Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FARMAKOTERAPI II

INFLUENZA

OLEH:
KELOMPOK III
WIKY RAHMAYANI(1501051)
WULAN HARDIANTI(1501052)
YELLY HIDAYANI(1501053)
YOLLA JUFANDA(1501054)
ADHA DINDA(1501055)

DOSEN PENGAMPU:
SEPTI MUHARNI M.Farm.Apt

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU


YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Influenza atau biasa disebut "flu", merupakan penyakit tertua dan paling sering didapat
pada manusia. Influenza juga merupakan salah satu penyakit yang mematikan. Penyakit
influenza pertama kali diperkenalkan oleh Hipocrates pada 412 sebelum Masehi. Pandemi
pertama yang terdokumentasi dengan baik muncul pada 1580, dimana muncul dari Asia dan
meyebar ke Eropa melalui Africa. Sampai saat ini telah terdokumentasi sebanyak 31
kemungkinan terjadinya pandemi influenza dan empat di antaranya terjadi pada abad ini yakni
pada 1918 (Spanish flu) yang menyebabkan 50-100 juta kematian oleh virus influenza A subtipe
H1N1, 1957 (Asia flu) yang meyebabkan 1-1,5 juta kematian oleh virus influeza A subtipe
H2N2, dan 1968 (Hongkong flu) yang menyebabkan 1 juta kematian oleh virus ifluenza A
subtipe H3N2.
Penyakit tersebut hingga saat ini masih mempengaruhi sebagian besar populasi manusia
setiap tahun. Virus influenza mudah bermutasi dengan cepat, bahkan seringkali memproduksi
strain baru di mana manusia tidak mempunyai imunitas terhadapnya. Ketika keadaan ini terjadi,
mortalitas influenza berkembang sangat cepat. Di Amerika Serikat epidemi influenza yang
biasanya muncul setiap tahun pada musim dingin atau salju menyebabkan rata-rata hampir
20.000 kematian. Sedangkan di Indonesia atau di negara-negara tropis pada umumnya kejadian
wabah influenza dapat terjadi sepanjang tahun dan puncaknya akan terjadi pada bulan Juli.
Karena sifat-sifat materi genetiknya, virus influenza dapat mengalami evolusi dan
adaptasi yang cepat, dapat melewati barier spesies dan menyebabkan pandemic pada manusia.
Burung air liar dan itik menjadi sumber virus yang potensial sebagai pemicu pandemi di
Indonesia. Sedangkan ternak babi berperan sebagai tempat reassortment virus avian influenza
(VAI) dengan virus human influenza. Burung puyuh dapat juga menjadi tempat reassortment
dari VAI asal berbagai burung yang dijual di pasar burung. Sementara peternakan unggas
menyediakan hewan peka dalam jumlah yang banyak yang memungkinkan VAI mengalami
evolusi yang cepat. Suatu Rencana Gawat Influenza diusulkan untuk segera dikembangkan.
WHO menyatakan bahwa awal tahun 2006 ini merupakan saat terdekat terjadinya pandemi
flu sejak pandemi terakhir tahun 1968. Data yang ada menunjukkan bahwa wabah avian
influenza hanya kurang satu syarat lagi untuk menjadi ”calon” pandemi, yaitu belum ditemukan
bukti penularan antarmanusia di masyarakat. Pengalaman masa lalu, pandemi tahun 1918,
misalnya, menunjukkan bahwa korban manusia dapat sampai puluhan juta orang.
Diseluruh dunia hingga April 2007 terdapat 172 kasus flu burung yang terkonfirmasi.
Seperti dapat terlihat dari laporan WHO kasus terbanyak di Vietnam (93 kasus) dan Indonesia
menduduki peringkat ke-2 dengan 81 kasus namun jumlah kematian di Indonesia yang tertinggi,
yaitu 63 dari 81 kasus.

1.2.Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi, serta dapat memahami bagaimana cara
pencegahan tarhadap virus influenza dangan tepat.

1.3. Perumusan masalah


 Apa pengertian virus influenza ?
 Bagaimana cara penularannya ?
 Apa saja komplikasi dari virus influenza ?
 Ada berapa macam tipe virus influenza ?
 Sifat dari virus influenza ?
 Bagaimana gambaran klinis dari virus influenza ?
 Bagaimana cara pencegahan yang dapat di lakukan ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Influenza yang dikenal sebagai flu adalah penyakit pernapasan yang sangat menular dan
disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan bisa juga C.
Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan terutama ditandai oleh
demam, menggigil, sakit otot, sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorok dan
batuk non produktif.
Influenza adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang burung dan mamalia yang
disebabkan oleh virus RNA famili orthomyxoviridae.

