Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

ASUHAN KEHAMILAN
KUNJUNGAN AWAL

 TUJUAN KUNJUNGAN
 PENGKAJIAN DATA KESEHATAN IBU HAMIL
 PENGKAJIAN FETAL
 MENGEMBANGKAN PERENCANAAN ASUHAN YANG
KOMPREHENSIF

Resna Litasari, SST


MATA KULIAH : Asuhan Kebidanan Kehamilan
TOPIK : Asuhan kehamilan kunjungan awal
SUB TOPIK :
 Tujuan kunjungan
 Pengkajian data kesehatan ibu hamil
 Pengkajian fetal

WAKTU : 3 x 50 menit
DOSEN : Resna Litasari, SST

Objektif Perilaku Siswa

Setelah perkuliahan selesai mahasiswa dapat mengemukakan dan menjelaskan kembali


tentang :
1. Tujuan kunjungan
2. Pengkajian data kesehatan ibu hamil
3. Pengkajian fetal

Sumber Pustaka

1. Maternity Dainty, dkk, 2014, Asuhan Kebidanan Kehamilan, Binarupa Aksara


Publisher, Tangerang.
2. Novaria dan Budi PT, 2009, Buku Pintar Kehamilan persiapan hamil sampai menyusui,
Oryza, Jakarta.
3. Yuni kusmianti, puji heni wahyuningsih, 2009, perawatan ibu hamil (asuhan ibu hamil,
fitramaya, yogyakarta.

Resna Litasari, SST


1
Uraian Materi

ASUHAN KEHAMILAN KUNJUNGAN AWAL

A. Asuhan Kehamilan Kunjungan Awal

Ari Sulistyawati (2009) mengatakan bahwa kunjungan awal adalah suatu

kunjungan yang dilakukan pertama kali oleh ibu hamil dari awal kehamilan hingga minggu

ke-36. Tujuan kunjungan adalah sebagai berikut:

1. Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu

2. Mendeteksi masalah yang dapat diobati

3. Mencegah masalah dan penggunaan praktik tradisional yang merugikan

4. Memulai persiapan persalinan dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi

5. Mendorong perilaku yang sehat

Frekuensi pelayanan antenatal (antenatal care) oleh WHO ditetapkan 4 kali

kunjungan ibu hamil dalam pelayanan antenatal selama kehamilan dengan ketentuan

sebagai berikut:

1. Satu kali kunjungan pertama (K1) selama tri-mester pertama

2. Satu kali kunjungan kedua (K2) selama trimester kedua

3. Dua kali kunjungan ketiga dan keempat (K3 dan K4) selama trimester ketiga

Bila ibu hamil mengalami masalah, tanda bahaya atau jika merasa khawatir, ibu

hamil dapat sewaktu-waktu melakukan kunjungan ulang.

1. Pengkajian Data Kesehatan Ibu Hamil (Ari Sulistyawati)

a. Riwayat Kesehatan Sosial, Riwayat Kebidanan, Keluarga, Penyakit

Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang, penyakit umum yang

pernah diderita serta penyakit yang dialami saat masa sebelum kehamilan maupun saat

kehamilan.

1) Sosial

a) Kumpulan keluarga

Informasi tentang keluarga pasien mencakup asal keluarga, tempat lahir,

orang-orang yang tinggal bersama pasien, individuu yang dianggap "keluarga",

dan individu yang dapat diandalkan dalam memperoleh dukungan dan status

pasien saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa bidan menyadari tidak semua wanita

Resna Litasari, SST


2
hamil terikat dan sanggup untuk sendirian menghadapi semua keadaan saat ia

hamil.

b) Situasi tempat tinggal

Dapatkan informasi tentang tempat tinggal pasien, seberapa kali ia pindah,

seperti apa rumahnya, jumlah individu, keamanan lingkungan, dan jika

diindikasikan, apakah tersedia cukup makanan di dalam rumah. Keadaan

lingkungan sekitar diharapkan tetap bersih dan terhindar dari berbagai sumber

penyakit.

c) Pekerjaan

Mengetahui pekerjaan pasien adalah penting untuk mengetahui apakah pasien

berada dalam keadaan utuh dan untuk mengkaji potensi kelahiran prematur dan

pajanan terhadap bahaya lingkungan kerja, yang dapat merusak janin.

d) Pendidikan, minat, hobi, dan tujuan

Tanyakan pendidikan tertinggi pasien dan juga minat, hobi, serta tujuan jangka

panjang. Informasi ini membantu petugas kesehatan memahami pasien sebagai

individu dan memberi gambaran kemampuan bacatulisnya. Kadang bahaya

potensial dari hobi, seperti melukis, memahat, mengelas, membuat mebel,

piloting, balap, menembak, membuat keramik, dan berkebun akan diidentifikasi.

e) Pilihan agama

Tanyakan pilihan agama pasien dan berbagai praktik terkait agama yang harus

diobservasi. Informasi ini dapat menuntun diskusi tentang tradisi keagamaan

dalam kehamilan dan kelahiran, perasaan tentang jenis kelamin tenaga

kesehatan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

f) Hewan peliharaan

Tanyakan jenis dan jumlah hewan peliharaan di tempat tinggal. Hewan

peliharaan berpotensi menimbulkan penyakit yang bisa membahayakan pasien.

g) Sumber dukungan dan perencanaan kehamilan

Tanyakan siapa yang dapat pasien andalkan untuk memberinya dukungan.

Dukungan dari suami dan keluarga sangat dibutuhkan untuk kekuatan emosional

pasien. Tanyakan pada pasien apakah kehamilan ini direncanakan atau tidak.

h) Sumber stres

Faktor yang umum menjadi sumber stres pada wanita hamil ialah biaya,

pemukiman, kenakalan anak, dan masalah hubungan dengan pasangan atau

anggota keluarga lain. Pertanyaan, "apakah sumber utama stres Anda saat ini?"

Resna Litasari, SST


3
akan membantu petugas kesehatan memahami beberapa faktor yang

memengaruhi kehidupan dan kehamilan pasien.

i) Kebiasaan yang meningkatkan kesehatan

Informasi tentang pola hidup sehat pasien akan bermanfaat untuk

mengidentifikasi bidang pendidikan kesehatan yang dibutuhkan, baik saat ini

maupun pada masa postpartum, seperti kebiasaan:

 Merokok

 Mengonsumsi alkohol

 Mengonsumsi obat terlarang dan obat rekreasional

j) Keamanan

Tanyakan pasien apakah ia biasa mengenakan sabuk pengaman dan perseneling,

pelindung, dan apakah ia terlibat dalam kegiatan olahraga. Jika ia melakukan

kegiatan tersebut anjurkan pasien untuk selalu menjaga keselamatan dirinya

dan mengurangi kegiatan yang dapat mengancam keselamatan ibu dan janin.

2) Riwayat Kebidanan

a) Riwayat menstruasi

Gambaran riwayat menstruasi pasien yang akurat biasanya membantu

penetapan tanggal perkiraan kelahiran (estimated date of delivery-EDD) yang

sering disebut taksiran partus. Perhitungan dilakukan dengan menambahkan 9

bulan dan 7 hari pertama haid terakhir (HPHT) atau dengan mengurangi bulan

dengan 3, kemudian menambahkan 7 hari dan 1 tahun.

