakibatkan beriberi pada anak & dewasa, disertai kegagalan jantung dan fungsi saraf
& otak yg abnormal.
f. Vitamin B2 (riboflavin)
Mengakibatkan Bibir & sudut mulut pecah² & bersisik, dermatitis
g. Vitamin B6 (Pridoksin)
Mengakibatkan kejang pada bayi, anemia, kelainan saraf & kulit
h. Vitamin B12 (kobalamin)
Mengakibatkan anemia pernisiosa & anemia lainnya (pada vegetarian yg menderita cacing
pita ikan), bebrapa kelainan psikis, gangguan penglihatan.

Kekurangan Vitamin B12 (cobalamin) menyebabkan kerusakan saraf, anemia


megaloblastik, dan gangguan fungsi kekebalan tubuh sehingga pada akhirnya akan
mengalami gangguan kesehatan lainnya. Jika terjadi pada bayi dan anak-anak maka akan
sangat menghambat perkembangan mereka.
i. Vitamin C
Mengakibatkan scurvy (perdarahan, gigi rontok, peradangan gusi)

 Penyakit Akibat Defesiensi Mineral


Kebutuhan tubuh akan mineral dan Trace Mineral tidak dapat diabaikan. Kedua unsur tersebut
merupakan katalisator vitamin maupun nutrisi tubuh yang sangat dibutuhkan guna
80
membangun dan menjaga kesehatan tubuh secara optimal. Juga sangat membantu menjaga
keseimbangan mineral-mineral lainnya.
Mineral sangat baik dikonsumsi setiap hari. Anda bisa mencampurnya dengan juice, makanan
atau minuman. Mineral bermanfaat menyalurkan dan membangkitkan sistem elektrik dalam
tubuh agar tubuh selalu tampil prima.
Formula Trace Mineral diproses secara alami, dengan mengurangi sodium dan menghasilkan
sebuah formula yang khasiatnya 26 kali lebih banyak dari mineral lainnya.
Hanya CMD-Formula Trace mineral terkuat saat ini yang sanggup menjaga kesehatan Anda
secara Alami.
a. Kalsium
 Gangguan pertumbuhan, tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh, disebut
juga ricketsia atau rachitis;
 Tetani atau kejang otot, misalnya pada kaki;
 Lambatnya pembekuan darah bila terjadi luka.
b. Phospor (P)
Menyebabkan kerusakan pada tulang, dengan gejala rasa lelah dan kurang nafsu makan.
c. Magnesium (Mg)
Terjadi pada komplikasi penyakit yang menyebabkan gangguan absorpsi.
d. Biotin
Mengakibatkan peradaffngan pada kulit & bibir
e. Niasin (Aasam Nikotinat)
Mengakibatkan Pellagra (dermatosis, peradangan pada lidah, fungsi usus & otak yg
abnormal).
f. Natrium
Mengakibatkan kebingungan, koma
g. Asam Folat
Mengakibatkan berkurangnya jumlah semua jenis sel darah (pansitopenia), sel
darah merah yg berukuran besar (terutama pada wanita hamil, bayi & penderita
malabsorpsi).
Asam folat (vitamin B9) memainkan peran kunci dalam pembelahan sel dan
pertumbuhan jaringan. Defisiensi asam folat meningkatkan resiko melahirkan bayi
dengan tabung saraf (neural tube) yang cacat dan kecacatan lain.
Spina bifida dan anencephaly, merupakan dua jenis kecacatan pada tabung saraf
81
yang paling sering terjadi. Kelainan ini terjadi ketika tabung saraf tidak menutup dengan
sempurna, sehingga otak atau spinal cord bayi akan terpapar cairan ketuban. Kecacatan
pada tabung saraf diperkirakan memengaruhi 300.000 atau lebih bayi baru lahir setiap
tahunnya.
Kekurangan asam folat juga dapat menyebabkan gangguan fungsi kognitif pada
orang dewasa. Hal ini cenderung lebih sering terjadi pada masyarakat yang lebih banyak
mengonsumsi sereal (rendah folat) dan sedikit sayuran hijau dan buah-buahan (tinggi
folat).
h. Zat Besi
Zat besi dalam darah berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh. Oleh karena
itu zat besi sangat penting untuk kelangsungan hidup kita.
Tubuh menyimpan zat besi di beberapa tempat. Perempuan memerlukan zat besi
lebih banyak daripada laki-laki. Selama kehamilan, untuk pertumbuhan, bayi juga
membutuhkan zat besi yang diambil dari darah ibu.
Pada tahap yang lebih parah, kekurangan zat besi bisa menyebabkan anemia.
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin darah yang rendah. Diperkirakan
40 persen penduduk dunia (yaitu lebih dari 2 milyar orang) mengalami anemia.
Kekurangan zat besi juga dapat merusak perkembangan otak serta meningkatkan
kematian ibu dan anak. Lebih dari 130.000 wanita dan anak-anak meninggal setiap tahun
karena kekurangan zat besi (anemia).
i. Seng
Pertumbuhan yg lambat, tertundanya kematangan seksual, berkurangnya sensasi
rasa.
Tubuh manusia bergantung pada zinc untuk melakukan banyak fungsi termasuk
penyembuhan luka, pertumbuhan dan perbaikan jaringan, pembekuan darah,
metabolisme protein, karbohidrat, lemak dan alkohol, perkembangan janin, serta
produksi sperma.
Gejala kekurangan yang cukup parah diantaranya adalah gangguan pertumbuhan,
diare, gangguan mental, dan terjadinya infeksi yang berulang.
Sekitar 20 persen dari populasi dunia memiliki resiko defisiensi zinc. Daerah-
daerah yang paling terpengaruh meliputi Asia Selatan (khususnya, Bangladesh dan
India), Afrika, dan Pasifik barat.
Percobaan pemberian suplemen zinc dilakukan selama beberapa dekade terakhir
82
pada anak-anak dari negara-negara berkembang, telah menunjukkan tingkat
pertumbuhan yang lebih baik dan penurunan insiden diare, pneumonia, dan berbagai
penyakit menular.
j. Asam Pantotenat
Mengakibatkan penyakit saraf, kaki terbakar
k. Klorida
Mengakibatkan gangguan keseimbangan asam-basa
l. Selenium
Kekurangan selenium mengakibatkan nyeri otot & kelemahan
m. Fosfat
Mudah tersinggung, kelemahan, kelainan sel darah, kelainan usus & ginjal
n. Tembaga
Mengakibatkan anemia pada anak² yg menderita malnutrisi
o. Yodium
Pembesaran kelenjar tiroid (goiter), kretinisme, tuli-bisu, pertumbuhan janin &
perkembangan otak yg abnormal.
Delapan belas juta anak per tahun lahir dengan gangguan mental karena
defisiensi iodium. Hampir dua milyar orang tidak tercukupi kebutuhan iodium dari
makanan yang mereka konsumsi, sepertiganya merupakan anak usia sekolah.
Orang dengan defisiensi iodium kronis menunjukkan penurunan kecerdasan (IQ)
mereka hingga 12,5-13,5 points.
Iodium merupakan mineral penting bagi perkembangan dan pertumbuhan tubuh.
Tubuh memerlukan iodium untuk menghasilkan hormon yang mengatur kelenjar tiroid.
Tanda yang paling umum dikenal akibat kekurangan iodium adalah gondok, atau
pembengkakan kelenjar tiroid di leher. Kekurangan iodium terutama mempengaruhi
perkembangan otak.
Hal ini juga dapat menyebabkan kretinisme, kondisi paling parah dari
keterbelakangan mental dan cacat fisik.
p. Kalium (K)
Kekurangan terjadi jika diare kronis, muntah pada penggunaan obat pencahar, deuretik.

83
Contoh Obat

1. Multivitamin atau mineral

Mengonsumsi suplemen ini secara rutin tiap hari akan memastikan Anda mendapatkan
semua vitamin dan mineral yang Anda butuhkan. Karena semua vitamin dan mineral itu
saling melengkapi untuk memberikan manfaat kesehatan yang terbaik. Jika Anda
mengonsumsi vitamin A, vitamin C, vitamin E, atau berbagai vitamin antioksidan lain
sendiri-sendiri, hal ini justru akan merugikan. Anda akan mendapatkan pengaruh pro-
oksidatif. Konsumsi satu multivitamin yang tidak melebihi takaran dosis harian.

2. Vitamin D

Paparan sinar matahari pagi akan memberikan cukup vitamin D selama beberapa minggu.
Namun penggunaan sunscreen dapat menghalangi kemampuan kita menyerap vitamin D.
Dr Logan juga mengatakan bahwa mengonsumsi vitamin D secara terpisah (di luar
multivitamin) tidak akan merugikan. Sayangnya, sebagian orang di beberapa tempat yang
kurang mendapatkan sinar matahari tidak akan mendapatkan kemewahan ini. Karena itu,
mereka perlu mengonsumsi suplemen dengan vitamin D untuk memenuhi kebutuhannya.
Dosis yang disarankan adalah 1.000 IU (International Unit) sehari.

3. Minyak ikan

Asam lemak ini biasanya ditemukan dalam ikan atau tumbuh-tumbuhan. Ikan dianggap
sebagai sumber omega-3 yang lebih baik daripada tumbuhan, karena omega-3 yang terdapat
pada tumbuh-tumbuhan (disebut asam alpha linolenic) perlu dikonversikan oleh liver
menjadi DHA untuk mendapatkan manfaatnya. Sedangkan kebanyakan Omega-3 yang
ditemukan pada ikan sudah dikonversikan oleh ikan itu sendiri. Maka, jika Anda tidak
84
mengonsumsi ikan berlemak minimal tiga kali seminggu, Anda perlu mengonsumsi
supplement minyak ikan.

Sementara itu jika Anda seorang vegetarian, Anda bisa mendapatkan asam lemak Omega-
3 dari tumbuhan, seperti flaxseed, walnut, dan kacang-kacangan lainnya. Pastikan juga
Anda mendapatkan cukup vitamin B6 dan vitamin B3, asam folat, seng, dan selenium,
untuk memaksimalkan angka konversinya. Dosis harian yang disarankan adalah 1 gram
minyak ikan dengan EPA/DHA.

4. Probiotik

Jika Anda tidak mengonsumsi makanan yang difermentasikan, seperti yogurt, secara
teratur, Anda mungkin tidak akan memperoleh cukup banyak bakteri baik ke dalam sistem
untuk mencerna dengan semestinya. Sebagai gantinya Anda bisa mengambil supplement
probiotik. Perlu Anda ketahui, banyak juga yogurt yang memiliki kualitas rendah. Karena
itu, pintar-pintarlah memilih yogurt yang lebih murni dan alami. Jenis probiotik yang bisa
menjadi pilihan antara lain kefir, atau yogurt Yunani.

1. Anti Konvulsi

Pengertian

Anti Konvulsi merupakan golongan obat yang identik dan sering hanya
digunakan pada kasus- kasus kejang karena Epileptik. Golongan obat ini
lebih tepat dinamakan ANTI EPILEPSI, sebab obat ini jarang digunakan
untuk gejala konvulsi penyakit lain.

