PENDAHULUAN
Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar peranannya bagi kesehatan, tentunya harus
disertai dengan pola makan sehat, cukup berolahraga, dan terhindar dari masuknya senyawa
beracun ke dalam tubuh. Sekali senyawa beracun hadir dalam tubuh, maka harus segera
dikeluarkan.
Kondisi sistem kekebalan tubuh menentukan kualitas hidup. Dalam tubuh yang sehat
terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya tahan tubuh terhadap penyakit juga
prima. Pada bayi yang baru lahir, pembentukan sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna dan
memerlukan ASI yang membawa sistem kekebalan tubuh sang ibu untuk membantu daya tahan
tubuh bayi. Semakin dewasa, sistem kekebalan tubuh terbentuk sempurna. Namun, pada orang
lanjut usia, sistem kekebalan tubuhnya secara alami menurun. Itulah sebabnya timbul penyakit
Sistem imunitas yang sehat adalah jika dalam tubuh bisa membedakan antara diri sendiri
dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya ketika ada benda asing yang yang
memicu respons imun masuk ke dalam tubuh (antigen) dikenali maka terjadilah proses
pertahanan diri.
Secara garis besar, sistem imun menurut sel tubuh dibagi menjadi sistem imun humoral
dan sistem imun seluler. Sistem imun humoral terdiri atas antibodi (Imunoglobulin) dan sekret
tubuh (saliva, air mata, serumen, keringat, asam lambung dan pepsin). Sedangkan sistem imun
dalam bentuk seluler berupa makrofag, limfosit, neutrofil beredar di dalam tubuh kita.
Salah satu bagian yang paling berperan penting yakni sel limfosit, dimana sel limfosit ini
terbagi menjadi dua, limfosit B dan limfosit T. Khusus untuk limfosit T dapat menanggapi
antigen apabila disajikan oleh sel pelengkap. Sel pelengkap pertama yang diketahui sebagai
penyaji antigen (APC) adalah sel makrofag. Sel penyaji akan memproses antigen dahulu sebelum
Maka untuk lebih memahami tentang peran limfosit T dalam sistem imun tubuh manusia,
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yakni untuk mengetahui lebih mendalam
ISI
A. Sistem imun
Sistem Imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan
keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan berbagai bahan
dalam lingkungan hidup. Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme
yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh
patogen serta sel tumor. imunitas atau Sistem imun tubuh manusia terdiri dari imunitas alami
atau system imunnon spesifik dan imunitas adaptif atau system imun spesifik.
Sistem imun non-spesifik yang alami dan sistem imun spesifik. Sistem imun non-spesifik
telah berfungsi sejak lahir, merupakan tentara terdepan dalam sistem imun, meliputi level fisik
yaitu pada kulit, selaput lendir, dan silia, kemudian level larut seperti pada asam lambung atau
enzim.
Sistem imun spesifik ini meliputi sel limfosit yang dimana limfosit merupakan sejenis sel
darah putih pada sistem kekebalan makhluk vertebrata. Ada dua kategori besar limfosit, limfosit
berbutiran besar (large granular lymphocytes) dan limfosit kecil. Limfosit memiliki peranan
Sel limfosit tersebut meliputi sel B yang membentuk antibodi dan sel T yang terdiri dari sel
T helper, sel T sitotoksik, sel T supresor, dan sel T delayed hypersensitivity. Salah satu cara
untuk mempertahankan sistem imun berada dalam kondisi optimal adalah dengan asupan gizi
yang baik dan seimbang. Kedua sistem imun ini bekerja sama dengan saling melengkapi secara
humoral, seluler dan sitokin dalam mekanisme yang kompleks dan rumit.
B. Sel Limfosit T
1. Pengertian
A Sel T (limfosit T) adalah kelompok sel darah putih yang memainkan peran
utama pada kekebalan seluler. Sel T mampu membedakan jenis patogen dengan
kemampuan berevolusi sepanjang waktu demi peningkatan kekebalan setiap kali
tubuh terpapar patogen. Hal ini dimungkinkan karena sejumlah sel T teraktivasi
menjadi sel T memori dengan kemampuan untuk berproliferasi dengan cepat untuk
melawan infeksi yang mungkin terulang kembali. Kemampuan sel T untuk
mengingat infeksi tertentu dan sistematika perlawanannya, dieksploitasi sepanjang
proses vaksinasi, yang dipelajari pada sistem imun adaptif.