B. Epidemiologi

Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di lingkungan


masyarakat. Walaupun ringan penyakit ini tetap berbahaya untuk mereka yang berusia sangat
muda dan orang dewasa dengan fungsi kardiopulmoner yang terbatas. Juga pasien yang
berusia lanjut dengan penyakit ginjal kronik atau ganggugan metabolik endokrin dapat
meninggal akibat penyakit yang dikenal tidak berbahaya ini. Serangan penyakit ini tercatat
paling tinggi pada musim dingin di negara beriklim dingin dan pada waktu musim hujan di
negara tropik. Pada saat ini sudah diketahui bahwa pada umumnya dunia dilanda pandemi
oleh influenza 2-3 tahun sekali. Jumlah kematian pada pandemi ini dapat mencapai puluhan
ribu orang dan jauh lebih tinggi dari pada angka-angka pada keadaan non-epidemik.
Risiko komplikasi, kesakitan, dan kematian influenza lebih tinggi pada individu di atas
65 tahun, anak-anak usia muda, dan individu dengan penyakit-penyakit tertentu. Pada anak-
anak usia 0-4 tahun, yang berisiko tinggi komplikasi angka morbiditasnya adalah
500/100.000 dan yang tidak berisiko tinggi adalah 100/100.000 populasi. Pada epidemi
influenza 1969-1970 hingga 1994-1995, diperkirakan jumlah penderita influenza yang masuk
rumah sakit 16.000 sampai 220.000/epidemik. Kematian influenza dapat terjadi karena
pneumonia dan juga eksaserbasi kardiopulmoner serta penyakit kronis lainnya. Penelitian di
Amerika dari 19 musim influenza diperkirakan kematian yang berkaitan influenza kurang
lebih 30 hingga lebih dari 150 kematian / 100.000 penderita dengan usia > 65 tahun. Lebih
dari 90% kematian yang disebabkan oleh pneumonia dan influenza terjadi pada penderita
usia lanjut.
Di Indonesia telah ditemukan kasus flu burung pada manusia, dengan demikian Indonesia
merupakan negara ke lima di Asia setelah Hongkong, Thailand, Vietnam dan Kamboja yang
terkena flu burung pada manusia. Hingga 5 Agustus 2005, WHO melaporkan 112 kasus A
(H5N1) pada manusia yang terbukti secara pemeriksaan mikrobiologi berupa biakan atau
PCR.
Kasus terbanyak dari Vietnam, disusul Thailand, Kamboja dan terakhir Indonesia.
Hingga Agustus 2005, sudah jutaan ternak mati akibat avian influenza. Sudah terjadi ribuan
kontak antar petugas peternak dengan unggas yang terkena wabah. Ternyata kasus avian
influenza pada manusia yang terkonfirmasi hanya sedikit diatas seratus. Dengan demikian
walau terbukti adanya penularan dari unggas ke manusia, proses ini tidak terjadi dengan
mudah. Terlebih lagi penularan antar manusia, kemungkinan terjadinya lebih kecil lagi.

C. Etiologi

Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B dan C. Ketiga tipe ini dapat
dibedakan dengan complement fixasion test
Tipe A merupakan virus penyebab influenza yang bersifat epidemik. Tipe B biasanya hanya
menyebabkan penyakit yang lebih ringan dari tipe A dan kadang-kadang saja sampai
mengakibatkan epidemi. Tipe C adalah tipe yang diragukan patogenitasnya untuk manusia,
mungkin hanya menyebabkan gangguan ringan saja. Virus penyebab influenza merupakan
suatu orthomixovirus golongan RNA dan berdasarkan namanya sudah jelas bahwa virus ini
mempunyai afinitas untuk myxoatau musin.
Virus influenza A dibedakan menjadi banyak subtipe berdasarkan tanda berupa
tonjolan protein pada permukaan sel virus. Ada 2 protein petanda virus influenza A yaitu
protein hemaglutinin dilambangkan dengan H dan protein neuraminidase dilambangkan
dengan N. Ada 15 macam protein H, H1 hingga H15, sedangkan N terdiri dari sembilan
macam, N1 hingga N9. Kombinasi dari kedua protein ini bisa menghasilkan banyak sekali
varian subtipe dari virus influenza tipe A.
Semua subtipe dari virus influenza A ini dapat menginfeksi unggas yang merupakan
pejamu alaminya, sehingga virus influenza tipe A disebut juga sebagai avian influenza atau
flu burung. Sebagian virus influenza A juga menyerang manusia, anjing, kuda dan babi.
Variasi virus ini sering dinamai dengan hewan yang terserang, seperti flu burung, flu
manusia, flu babi, flu kuda dan flu anjing. Subtipe yang lazim dijumpai pada manusia adalah
dari kelompok H1, H2, H3 serta N1, N2 dan disebut human influenza.
Sekarang ini dihebohkan dengan penyakit flu burung atau avian influenza dimana
penyebabnya adalah virun influenza tipe A subtipe H5N1. Virus avian influenza ini
digolongkan dalam Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI).