Epilepsi adalah nama umum untuk sekelompok gangguan atau penyakit


susunan saraf pusat yang timbul spontan dengan episode singkat (disebut
Bangkitan atau Seizure), dengan gejala utama kesadaran menurun sampai
hilang. Bangkitan ini biasanya disertai kejang (Konvulsi), hiperaktifitas
otonomik, gangguan sensorik atau psikis dan selalu disertai gambaran
letupan EEG obsormal dan eksesif. Berdasarkan gambaran EEG, apilepsi
dapat dinamakan disritmia serebral yang bersifat paroksimal.
85
Mekanisme Kerja

Terdapat dua mekanisme antikonvulsi yang penting, yaitu :


1. 1. Dengan mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif
pada neuron epileptik dalam fokus epilepsi.
2. Dengan mencegah terjadinya letupan depolarisasi pada
neuron normal akibat pengaruh dari fokus epilepsi.

Mekanisme kerja antiepilepsi hanya sedikit yang dimengerti secara baik.


Berbagai obat antiepilepsi diketahui mempengaruhi berbagai fungsi
neurofisiologik otak, terutama yang mempengaruhi system inhibisi yang
melibatkan GABA dalam mekanisme kerja berbagai antiepilepsi.

86
Efek Samping dan Cara Mengatasinya

Efek samping obat anti konvulsi:


a. a. Jumlah sel darah putih & sel darah merah berkurang
b. b. Tenang
c. c. Ruam kulit
d. d. Pembengkakan gusi
e. e. Penambahan berat badan, rambut rontok
Cara Mengatasi efek samping obat Anti konvulsi:
1. Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lain dari benda keras, tajam
atau panas.
2. Longgarakan pakaian, bila mungkin miringkan kepala kesamping untuk
mencegah sumbatan jalan nafas.
3. Biarkan kejang berlangsung, jangan memasukkan benda keras diantara
gigi karena dapat mengakibatkan gigi patah.
4. Biarkan istirahat setelah kejang, karena penderita akan bingung atau
mengantuk setelah kejang.
5. Laporkan adanya serangan pada kerabat dekat penderita epilepsy
( penting untuk pemberian pengobatan dari dokter ).
6. Bila serangan berulang dalam waktu singkat atau mengalami luka berat,
segera larikan ke rumah sakit.

87
Contoh Obat Anti Konvulsi

a. a. Golongan Hidantoin
Pada golongan ini terdapat 3 senyawa yaitu Fenitoin, mefentoin dan
etotoin, dari ketiga jenis itu yang tersering digunakan adalan Fenitoin
dan digunakan untuk semua jenis bangkitan, kecuali bangkitan
Lena.Fenitoin merupakan antikonvulsi tanpa efek depresi umum SSP,
sifat antikonvulsinya penghambatan penjalaran rangsang dari focus ke
bagian lain di otak.
b. b. Golongan Barbiturat
Golongan obat ini sebagai hipnotik- sedative dan efektif sebagai
antikonvulsi, yang sering digunakan adalah barbiturate kerja lama (
Long Acting Barbiturates ).Jenis obat golongan ini antara lain
fenobarbital dan primidon, kedua obat ini dapat menekan letupan di
focus epilepsy.
c. Golongan Oksazolidindion
Salah satu jenis obatnya adalah trimetadion yang mempunyai efek
memperkuat depresi pascatransmisi, sehingga transmisi impuls
berurutan dihambat , trimetadion juga dalam sediaan oral mudah
diabsorpsi dari saluran cerna dan didistribusikan ke berbagai cairan
tubuh.
d. Golongan Suksinimid
Yang sering digunakan di klinik adalah jenis etosuksimid dan
fensuksimid yang mempunyai efek sama dengan trimetadion.
Etosuksimid diabsorpsi lengkap melalui saluran cerna, distribusi
lengkap keseluruh jaringan dan kadar cairan liquor sama dengan kadar
plasma. Etosuksimid merupakan obat pilihan untuk bangkitan lena.

88
a. e. Golongan Karbamazepin
Obat ini efektif terhadap bangkitan parsial kompleks dan bangkitan
tonik klonik dan merupakan obat pilihan pertama di Amerika Serikat
untuk mengatasi semua bangkitan kecuali lena.
Karbamazepin merupakan efek analgesic selektif terutama pada kasus
neuropati dan tabes dorsalis, namun mempunyai efek samping bila
digunakan dalam jangka lama, yaitu pusing, vertigo, ataksia, dan
diplopia.
f. Golongan Benzodiazepin
Salah satu jenisnya adalah diazepam, disamping senagai anti konvulsi
juga mempunyai efek antiensietas dan merupakan obat pilihan untuk
status epileptikus.

1. Obat Anti Hipertensi


Pengertian

Obat anti hipertensi adalah salah satu pilihan dalam penanganan penyakit hipertensi.
- Obat yang berkhasiat untuk mengobati hipertensi.
- Preparat yang menurunkan tekanan darah tinggi

Khasiat dan Penggunaan

Ditujukan untuk Menurunkan TD dan untuk menurunkan frekuensi terjadinya berbagai komplikasi
akibat dari hipertensi itu sendiri, minsalnya stroke,gagal jantung kongestif,gagal ginjal dan
aneurisma dissecting yang fatal maupun non fatal.
Penggunaan obat anti hipertensi ada yag oral dan ada yang diberikan secara parenteral.

89
Jenis-jenis Obat

Klasifikasi “OBAT ANTI HIPERTENSI” dan berdasarkan pada tempat regulasi utama atau
titik tangkap kerjanya
1. DIURETIK
Bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dan menyebabkan ginjal
meningkatkan ekskresi garam dan air.

Khasiat antihipertensi diuretik :


adalah berawal dari efeknya meningkatkan ekskresi natrium, klorida, dan air, sehingga
mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel. TD turun akibat berkurangnya curah jantung,
sedangkan resistensi perifer tidak berubah pada awal terapi. Pada pemberian kronik, volume
plasma kembali tetapi masih kira-kira 5% dibawah nilai sebelum pengobatan. Curah jantung
kembali mendekati normal.TD tetap turun karena sekarang resistensi perifer menurun. Vasodilatasi
perifer yang terjadi kemudian tampaknya bukan efek langsung tiazid tetapi karena adanya
penyesuaian pembuluh darah perifer terhadap pengurangan volume plasma yang terus-menerus.
Kemungkinan lain adalah berkurangnya volume cairan interstisial berakibat berkurangnya
kekakuan dinding pembuluh darah dan bertambahnya daya lentur (compliance) vaskular.
A. DIURETIK TIAZID
Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars asendens ansa henle tebal, yang
menyebabkan diuresis ringan. Suplemen kalium mungkin diperlukan karena efeknya yang boros
kalium.
1) ( TABLET HYDROCLOROTHIAZIDE ( HTC ) )
Golongan obat antihipertnsi ini merupakan obat antihipertensi yang prosesnya melalui pengeluaran
cairan tubuh via urin. Golongan antihipertensi ini cukup cepat menurunkan tekanan darah namun
dengan prosesnya yang melalui pengeluaran cairan, ada kemungkinan besar potassium ( kalium )
terbuang.
· Sediaan obat : Tablet
· Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium sehingga volume darah,
curah jantung dan tahanan vaskuler perifer menurun. Dan menghambat reabsorpsi natrium dan

90
klorida dalam pars asendens ansa henle tebal dan awal tubulus distal. Hilangnya K+, Na+, dan Cl-
menyebabkan peningkatan pengeluaran urin 3x. Hilangnya natrium menyebabkan turunnya GFR.
· Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi keseluruh ruang
ekstrasel dan hanya ditimbun dalam jaringan ginjal.
· Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal jantung, cirrhosis hati, gagal ginjal
kronis, hipertensi, Obat awal yang ideal untuk hipertensi, edema kronik, hiperkalsuria idiopatik.
Digunakan untuk menurunkan pengeluaran urin pada diabetes inspidus (GFR rendah menyebabkan
peningkatan reabsorpsi dalam nefron proksimal, hanya berefek pada diet rendah garam)
· Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia, hipertensi pada kehamilan,
hiperurisemia, hiperkalsemia, oliguria, anuria, kelemahan, penurunan aliran plasenta, alergi
sulfonamide, gangguan saluran cerna.
· Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
· Dosis :
o Dewasa 25 – 50 mg/hr
o Anak 0,5 – 1,0 mg/kgBB/ 12 – 24 jam
B. LOOP DIURETIC
Lebih potensial dibandingkan tiazid dan harus digunakan dengan hati-hati untuk menghindari
dehidrasi. Obat-obat ini dapat mengakibatkan hipokalemia, sehingga kadar kalium harus dipantau
ketat. (Furosemid/Lasix)
1) FUROSEMIDE
· Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix, Lasix, salurix, uresix.
· Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi.
· Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen tubuli ke dalam intersitium
pada ascending limb of henle dan menghambat reabsorpsi klorida dalam pars asendens ansa henle
tebal. K+ banyak hilang ke dalam urin.
· Indikasi : Diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR rendah dan kedaruratan hipertensi.
Juga edema, edema paru dan untuk mengeluarkan banyak cairan. Kadangkala digunakan untuk
menurunkan kadar kalium serum.Edema paru akut, edema yang disebabkan penyakit jantung
kongesti, sirosis hepatis, nefrotik sindrom, hipertensi.
· Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui
· Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare. Hiponatremia, hipokalemia,
dehidrasi, hiperglikemia, hiperurisemia, hipokalsemia, ototoksisitas, alergi sulfonamide,
hipomagnesemia, alkalosis hipokloremik, hipovolemia.
91
· Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek ototoksit meningkat bila
diberikan bersama aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama asam etakrinat. Toksisitas
silisilat meningkat bila diberikan bersamaan.
· Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
· Dosis : Dewasa 40 mg/hr
Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr

C. DIURETIK HEMAT KALIUM


Meningkatkan ekskresi natrium dan air sambil menahan kalium. Obat-obat ini dipasarkan
dalam gabungan dengan diuretic boros kalium untuk memperkecil ketidakseimbangan kalium.
(Spirinolactone)
1) AMILORID (MIDAMOR)
· Mekanisme Kerja : secara langsung meningkatkan ekskresi Na+ menurunkan sekresi K+
dalam tubulus kontortus distal.
· Indikasi : Digunakan bersama diuretik lain karena efek hemat K+ mengurangi efek
hipokalemik. Dapat mengoreksi alkalosis metabolik.
· Efek tak diinginkan : Hiperkalemia, kekurangan natrium atau air. Pasien dengan diabetes
militus dapat mengalami intoleransi glukosa.
· Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
2) SPIRONOLAKTON (ALDACTONE)
· Mekanisme Kerja : antagonis aldosteron (aldosteron menyebabkan retensi Na+). Juga
memiliki jerja serupa dengan amilorid.
· Indikasi : digunakan dengan tiazid untuk edema (pada gagal jantung kongestif), sirosis, dan
sindrom nefrotik. Juga untuk mengobati atau mendiagnosis hiperaldo-steronisme. Efek tak
diinginkan : seperti amilorid. Juga menyebabkan ketidakseimbangan endokrin (jerawat, kulit
berminyak, hirsutisme, ginekomastia).
· Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C