Rumus Naegele (h + 7 b-3 + x + 1 mg) untuk siklus 28 + x hari. Informasi

tambahan tentang siklus menstruasi yang harus diperoleh mencakup frekuensi

menstruasi dan lama perdarahan.

b) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Kehamilan: adakah gangguan seperti perdarahan, muntah yang sangat (sering),

toxaemia gravidarum. Persalinan: spontan atau buatan, aterm atau prematur,

perdarahan, ditolong oleh siapa (bidan, dokter). Nifas: adakah panas atau

perdarahan, bagaimana Anak: jenis kelamin, hidup atau kalau meninggal usia

berapa dan sebabnya meninggal, berat badan waktu lahir

c) Riwayat kontrasepsi

Riwayat kontrasepsi diperlukan karena kontrasepsi hormonal dapat

mempengaruhi EDD, dan karena penggunaan metode dapat membantu

"menangkal" kehamilan ketika seorang wanita menghabiskan pil berisi hormon

dalam tablet kontrasepsi oral, periode selanjutnya akan mengalami disebut

Resna Litasari, SST


4
"withdrawal bleed". Dan terkadang ada kalanya kehamilan terjadi ketika IUD

masih terpasang. Apabila ini terjadi lepas IUD jika talinya tampak.

Prosedur ini dapat dilakukan oleh perawat praktik selama trimester I, tetapi

lebih baik dirujuk ke dokter bila kehamilan sudah berusia 13 minggu. Pelepasan

IUD menurunkan risiko keguguran, sedangkan membiarkan IUD terpasang

meningkatkan aborsi septik pada pertengahan trimester. Riwayat pengunaan

IUD terdahulu meningkatkan risiko kehamilan ektopik. Dan tanyakan kepada

pasien lamanya pemakaian alat kontrasepsi dan jenis kontrasepsi yang

digunakan.

d) Riwayat obstetrik

Informasi esensial tentang kehamilan terdahulu mencakup bulan dan tahun

kehamilan tersebut berakhir, usia gestasi pada saat itu, tipe persalinan

(spontan, forsep, ekstrasi vakum, atau bedah sesar), lama persalinan (lebih baik

dihitung dari kontraksi pertama), berat lahir, jenis kelamin, dan komplikasi lain.

Ketika menggambarkan kehamilan yang berakhir sebelum minggu ke-20,

bedakan antara aborsi spontan, elektif, terapeutik, dan kehamilan ektopik.

e) Riwayat ginekologi

Riwayat penyakit atau kelainan ginekologi serta pengobatannya dapat memberi

keterangan penting, terutama operasi yang pernah dialami.

f) Riwayat seksual

Riwayat seksual adalah bagian dari data dasar yang lengkap karena riwayat ini

memberi informasi medis yang penting sehingga petugas kesehatan dapat lebih

memahami pasien dan mendapat kesempatan untuk :

 Mengidentifikasi riwayat penganiayaan seksual

 Menawarkan informasi yang dapat mengurangi kecemasan dan

menghilangkan mitos

 Menawarkan anjuran untuk memperbaiki fungsi seksual

 Membuat rujukan apabila tercatat disfungsi seksual atau masalah emosional

3) Riwayat Keluarga

Informasi tentang keluarga pasien penting untuk mengidentifikasi wanita yang

berisiko menderita penyakit genetik yang dapat memengaruhi hasil akhir kehamilan

atau berisiko memiliki bayi yang menderita penyakit genetik.

Resna Litasari, SST


5
4) Penyakit (Rukiyah Yeyeh, 2009)

a) Penyakit organik

Meskipun tidak setiap penyakit dan gangguan akan mempengaruhi atau

dipengaruhi kehamilan, penting juga menanyakan setiap penyakit tersebut

supaya diperoleh data yang lengkap. Wanita yang juga memiliki riwayat

kesehatan yang kronis atau lemah juga wanita yang menderita penyakit, seperti

hipertensi kronis, SLE, diabetes melitus tergantung insulin, penyakit jantung,

paru-paru, dan anemia harus menerima perawatan dari ahli kandungan atau ahli

perinatologi.

b) Human Papilloma Virus (HPV)

HPP adalah virus yang mudah menular dan sering menyebabkan kondiloma

akuminata, kadang disebut kutil venereal. Kutil ini biasanya ditemukan di

serviks dan dinding vagina, uretra, bokong, anus, dan alat genitalia eksterna.

Selama masa hamil, pengobatan kutil venereal dilakukan setiap minggu dengan

mengoleskan salep teratogenik.

c) Penyakit radang panggul

Petugas kesehatan harus mengetahui riwayat PID sedini mungkin pada masa

kehamilan karena PID meningkatkan risiko kehamilan ektopik tujuh kali lipat

(Oregon Health Division, 1995). Setiap kram atau perdarahan pada wanita yang

memiliki riwayat penyakit ini perlu diperiksa menggunakan ultrasonografi untuk

memastikan bahwa kehamilan terjadi di uterus.

d) Penyakit yang menyertai kehamilan

1) Kehamilan disertai penyakit jantung

Kehamilan yang disertai penyakit jantung selalu saling memengaruhi karena

kehamilan memberatkan penyakit jantung dan penyakit jantung dapat

memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Keluhan

utama yang dikemukakan:

o Cepat merasa lelah

o Jantung berdebar-debar

o Sesak napas apalagi disertai terjadi sianosis (kebiruan)

o Edema tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda

o Mengeluh tentang bertambah besarnya rahim yang tidak sesuai. (Ari

Sulistyawati, 2009)

Resna Litasari, SST


6
2) Hipertensi

Yang dimaksud hipertensi disertai kehamilan adalah hipertensi yang telah

ada sebelum kehamilan. Apabila dalam kehamilan disertai dengan protenuria

dan edema maka kondisi ini disebut pre-eklamsia yang tidak murni atau

superimposed pre-eklamsia. Penyebab utama hipertensi pada kehamilan

adalah hipertensi esensial dan penyakit ginjal. (Ari Sulistyawati, 2009)

3) Penyakit paru-paru dan kehamilan

Sikap bidan dalam menghadapi kehamilan dengan penyakit tuberkulosis paru

sebaiknya adalah melakukan konsultasi ke dokter untuk memastikan

penyakitnya. Pada penyakit batuk menahun atau tuberkulosis yang tenang

bidan dapat melanjutkan pengawasan kehamilan sampai ke tempat

persalinan. Sementara itu, penyakit asma pada kehamilan kadang bertambah

berat atau malah berkurang dalam batas yang wajar. Penyakit asma tidak

banyak pengaruhnya terhadap kehamilan.

Pemeriksaan fisik pada kunjungan awal prenatal difokuskan untuk

mengidentifikasi kelainan yang sering mengontribusi morbiditas dan

mortalitas untuk mengidentifikasi gambaran tubuh yang menunjukkan

gangguan genetik. Pemeriksaan harus mencakup penetapan tinggi dan berat

badan pengukuran tekanan darah (TD) nadi, dan pemeriksaan kulit, keler

tiroid, jantung, paru, payudara, ekstremitas dan abdomen, serta

pemeriksaan pelvis. (Ari Sulistyawati, 2009).

2. Pemeriksaan Fisik (Nanny Vivian, 2011)

a. Pemeriksaan Fisik Umum

(1) Tinggi badan

Tubuh yang pendek dapat menjadi indikator gangguan genetik. Karena tinggi yang

pasti seringkali tidak diketahui dan tinggi badan berubah seiring peningkatan usia

wanita, tinggi badan harus diukur pada saat kunjungan awal.

(2) Berat badan

Berat badan ditimbang pada kunjungan untuk membuat rekomendasi penambahan

badan pada wanita hamil dan untuk membatasi kelebihan atau kekurangan berat.