D. Sifat Virus Influenza

Virus influenza mempunyai sifat dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu
220C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00C. Mati pada pemanasan 60 C selama 30 menit atau
560C selama 3 jam dan pemanasan 800C selama 1 jam. Virus akan mati dengan deterjen,
disinfektan misalnya formalin, cairan yang mengandung iodin dan alkohol 70%.
Struktur antigenik virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama berupa: antigen
S (atau soluble antigen), hemaglutinin dan neuramidase. Antigen S merupakan suatu inti
partikel virus yang terdiri atas ribonukleoprotein. Antigen ini spesifik untuk masing-masing
tipe. Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung virus dan memegang peran pada imunitas
terhadap virus. Neuramidase juga menonjol keluar dari selubung virus dan hanya memegang
peran yang minim 8 pada imunitas. Selubung inti virus berlapis matriks protein sebelah
dalam dan membran lemak disebelah luarnya.
Salah satu ciri penting dari virus influenza adalah kemampuannya untuk mengubah
antigen permukaannya (H dan N) baik secara cepat atau mendadak maupun lambat. Peristiwa
terjadinya perubahan besar dari struktur antigen permukaan yang terjadi secara singkat
disebut antigenic shift.
Bila perubahan antigen permukaan yang terjadi hanya sedikit, disebut antigenic drift.
Antigenic shift hanya terjadi pada virus influenza A dan antigenic drift hanya terjadi pada
virus influenza B, sedangkan virus influenza C relatif stabil. Teori yang mendasari terjadinya
antigenic shift adalah adanya penyusunan kembali dari gen-gen pada H dan N diantara
human dan avian influenza virus melalui perantara host ketiga. Satu hal yang perlu
diperhatikan bahwa adanya proses antigenic shift akan memungkinkan terbentuknya virus
yang lebih ganas, sehingga keadaan ini menyebabkan terjadinya infeksi sistemik yang berat
karena sistem imun host baik seluler maupun humoral belum sempat terbentuk. Sejak dulu
diduga kondisi yang memudahkan terjadinya antigenic shift adalah adanya penduduk yang
bermukim didekat daerah peternakan unggas dan babi. Karena babi bersifat rentan terhadap
infeksi baik oleh avian maupun human virus makan hewan tersebut dapat berperan sebagai
lahan pencampur (mixing vesel) untuk penyusunan kembali gen-gen yang berasal dari kedua
virus tersebut, sehingga menyebabkan terbentuknya subtiper virus baru.

E.Patogenesis
Transmisi virus influenza lewat partikel udara dan lokalisasinya pada traktus
respiratorius. Penularan bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang membawa virus
tersebut masuk ke dalam saluran napas. Pada dosis infeksius, 10 virus/droplet, maka 50%
orang-orang yang terserang dosis ini akan menderita influenza. Virus akan melekat pada
epitel sel di hidung dan bronkus. Setelah virus berhasil menerobos masuk kedalam sel,
dalam beberapa jam sudah mengalami replikasi. Partikel-partikel virus baru ini kemudian
akan menggabungkan diri dekat permukaan sel, dan langsung dapat meninggalkan sel untuk
pindah ke sel lain. Virus influenza dapat mengakibatkan demam tetapi tidak sehebat efek
pirogen lipopoli-sakarida kuman Gram-negatif. Masa inkubasi dari penyakit ini yakni satu
hingga empat hari (rata-rata dua hari). Pada orang dewasa, sudah mulai terinfeksi sejak satu
hari sebelum timbulnya gejala influenza hingga lima hari setelah mulainya penyakit ini.
Anak-anak dapat menyebarkan virus ini sampai lebih dari sepuluh hari dan anak-anak yang
lebih kecil dapat menyebarkan virus influenza kira-kira enam hari sebelum tampak gejala
pertama penyakit ini. Para penderita imunocompromise dapat menebarkan virus ini hingga
berminggu-minggu dan bahkan berbulan-bulan.
Pada avian influenza (AI) juga terjadi penularan melalui droplet, dimana virus dapat
tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran napas atau langsung memasuki
alveoli (tergantung dari ukuran droplet). Virus selanjutnya akan melekat pada epitel
permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut. Replikasi virus
terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu 10 singkat virus dapat menyebar ke sel-sel di
dekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-
sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengkerut
dan kemudian mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya
silia selanjutnya akan terbentuk badan inklusi. Adanya perbedaan pada reseptor yang terdapat
pada membran mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus AI tidak dapat mengadakan
replikasi secara efisien pada manusia.