3) TRIAMTERIN (DYRENIUM)
· Mekanisme Kerja : secara langsung menghambat reabsorpsi Na+ serta sekresi K+ dan H+
dalam tubulus koligentes.
· Indikasi : tidak digunakan untuk hiperaldosteronisme. Lain-lain seperti Spironolakton.
92
· Efek tak diinginkan : dapat menyebabkan urin menjadi biru dan menurunkan aliran darah
ginjal. Lain-lain seperti amilorid.
D. DIURETIK OSMOTIK
Menarik air ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau absorpsi ion dalam ginjal. (Manitol/Resectisol)
1) MANITOL (MIS. RESECTISOL)
· Mekanisme kerja : secara osmotic menghambat reabsorpsi natrium dan air. Awalnya
menaikkan volume plasma dan tekanan darah.
· Indikasi : gagal ginjal akut, glaucoma, sudut tertutup akut, edema otak, untuk menghilangkan
kelebihan dosis beberapa obat.
· Efek tak diinginkan : sakit kepala, mual, muntah, menggigil, pusing, polidipsia, letargi,
kebingungan, dan nyeri dada.
· Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
2. ANTI ADRENERGIK
Agonis adrenergik meningkatkan tekanan darah dengan merangsang jantung (reseptor ß1)
dan/atau membuat konstriksi pembuluh darah perifer (reseptor α1). Pada pasien hipertensi, efek
adrenergik dapat ditekan dengan menghambat pelepasan agonis adrenergik atau melakukan
antagonisasi reseptor adrenergik.
a. Penghambat pelepasan adrenergik prasinaptik;
dibagi menjadi antiadrenergik “sentral” dan “perifer”. Antiadrenergik sentral mencegah aliran
keluar simpatis (adrenergic) dari otak dengan mengaktifkan reseptor α2 penghambat.
Antiadrenergik perifer mencegah pelepasan norepinefrin dari terminal saraf perifer (misal yang
berakhir di jantung). Obat-obat ini mengosongkan simpanan norepinefrin dalam terminal-terminal
saraf.

b. Blocker alfa dan beta


bersaing dengan agonis endogen memperebutkan reseptor adrenergik. Penempatan reseptor α1 oleh
antagonis menghambat vasokontriksi dan penempatan reseptor ß1 mencegah perangsangan
adrenergik pada jantung.

A. ANTAGONIS RESEPTOR BETA


Bekerja pada reseptor Beta jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.

1) ASEBUTOL (BETA BLOKER)


93
· Nama Paten : sacral, corbutol,sectrazide.
· Sediaan obat : tablet, kapsul.
· Mekanisme kerja : menghambat efek isoproterenol, menurunkan aktivitas renin, menurunka
outflow simpatetik perifer.
· Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia,feokromositoma, kardiomiopati obtruktif
hipertropi, tirotoksitosis.
· Kontraindikasi : gagal jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes mellitus, bradikardia, depresi.
· Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu
· Interaksi obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi bersama insulin. Diuretic
tiazid meningkatkan kadar trigleserid dan asam urat bila diberi bersaa alkaloid ergot. Depresi nodus
AV dan SA meningkat bila diberikan bersama dengan penghambat kalsium
· Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).
· ]Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
2) ATENOLOL (BETA BLOKER)
Golongan ini merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah bekerja
dengan melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar pembuluh darah.
· Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin, internolol.
· Sediaan obat : Tablet
· Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi perifer, efek pada reseptor
adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor di ginjal.
· Indikasi : hipertensi ringan – sedang, aritmia
· Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung tersembunyi, bradikardia, syok
kardiogenik, anuria, asma, diabetes.
· Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan tidur, kulit kemerahan,
impotensi.
· Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersama insulin. Diuretik tiazid
meningkatkan kadar trigliserid dan asam urat. Iskemia perifer berat bila diberi bersama alkaloid
ergot.
· Dosis : 2 x 40 – 80 mg/hr
· ]Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

3) METOPROLOL (BETA BLOKER)


94
· Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok
· Sediaan obat : Tablet
· Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti vasodilatasi perifer, efek pada
reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor beta 1 di
ginjal.
· Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan
dapat diberikan beberapa kali sehari.
· Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik, sehingga
menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta
dan dapat masuk ke ASI.
· Indikasi : hipertensi, miokard infard, angina pektoris
· Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III, syok kardiogenik, gagal
jantung tersembunyi
· Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, diare
· Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertensinya
· Dosis : 50 – 100 mg/kg
· ]Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
4) PROPRANOLOL (BETA BLOKER)
· Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral
· Sediaan obat : Tablet
· Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan curah jantung, menghambat
pelepasan renin di ginjal, menghambat tonus simpatetik di pusat vasomotor otak.
· Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan
dapat diberikan beberapa kali sehari. Sangat mudah berikatan dengan protein dan akan bersaing
dengan obat – obat lain yang juga sangat mudah berikatan dengan protein.
· Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik, sehingga
menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta
dan dapat masuk ke ASI.
· Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren, stenosis subaortik hepertrofi,
miokard infark, feokromositoma
· Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan blok jantung tingkat II
dan III, gagal jantung kongestif. Hati – hati pemberian pada penderita biabetes mellitus, wanita
haminl dan menyusui.
95
· Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah, bronkospasme, agranulositosis, depresi.
· Interaksi obat : hati – hati bila diberikan bersama dengan reserpine karena menambah berat
hipotensi dan kalsium antagonis karena menimbulkan penekanan kontraktilitas miokard. Henti
jantung dapat terjadi bila diberikan bersama haloperidol. Fenitoin, fenobarbital, rifampin
meningkatkan kebersihan obat ini. Simetidin menurunkan metabolism propranolol. Etanolol
menurukan absorbsinya.
· Dosis : dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis pemeliharaan.
· ]Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

B. ANTAGONIS RESEPTOR-ALFA
Menghambat reseptor alfa diotot polos vaskuler yang secara normal berespon terhadap
rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi.
OBAT ANTI ADREGERNIK SENTRAL.
1) METILDOPA
· Nama Dagang: Dopamet (Alpharma), Medopa (Armoxindo), Tensipas (Kalbe Farma),
Hyperpax (Soho)
· Indikasi: Hipertensi, bersama dengan diuretika, krisis hipertensi jika tidak diperlukan efek
segera.
· Kontraindikasi: depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma, porfiria, dan hipersensitifitas
· Efek samping: mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi cairan, kerusakan hati,
anemia hemolitika, sindrom mirip lupus eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, dan hidung
tersumbat
· Peringatan: mempengaruhi hasil uji laboratorium, menurunkan dosis awal pada gagal ginjal,
disarqankan untuk melaksanakan hitung darah dan uji fungsi hati, riwayat depresi
· Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : Metildopa memiliki faktor resiko B pada kehamilan
· Dosis dan aturan pakai: oral 250mg 2 kali sehari setelah makan, dosis maksimal 4g/hari, infus
intravena 250-500 mg diulangi setelah enam jam jika diperlukan.

OBAT ANTIADRENERGIK PERIFER


1) RESERPIN (MIS. SERPASIL)
Mekanisme kerja : sebagian mengosongkan simpanan katekolamin pada system saraf perifer dan
mungkin pada SSP. Menurunkan resistensi perifel total, frekuensi jantung, dan curah jantung.

96
Indikasi : jarang digunakan untuk hipertensi ringan sampai sedang. Tidak dianjurkan pada
kelainan psikiatri.
Efek tak diinginkan : “dominan parasimpatik” (brakikardi, diare, bronkokonstriksi, peningkatan
sekresi), penurunan kontraktilitas dan curah jantung, hipotensi postural (mengosongkan
norepinefrin sehingga menghambat vasokonstriksi), ulkus peptikum, sedasi, dan depresi bunuh
diri, gangguan ejakulasi, ginekomastia. Risiko hipertensi balik rendah karena durasi kerja lama.
· Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
2) GUANETIDIN (MIS. ESIMEL)
Mekanisme kerja : ditempatkan ke dalam ujung saraf adrenergic. Awalnya melepaskan
norepinefrin (meningkatkan tekanan darah dan frekuensi jantung). Lalu mengosongkan
norepinefrin dari terminal dan mengganggu pelepasannya. Kemudian tidak terjadi refleks takikardi
karena kosongnya norepinefrin.
Indikasi : hipertensi berat jika obat lain gagal. Jarang digunakan.
Efek tak diinginkan : peningkatan awal frekuensi jantung dan tekanan darah (disebabkan pelepasan
norepinefrin). Hipotensi ortostatik dan saat istirahat. Brakikardi, menurunnya curah jantung,
dispnea pada pasien PPOM, kongesti hidung berat.
· Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
3) GUANEDREL (HYLOREL)
Mekanisme kerja : seperti guanetidin, tapi bekerja lebih cepat, melepaskan norepinefrin pada
awalnya (peningkatan sementara tekanan darah), dan mempunyai aktivitas sedikit.
Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.
Efek tak diinginkan ; seperti guanetidin tapi kurang berat.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
4). PARGILIN (EUTONYL)
Mekanisme kerja : menghambat monoamine oksidase dalam saraf adrenergik. Menghambat
pelepasan norepinefrin.
Indikasi : karena efek berbahaya, obat ini merupakan obat antihipertensi pilihan terakhir.
Efek tak diinginkan : efek yang mengancam jiwa (stroke, krisis hipertensi, infark miokardial,
aritmia) dapat terjadi bila diminum bersama makanan (produk fermentasi, keju) dan obat-obat (pil
diet, obat-obat flu) yang mengandung simpatomimetik.
· Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

C. ANTAGONIS KALSIUM
97
Menurunkan kontraksi otot polos jantung dan atau arteri dengan mengintervensi influks kalsium
yang dibutuhkan untuk kontraksi. Penghambat kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda
dalam menurunkan denyut jantung. Volume sekuncup dan resistensi perifer.
1) DILTIAZEM (KALSIUM ANTAGONIS)
· Nama paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor.
· Sediaan obat : Tablet, kapsul
· Mekanisme kerja : menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium melalui slow cannel
calcium.
· Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit vaskuler perifer.
· Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.
· Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan saluran cerna.
· Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama beta bloker. Efek terhadap
konduksi jantung dipengaruhi bila diberikan bersama amiodaron dan digoksin. Simotidin
meningkatkan efeknya.
· Dosis : 3 x 30 mg/hr sebelum makan
· Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

2) NIFEDIPIN (ANTAGONIS KALSIUM)


· Nama paten : Adalat, Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat, Nifecard, Vasdalat.
· Sediaan obat : Tablet, kaplet
· Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vaskuler perifer, menurunkan spasme arteri coroner.
· Indikasi : hipertensi, angina yang disebabkan vasospasme coroner, gagal jantung refrakter.
· Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis berat, wanita hamil dan menyusui.
· Efek samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki.
· Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker menimbulkan hipotensi berat atau eksaserbasi
angina. Meningkatkan digitalis dalam darah. Meningkatkan waktu protombin bila diberikan
bersama antikoagulan. Simetidin meningkatkan kadarnya dalam plasma.
· DOSIS : 3 X 10 MG/HR
· ]Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
3) VERAPAMIL (ANTAGONIS KALSIUM)
· Nama paten : Isoptil
· Sediaan obat : Tablet, injeksi