Selama bertahun-tahun banyak saran telah diajukan tentang penambahan berat

ideal pada wanita hamil. Salah satu sumber pedoman terbaru dari Institute of

Medicine adalah menggunakan Indeks Massa untuk menentukan penambahan berat

Resna Litasari, SST


7
yang direkomendasikan. IMT diperoleh dengan menghubungkan tinggi badan pasien

dengan berat badannya saat hamil.

(3) Tanda vital

Tekanan darah, nadi, suhu, respirasi

(4) Kepala dan leher

a) Edema di wajah

b) Ikterus pada mata

c) Mulut pucat

d) Bibir pecah-pecah

e) Leher meliputi pembengkakan pada saluran limfe atau pembesaran kelenjar

tiroid

(5) Tangan dan kaki

a) Edema pada jari tangan

b) Kuku jari pucat

c) Varices vena

d) Refleks

(6) Payudara

a) Ukuran, simetris

b) Puting payudara: masuk atau menonjol

c) Keluarnya kolostrum atau cairan lain

d) Retraksi, dimpling

e) Massa

f) Nodul axilla

(7) Abdomen

a) Luka bekas operasi

b) Tinggi fundus uteri

c) Letak, presentasi, posisi, dan penurunan kepala (jika > 36 minggu)

d) DJJ (jika > 18 minggu)

(8) Genital luar

a) Varices

b) Perdarahan

c) Luka

d) Cairan yang keluar

e) Pengeluaran dari uretra dan skene

f) Kelenjar bartholini: bengkak, massa, cairan yang keluar

Resna Litasari, SST


8
(9) Genital dalam

a) Serviks: cairan yang keluar, luka, kelunakan, posisi, mobilitas, tertutup atau

membuka

b) Vagina: cairan yang keluar, luka, darah

c) Adneksa: ukuran, bentuk, posisi, nyeri, kelunakan, massa (pada TW I)

d) Uterus: ukuran, bentuk, posisi, mobilitas, kelunakan, massa (pada TW I)

(10) Pemeriksaan panggul

Tanda yang menimbulkan prasangka panggul sempit ialah:

a) Pada primigravida kepala belum turun pada bulan terakhir.

b) Pada multipara jika dalam anamnesis, ternyata persalinan yang dulu sukar

(riwayat obstetrik yang jelek).

c) Jika terdapat kelainan letak pada hamil tua.

d) Jika badan penderita menunjukkan kelainan seperti kifosis, skoliosis, kaki

pendek sebelah (pincang), cebol.

e) Kalau ukuran-ukuran luar sempit.

Jika ada prasangka panggul sempit, sebaiknya dikonsultasikan kepada seorang

dokter ahli. Bidan biasanya memeriksa dan mengukur panggul sekali dalam

kehamilan, yaitu dengan toucher karena ukuran-ukuran dalamlah yang menentukan

luas jalan lahir.

a) Pemeriksaan yang biasa dilakukan pada kehamilan 8 bulan ialah:

(1) Conjugate diagonalis

(2) Apakah linea inominata teraba seluruhnya atau hanya sebagian

(3) Keadaan sacrum apakah konkaf dalam arah atas bawah dari kiri ke kanan

(4) Keadaan dinding samping panggul apakah lurus atau konvergen

(5) Apakah spinae iskiadikae menonjol

(6) Keadaan os pubis adakah eksostose

(7) Keadaan arcus pubis

b) Peluang calon ibu agar bisa melahirkan normal berdasarkan bobot bayi:

(1) Panggul sempit, panggul jenis ini hanya bisa mengeluarkan bayi berbobot 2,5

kg ke bawah.

(2) Panggul sedang, bisa mengeluarkan bayi berbobot 2,5 kg sampai dengan 3,5

kg.

(3) Panggul luas, panggul jenis ini mengeluarkan bayi berukuran besar 3,5 kg

sampai dengan 3,9 kg.

c) Ukuran panggul rata-rata dan terkategori normal:

Resna Litasari, SST


9
(1) Pintu atas panggul (pelvic inlet) minimal memiliki diameter 22 cm.

(2) Pintu tengah panggul (mid pelvic) diameter minimalnya adalah.

(3) Pintu bawah panggul, panjang diarJ normal rata-rata minimal 16 cm.

d) Panggul luar

(1) Distansia spinarum : Jarak antara spin iliaka anterior superior kiri dan

kanan normalnya 23-26 cm

(2) Distansia kristarum: Jarak yang terjauh antara krista iliaka kanan dan kiri

normalnya 26-30 cm

(3) Konjugata eksterna: Jarak antara pinggir atas simfisis dan ujung prosesus

spinosus ruas tulang lumbal ke-V, normalnya 18-20 cm

(4) Lingkar panggul: Dari pinggir atas simfisis ke pertengahan antara spina

ilakia anterior superior dan trokanter sepihak dan kembali melalui tempat

yang sama di pihak yang lain, normalnya 80-90 cm

e) Panggul Dalam

(1) Konjugata diagonalis

(2) Promontorium, linea inominata

(3) Spina iskiadika, kelengkungan sakrum, dinding samping pelvis

(4) Arkus pubis, mobilitas tulang koksigeus

3. Pemeriksaan Laboratorium

Menurut Rukiyah Yeyeh (2009), pemeriksaan labo-ratorium merupakan pemeriksaan

untuk menunjang diagnosis penyakit, guna mendukung atau menyingkirkan diagnosis

lainnya. Pemeriksaan labo-ratorium merupakan penelitian perubahan yang timbul pada

penyakit dalam hal susunan kimia dan mekanisme biokimia tubuh (perubahan ini bisa

penyebab atau akibat). Pemeriksaan laboratorium juga sebagai ilmu terapan untuk

menganalisis cairan tubuh dan jaringan guna membantu petugas kese-hatan dalam

mendiagnosis dan mengobati pasien.

Pada umumnya diagnosis penyakit dibuat berdasarkan gejala penyakit (keluhan dan

tanda), dan gejala ini mengarahkan dokter pada kemungkinan penyakit penyebab. Hasil

pemeriksaan laboratorium dapat menunjang atau menyingkirkan kemungkinan penyakit

yang menyebabkan, misalnya dalam pemeriksaan biakan darah pada demam tifoid, jika

positif amat mendukung diagnosis, tetapi bila negatif tidak menyingkirkan diagnosis

demam tifoid jika secara klinis dan pemeriksaan lain (misalnya pemeriksaan WIDAL)

menyokong.

Resna Litasari, SST


10
Diagnosis penyakit kadang tidaklah mudah, terutama pada permulaan penyakit, gejala

klinis penyebabnya masih berupa kemungkinan, meski dokter biasanya dapat menetapkan

kemungkinan yang paling tinggi. Karena itu, pada tahap permulaan dokter tidak selalu

dapat menentukan diagnosis penyakit. Diperlukan data-data tambahan dari pemeriksaan

laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain. Menurut Henry dan Howanitz, para dokter

memilih dan mengevaluasi uji laboratorium dalam perawatan pasien sekurang-kurangnya

satu dari alasan berikut ini:

1) Untuk menunjang diagnosis klinis

2) Untuk menyingkirkan kemungkinan suatu diagnosis atau penyakit

3) Untuk digunakan sebagai pedoman terapi atau penatalaksanaan

4) Untuk digunakan sebagai panduan prognosis

5) Untuk mendeteksi suatu penyakit (uji saring), (Rukiyah Yeyeh, 2009)

Dari lima hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan laboratorium memiliki

fungsi dan manfaat sebagai berikut:

1) Skrining atau uji saring adanya penyakit subklinis, dengan tujuan menentukan risiko

terhadap suatu penyakit dan mendeteksi dini penyakit terutama bagi individu berisiko

tinggi (walaupun tidak ada gejala atau keluhan).