F. Gambaran Klinis
Pada umumnya pasien yang terkena influenza mengeluh demam, sakit kepala, sakit
otot, batuk, pilek dan kadang-kadang sakit pada waktu menelan dan suara serak. Gejala-
gejala ini dapat didahului oleh perasaan malas dan rasa dingin. Pada pemeriksaan fisik tidak
dapat ditemukan tanda-tanda karakteristik kecuali hiperemia ringan sampai berat pada
selaput lendir tenggorok.
Gejala-gejala akut ini dapat berlangsung untuk beberapa hari dan hilang dengan
spontan. Setelah periode sakit ini, dapat dialami rasa capek dan cepat lelah untuk beberapa
waktu. Badan dapat mengatasi infeksi virus influenza melalui mekanisme produksi zat anti
dan pelepasan interferon. Setelah sembuh akan terdapat resistensi terhadap infeksi oleh virus
yang homolog. Pada pasien usia lanjut harus dipastikan apakah influenza juga menyerang
paru-paru. Pada keadaan tersebut, pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan bunyi napas yang
abnormal.
Penyakit umumnya akan membaik dengan sendirinya , kemudian pasien acapkali
mengeluh lagi mengenai demam dan sakit dada. Permeriksaan radiologis dapat menunjukkan
infiltrat di paru-paru.
G. Diagnosis Influenza
Untuk mengetahui komplikasi perlu dilakukan pemeriksaan: auskultasi paru, status
telinga pada anak, EKG pada yang mengeluh nyeri dada.
H. Penatalaksanaan
1. Anjuran istirahat dan banyak minum sangat penting pada influenza ini. Pengobatan
simtomatis diperlukan untuk menghilangkan gejala yang terasa berat atau
mengganggu.
2. Parasetamol 500 mg 3 x sehari atau asetosal 300-500 mg 3 x sehari baik untuk
menghilangkan nyeri dan demam.
3. Untuk anak, dosis parasetamol adalah 10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari
4. Antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder.

I.Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada virus influenza adalah: Pneumonia influenza
primer, ditandai dengan batuk yang progresif, dispnea, dan sianosis pada awal infeksi. Foto
rongten menunjukkan gambaran infiltrat difus bilateral tanpa konsolidasi, dimana
menyerupai ARDS. Pneumonia bakterial sekunder, dimana dapat terjadi infeksi beberapa
bakteri (seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza).