98
· Mekanisme kerja : menghambat masuknya ion Ca ke dalam sel otot jantung dan vaskuler
sistemik sehingga menyebabkan relaksasi arteri coroner, dan menurunkan resistensi perifer
sehingga menurunkan penggunaan oksigen.
· Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren.
· Kontraindikasi : gangguan ventrikel berat, syok kardiogenik, fibrilasi, blok jantung tingkat II
dan III, hipersensivitas.
· Efek samping : konstipasi, mual, hipotensi, sakit kepala, edema, lesu, dipsnea, bradikardia,
kulit kemerahan.
· Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker bias menimbulkan efek negative pada denyut,
kondiksi dan kontraktilitas jantung. Meningkatkan kadar digoksin dalam darah. Pemberian
bersama antihipertensi lain menimbulkan efek hipotensi berat. Meningkatkan kadar karbamazepin,
litium, siklosporin. Rifampin menurunkan efektivitasnya. Perbaikan kontraklitas jantung bila diberi
bersama flekaind dan penurunan tekanan darah yang berate bila diberi bersama kuinidin.
Fenobarbital nemingkatkan kebersihan obat ini.
· Dosis : 3 x 80 mg/hr
· ]Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
3. VASODILATOR
Contoh vasodilator antara lain:
a. Penghambat angiotensin converting enzyme (ACE)
Menekan sintesis angiotensin II, suatu vasokonstriktor poten. Selain itu, penghambat ACE
dapat menginduksi pembentukan vasodilator dalam tubuh.
A. ACE INHIBITOR
Berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk
mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal ini menurunkan tekanan darah baik secara
langsung menurunkan resisitensi perifer. Dan angiotensin II diperlukan untuk sintesis aldosteron,
maupun dengan meningkatkan pengeluaran netrium melalui urine sehingga volume plasma dan
curah jantung menurun.
1) KAPTOPRIL
· Nama paten : Capoten, Zestril
· Sediaan obat : Tablet
· Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga menurunkan
angiotensin II yang berakibat menurunnya pelepasan renin dan aldosterone.dan menghambat ACE

99
pada paru-paru, yang mengurangi sintesis vasokonstriktor, angiotensin II. Menekan aldosteron,
mengakibatkan natriuesis. Dapat merangsang produksi vasodilator (bradikinin, prostaglandin).
· Indikasi : hipertensi, gagal jantung. hipertensi, terutama berguna untuk hipertensi dengan
rennin tinggi. Obat yang disukai untuk pasien hipertensi dengan nefropatidiabetik karena kadar
glukosa tidak dipengaruhi.
· Kontraindikasi : hipersensivitas, hati – hati pada penderita dengan riwayat angioedema dan
wanita menyusui. Dan semua penghambat ACE : dosis pertama hipotensi, pusing, proteinuria,
ruam, takikardi, sakit kepala. Kaptopril jarang menyebabkan agrunolositosis atau neutropenia.
· Dosis : 2 – 3 x 25 mg/hr.
· Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : Meskipun ACE Inhibitor dan ARBs memiliki
factor resiko kategori C pada kehamilan trimester satu, dan kategori D pada trimester dua dan tiga
· Efek samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi, dyspepsia, pandangan kabur,
myalgia.
· Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika. Tidak boleh
diberikan bersama dengan vasodilator seperti nitrogliserin atau preparat nitrat lain. Indometasin
dan AINS lainnya menurunkan efek obat ini. Meningkatkan toksisitas litium.
2) RAMIPRIL
· Nama paten : Triatec
· Sediaan obat : Tablet
· Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga perubahan
angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu, mengakibatkan menurunnya aktivitas vasopressor
dan sekresi aldosterone.
· Indikasi : hipertensi
· Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema, hipersensivitas. Hati – hati
pemberian pada wanita hamil dan menyusui.
· Dosis : awal 2,5 mg/hr
· Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : kategori C pada kehamilan trimester satu, dan
kategori D pada trimester dua dan tiga .namun obat tersebut berpotensi menyebabkan tetatogenik.
· Efek samping : batuk, pusing, sakit kepala, rasa letih, nyeri perut, bingung, susah tidur.
· Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika. Indometasin
menurunkan efektivitasnya. Intoksitosis litiumm meningkat.
BLOCKER PINTU MASUK KALIUM

100
Mencegah influks kalsium ke dalam sel-sel otot dinding pembuluh darah. Otot polos membutuhkan
influks kalsium ekstrasel untuk kontraksinya. Blockade influks kalsium mencegah kontraksi, yang
menyebabkan vasodilatasi.
C. VASODILATOR LANGSUNG
Merelaksasi sel-sel otot polos yang mengelilingi pembuluh darah dengan mekanisme yang belum
jelas, tetapi mungkin melibatkan pembentukan nitrik oksida oleh endote vascular.
1) Hidralazin
· Nama paten : Aproseline
· Sediaan obat : Tablet
· Mekanisme kerja : merelaksasi otot polos arteriol sehingga resistensi perifer menurun,
meningkatkan denyut jantung.
· Indikasi : hipertensi, gagal jantung.
· Kontraindikasi : gagal ginjal, penyakit reumatik jantung.
· Dosis : 50 mg/hr, dibagi 2 – 3 dosis.
· Tingkat keamanan obat menurut (FDA) :
· Efek samping : sakit kepala, takikardia, gangguan saluran cerna, muka merah, kulit kemerahan.
· Interaksi obat : hipotensi berat terjadi bila diberikan bersama diazodsid.
· Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
2) DIAZOKSID (HYPERSTAT)
· Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vascular perifer, mungkin dengan mengantagonis
kalsium. Juga meningkatkan kadar glukosa serum dengan menekan pelepasan insulin dan
meningkatkan pelepasan glukosa hati.
· Indikasi : kontrol jangka pendek hipertensi berat di rumah sakit. Hipoglikemia akibat
hiperinsulinisme yang refrakter terhadap bentuk pengobatan lain.
· Efek tak diinginkan : retensi air dan natrium dan efek kardiovaskular yang disebabkannya.
Hiperglikemia, gangguan saluran cerna, hirsurisme, efek samping skstrapiramidal.
· Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

Contoh Obat

o Golongan ACE-1 (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor)


Obat-obat golongan ini bekerja menghambat perubahan Angiotensin I

101
(AT I) menjadi Angiotensin II (AT II) yang merupakan vasokonstriktor kuat. Obat-obat golongan
ini seperti captopril,lisinopril, enalapril dll
o Golongan ACE-2 (ARB= Angiotensin Reseptor Blocker)
Golongan obat ini bekerja mengeblok reseptor Angiotensin II (AT II) subtipe ATI. Golongan obat-
obat ini seperti losartan, irbesartan dll.
o Alfa-1 bloker
Obat golongan ini bekerja mengeblok reseptor α1 yang mengakibatkan vasodilatasi. Obat-obat
golongan ini seperti prazosin, terazosin, doxazosin dll.
o Beta bloker (mengeblok reseptor β)
Obat-obat golongan ini seperti: propranolol, atenolol, metaprolol dll.
o Ca channel bloker
Bekerja menghambat masuknya calsium ke otot pembuluh darah, obat-obatnya seperti : diltiazem,
nifedipin, verapamil, amlodipin dll.
o Diuretik
Obat-obat diuretik bekerja dengan menurunkan reabsorbsi elektrolit di tubulus dan meningkatkan
ekskresi air dan NaCl. -
Golongan diuretik antara lain: HCT (Hidroklorotiazid), spironolakton,

Efek Samping

- Amlodipine ditoleransi dengan baik Pada penelitian klinik dengan kontrol plasebo yang
mencakup penderita dengan hipertensi dan angina, efek samping yang umum terjadi
adalah sakit kepala, edema, somnolen, palpitasi, nyeri abdomen, lelah, mual, flushing,
dan pusing-pusing Tidak ada kelainan-kelainan tes laboratorium yang signifikan secara
klinis yang berkaitan dengan amiodipine.

- Efek samping lain yang sedikit ditemukan pada pengalaman klinis adalah pruritus,
rash, dispnea, astenia, kram otot, hiperplasia gingiva, dispepsia dan yang jarang
ditemukan eritema multiforme, Seperti pada calcium channel Mockers, efek samping
lain jarang dilaporkan dan tidak bisa dibedakan dari gejala penyakit penyebabnya:
infark miokard, aritmia (termasuk takikardi ventrikular dan fibrilasi atrium) dan nyeri
dada.

102
1. Obat Imunologi

Pengertian

Imunologi adalah cabang ilmu biomedis luas yang meliputi studi tentang semua aspek
dari sistem kekebalan pada semua organisme. Ini berkaitan dengan, antara lain, fungsi
fisiologis dari sistem kekebalan tubuh dalam keadaan kesehatan dan penyakit, malfungsi dari
sistem kekebalan pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hypersensitivities, defisiensi
imun, penolakan transplantasi), kimia, fisik dan fisiologis karakteristik komponen dari sistem
kekebalan tubuh in vitro, in situ, dan in vivo. Imunologi memiliki aplikasi dalam beberapa
disiplin ilmu pengetahuan, dan dengan demikian lebih lanjut dibagi.
Bahkan sebelum konsep kekebalan (dari immunis'''', bahasa Latin untuk "dibebaskan")
dikembangkan, ditandai banyak dokter awal organ yang kemudian akan terbukti menjadi
bagian dari sistem kekebalan tubuh. Organ limfoid kunci utama dari sistem kekebalan tubuh
dan tulang sumsum timus, dan jaringan limfatik sekunder seperti limpa, tonsil, pembuluh getah
bening, kelenjar getah bening, kelenjar gondok, dan kulit. Ketika kondisi kesehatan waran,
organ-organ sistem kekebalan tubuh termasuk timus, limpa, bagian dari sumsum tulang,
kelenjar getah bening dan jaringan limfatik sekunder dapat operasi dipotong untuk
pemeriksaan sementara pasien masih hidup.
Banyak komponen sistem kekebalan tubuh sebenarnya seluler di alam dan tidak
berhubungan dengan organ tertentu melainkan tertanam atau beredar di berbagai jaringan di
seluruh tubuh.