2) Konfirmasi pasti diagnosis, yaitu untuk memastikan penyakit yang diderita seseorang,

berkaitan dengan penanganan yang akan diberikan dokter serta berkaitan erat dengan

komplikasi yang mungkin saja dapat terjadi.

3) Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis.

4) Membantu pemantauan pengobatan.

5) Menyediakan informasi prognosis atau perjalanan penyakit, yaitu untuk memprediksi

perjalanan penyakit dan berkaitan dengan terapi dan pengelolaan pasien.

6) Memantau perkembangan penyakit dan memantau efektivitas terapi yang dilakukan

agar dapat meminimalkan komplikasi yang dapat terjadi. Pemantauan ini sebaiknya

dilakukan secara berkala.

7) Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak dijumpai dan potensial

membahayakan.

8) Memberi ketenangan baik pada pasien maupun petugas kesehatan karena tidak didapati

penyakit.

Beberapa contoh pemeriksaan laboratorium, yaitu:

1) Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan melalui prosedur pemeriksaan khusus dengan

mengambil bahan atau sampel dari penderita, yang dapat berupa darah, urine (air

kencing), feses, sputum (dahak), atau sampel dari hasil biopsi.

Resna Litasari, SST


11
2) Pemeriksaan hematologi, dapat berupa: panel pemeriksaan demam, untuk mengetahui

adanya penyakit infeksi yang dapat menimbulkan demam.

3) Pemeriksaan fungsi hati dan pertanda hepatitis, untuk mengetahui adanya radang hati

dan adanya gangguan pada fungsi hati.

4) Pemeriksaan fungsi ginjal dan pemeriksaan kimia darah, untuk faal ginjal.

5) Pemeriksaan metabolisme gula, untuk diagnosis dan follow up kadar gula darah.

6) Pemeriksaan metabolisme lemak, untuk menge-tahui kadar lemak darah untuk

mendeteksi risiko terhadap kejadian penyakit.

7) Pemeriksaan elektrolit darah.

8) Pemeriksaan imunoserologi

9) Pemeriksaan radiologi: meliputi pemeriksaan rontgen, ultrasonografi (USG), computed

tomography (CT Scan), magnetic resonance imaging (MRI), intravenous pyelography

(IVP), dan sebagainya. Dengan berbagai jenis pemeriksaan, radiologi ini dapat diketahui

adanya anomali organ, massa, peradangan, perdarahan, sampai pada penilaian fungsi

ekskresi dan kerusakan struktur organ.

10) Pemeriksaan urine

11) Pemeriksaan laboratorium pada kehamilan, pemeriksaan laboratorium pra-nikah

12) Pemeriksaan feses

13) Pemeriksaan analisis cairan otak

14) Pemeriksaan analisis getah lambung, duodenum dan cairan empedu

15) Pemeriksaan laboratorium lainnya seperti analisis sperma, batu empedu, cairan pleura,

batu ginjal, sputum. (Rukiyah Yeyeh, 2009)

Pengkajian Emosional

1). Trimester pertama

Menurut Nanny Vivian (2011), selama bulan pertama hingga ketiga, suasana emosi ibu

hami biasanya mudah sekali berubah. Pergolakan emosi menyebabkan ibu hamil sensitif,

mudaii menangis, mudah lelah, takut bila terjadi keguguran, lebih merasakan "sakit"

daripada hamil. Perubahan emosi ibu hamil lebih disebabkan adanya aktivitas hormonal

yang meningkat pesat dan berbagai faktor fisik, misalnya kelelahan mual, muntah,

morning sickness, atau perubah bentuk tubuh.

2). Trimester kedua

Pada usia kehamilan ini, emosi ibu hamil jauh lebih baik dan tidak banyak keluhan yang ia

rasakan pada trimester sebelumnya. Oleh karena itu, periode ini bisa disebut periode

keemasan. Ibu hamil mulai bisa menyesuaikan diri dengan perubahan hormonal

Resna Litasari, SST


12
kehamilan. Selain itu, tidak banyak muncul keluhan fisik. Inilah yang membuat ibu hamil

bisa menjalani kehamilan dengan lebih enak dan tidak sedramatis sebelumnya. (Ari

Sulistyawati, 2009)

3). Trimester tiga

Memasuki trimester akhir ini, kondisi perut ibu hamil akan semakin besar dan

mengakibatkan ia susah bergerak, cepat lelah, mudah lupa, dan mudah cemas. Emosi

kembali sukar untuk dikendalikan, bahkan ibu hamil menjadi lebih sensitif. Namun,

seiring bertambahnya usia kehamilan, ibu hamil menjadi lebih siap mental untuk

mempersiapkan persalinan dan kelahiran buah hati yang telah dinantikannya.

Tips Menghadapi Perubahan Emosi:

Berikan tips ini kepada ibu hamil agar ia dapat lebih mempersiapkan diri.

1). Mengetahui perubahan emosi yang Anda rasakan adalah normal dan bisa membantu

2). Berbagi pengalaman dan perasaan dengan pasangan serta menjalani komunikasi yang

lebih terbuka

3). Makan makanan yang bergizi serta berolahraga teratur juga bisa membantu Anda

4). untuk membentuk pola pikir positif ten-tang kondisi Anda

5). Mengikuti kelas kehamilan bersama dengan pasangan

6). Berbagi pengalaman dengan orang yang pernah mengalami kondisi serupa dengan Anda

7). Memperbanyak pengetahuan dan infor-masi tentang kehamilan dari buku, inter-net,

majalah atau sumber lain.

(Ari Sulistyawati, 2009)

B. Pengkajian Fetal

1. Gerakan Janin

a. Pemahaman

Menurut Ari Sulistyawati (2009), pola gerakan janin adalah tanda reliabel

tentang kesejahteraan janin, di mana gerakan janin yang mengikuti pola teratur

dari waktu ketika gerakan ini dirasakan. Data sedikitnya 10 gerakan per hari

dianggap lazim. Perhitungan gerakan janin harus dimulai pada usia kehamilan 34-

36 minggu bagi wanita yang berisiko rendah mengalami insufisiensi utero

plasenta. Sedangkan pada wanita yang faktor risikonya telah diidentifikasi,

perhitungan gerakan janin dilakukan pada usia kehamilan 28 minggu. Gerakan

janin normal yaitu sekelompok atau beberapa kelompok aktivitas tungkai dan

tubuh janin yang menunjukkan normalitas. Gerakan janin pada primigravida

Resna Litasari, SST


13
dirasakan pada kehamilan 18 minggu, sedangkan pada multigravida pada kehamilan

16 minggu.

Hal yang Memengaruhi Gerakan Janin

1). Kapan gerakan muncul

2). Usia kandungan

3). Kadar glukosa

4). Stimulus suara

5). Status perilaku janin

6). Penggunaan obat-obatan dan kebiasaan merokok

7). Hipoksia

8). Asidemia

9). Polihidramnion

10). Oligohidramnion

Cara Menghitung Gerakan Janin :

Pengkajian riwayat merupakan langkah yang penting. Pasien sering melaporkan

penurunan gerakan janin karena mereka lupa merasakan aktivitas janin selama

periode waktu tertentu dan juga tidak terlalu menaruh perhatian terhadap hal ini.