Respon yang dilakukan oleh sel T adalah interaksi yang terjadi antara reseptor
sel T (bahasa Inggris: T cell receptor, TCR) dan peptida yang terikat pada MHC
pada permukaan sel penyaji antigen (APC). Ikatan polivalen yang terjadi
memungkinkan pengiriman sinyal antar kedua sel. Sebuah fragmen peptida kecil
yang melambangkan seluruh isi seluler, dikirimkan oleh sel target ke antarmuka
sebagai MHC untuk dipindai oleh TCR yang mencari sinyal asing dengan lintasan
pengenalan antigen. Aktivasi sel T memberikan respon kekebalan yang berlainan
seperti produksi antibodi, aktivasi sel fagosit atau penghancuran sel target dalam
seketika. Dengan demikian respon imun adaptif terhadap berbagai macam penyakit
dapat diterapkan.
Sel T adalah sel di dalam salah satu grup sel darah putih yang diketahui sebagai limfosit
dan memainkan peran utama pada kekebalan selular. Sel T mampu membedakan jenis patogen
dengan kemampuan berevolusi sepanjang waktu demi peningkatan kekebalan setiap kali tubuh
terpapar patogen. Hal ini dimungkinkan karena sejumlah sel T teraktivasi menjadi sel T memori
dengan kemampuan untuk berkembangbiak dengan cepat untuk melawan infeksi yang mungkin
terulang kembali. Kemampuan sel T untuk mengingat infeksi tertentu dan sistematika
perlawanannya, dieksploitasi sepanjang proses vaksinasi, yang dipelajari pada sistem kekebalan
tiruan.
Respon yang dilakukan oleh sel T adalah interaksi yang terjadi antara reseptor sel T
(bahasa Inggris: T cell receptor, TCR) dan peptida MHC pada permukaan sel sehingga
menimbulkan antarmuka antara sel T dan sel target yang diikat lebih lanjut oleh molekul co-
receptor dan co-binding. Ikatan polivalen yang terjadi memungkinkan pengiriman sinyal antar
kedua sel. Sebuah fragmen peptida kecil yang melambangkan seluruh isi selular, dikirimkan oleh
sel target ke antarmuka sebagai MHC untuk dipindai oleh TCR yang mencari sinyal asing
dengan lintasan pengenalan antigen. Aktivasi sel T memberikan respon kekebalan yang berlainan
seperti produksi antibodi, aktivasi sel fagosit atau penghancuran sel target dalam seketika.
Dengan demikian respon kekebalan tiruan terhadap berbagai macam penyakit diterapkan.
Fungsi regulator terutama dilakukan oleh salah satu subset sel T, sel T penolong (CD4). Sel-sel
CD4 mengeluarkan molekul yang dikenal dengan nama sitokin (protein berberat molekul rendah
yang disekresikan oleh sel-sel sistem imun) untuk melaksanakan fungsi regulatornya. Sitokin
dari sel CD4 mengendalikan proses imun seperti pembentukan imunoglobulin oleh sel B,
pengaktivan sel T lain dan pengaktifan makrofag. Fungsi efektor dilakukan oleh sel T sitotoksik
(sel CD8). Sel-sel CD8 ini mampu mematikan sel yang terinfeksi oleh virus, sel tumor dan
jaringan transplantasi dengan menyuntikkan zat kimia yang disebut perforin ke dalam sasaran
asing. Baik sel CD4 dan CD8 menjalani pendidikan timus di kelenjar timus untuk belajar
mengenal fungsi.
Sel limfosit T pada umumnya berperan dalam imflamasi, aktifasi makrofag dalam
fagositosis, aktifasi dan proliferasi sel B dalam membentuk antibodi. Sel T juga berperan dalam
Sel T memiliki prekursor berupa sel punca hematopoietik yang bermigrasi dari sumsum
tulang menuju kelenjar timus, tempat sel punca tersebut mengalami rekombinasi VDJ pada
rantai-beta pencerapnya, guna membentuk protein TCR yang disebut pre-TCR, pencerap spesial
pada permukaan sel yang disebut pencerap sel T. Huruf "T" pada kata sel T adalah singkatan dari
kata timus yang merupakan organ penting tempat sel T tumbuh dan menjadi matang. Beberapa
jenis sel T telah ditemukan dan diketahui mempunyai fungsi yang berbeda-beda.
Sel-sel imunokompeten agar dapat mengenali antigen maka pada permukaan sel T dan sel
B dilengkapi dengan reseptor molekul. Reseptor antigen pada permukaan limfosit T berbentuk
heterodimer dengan molekul CD3, sedangkan pada permukaan limfosit B terdapat sebagai
molekul imunoglobulin.
Dalam proses pengenalan antigen bakteri atau parasit limfosit B dapat melaksanakan
sendiri tanpa bantuan sel yang lain. Sebaliknya limfosit T tidak dapat mengenali secara langsung.