Imunisasi Aktiv

Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang karena tubuh yang secara aktif
membentuk zat anti bodi.
1. Imunisasi aktif alamiah
Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh setelah sembuh dari suatu penyakit.
103
2. Imunisasi aktif buatan
Adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang diberikan untuk mendapatkan
perlindungan dari suatu penyakit

Jenis-jenis Vaksin

1. Vaksin Toksoid
Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit
dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah.Bahan bersifatimunogenik yang
dibuat dari toksin kuman. Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadidisebut sebagai natural fluid
plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya antibodi antitoksin. Imunisasi bakteri
toksoid efektif selama satu tahun. Contoh:Vaksin Difteri dan Tetanus
2. Vaksin Acellular dan Subunit
Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri denganmelakukan kloning dari
gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin vektor virus dan vaksin antiidiotipe.
Contoh :Vaksin Hepatitis B, Vaksin Hemofilus Influenzatipe b (Hib) dan Vaksin Influenza.
3. Vaksin Idiotipe
Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari antibodi yang
dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang disebutsebagai idiotipe atau
determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen.Vaksinini dapat menghambat
pertumbuhan virus melalui netralisasai dan pemblokiran terhadapreseptor pre sel B.
4.Vaksin Rekombinan
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar. Gen virus yang
diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem ekspresi eukariot meliputi
sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus. Dengan teknologi DNA rekombinan selain dihasilkan
vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA. Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa
gen sebagai antigen pelindung dari virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus
disatukan ke dalam genomdari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin bervektor ini
menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan-
epitoporganisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan
penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.
5.Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)

104
Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi dalam
menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikrobadiklon ke dalam
suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi genyang diinsersikan ke
dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai
episom, tidak berintegrasi kedalam DNA sel(kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang
dikodenya. Selain itu vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat
imunostimulan yang akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA
mikroba yang mengandung kode antigenyang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan
penelitian. Hasilakhir penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA
(virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup kuat, sedangkan
penelitianklinis pada manusia saat ini sedang dilakukan
6.Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penyakit Hepatitis B dan berbagai komplikasinya yang
serius yaitu sirosis dan kanker.Vaksinasi Hepatitis B dibuat dari bagian virus, bukan seluruh
virus tersebut sehingga vaksin hepatitis tidak dapat menimbulkan penyakit hepatitis. Vaksin
Hepatitis B diberikan 4 serial, pemberian serial ini memberikan efek proteksi jangka panjang
bahkan seumur hidup.
7.Vaksin Pneumokokus
Persatuan kesehatan sedunia menempatkan penyakit Pneumokokus yaitu penyakit yang dapat
dicegah dengan vaksin sebagai penyebab no.1 kematian anak-anak di bawah umur 5 tahun di
seluruh dunia. Bakteri Pneumonia (Pneumokokus) dapat menyebabkan penyakit Pneumokokus.
Biasanya ditemukan di dalam saluran pernafasan anak-anak yang disebarkan melalui batuk atau
bersin. Kini terdapat lebih dari 90 jenis Pneumokokus yang diketahui, namun hanya lebih
kurang 10% yang bisa menyebabkan penyakit yang serius di seluruh dunia. Jenis 19A adalah
bakteri yang muncul di duniadan dapat menyebabkan penyakit pneumokokus yang sangat serius
dan resisten terhadap antibiotik. Pneumokokus menyerang beberapa bagian tubuh yang berbeda,
diantaranya adalah:
- Meningitis (Radang selaput otak)
- Bakteremia (infeksi dalam darah)
- Pneumonia (infeksi Paru-paru)
- Otitis Media (infeksi Telinga)
Penyakit Pnemokokus sangat serius dan dapat menyebabkan kerusakan otak, ketulian, dan
kematian.
105
c
BAB IV
Imunisasi Pasif
CARA MENGELOLA DAN MEMBERIKAN OBAT
SESUAI KEBUTUHAN

Imunisasi Pasif adalah kekebalan tubuh yang bisa diperoleh seseorang yang zat kekebalan
tubuhnya didapatkan dari luar.
1. Imunisasi pasif alamiah
Adalah antibody yang didapat seseorang karena diturunkan oleh ibu yang merupakan orang
tua kandung langsung ketika berada dalam kandungan.

2. Imunisasi pasif buatan


Adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan serum untuk mencegah penyakit
tertentu.

Immunosuprevisa

Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun seperti
pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah hemolisis rhesus
dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat sitotokis dan digunakan sebagai antikanker.
Immunosupresan merupakan zat-zat yang justru menekan aktivitas sistem imun dengan jalan
interaksi di berbagai titik dari sistem tersebut. Titik kerjanya dalam proses-imun dapat berupa
penghambatan transkripsi dari cytokin, sehingga mata rantai penting dalam respon-imun
diperlemah. Khususnya IL-2 adalah esensial bagi perbanyakan dan diferensial limfosit, yang dapat
dihambat pula oleh efek sitostatis langsung. Lagi pula T-cells bisa diinaktifkan atau dimusnahkan
dengan pembentukan antibodies terhadap limfosit. Imunosupresan digunakan untuk tiga indikasi
utama yaitu, transplanatasi organ, penyakit autoimun, dan pencegahan hemolisis Rhesus pada
neonatus.

106

URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran Umum : Mahasiswa mampu memahami pengelolaan obat dan
pemberian obat sesuai dengan kebutuhan
Tujuan Pembelajaran Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan pengelolaan obat dan
cara pemberian obat

A. PENGELOLAAN OBAT DAN PEMBERIAN OBAT SESUAI DENGAN KEBUTUHAN

Pengelolaan Obat

Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat terjadi dengan baik
bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan menggunakan sumber daya yang tersedia
dalam suatu sistem. Pengelolaan obat adalah rangkaian kegiatan puskesmas yang menyangkut
aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pengawasan obat.
Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik,
tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi masyarakat
yang membutuhkan.
Tujuan pengelolaan obat di puskesmas adalah terlaksananya optimalisasi penggunaan
obat melalui peningkatan efektifitas dan efesiensi pengelolaan obat dan penggunaan obat secara
tepat dan rasional.
Secara khusus pengelolaan obat harus dapat menjamin :
a. Tersedianya rencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan kefarmasian di Apotek
b. Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien
c. Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang baik
d. Terjaminnya pendistribusian / pelayanan obat yang efektif
e. Terpenuhinya kebutuhan obat untuk mendukung pelayanan kefarmasian sesuai jenis, jumlah
dan waktu yang dibutuhkan
f. Tersedianya sumber daya manusia dengan jumlah dan kualifikasi yang tepat
107
g. Digunakannya obat secara rasional

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Pengelolaan Obat mempunyai empat kegiatan yaitu:
a. Perumusan kebutuhan (selection)
b. Pengadaan (procurement)
c. Distribusi (distribution)
d. Penggunaan / Pelayanan Obat (Use)

Masing-masing kegiatan di atas, dilaksanakan dengan berpegang pada fungsi manajemen yaitu
Planning, Organizing, Actuating dan Controlling. Ini berarti untuk kegiatan seleksi harus ada
tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan pengendalian, begitu juga
untuk ketiga kegiatan yang lain.
Keempat kegiatan pengelolaan obat tersebut didukung oleh sistem manajemen penunjang
pengelolaan yang terdiri dari :
a. Pengelolaan Organisasi
b. Pengelolaan Keuangan untuk menjamin pembiayaan dan kesinambungan
c. Pengelolaan informasi
d. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia
Pelaksanaan keempat kegiatan dan keempat elemen sistem pendukung pengelolaan tersebut di
atas didasarkan pada kebijakan (policy) dan atau peraturan perundangan (legal framework) yang
mantap serta didukung oleh kepedulian masyarakat

Hubungan antara kegiatan, sistem pendukung dan dasar pengelolaan obat dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar siklus pengelolaan obat

108
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa prinsip utama dari empat kegiatan pengelolaan obat adalah
adanya keterkaitan dan keterpaduan pada semua kegiatan.
Sebagai suatu sistem, maka keempat kegiatan tersebut dapat dilihat sebagai rangkaian proses dari
masukan – proses – luaran. Dengan demikian fungsi seleksi merupakan proses yang mengolah
masukan yang berasal dari penggunaan obat dan menghasilkan luaran yang selanjutnya diproses
pada kegiatan pengadaan dan seterusnya.

Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan/
seleksi, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat dengan memanfaatkan sumber-sumber
yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak (metoda dan tatalaksana) dalam
upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.

Seleksi : meliputi kegiatan penetapan masalah kesehatan, keadaan sosial ekonomi masyarakat,
pemilihan jenis obat, serta penetapan jenis obat apa yang harus tersedia.
Pengadaan : meliputi perhitungan kebutuhan dan perencanaan pengadaan, pemilihan cara
pengadaan, pelaksanaan pembelian, penerimaan dan pemeriksaan serta melakukan
jaminan mutu
Distribusi : meliputi kegiatan pengendalian persediaan obat, dan penyimpanan
Penggunaan : pelayanan farmasi.
109
Untuk terlaksananya pengelolaan obat dengan efektif dan efisien perlu ditunjang dengan sistem
informasi manajemen obat untuk menggalang keterpaduan pelaksanaan kegiatan-kegiatan
pengelolaan obat. Dengan adanya sistem ini pelaksanaan salah satu kegiatan pengelolaan obat
dapat dengan mudah diselaraskan dengan yang lain. Selain itu, berbagai kendala yang
menimbulkan kegagalan atau keterlambatan salah satu kegiatan dengan cepat dapat diketahui,
sehingga segera dapat ditempuh berbagai tindakan operasional yang diperlukan untuk
mengatasinya.

Cara Pemberian Obat

1. Pemberian obat secara Oral, yaitu memberikan suatu obat melalui mulut dan merupakan jalan
tersulit bagi obat sampai ke dalam jaringan.
2. Pemberian obat secara sublingual, yaitu pemberian obat di bawah lidah, dengan cara ini obat
akan melakukan “bypass” melewati usus dan hati dan tidak di inaktifasi oleh metabolisme
langsung ke sirkulasi sistemik.cara ini biasanya di gunakan untuk pemberian obat jantung
dan hypertensi.
3. Pemberian obat secara Rektal, yaitu pemberian obat dengan memasukanya ke dalam rektum
,mencegah menghancurkan obat oleh enzim usus atau ph rendah dalam lambung.
4. Pemberian obat secara intravaskuler (I.V), yaitu pemberian obat dengan cara di suntikan dan
menghindari saluran pencernaan tubuh, efek obat secara cepat serta kontrol obat yang baik
sekali terhadap kadar obat. Contohnya ringer laktat, D5%, NaCL.
5. Pemberian obat secara Intramuskuler (I.M), yaitu pemberian obat dengan cara di suntikan
melalui otot, di gunakan untuk obat dengan aksi yang lambat dan dengan waktu yang lama.
Contoh suntikan Haloperidolldekanoat, antagin, diphenhydramin, antibiotika, dll.
6. Pemberian obat secara Subkutan (SC), yaitu pemberian obat dengan cara di suntikan di
bawah kulit, absorbsi lebih lambat dari intravena. Biasanya di gunakan untuk mengcek suatu
tubuh alergi atau tidak nya terhadap suatu obat. contohnya Efineprin, Lidokain.
7. Pemberian obat secara Inhalasi, yaitu pemberian obat dengan cara cepat melalui pemakaian
luar saluran pernafasan, dan epitel paru-paru, dengan efek sama dengan I.V,digunakan untuk
obat obatan dengan abahan gas. Contoh :obat asma

110
8. Pemberian obat secara Intranasal, yaitu pemberian obat dengan cara semprot hidung.contoh
Desmopressin Unt Diabetes Insipidus, hormon pepetida unt Osteoporosis dan Kokain (di
hisap).
9. Pemberian obat secara Intratekal/ Intraventrikular, yaitu pemberian obat dibarikan langsung
ke dalam cairan serebrospinal. Contoh Metiotreksat untuk leokimia.
10. Pemberian obat secara Topikal, yaitu pemberian obat yang di gunakan untuk pengobatan
dengan efek lokal. Contoh tetes mata, tetes telinga, obat jamur kulit.
11. Pemberian obat secara Transderma yaitu pemberian obat dengan cara di tempel di dada.
Contoh obat anti angina, Nitrogliserin.