Anjurkan pasien untuk fokus pada aktivitas janin selama periode waktu satu jam,

terutama saat ia sedang beristirahat, dalam kondisi gizi baik, dan asupan cairan

cukup. Apabila pasien mampu membaca dan memahami prosedur grafik dasar, maka

dapat menggunakan metode count to ten (menghitung sampai 10):

1). Jadwalkan satu sesi perhitungan per hari

2). Jadwalkan sesi pada waktu yang sama setiap hari

3). Catat berapa lama biasanya dibutuhkan untuk merasakan 10 kali gerakan

4). Setidaknya harus terdapat 10 kali gerakan teridentifikasi dalam 10 jam

Apabila gerakan kurang dari 10 kali dalam 10 jam, jika dibutuhkan waktu lebih lama

untuk mencapai 10 kali gerakan, atau jika tidak terasa geraka dalam 10 jam maka

hubungi bidan. Kelebihan metode ini yaitu: mudah digunakan, singkat dan mudah

diinterpretasi. Janin tidak bergerak dalam 24 jam merupakan tanda gawat janin dan

ibu haml harus segera mendatangi petugas kesehatan. (Ai Sulistyawati, 2009)

2. Denyut Jantung Janin (DJJ)

a. Pemahaman

Denyut jantung janin normal adalah frekuensi denyut rata-rata wanita tidak

sedang bersalin, atau diukur di antara dua kontraksi. Rentang normal adalah120

sampai 160 denyut/menit. Bunyi denyut jantung janin seperti bunyi detik jam

Resna Litasari, SST


14
bawah bantal. Tanda gawat janin yaitu denyut jantung lebih dari 160 x/menit

qdisebut denga takikardia, dan denyut jantung janin kurang dari 120 x/menit

disebut bradikardia (Ari Sulistyawati, 2009) .

b. Cara Mendengarkan Denyut Jantung Janin

(1). Dengan menggunakan stetoskop pinard

a) Tempat mendengarkan harus tenang, agar tidak mendapat gangguan dari

suara lain

b) Ibu hamil diminta berbaring telentang, kakinya lurus, bagian yang tidak

perlu diperiksa ditutup, pintu atau jendela ditutup.

c) Alat disediakan. Pemeriksaan ini sebagai lanjutan dari pemeriksaan

palpasi.

d) Mencari daerah atau tempat dimana pemeriksa akan mendengarkan.

Setelah daerah ditemukan, bagian yang berlubang luas dari stetoskop

pinard ditempatkan di atas tempat atau daerah di mana pemeriksa akan

mendengarkan. Sedangkan bagian yang luasnya sempit ditempatkan pada

telinga pemeriksa, dengan posisi tegak lurus.

e) Kepala pemeriksa dimiringkan, perhatian dipusatkan pada denyut jantung

janin. Bila terdengar suatu detak, maka untuk memastikan apakah yang

terdengar itu denyut jantung janin, detak ini harus disesuaikan dengan

detak nadi ibu. Bila detakan itu sama dengan nadi ibu, yang terdengar

bukan jantung janin, tetapi detak aorta abdominalis dari ibu.

f) Setelah nyata bahwa yang terdengar itu betul denyut jantung janin maka

dilakukan penghitungan untuk mengetahui tingkat keteraturan dan

frekuensi denyut jantung janin itu. (Ari Sulistyawati, 2009)

(2). Dengan menggunakan Doppler

a) Nyalakan Doppler, untuk memeriksa apakah Doppler dapat digunakan.

b) Usapkan jeli pada abdomen ibu, tepat pada daerah yang telah ditentukan.

Kegunaan jeli adalah sebagai kontak kedap udara antara kulit abdomen

dengan permukaan sensor.

c) Tempatkan sensor pada daerah yang akan didengarkan, kemudian tekan

tombol start untuk mendengarkan denyut jantung janin.

d) Lakukan penyesuaian volume seperlunya dengan menggunakan tombol

pengatur volume.

e) Lihat denyut jantung janin pada angka yang ditunjukkan melalui monitor.

(Ari Sulistyawati, 2009)

Resna Litasari, SST


15
(3). Non Stress Test (NST)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai hubungan gambaran DJJ dan

aktivitas janin. Cara pemeriksaan ini dikenal juga dengan nama

aktokardiografi, atau fetal activitv acceleration determination (FAD; FAAD).

Penilaian dilakukan terhadap frekuensi dasar DJJ, variabilitas, dan timbulnya

akselerasi yang menyertai gerakan janin.

a) Teknik pemeriksaan NST

(1). Pasien berbaring dalam posisi semi fowler atau sedikit miring ke kiri.

Hal ini berguna untuk memperbaiki sirkulasi darah ke janin dan

mencegah terjadinya hipotensi.

(2). Sebelum pemeriksaan dimulai, dilakukan pengukuran tensi, suhu, nadi,

dan frekuensi pernapasan ibu. Kemudian selama pemeriksaan

dilakukan, tensi diukur setiap 10-15 menit (hasilnya dicatat pada

kertas KTG).

(3). Aktivitas gerakan janin diperhatikan dengan cara:

(a) Menanyakan kepada pasien.

(b) Melakukan palpasi abdomen.

(c) Melihat gerakan tajam pada rekaman tokogram (kertas KTG).

(4). Bila dalam beberapa menit pemeriksaan tidak terdapat gerakan janin,

dilakukan perangsangan janin, misalnya dengan menggoyang kepala atau

bagian janin lainnya, atau dengan memberi rangsang vibro-akustik

(dengan membunyikan bel, atau dengan menggunakan alat khusus untuk

keperluan tersebut).

(5). Perhatikan frekuensi dasar DJJ (normal antara 120-160 dpm).

(6). Setiap terjadi gerakan janin diberikan tanda pada kertas KTG.

Perhatikan apakah terjadi akselerasi DJJ (sedikitnya 15 dpm).

(7). Perhatikan variabilitas DJJ (sedikitnya antara 5-25 dpm).

(8). Lama pemeriksaan sedikitnya 20 menit (Ari Sulistyawati, 2009)

b) Interpretasi NST

1). Reaktif

(a) Terdapat gerakan janin sedikitnya 2 kali dalam 20 menit, disertai

dengan akselerasi sedikitnya 15 dpm.

(b) Frekuensi dasar DJJ di luar gerakan janin antara 120-160 dpm.

(c) Variabilitas DJJ antara 5-25 dpm.

Resna Litasari, SST


16
2). Non-reaktif:

(a) Tidak terdapat gerakan janin dalam 20 menit, atau tidak terdapat

akselerasi pada gerakan janin.

(b) Frekuensi dasar DJJ abnormal (kurang dari 120 dpm, atau lebih

160 dpm).

(c) Variabilitas DJJ kurang dari 2 dp;

3). Meragukan:

(a) Gerakan janin kurang dari 2 kali dalam 20 menit, atau terdapat

akselerasi yang kurang dari 15 dpm.

(b) Frekuensi dasar DJJ abnormal.

(c) Variabilitas DJJ antara 2-5 dpm.

Hasil NST yang reaktif biasanya diiku dengan keadaan janin yang baik sampai

1 minggu kemudian (spesifisitas 95-99%). Hasil NST yang non-reaktif

disertai dengan keadaan janin yang jelek (kematian perinatal, nilai Apgar

rendah, adanya deselerasi lambat intrapartum), dengan sensitivitas sebesar

20%. Hasil NST yang meragukan harus diulang dalam waktu 24 jam. Oleh

karena rendahnya nilai sensitivitas NST, setiap hasil NST yang non-reaktif

sebaiknya dievaluasi lebih lanjut dengan contraction stress test (CST),

selama tidak ada kontraksi indikasi. (Ari Sulistyawati, 2009).