J. Pencegahan
Yang paling pokok dalam menghadapi influenza adalah pencegahan. Infeksi dengan
virus influenza akan memberikan kekebalan terhadap infeksi virus yang homolog. Karena
sering terjadi perubahan akibat mutasi gen, antigen pada virus influenza akan berubah,
sehingga seseorang masih mungkin diserang berulang kali dengan jalur (strain) virus
influenza yang telah mengalami perubahan ini. Kekebalan yang diperoleh melalui vaksinasi
sekitar 70%. Vaksin influenza mengandung virus subtipe A dan B saja karena subtipe C tidak
berbahaya. Diberikan 0,5 ml subkutan atau intramuskuler.
Vaksin ini dapat mencegah tejadinya mixing dengan virus yang sangat pathogen
H5N1 yang dikenal sebagai penyakit avian influenza atau flu burung. Nasal spray flu vaccine
(live attenuated influenza vaccine) dapat juga digunakan untuk pencegahan flu pada usia 5-
50 tahun dan tidak sedang hamil. Vaksinasi perlu diberikan 3-4 minggu sebelum terserang
influenza. Karena terjadi perubahan-perubahan pada virus maka pada permulaan wabah
influenza biasanya hanya tersedia vaksin dalam jumlah terbatas dan vaksinasi dianjurkan
hanya untuk beberapa golongan masyarakan tertentu sehingga dapat mencegah terjadinya
infeksi dengan kemungkinan komplikasi yang fatal.
Ada beberapa kebiasaan yang di sarankan untuk dilakukan sebagai upaya pencegahan
lebih dini.
1. Mencuci tangan
Sebagian besar virus flu dapat menyebar melalui kontak langsung. Seseorang yang
bersin dan menutupnya dengan tangan kemudian dia memegang telepon, keyboard
komputer, atau gelas minum, maka virusnya akan mudah menular pada orang lain yang
menyentuh benda-benda tersebut.Virus mampu bertahan hidup berjam-jam bahkan
hingga berminggu-minggu. Oleh karena itu, usahakan untuk mencuci tangan sesering
mungkin.
2. Jangan menutup bersin dengan tangan
Bila kita menutup bersin dengan tangan, maka virus flu akan mudah menempel pada
tangan dan dapat menyebar pada orang lain. Jika kita merasa ingin bersin atau batuk,
gunakanlah tisu dan kemudian segera membuangnya.
3. Jangan menyentuh muka
Virus flu masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung, maupun mulut. Menyentuh
muka merupakan cara yang paling umum dilakukan oleh anak-anak yang terserang flu
dan akhirnya menjadi cara mudah menularkan virus tersebut pada orang lain di
sekitarnya.
4. Minum banyak air
Air berfungsi untuk membersihkan racun dari dalam tubuh dan memberikan cairan
pada tubuh.
5. Mandi sauna
Meskipun belum terbukti bahwa mandi sauna dapat berpengaruh terhadap pencegahan
flu, namun sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang yang mandi sauna dua
kali per minggu akan memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk terserang flu. Hal
tersebut memang sesuai dengan teori bahwa ketika kita menghirup uap panas lebih dari
suhu 80 derajat celcius akan menyebabkan virus flu akan sulit untuk bertahan.
6. Menghirup udara segar
Menghirup udara yang segar memang sangat penting bagi kesehatan tubuh, khususnya
di cuaca yang dingin karena cuaca seperti ini akan membuat tubuh menjadi rentan
terhadap virus flu.
7. Lakukan olahraga aerobik secara teratur
Olahraga aerobik dapat mempercepat jantung untuk memompa darah lebih banyak
sehingga kita bernafas lebih cepat untuk membantu mentransfer oksigen ke paru-paru
dan ke dalam darah. Olahraga ini juga akan membantu meningkatkan kekebalan tubuh
secara alami.
8. Konsumsi makanan yang mengandung phytochemical
Phytochemical merupakan bahan kimia alami yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan
yang berperan memberikan vitamin pada makanan.
9. Konsumsi yogurt
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi yogurt yang rendah lemak setiap
hari dapat mengurangi risiko terserang flu sekitar 25 persen.Bakteri menguntungkan
yang terdapat di dalam yogurt diketahui dapat menstimulus produksi sistem kekebalan
tubuh untuk menyerang virus.
10. Relaksasi
Jika kita dapat mengajari diri sendiri untuk relaks atau santai, maka dengan sendirinya
kita juga dapat mengaktifkan sistem imunitas tubuh. Diduga ketika kita melakukan
relaksasi, maka interleukin (bagian sistem imunitas yang merespon terhadap virus flu)
akan meningkat dalam aliran darah kita.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
 Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan yang sangat menular
dapat menyerag burung dan mamalia.
 Influenza disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan C yang merupakan suatu
orthomixovirus golongan RNA.
 Virus influenza tipe A mempunyai banyak subtipe, diantaranya H5N1 yang
menyebabkan flu burung dan termasuk HPAI.
 Penularan virus influenza melalui droplet dan lokalisasinya di traktus respiratorius.
 Gejala klinis influenza adalah demam, sefalgia, mialgia, batuk, pilek dan disfagia.
 Komplikasi influenza dapat terjadi pneumonia influenza primer dan pneumonia bakterial
sekunder.
 Influenza dapat diobati secara simtomatik, dan dengan antiviral dapat memperpendek
angka sakit.
 Pencegahan dengan vaksin bagi golongan yang memerlukan imunoprofilaksis.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 1998. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: Djambatan


Dipiro et all, 2006: Pharmacotherapy
Depkes, 2007: Pedoman Pengobatan Dasar di PUSKESMAS
J.pelczar, Michael. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press
ISFI, 2009: Iso farmakoterapi indoneisia
Nashrullah Allief, Kharis Muhammad ,Supriyono.mei 2013, Pemodelan SIRS untuk
penyakit influenza dengan vaksinasi pada populasi manusia tak konstan . A Nashrullah et
al / UNNES Journal of Mathematics 2 (1) (2013

Anda mungkin juga menyukai