111
c
BAB V

EFEK SAMPING OBAT DAN CARA MENGATASINYA

EFEK SAMPING OBAT DAN CARA MENGATASINYA


Tujuan Pembelajaran Umum : Mahasiswa mampu memahami efek samping obat dan
cara mengatasinya
Tujuan Pembelajaran Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan efek samping obat dan
cara mengatasinya

Umumnya efek obat mempunyai aksi lebih dari satu, dan dapat berupa :
1. Efek terapi, yang merupakan satu-satunya pada letak primer. Ada 3 macam pengobatan terapi,
yaitu terapi kausal (obat yang meniadakan penyebab penyakit), terapi somtomatik (obat yang
menghilangkan gejala penyakit), terapi subtitusi (obat yang menggantikan zat yang lazim
dibuat oleh orang yang sakit).
2. Efek samping, efek obat yang tidak diinginkan untuk tujuan efek terapi dan ikut pada kegunaan
terapi.
3. Efek teratogen, efek obat yang pada dosis terapi untuk ibu mengakibatkan cacat pada janin.
4. Efek toksis, aksi tambahan dari obat yang lebih berat dari efek samping dan mempunyai efek
yang tidak diinginkan.
5. Toleransi, peristiwa dinaikkannya dosis obat terus menerus untuk mencapai efek teraupetis yang
sama.

112
1. Efek Obat dan Efek Samping

Efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak


diharapkan dan berbahaya yang diakibatkan oleh suatu
pengobatan.

Contoh dari efek samping obat yang biasanya terjadi:


1. Aborsi atau keguguran, akibat Misoprostol, obat yang digunakan untuk pencegahan
(gastric ulcer) borok lambung yang disebabkan oleh obat anti inflamasi non
steroid.
2. Ketagihan, akibat obat-obatan penenang dan analgesik seperti diazepam serta
morfin.
3. Kerusakan janin, akibat Thalidomide dan Accutane.
4. Pendarahan usus, akibat Aspirin.
5. Penyakit kardiovaskular, akibat obat penghambat COX-2.
6. Tuli dan gagal ginjal, akibat antibiotik Gentamisin.
7. Kematian, akibat Propofol.
8. Depresi dan luka pada hati, akibat Interferon.
9. Diabetes, yang disebabkan oleh obat-obatan psikiatrik neuroleptik.
10. Diare, akibat penggunaan Orlistat.
11. Disfungsi ereksi, akibat antidepresan.
12. Demam, akibat vaksinasi.
13. Glaukoma, akibat tetes mata kortikosteroid.
14. Rambut rontok dan anemia, karena kemoterapi melawan kanker atau leukemia.
15. Hipertensi, akibat penggunaan Efedrin. Hal ini membuat FDA mencabut status
ekstrak tanaman efedra (sumber efedrin) sebagai suplemen makanan.
16. Kerusakan hati akibat Parasetamol.
17. Mengantuk dan meningkatnya nafsu makan akibat penggunaan antihistamin.
18. Bunuh diri akibat penggunaan Fluoxetine, suatu antidepresan.

113
Beberapa efek samping/ bahaya yang bisa ditimbulkan akibat mengkonsumsi anti biotik dan
obat-obatan dalam jangka waktu lama :

 Infeksi organ intim


 Gangguan pencernaan
 Menimbulkan Alergi
 Gangguan fungsi jantung
 Sakit Kepala
 Berkurangnya nafsu makan
 Mengganggu sistem kekebalan
tubuh
 Penyakit kuning

 Timbulnya masalah pada ginjal

114
c
BAB VI

ASPEK LEGAL BIDAN DALAM PEMBERIAN OBAT

Tujuan Pembelajaran Umum : Mahasiswa mampu memahami aspek legal bidan


dalam pemberian obat
Tujuan Pembelajaran Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan kewenangan bidan
URAIAN
dalam memberikan obat MATERI

KEWENANGAN BIDAN DALAM PEMBERIAN OBAT SELAMA MEMBERIKAN


PELAYANAN KEBIDANAN

Aspek Legal

Pemberian obat untuk ibu hamil dan masa persalinan memang harus perlu diperhatikan
dan kewaspadaan yang tinggi dalam hal ini seorang bidan yang mempunyai tanggung jawab,
karena banyaknya hal-hal yang harus diperhatikan termasuk beberapa kompartemen yang
harus dijaga dari efek yang ditimbulkan oleh obat-obat tertentu, yaitu ibu hamil itu sendiri,
plasenta dan janin. Demi menghindari adanya kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi
karena pemberian obat yang salah oleh bidan pada ibu hamil, maka kementrian kesehatan
membuat keputusan tentang kewenangan bidan dalam pemberian obat selama pelayanan
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, bayi dan balita, kewenangan ini dituliskan
pada KEPMENKES 900 dan KEPMENKES 396 mengenai obat. Adapun uraian KEPMENKES
900 tentang kewenangan bidan adalah sebagai berikut:
Lampiran III

115
Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002
Tanggal : 25 Juli 2002

PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIK KEBIDANAN


WEWENANG BIDAN
1. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk mendekatkan
pelayanan kegawatan obstetri dan neonatal kepada setiap ibu hamil/ bersalin, nifas dan
bayi baru lahir (0-28 hari), agar penanganan dini atau pertolongan pertama sebelum
rujukan dapat dilakukan secara cepat dan tepat waktu.
2. Dalam menjalankan kewenangan yang diberikan, bidan harus:
a. Melaksanakan tugas kewenangan sesuai dengan standar profesi;
b. Memiliki keterampilan dan kemampuan untuk tindakan yang dilakukannya;
c. Mematuhi dan melaksanakan protap yang berlaku diwilayahnya;
d. Bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dan berupaya secara optimal dengan
mengutamakan keselamatan ibu dan bayi atau janin.
3. Pelayanan kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan pada masa pranikah
termasuk remaja putri, prahamil, kehamilan, persalinan, nifas, menyusui dan masa
antara kehamilan (periode interval).
4. Pelayanan kepada wanita dalam masa pranikah meliputi konseling untuk remaja putri,
konseling persiapan pranikah dan pemeriksaan fisik yang dilakukan menjelang pernikahan.
Tujuan dari pemberian pelayanan ini adalah untuk mempersiapkan wanita usia subur dan
pasangannya yang akan menikah agar mengetahui kesehatan reproduksi, sehingga dapat
berprilaku reproduksi sehat secara mandiri dalam kehidupan rumah tangganya kelak.
5. Pelayanan kebidanan dalam masa kehamilan, masa persalinan dan masa nifas
meliputi pelayanan yang berkaitan dengan kewenangan yang diberikan. Perhatian khusus
diberikan pada masa sekitar persalinan, karena kebanyakan kematian ibu dan bayi terjadi
pada masa tersebut.
6. Pelayanan kesehatan kepada anak diberikan pada masa bayi (khususnya bayi baru lahir),
balita dan anak pra sekolah.
7. Dalam melaksanakan pertolongan persalinan, bidan dapat memberikan uterotonika.

116
8. Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologik ringan, seperti keputihan dan penundaan
haid. Pertolongan ginekologik yang diberikan tersebut pada dasarnya bersifat pertolongan
sementara sebelum dirujuk ke dokter, atau tindak lanjut pengobatan sesuai advis dokter.
9. Pelayanan kesehatan kepada anak meliputi:
a. Pelayanan neonatal esensial dan tata laksana neonatal sakit diluar rumahsakit yang
meliputi:
1. Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih dan aman;
2. Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini;
3. Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas spontan;
4. Pemberian ASI dini dalam 30 menit setelah melahirkan;
5. Mencegah infeksi pada bayi baru lahir antara lain melalui perawatan tali pusat secara
higienis, pemberian imunisasi dan pemberian ASI ekslusif;
6. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada 0-28 hari;
7. Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian ASI ekslusif untuk bayi dibawah 6 bulan
dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi diatas 6 bulan;
8. Pemantauan tumbuh kembang balita untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang
anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang balita;
9. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang sesuai
dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan segera merujuk pada dokter;
10. Beberapa tindakan yang termasuk dalam kewenangan bidan antara lain:
a. Memberikan imunisasi kepada wanita usia subur termasuk remaja putri, calon
pengantin, ibu dan bayi;
b. Memberikan suntikan kepada penyulit kehamilan meliputi pemberian secara
parental antibiotika pada infeksi/ sepsis, oksitosin pada kala III dan kala IV untuk
mencegah/ penanganan perdarahan postpartum karena hipotonia uteri, sedativa
pada preeklamsi/ eklamsi, sebagai pertolongan pertama sebelum dirujuk;
c. Melakukan tindakan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm pada
letak belakang kepala, pada distosia karena inertia uteri dan diyakini bahwa bayi
dapat lahir pervaginam.
d. Kompresi bimanual internal dan/ atau eksternal dapat dilakukan untuk
menyelamatkan jiwa ibu pada pendarahan postpartum untuk menghentikan
pendarahan. Diperlukan keterampilan bidan dan pelaksanaan tindaka sesuai
dengan protap yang berlaku.
117
e. Versi luar pada gemeli pada kelahiran bayi kedua.
Kehamilan ganda seharusnya sejak semula direncanakan pertolongan
persalinannya di rumah sakit oleh dokter. Bila hal tersebut tidak diketahui bidan
yang menolong persalinan terlebih dahulu dapat melakukan versi luar pada bayi
kedua yang tidak dalam presentasi kepala sesuai dengan protap.
f. Ekstraksi vacum pada bayi dengan kepala di dasar panggul.
Demi penyelamatan hidup bayi dan ibu, bidan yang telah mempunyai kompetensi,
dapat melakukan ekstraksi vacum atau ekstraksi cunam bila janin dalam presentasi
belakang kepala dan kepala janin telah berada didasar pinggul.
g. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
Bidan diberi wewenang untuk melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang
mengalami asfiksia, yang sering terjadi pada partus lama, ketuban pecah dini,
persalinan dengan tindakan dan pada bayi dengan berat badan lahir rendah,
utamanya bayi prematur. Bayi tersebut selanjutnya perlu dirawat di fasilitas
kesehatan, khususnya yang mempunyai berat lahir kurang dari 1750 gram.
h. Hipotermi pada bayi baru lahir. Bidan diberi wewenang untuk melaksanakan
penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dengan mengeringkan,
menghangatkan, kontak dini dan metode kangguru.
11. Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana harus memperhatikan
kompetensi dan protap yang berlaku diwilayahnya meliputi:
a. Memberi pelayanan keluarga berencana yakni: pemasangan IUD, alat
kontrasepsi bawah kulit (AKBK), pemberian suntikan, tablet, kondom,
diafragma, Jelly dan melaksanakan konseling.
b. Memberikan pelayanan efek samping pemakaian kontrasepsi.
Pertolongan yang diberikan oleh bidan bersifat pertolongan pertama yang perlu
mendapatkan pengobatan oleh dokter bila gangguan berlanjut.
c. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) tanpa penyulit.
Tindakan ini dilakukan atas dasar kompetensi dan pelaksanaannya berdasarkan
Protap. Pencabutan AKBK tidak dianjurkan untuk dilaksanakan melalui
pelayanan KB keliling.
d. Dalam keadaan darurat, untuk penyelamatan jiwa, bidan berwenang melakukan
pelayanan kebidanan selain kewenangan yang diberikan bila tidak mungkin