3. Amniosentesis

Aru W. (2009) mengatakan bahwa amniosentesis adalah pemeriksaan yang

dilakukan terhadap cairan amniotik (air ketuban) yang terdapat disekitar bayi dalam

uterus dengan tujuan untuk mendeteksi kelainan pada bayi. Dokter akan mengambil

contoh cairan ini dengan jarum melalui dinding perut, atau melalui leher rahim.

Cairan air ketuban yang mengandung sel dan bahan tertentu ini mencerminkan

kesehatan bayi.

Jarum tipis panjang dimasukkan melalui perut ke dalam rahim. Sejumlah kecil

cairan diambil dari kantung berisi cairan yang mengelilingi janin. Amniosentesis baru

dapat dikerjakan bila cairan amnion (air ketuban) sudah cukup banyak. Pada awal

trimester II (14-18 minggu), amniosentesis dilakukan untuk mendeteksi kelainan

genetik dan metabolik melalui pemeriksaan sitogenik (sel).

Tindakan ini juga dilakukan untuk memeriksa kadar alfa feto protein di dalam

cairan air ketuban untuk mendeteksi adanya kelainan tertentu. Setelah kehamilan 24

minggu (6 bulan) amniosentesis dilakukan untuk mengukur kadar bilirubin, penentuan

maturitas janin, pemeriksaan mikrobiologi, dan pemeriksaan diagnostik lainnya. Pada

Resna Litasari, SST


17
keadaan tertentu amniosentesis dapat dilakukan sebagai pembantu terapi, yaitu

untuk menghilangkan tekanan mekanik dan dekompresi. (Aru W, 2009).

Komplikasi serius dari amniosentesis pada trimester kedua jarang terjadi.

Namun, prosedur ini menimbulkan risiko kecil keguguran. Menurut ACOG, kurang dari

1 dalam 500 sampai 1 dari 300 wanita mengalami keguguran setelah amniosentesis.

Salah satu studi barubaru ini menunjukkan bahwa risiko keguguran dapat ;erendah 1

dalam 1.600. Komplikasi lain, seperti infeksi rahim, jarang terjadi dalam waktu

kurang dari 1 dalam 1.000 kasus (Aru W„ 2009).

Amniosentesis pada trimester pertama tidak dianjurkan. Studi menunjukkan

bahwa risiko keguguran setelah trimester pertama amniosentesis dapat menjadi 3

kali lebih tinggi daripada risiko setelah amniosentesis pada trimester kedua. Studi

juga menunjukkan bahwa imniosentesis dini dapat meningkatkan risiko cacat kaki

yang disebut kaki pekuk. Jika pengujian pralahir pada trimester pertama diperlukan,

CVS adalah pilihan yang lebih aman. (Aru W., 2009).

Risiko keguguran amniosentesis berikut mungkin lebih rendah ketika dokter yang

melakukan prosedur ini sangat berpengalaman. Dokter berpengalaman sering

berlatih di pusat kesehatan besar. Penyedia layanan kesehatan dan konselor genetik

biasanya dapat memberikan wanita hamil rujukan kepada dokter berpengalaman.

(Aru W., 2009).

a. Selama Pemeriksaan

Menurut Aru W. (2009) amniosentesis memiliki tata cara pemeriksaan sendiri.

Jelaskan tata cara pemeriksaan amniosentesis berikut kepada pasien:

1). Sebelum tes ini dilakukan, Anda tidak perlu menginap di rumah sakit. Anda

harus menandatangani formulir izin. Kandung kemih harus penuh untuk USG.

Tidak ada makanan atau minuman larangan. Anda mungkin perlu memberikan

sampel darah untuk menentukan jenis darah dan faktor Rh. Anda mungkin

mendapatkan suntikan obat yang disebut Rhogam jika Anda Rh negatif.

2). Pertama Anda akan memakai gaun rumah sakit, kemudian Anda akan berbaring

dengan posisi telentang dengan perut yang tidak ditutup. Setelah itu, perut

Anda dibersihkan. Penyedia layanan kesehatan akan menemukan lokasi bayi

yang tepat, biasanya dengan USG. Kulit perut digosok. Sebuah obat mati rasa

(anestesi) dapat diterapkan pada kulit, atau bius lokal bisa disuntikkan ke

dalam kulit.

Resna Litasari, SST


18
3). Dokter menggunakan ultrasonografi untuk melihat bayi Anda dan untuk

mencari area yang aman dalam air ketuban. Ultrasonografi adalah teknik

menangkap gambar dari bayi Anda dengan menggunakan gelombang suara.

4). Dokter akan menyuntik anestesia di tempat jarum akan dimasukkan. Tindakan

ini akan terasa menyengat sedikit. Saat jarum memasuki uterus, Anda akan

merasakan kram.

5). Dokter akan mengambil sejumlah kecil cairan kemudian mengeluarkan jarum.

Jarum berada di dalam selama kurang dari 1 menit.

6). Sebuah monitor diletakkan di sebelah perut Anda selama 15-30 menit. Dokter

Anda akan mendapatkan hasil pemeriksaan dalam waktu sekitar 2 minggu dan

kemudian menjelaskannya kepada Anda.

b. Setelah Pemeriksaan

Setelah pemeriksaan dilakukan dokter akan menyarankan kepada Anda untuk

beristirahat di rumah selama 1 hari ini, kemudian Anda disarankan untuk

meminum banyak air putih dan apabila Anda mengalami kram Anda disarankan

untuk tidur miring dan bertumpu kepada badan sebelah kiri Anda. (Aru W., 2009)

c. Golongan Wanita yang Perlu Melakukan Amniosentesis

Penyedia layanan kesehatan tidak secara rutin menawarkan amniosentesis kepada

semua wanita hamil karena membawa risiko kecil keguguran. Mereka menawarkan

amniosentesis bila ada peningkatan risiko cacat lahir atau malformasi tertentu.

Petugas kesehatan mungkin menawarkan amnio-sentesis karena:

Pasien mempunyai riwayat keluarga dengan gangguan genetik, misalnya:

o Gangguan muskuloskeletal, seperti distrofi otot Duchenne

o Kelainan darah, seperti penyakit darah talasemia atau anemia sel sabit

o Gangguan metabolisme, seperti fenilketonuria (Aru W., 2009)

Usia ibu: Risiko melahirkan anak dengan cacat lahir akibat kromosom tertentu

akan meningkatkat seiring dengan pertambahan usia ibu. Umumnya penyedia

layanan kesehatan akan menawarkan wanita hamil yang berusia lebih dari 3

tahun untuk melakukan tes diagnostik kelainanan kromosom. Gangguan yang

paling umum adalah sindrom Down, kombinasi kelainan mental dan fisik yang

disebabkan oleh kromosom ekstra. (Aru W., 2009)

Sindrom Down terjadi pada sekitar 1 dari 1.250 anak yang dilahirkan

oleh wanita berusia 20-an. Kemungkinan meningkat menjadi sekitar 1 dari 400

pada usia 35, 1 dari 100 pada usia 41, dan 1 dari 30 pada usia 45.

Resna Litasari, SST


19
Saat ini, wanita di atas usia 35 tahun umumnya memilih melakukan tes

skrining pada trimester pertama atau kedua untuk mendapatkan informasi

lebih lanjut tentang risiko mereka sebelum memutuskan apakah akan

melakukan amniosentesis atau tidak. American College of Obstetricians and

Gynecologist (ACOG) merekomendasikan bahwa tes skrining trimester

pertama dan kedua serta tes pralahir tersededia bagi perempuan dari segala

usia.

Pasien memiliki seorang anak dari kehamilan sebelumnya dengan cacat lahir:

Jika seorang wanita sudah memiliki anak (atau kehamilan) didiagnosis dengan

kelainan kromosom, cacat lahir genetik atau cacat lahir tertentu yang

melibatkan otak atau sumsum tulang belakang (cacat tabung neural atau

NTD), dia mungkin akan ditawari tes pralahir pada kehamilan berikutnya. (Aru

W, 2009)

Hasil tes skrining abnormal: Tes untuk cacat lahir dapat dilakukan pada

trimester pertama atau kedua. Trimester pertama menggabungkan tes

skrining berupa tes darah dengan untuk mengukur lipatan kulit (disebut

lipatan yang berhubung dengan kuduk) di bagian belakang leher janin. USG

menggunakan gelombang suara untuk mengambil gambaran janin. Tes skrining

trimester pertama membantu menentukan risiko seorang wanita memiliki bayi

dengan sindrom Down atau trisomi 18 (kelainan kromosom yang parah).

Tes skrining trimester kedua adalah tes darah yang membantu

menentukan risiko kelainan kromosom yang menyebabkan lahir cacat, serta

untuk NTD. Jika tes skrining menunjukkan peningkatan risiko cacat lahir,

penyedia pelayanan kesehatan sering mere komendasikan amniosentesis untuk

mendiagnosis atau me-nyingkirkan kelainan kromosom dan untuk membantu

mendiagnosis NTD. Sebagian besar bayi dengan hasil tes skrining abnormal

dapat lahir dalam keadaan normal. (Aru W., 2009)

Riwayat keluarga: Petugas kesehatan mungkin menawarkan amniosentesis

untuk pasangan dengan riwayat keluarga menderita cacat lahir dan kelainan

genetik tertentu seperti cystic fibrosis atau sindrom X dalam keadaan rapuh.

Wanita dengan sensitisasi Rh. Melalui tes ini, petugas kesehatan akan

mengetahui bila ada kelainan janin, kelainan bawaan, jenis kelamin bayi,

tingkat kematangan paru janin, dan mengetahui ada tidaknya infeksi cairan

amnion (korioamnionitis).

Resna Litasari, SST


20
d. Risiko Amniosentesis

Aru W. (2009) mengemukakan bahwa amniosen-tesis biasa dilakukan dan

biasanya aman. Bagi sebagian besar wanita, manfaat diagnosis yang jelas jika ada

masalah dengan bayi akan lebih besar daripada potensi risiko. Namun, untuk

membuat keputusan dan memberikan persetujuan, pasien perlu menyadari efek

samping dan risiko komplikasi dari prosedur ini.

Efek samping

Ada beberapa efek samping yang tidak diinginkan, tetapi kebanyakan efek

samping yang berhasil pada pengobatan tersebut bisa berupa rasa sakit atau

kram ringan. Pasien mungkin mengalami sedikit rasa sakit atau kram ringan,

seperti sakit pada waktu menstruasi dan bercak (perdarahan ringan dari

vagina) selama beberapa jam kemudian. Jika pasien memiliki gejala lain

seperti merasa tidak sehat, perdarahan atau kontraksi berat, pasien harus

menghubungi dokter segera. (Aru W., 2009)

Komplikasi

Komplikasi terjadi ketika terdapat masalah selama atau setelah tes. Sebagian

besar wanita tidak akan mengalaminya, tetapi risiko amnio-sentesis mencakup

hal di bawah ini.

1). Cedera pada ibu atau bayi akibat jarum menggunakan USG untuk memandu

jarum mengurangi risiko ini. Tusukan dari plasenta adalah potensi cedera

yang paling umum, tetapi hal ini biasanya sembuh tanpa masalah lebih

lanjut.

2). Ibu dapat mengembangkan infeksi karena prosedur telah memungkinkan

bakteri masuk ke dalam kantung ketuban, tetapi hal ini sangat jarang

terjadi.

3). Ada sedikit risiko bahwa darah ibu akan terkena darah bayi. Ini hanya

menjadi masalah jika darah ibu rhesus negatif dan sang bayi adalah

rhesus-positif. Risiko ini berkurang bila diberi suntikan antibodi yang

sesuai setelah tes.

Pada sekitar satu dalam 100 kasus, salah satu komplikasi amniosentesis

ini menyebat kan keguguran. Risiko yang tepat ditujukan khusus untuk pasien

tertentu dan akan berbeda untuk setiap orang. Mintalah dokter beci untuk

menjelaskan risiko tindakan ini pada pasien. (Aru W., 2009).

Resna Litasari, SST


21
C. Mengembangkan Perencanaan Asuhan Yang Komprehensif

1. Menetapkan Kebutuhan Tes Lab

Pemeriksaan laboratorium awal pada wanita dengan resiko ringan meliputi tes darah

berikut : golongan darah dan faktor rhesus(Rh), skining antibodi, hitung darah lengkap

(hematokrit), Rapid Plasma Reagin (RPR), atau tes lain untuk mendeteksi sifilis, titer rubela,

HBSAg dan HIV. Banyak juga klinisi melakukan kultur urine. Kondisi umum klien

memungkinkan pelaksanaan tes tambahan. Seiring kemajuan tes kehamilan, tes tambahan

seperti skrining tripel serum maternal juga diperlukan.

2. Menetapkan Kebutuhan Belajar

Penuntun belajar digunakan untuk melatih keterampilan dalam pencapaian elemen-

elemen kompetensi oleh mahasiswa secara individual. Mulai dari latihan di laboratorium

keterampilan sampai saat melaksanakan praktik klinik kebidanan. Bimbingan keterampilan

untuk mencapai kompetensi di laboratorium keterampilan asuhan kebidanan baru bisa

dilaksanakan atau diikuti oleh seorang mahasiswa bila mahasiswa tersebut telah mengikuti

perkuliahan seluruh materi kuliah asuhan kehamilan (mata kuliah asuhan ibu I). Dalam

perkuliahan tersebut mahasiswa mendapat teori tentang teori tentang fisiologi kehamilan,

pertumbuhan kehamilan dari bulan ke bulan, kebutuhan fisik dan psikologis ibu selama

kehamilan, perubahan fisik dan psikologis ibu selama hamil, perubahan fisik dan psikologis

ibu dalam masa kehamilan, teori tentang pendekatan dalam asuhan kehamilan (Manajemen

Varney) dan dokumentasi asuhan kehamilan. Dalam perkuliahan juga dilakukan demonstrasi

dan simulasi keterampilan yang mendukung kompetensi yang akan dilatih atau dipelajari.

Pembimbing melakukan evaluasi atau penilaian terhadap :

1. Keterampilan mahasiswa berdasarkan langkah-langkah kerja ang ditentukan dalam

penuntun belajar menggunakan format penilaian keterampilan dengan teknik observasi

atau pengamatan saat mahasiswa bekerja.

2. Sikap mahasiswa yang mendukung selama melaksanakan langkah kerja dengan teknik

observasi atau pengamatan saat mahasiswa bekerja.

3. Pengetahuan mahasiswa yang mendukung elemen kompetensi asuhan yang dilatih dengan

cara melakukan tanya jawab atau tes lisan.

Resna Litasari, SST


22
3. Menetapkan Kebutuhan Konsultasi Atau Rujukan Pada Tenaga Profesional Lainnya

a. Definisi

Sistem rujukan dalam pelayanan obstetri adalah suatu pelimpahan tanggung

jawab timbal balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara

vertikal maupun horizontal.