118
memperoleh pertolongan dari tenaga ahli. Dalam memberikan pertolongan,
bidan harus mengikuti protap yang berlaku.
12. Bidan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat mengacu pada
pedoman yang telah ditetapkan.
13. Beberapa kewajiban bidan yang perlu diperhatikan dalam menjalankan
kewenangan:
a. Meminta persetujuan yang akan dilakukan.
Pasien berhak mengetahui dan mendapat penjelasan mengenai semua tindakan
yang dilakukan kepadanya. Persetujuan dari pasien dan orang terdekat dalam
keluarga perlu dimintakan sebelum tindakan dilakukan.
b. Memberikan informasi.
Informasi mengenai pelayanan/ tindakan yang diberikan dan efek samping
yang ditimbulkan perlu diberikan secara jelas, sehingga memberikan
kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi
dirinya.
c. Melakukan rekam medis dengan baik.
Setiap pelayanan yang diberikan oleh bidan perlu didokumentasikan/ dicatat,
seperti hasil pemeriksaan dan tindakan yang diberikan dengan menggunakan
format yang berlaku.
14. Penyediaan dan penyerahan obat-obatan:
a. Bidan harus menyediakan obat-obatan maupun obat suntik sesuai dengan
ketentuan yang sudah ditetapkan.
b. Bidan diperkenankan menyerahkan obat kepada pasien sepanjang untuk
keperluan darurat dan sesuai dengan protap.
15. Pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Untuk surat keterangan kelahiran hanya dapat dibuat oleh bidan yang
memberikan pertolongan persalinan tersebut dengan menyebutkan:
1. Identitas bidan penolong persalinan;
2. Identitas suami dan ibu yang melahirkan;
3. Jenis kelamin, berat badan dan panjang badan anak yang dilahirkan;
4. Waktu kelahiran (tempat, tanggal dan jam);

119
b. Untuk Surat keterangan kematian hanya dapat diberikan terhadap ibu dan atau
bayi yang meninggal pada waktu pertolongan persalinan dilakukan dengan
menyebutkan:
1. Identitas bidan;
2. Identitas ibu/ bayi yang meninggal;
3. Identitas suami dari ibu yang meninggal;
4. Identitas ayah dan ibu dari bayi yang meninggal;
5. Jenis kelamin;
6. Waktu kematian (tempat, tanggal dan jam);
7. Umur;
8. Dugaan penyebab kematian;
c. Setiap pemberian surat keterangan kelahiran atau surat keterangan kematian
harus dilakukan pencatatan;
Dari keputusan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kewenangan
bidan sangat terbata dalam pemberian obat dan pemberitahuan sebelumnya
oleh dokter.
Referensi lain pada Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia
tertulis beberapa aturan pemberian obat oleh bidan, kutipan tersebut ada pada:

Pasal 1 ayat 6-7


6. Obat bebas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau yang dapat diperoleh
tanpa resep dokter.
7. Obat Bebas Terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna biru yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter.

Pasal 11
Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal
8 huruf a berwenang untuk:
a. Memberikan imunisasi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah
b. Bimbingan senam hamil
c. Episiotomi
d. Penjahitan luka episiotomi
e. Kompresi bimanual dalam rangka kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
120
f. Pencegahan anemi
g. Inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu ekslusif
h. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
i. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
j. Pemberian minum dengan sonde/ pipet
k. Pemberian obat bebas, uterotonika untuk postpartum dan manajemen aktif kala III
l. Pemberian surat keterangan kelahiran
m. Pemberian surat keteranngan hamil untuk keperluan cuti melahirkan

Pasal 13
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat berwenang untuk:
a. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan bayi;
b. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas; dan
c. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan Infeksi Menular Seksual
(IMS), penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) serta
penyakit lainnya.

Dari keputusan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kewenangan bidan sangat terbata
dalam pemberian obat. Dan pemberitahuan sebelumnya oleh dokter.

Kewenangan Bidan dalam Pemberian Obat Selama Memberikan Pelayanan


Kebidanan pada Masa Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir, Bayi
dan Balita

Bidan bertugas dalam menghadapi ibu hamil dan melahirkan menggunakan berbagai
macam obat. Pemberian obat pada ibu hamil dan pada saat persalinan tentunya harus
memikirkan banyak faktor, yaitu masalah efek samping yang ditimbulkan oleh obat itu.
Keberadaan obat pada ibu hamil ditinjau dari tiga kompartemen janin dan kompartemen
plasenta. Begitu banyaknya yang perlu diperhatikan maka seorang bidan harusnya berhati-hati
dalam memberikan obat kepada pasiennya.
Selain dari ibu hamil dan yang akan melakukan persalinan, tentunya bidan juga berperan

121
dalam pemberian obat kepada ibu yang tidak ingin hamil, dalam hal ini pemberian alat-alat
kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal seperti pil, implant dan suntikan hormon.
Bidan juga berperan penting dalam pemberian imunisasi toksoplasma dan toksoid pada
ibu hamil, imunisasi pra nikah, imunisasi pada bayi dan balita meski tidak sepenuhnya harus
dilakukan oleh bidan, pemberian obat selama pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir, bayi dan balita.

Pendokumentasian Pemberian Obat

Pendokumentasian pemberian obat termasuk didalamnya adalah waktu, cara, dosis, dan
area pemberian (intradermal, SC, atau IM). Dokumentasi yang detail dibutuhkan bila ternyata
perawat tidak memberikan obat tersebut pada waktu seperti biasanya, harus tercantum alasan
mengapa perawat tidak memberikan obat dengan cara semestinya, misalnya ada perubahan
cara pemberian dari IM ke PO, sehingga klien tidak perlu diinjeksi.
Pemakaian beberapa obat seperti insulin atau heparin dicatat dalam lembar tersendiri,
sehingga dapat dimonitor regimen pengobatan yang diberikan kepada klien baik oleh tim
medis maupun perawat. Setiap melakukan injeksi terhadap klien, sebaiknya didokumentasikan
dengan jelas area yang diinjeksi. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari penusukkan atau
injeksi pada area yang sama untuk beberapa kali sehingga dapat merugikan atau
membahayakan klien.
Perawat bertanggung jawab melakukan dokumentasi efek terapi dan non terapi dari
pengobatan yang diberikan. Misalnya, pada pemberian obat opiate atau sejenis morfin,
dokumentasikan jumlah atau dosis yang diberikan pada catatan klien. Bila klien mengalami
reaksi alergi setelah pemberian obat, dokumentasikan reaksi yang timbul dan onset atau waktu
kejadian tersebut.

122
c
BAB VII

FITOFARMAKA

Tujuan Pembelajaran Umum : Mahasiswa memahami konsep dasar fitofarmaka

Tujuan Pembelajaran Khusus : Mahasiswa memahami pengertian fitofarmaka,


dasar pengembangan fitofarmaka, proses
standarisasi fitofarmaka, jenis uji fitofarmaka,
bentuk sediaan fitofarmaka

Pengertian Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan uji klinis bahan baku serta produk jadinya telah
di standarisir (Badan POM. RI., 2004 ).
Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat
herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat
herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.

Dasar pengembangan fitofarmaka


Pedoman pengembangan Fitofarmaka
• Kep. Menkes RI No.760/MENKES/SK/IX/1992 ttg Pedoman Fitofarmaka
• SK Menkes RI No. 0584/MENKES/SK/VI/1995 ttg Sentra Pengembangan dan Penerapan
Pengobatan Tradisional
• Kep. Menkes RI no.56/MENKES/SK/I/2000 ttg Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat
Tradisional
• Kep. Kepala Badan POM RI no : HK.00.05.4.1380 tgl 2 Maret 2005 ttg Pedoman CPOTB

Dasar Pemikiran pengembangan Obat Tradisional menjadi Fitofarmaka


Saat ini meskipun obat tradisional cukup banyak digunakan oleh masyarakat dalam usaha
pengobatan sendiri (self-medication), profesi kesehatan atau dokter umumnya masih enggan untuk
meresepkan ataupun menggunakannya. Alasan utama keengganan profesi kesehatan untuk

123
meresepkan atau menggunakan obat tradisional karena bukti ilmiah mengenai khasiat dan
keamanan obat tradisional pada manusia masih kurang. Obat tradisional Indonesia merupakan
warisan budaya bangsa sehingga perlu digali, diteliti dan dikembangkan agar dapat digunakan lebih
luas oleh masyarakat. Untuk itulah dikembangkan Obat Tradisional menjadi fitofarmaka.

Proses standarisasi fitofarmaka


Kriteria Fitofarmaka
a. Aman dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
b. Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik
c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi
d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Tahap-tahap pengembangan dan pengujian fitofarmaka (Dep. Kes RI)
1. Tahap seleksi
Proses pemilihan jenis bahan alam yang akan diteliti sesuai dengan skala prioritas
sebagai berikut:
· Jenis obat alami yang diharapkan berkhasiat untuk penyakit-penyakit utama
· Jenis obat alamai yang memberikan khasiat dan kemanfaatan berdasar pengalaman
pemakaian empiris sebelumnya
· Jenis OA yang diperkirakan dapat sebagai alternative pengobatan untuk penyakit-
penyakit yang belum ada atau masih belum jelas pengobatannya.
2. Tahap biological screening, untuk menyaring:
·Ada atau tidaknya efek farmakologi calon fitofarmaka yang mengarah ke khasiat
terapetik (pra klinik in vivo)
·Ada/ tidaknya efek keracunan akut (single dose), spectrum toksisitas jika ada, dan
sistem organ yang mana yang paling peka terhadap efek keracunan tersebut (pra
klinik, in vivo)
3. Tahap penelitian farmakodinamik
·Untuk melihat pengaruh calon fitofarmaka terhadap masing-masing sistem biologis
organ tubuh
·Pra klinik, in vivo dan in vitro,
·Tahap ini dipersyaratkan mutlak, hanya jika diperlukan saja untuk mengetahui
mekanisme kerja yang lebih rinci dari calon fitofarmaka.
4. Tahap pengujian toksisitas lanjut (multiple doses)
124
· Toksisitas Subkronis
· Toksisitas akut
· Toksisitas khas/ khusus
5. Tahap pengembangan sediaan (formulasi)
- Mengetahui bentuk-bentuk sediaan yang memenuhi syarat mutu, keamanan, dan
estetika untuk pemakaian pada manusia.
- Tata laksana teknologi farmasi dalam rangka uji klinik
- Teknologi farmasi tahap awal
- Pembakuan (standarisasi): simplisia, ekstrak , sediaan OA
- Parameter standar mutu: bahan baku OA, ekstrak, sediaan OA
6. Tahap uji klinik pada manusia
Ada 4 fase yaitu:
Fase 1 : dilakukan pada sukarelawan sehat
Fase 2 : dilakukan pada kelompok pasien terbatas
Fase 3 : dilakukan pada pasien dengan jumlah yang lebih besar dari fase 2
Fase 4: post marketing survailence, untuk melihat kemungkinan efek samping yang tidak
terkendali saat uji pra klinik maupun saat uji klinik fase 1-3.
Yang terlibat dalam pengujian
• Komisi Ahli Uji Fitofarmaka : menyusun & mengusulkan protokol uji fitofarmaka
• Sentra Uji Fitofarmaka : Instalasi pelayanan, spt Rumah Sakit, Laboratorium Pengujian
atau lembaga penelitian kesehatan
• Pelaksana Uji Fitofarmaka : Tim multidisipliner yg tdd dokter,apoteker dan tenaga ahli
lainnya yg mempunyai fasilitas, bersedia serta mampu melaksanakan uji fitofarmaka

Keuntungan Strandarisasi Fitofarmaka :


• Menghasilkan efek terapetik yang konsisten, reproducible & derajat keamanannya tinggi
(dosis terkontrol).
• Semakin banyak obat tradisional dengan efikasi klinis yang dapat diuji pra klinik maupun
klinik.
• Kebanyakan uji klinik telah menggunakan ekstrak terstandar.