Rujukan vertikal maksudnya rujukan dan komunikasi antara satu unit ke unit

lain yang lebih lengkap. Umpamanya dari rumah sakit kabupaten ke rumah sakit

provinsi atau rumah sakit tipe C ke rumah sakit tipe B yang lebih spesialistis

fasilitas dan personalianya. Sedangkan horizontal maksudnya konsultasi dan

komunikasi antar unit yang ada dalam satu rumah sakit, misalnya antara bagian

kebidanan dan bagian ilmu kesehatan anak.

b. Tujuan Rujukan

 Agar setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-

baiknya

 Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman pendrota atau bahan

laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap

fasilitasnya

 Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (transfer of knowledge

and skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah

c. Kegiatan rujukan dan pelayanan ini antara lain berupa :

 Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit

kesehatan yang lebih lengkap

 Rujukan kasus-kasus patologik pada kehamilan, persalinan dan nifas

 Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya, seperti kasus-kasus

ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis

 Pengiriman bahan laboratorium

 Bila penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan

dan kirimkan lagi kepada unit semula, bilamana perlu disertai dengan

keterangan yang lengkap (surat balasan)

d. Kegiatan rujukan informasi medis antara lain berupa :

 Membalas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan advis

rehabilitas kepada unit yang mengirim

 Menjalin kerjasama sistem pelaporan data-data medis umumnya dan data-

data parameter pelayanan kebidanan khususnya terutama mengenai kematian

Resna Litasari, SST


23
maternal dan perinatal. Hal ini sangat berguna untuk memperoleh angka-angka

secara regional dan nasional.

4. Menetapkan Kebutuhan Konseling HIV/PMS

a. Definisi

Konseling adalah kebutuhan proses pembicaraan dan pembahasan masalah-

masalah antara kita dengan konselor (orang yang dilatih untuk mengatasi masalah

PMS).

b. Penyakit Menular seksual (PMS) dan AIDS

AIDS adalah PMS yang paling sering didengar belakangan ini. Ketakutan

orang tentang AIDS sangat besar, karena sejauh ini belum dapat disembuahkan.

Obat-obatan yang dapat membantu perawatan mereka yang sudah kena AIDS (bukan

menyembuhkan) juga sangat mahal.

Semua orang bisa saja terkena AIDS. Di Indonesia sudah ada bayi maupun

rang dewasa yang terkena AIDS. Karena itu, kita mesti waspada terhadap bahaya

penularan AIDS.

c. Catatan khusus tentang AIDS

 Kita tidak bisa melihat apakah seseorang terkena AIDS (bibit penyakit

AIDS) hanya berdasarkan penampilannya

 AIDS tidak bisa dicegah dengan obat-obatan, suntikan atau jamu-jamuan

 AIDS belum dapat disembuhkan dan dapat berakibat kematian

 AIDS dapat menular dengan cara yang sama dengan PMS yang lain

 Penampakan AIDS sama seperti penyakit yang mengenai orang biasa seperti

TBC, tumor, radang paru, infeksi saluran pencernaan dan lain-lain

 AIDS dapat dicegah dengan cara hanya berhubungan seks dengan seorang

pasangan yang juga hanya berhubungan seksual dengan kita, atau dengan

menggunakan kondom setiap kali berhubungan seksual


KESIMPULAN

Mengumpulkan informasi mengenai ibu untuk membantu kita dalam

membangun hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi, dan

merencanakan asuhan khusus yang dibutuhkan.

 Mengkaji tingkat kesehatan

 Menetapkan catatan dasar standar pembanding kemajuan kehamilan

Resna Litasari, SST


24
 Identifikasi faktor risiko

 Diskusi kehamilan yg sdg berlangsung (kekhawatiran, dsb)

 Nasihat perawatan selama hamil

 Membina hubungan saling percaya

PENILAIAN KLINIK
1. Riwayat kehamilan ini

 Usia ibu hamil

 HPHT / siklus haid

 Perdarahan pervaginam

 Keputihan

 Mual dan muntah

 Masalah / kelainan pada kehamilan sekarang

 Pemakaian obat-obatan termasuk jamu-jamuan

2. Riwayat obstetric lalu

 Jumlah kehamilan

 Jumlah persalinan

 Jumlah persalinan cukup bulan

 Jumlah persalinan premature

 Jumlah anak yang hidup

 Jumlah keguguran

 Jumlah aborsi

 Perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas terdahulu

 Adanya hipertensi dalam kehamilan pada kehamilan terdahulu

 Berat bayi < 2500 gr atau berat bayi > 4000 gr

 Adanya masalah-masalah selama kehamilan, persalinan, nifas terdahulu

3. Riwayat Penyakit

 Jantung

 Hipertensi

 DM

 TBC

 Pernah operasi

 Alergi obat atau makanan

 Ginjal

 Asma

 Epilepsy

Resna Litasari, SST


25
 Penyakit hati

 Pernah kecelakaan

4. Riwayat Sosial Ekonomi

 Status perkawinan

 Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan

 Jumlah keluarga di rumah yang membantu

 Siapa pembuat keputusan dalam keluarga

 Kebiasaan makan dan minum

 Kebiasaan merokok, menggunakan obat-obat dan alcohol

 Kehidupan seksual

 Pekerjaan dan akrivitas sehari-hari

 Pilihan tempat untuk melahirkan

 Pendidikan

 Penghasilan

PEMERIKSAAN FISIK ANC PERTAMA


Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ANC pertama

1. Pemeriksaan fisik umum

a. Tanda-tanda vital ibu  TD, nadi, suhu, pernapasa

b. BB/TB

c. Muka  oedema, pucat

d. Mulut dan gigi  kebersihan, karies, tonsil

e. Tiroid/gondok

f. Tulang belakang/punggung

g. Payudara  putting susu, tumor, pembesaran

h. Abdomen  bekas operasi

i. Ekstremitas  oedema, varises, refleks patella

j. Kulit  kebersihan/penyakit kulit

2. Pemeriksaan luar

a. Pemeriksaan panggul  hanya pada kunjungan pertama

b. Mengukur TFU

c. Palpasi untuk menentukan letak janin (atau lebih 28 minggu)

d. Auskultasi DJJ

e. Gerakan janin

Resna Litasari, SST


26
3. Pemeriksaan dalam

a. Pemeriksaan vulva/perineum

 Varises

 Kandiloma

 Edema

 Hemoroid

 Perineum

b. Pemeriksaan dengan speculum untuk menilai

 Serviks

 Tanda-tanda infeksi

 Cairan dari OU

 Posisi uterus

4. Pemeriksaan laboratorium

a. Darah

 HB

 Glukosa

 Golongan darah

 PP test

b. Urin

 Warna, bau,kejernihan

 Protein

 Glukosa

5. Jadwal Kunjungan Sesuai Dengan Perkembangan Kehamilan


Jadwal Kunjungan Pranatal yang Direkomendasikan

Nulipara Multipara

Kunjungan pertama 6-8 minggu Kunjungan pertama 6-8 minggu

Kunjungan kedua dalam 4 minggu setelah kunjungan Kunjungan kedua 14-16 minggu

pertama

Kunjungan ketiga 14-16 minggu Kunjungan ketiga 24-28 minggu

Kunjungan keempat, 24-28 minggu Kunjungan keempat 32 minggu

Kunjungan kelima 32 minggu Kunjungan kelima 35 minggu

Kunjungan keenam 36 minggu Kunjungan keenam 39 minggu

Kunjungan ketujuh 18 minggu Kunjungan ketujuh 41. Minggu

Kunjungan kedelapan 40 minggu

Kunjungan kesembilan 41 minggu

Resna Litasari, SST


27

Anda mungkin juga menyukai