Jenis Uji Fitofarmaka


125
1. Uji toksisitas
Uji toksisitas dibedakan menjadi tiga :
a. Uji Toksisitas Akut
Uji toksisitas akut adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui nilai LD50 dan
dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi hewan uji (menggunakan 2 spesies hewan
uji). pemberian obat dalam dosis tunggal dan diberikan melalui 2 rute pemberian
(misalnya oral dan intravena). hasil uji LD50 dan dosisnya akan ditransformasi
(dikonversi) pada manusia. (LD50 adalah pemberian dosis obat yang menyebabkan 50
ekor dari total 100 ekor hewan uji mati oleh pemerian dosis tersebut)
b. Uji Toksisitas Sub Akut
Uji toksisitas sub akut adalah pengujian untuk menentukan organ sasaran tempat kerja
dari obat tersebut, pengujian selama 1-3 bulan, menggunakan 2 spesies hewan uji,
menggunakan 3 dosis yang berbeda. toksisitas sub-akut sebagai adanya perubahan
berat badan serta perubahan lainnya dari hewan percobaan.
c. Uji Toksisitas Kronik
Uji toksisitas kronik pada tujuannya sama dengan uji toksisitas sub akut, tapi pengujian
ini dilakukan selama 6 bulan pada hewan rodent (pengerat) dan non-rodent (bukan
hewan pengerat). uji ini dilakukan apabila obat itu nantinya diproyeksikan akan
digunakan dalam jangka waktu yang cukup panjang.

2. Uji farmakodinamik/efek farmakologik


Tahap ini dimaksudkan untuk lebih mengetahui secara lugas penqaruh farmakologik pada
berbagai system biologik. Bila diperlukan , penelitian dikerjakan pada hewan coba yang
sesuai, baik secara invitro atau invivo.
Bila calon fitofarmaka sudah menjalani uji penapisan biologic (tahap 2) dan dipandang
belum bias atau belum mungkin untuk dikerjakan pengujian farmakodinamik , maka hal ini
seyogyanya tidak merupakan penghambat
untuk lebih lanjut. Tahap pengujian farmakodinamik akan lebih banyak tergantung pada
sarana dan prasarana yang ada, baik perangkat lunak maupun perangkat keras.
3. Uji klinik
Uji klinik Fitofarmaka adalah pengujian pada manusia, untuk mengetahui atau memastikan
adanya efek farmakologi tolerabilitas, keamanan dan manfaat klinik untuk pencegahan
penyakit, pengobatan penyakit atau pengobatan segala penyakit.
126
Tujuan pokok uji klinik fitofarmaka adalah:
- Memastikan keamanan dan manfaat klinik fitofarmaka pada manusia dalam pencegahan
atau pengobatan penyakit maupun gejala penyakit.
- Untuk mendapatkan fitofarmaka yang dapat dipertanggung jawabkan keamanan dan
manfaatnya.

Bentuk sediaan fitofarmaka


1. Sediaan oral adalah penggunaan obat yang bertujuan untuk mendapatkan efek sistemik,
yaitu obat beredar melalui pembuluh darah keseluruh tubuh.
a. Kapsul
Kapsul adalah bentuk sediaan obat yang terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak.
Macam- macam kapsul
1) Kapsul cangkang keras (capsulae durae, hard capsul), contohnya kapsul tetrasiklin,
kapsul kloramfenikol dan kapsul Sianokobalami
2) Kapsul cangkang lunak (capsulae molles, soft capsule), contohnya kapsul minyak
ikan dan kapsul vitamin
Komponen kapsul
1. Zat aktif obat
2. Cangkang kapsul
3. Zat tambahan
Bahan pengisi contohnya laktosa. Sedangkan untuk obat yang cenderung mencair diberi
bahan pengisi magnesium karbonat, kaolin atau magnesium oksida atau silikon dioksida.
Bahan pelicin (magnesium stearat)
b. Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan ditujukan
untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. (FI IV)
Penggolongan :
1. Serbuk Terbagi (Pulveres) Ialah sediaan berbentuk serbuk yang dibagi-bagi dalam
bentuk bungkusan dalam kertas perkamen.
2. Serbuk Tak Terbagi (Pulvis) Ialah sediaan serbuk yang tidak terbagi dalam
peresepannya.
3. Serbuk Tabur

127
Serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat dikemas dalam wadah yang bagian
atasnya berlubang. Syarat : melewati ayakan mesh 100.
c. Tablet
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi.
Pil dalam Farmakope edisi III : Pil adalah suatu sedian berupa massa bulat mengandung
satu atau lebih bahan obat. Dalam buku ilmu meracik obat : Pil adalah suatu sedian
yang berbentuk bulat seperti kelereng mengandung satu atau lebih bahan obat.
Macam-macam sediaan pil
a. Bolus : beratnya lebih dari 300 mg
b. Pil : beratnya sekitar 60 – 300 mg
c. Granul : beratnya 1/3 – 1 grain (1 grain = 64,8 mg)
d. Parvul : beratnya kurang dari 1/3 grain
d. Sirup
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau dari gula dengan atau tanpa
penambahan bahan pewangi dan zat obat. Sirup yang mengandung bahan pemberi rasa
tapi tidak mengandung zat-zat obat dinamakan pembawa bukan obat atau pembawa
yang wangi atau harum (sirup). Beberapa sirup bukan obat yang sebelumnya resmi
antara lain: sirup aktasia, sirup cerri, sirup coklat, sirup jeruk. Sirup ini dimaksudkan
sebagai pembawa yang memberikan rasa enak pada zat obat yang ditambahkan
kemudian, baik dalam peracikan resep secara mendadak atau dalam pembuatan
formula standart untuk sirup obat, yaitu sirup yang mengandung bahan terapeutik atau
bahan obat.

2. Sediaan topikal
Adalah obat yang digunakan pada kulit yang dimaksudkan untuk memperoleh efek pada
kulit atau di dalam kulit.
a. Salep
Salep adalah sediaan setengah padat untuk dipakai di kulit.
Fungsi salep adalah :
1. Pembawa obat untuk pengobatan kulit
2. Pelumas pada kulit
3. Pelindung terhadap rangsang pada kulit, bakteri dan alergen
128
b. Krim
Krim adalah sediaan setengah padat yang mengandung banyak air.
c. Pasta
Pasta adalah suatu salep yang mengandung serbuk yang banyak seperti amilum dan ZnO.
Bersifat pengering. Bahan dasar pasta yang sering dipakai adalah: vaselin, lanolin, adeps
lanae, Ungt. Simplex, minyak lemak dan parafin liq. yang sudah atau belum bercampur
dengan sabun. Kelompok pertama dibuat dari gel fase tunggal mengandung air misalnya
Na-karboksimetilselulosa (Na-CMC). Kelompok lain adalah pasta berlemak misalnya
pasta Zn-oksida, merupakan salep yang padat, kaku, tidak meleleh pada suhu tubuh,
berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi. Pasta gigi digunakan
untuk pelekatan pada selaput lendir agar memperoleh efek lokal (misal, pasta gigi
triamsinolon asetonida).
Obat tradisional yang dikembangkan menjadi fitofarmaka
Jenis-jenis Obat Tradisional Yang dikembangkan Menjadi Fitofarmaka Sesuai lampiran
Permenkes RI No.760/Menkes/Per/IX/1992 tanggal 4 September 1992 berikut ini adalah daftar
obat tradisional yang harus dikembangkan menjadi Fitofarmaka yaitu :
1.Antelmintik
2.Anti ansietas (anti cemas)
3.Anti asma
4.Anti diabetes (hipoglikemik)
5. Anti diare
6. Anti hepatitis kronik
7. Anti herpes genitalis
8. Anti hiperlipidemia
9. Anti hipertensi
10. Anti hipertiroidisma
11. Anti histamin
12.Anti inflamasi (anti Rematik)
13.Anti kanker
14.Anti malaria
15.Anti TBC
16.Antitusif / ekspektoransia
17.Disentri
129
18.Dispepsia (gastritis)
19.Diuretik

Produk Fitofarmaka
Saat ini di Indonesia baru terdapat 5 fitofarmaka, contoh produk fitofarmaka yang sudah
beredar adalah:
1. Nodiar (anti diare) PT Kimia Farma (POM FF 031 500 361)
Komposisi:
Attapulgite 300 mg
Psidii Folium ekstrak 50 mg
Curcumae domesticae Rhizoma ekstrak 7,5 mg

2. Rheumaneer (pengurang nyeri) PT. Nyonya Meneer (POM FF 032 300 351)
Komposisi:
Curcumae domesticae Rhizoma 95 mg
Zingiberis Rhizoma ekstrak 85 mg
Curcumae Rhizoma ekstrak 120 mg
Panduratae Rhizoma ekstrak 75 mg
Retrofracti Fructus ekstrak 125 mg

130
3. Stimuno (peningkat sistem imun) PT Dexa Medica (POM FF 041 300 411, POM FF 041 600
421)
Komposisi:
Phyllanthi Herba ekstrak 50 mg

4. Tensigard Agromed (Anti hipertensi) PT Phapros ( POM FF 031 300 031, POM FF 031 300
041)
Komposisi:
Apii Herba ekstrak 95 mg

5. X-Gra PT Phapros (aphrodisiac) (POM FF 031 300 011, POM FF 031 300 021)
Komposisi:

131
Ganoderma lucidum 150 mg
Eurycomae Radix 50 mg
Panacis ginseng Radix 30 mg
Retrofracti Fructus 2,5 mg
Royal jelly 5 mg.

132
DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Interaksi Obat Pedoman Klinis dan Forensik. Penerbit EGC.2008.

Dasar Farmakologi Terapi. Volume 1. Penerbit EGC. Edisi 10.2008.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. 2009.


Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Dr. Agung Endro Nugroho. 2011. Farmakologi Obat-Obatan Penting Dalam Pembelajaran Ilmu
Farmasi dan Dunia Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pengantar Farmakologi Molekuler. Penerbit Gadjah Mada University Press Cetakan Kedua. 2008.

Setiawati A, et al. 2007. Pengantar Farmakologi dalam Farmakologi dan Terapi ed 5. Jakarta: Gaya Baru.

133

Anda mungkin juga menyukai