Proses pengenalan antigen tersebut memerlukan jenis sel lain yang dinamakan sel pelengkap
(Accessory cell) yang berfungsi untuk memproses secara kimia terlebih dahulu agar antigen
Complez (MHC).
Limposit T hanya dapat menanggapi antigen apabila disajikan oleh sel pelengkap. Sel
pelengkap pertama yang diketahui sebagai penyaji antigen (APC) adalah sel makrofag. Sel
penyaji akan memproses antigen dahulu sebelum disajikan sebagai molekul yang dikenali oleh
limfosit T. Cara memproses dan penyajian antigeneksogen pada umumnya dapat menyebabkan
aktivasi limfosit dari sub populasi tertentu sehingga membantu aktivasi limfosit B dalam
memproduksi antibodi. Limfosit T yang berperan dalam peristiwa ini adalah limfosit T helper
(CD 4).
Tidak semua antigen yang dikenal oleh limfosit T berasal dari luar sel penyaji.
Antigenendogen diperoleh oleh sel penyaji sebagai akibat infeksi virus dalam sel atau dari sel
yang telah berubah menjadi ganas. Sel-sel tersebut mengekspresikan antigen khas virus tumor
pada permukaannya. Secara teoritis semua sel dalam tubuh inang mempunyai kemampuan sebgai
sel penyaji antigenendogen yang khass tersebut, terhadap limfosit T dari sub populasi yang
tergolong sel sitotoksik. Sel sitotoksik dapat menanggapi antigenendogen dengan cara
pada MHC. Hipotesis pertama menyatakan bahwa interaksi itu dilakukan melalui dua reseptor
pada permukaan sel T, dimana satu reseptor berinteraksi dengan antigen sedangkan reseptor
yang lainnya berinteraksi dengan MHC. Sedangkan hipotesis kedua mengemukakan bahwa
reseptor pada limfosit T berbentuk reseptor tunggal yang secara spesifik mengenal dua antigen
asing dan antigen MHC secara bersama-sama. Belakangan ini orang lebih cenderung setuju
dengan teori yang kedua. Teori reseptor tunggal tersebut menjelaskan bahwa antigen yang akan
diproses dan antigen MHC harus merupakan suatu kesatuan kompleks yang harus cocok dengan
reseptor pengenal tunggal dari limfosit T. Dengan demikian molekul MHC pada mulanya
bertindak sebagai reseptor primer untuk antigen yang telah diproses dan selanjutnya sebagai
kompleks molekul baru yang akan berikatan secara tepat dengan reseptor sekunder pada limfosit
Untuk membangkitkan suatu respon imun, agar antigen dapat ditangkap oleh limfosit T,
maka adanya kesesuaian antara molekul MHC yang berbeda pada setiap individu dengan antigen
yang telah diproses oleh sel inang merupakan tahap pertama yang sangat menentukan.
Antigen (bentuk segitiga pada gambar di kiri) yang tertelan (1), sebagian dicerna (2) dan
kemudian dipresentasikan kepada sel T helper oleh sel khusus yang disebut makrofag (3).
Proses ini mengaktifkan sel T helper untuk melepaskan hormon (limfokin) yang membantu sel B
berkembang (4). Hormon-hormon ini, bersama dengan rekognisi (tanggap) antigen lebih lanjut
(5), mengubah sel B menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi (6). Antibodi (bentuk Y)
yang dihasilkan dapat menjadi salah satu dari beberapa jenis (IgG, IgM, IgA, IgE dan IgD) (7).
Antibodi bersesuaian (cocok) antigen seperti kunci dan lobang kuncinya. Antigen demikian
tidak berbahaya. Sel T helper juga membantu dalam perkembangan sel-sel T sitotoksik (8), yang
dapat membunuh antigen secara langsung, memori sel T yang diproduksi (9) sehingga paparan
ulang dari antigen yang sama akan memberikan respon yang lebih cepat dan efektif (10)
Ketika sel T menuju ke kombinasi antigen spesifik, sel-sel dari sel klon sel T
besar sel T teraktivasi yang melaksanakan berbagai respons imunitas seluler. Terdapat tiga
subpopulasi sel T, tergantung pada peran mereka setelah diaktifkan oleh antigen.
Sel Tc (cytotocic)
Sel T yang menghancurkan sel penjamu yang memiliki antigen asing, misalnya sel tubuh
Sel Th (helper)
sitotoksik dan sel T penekan (supresor) yang sesuai, dan mengaktifkan makrofag.
Sel Ts (supperssor)
Sel T yang menekan produksi antibodi sel B dan aktivitas sel T sitotoksik dan penolong.
Sebagian besar dati milyaran Sel T diperkirakan tergolong dalam subpopulasi penolong dan
penekan, yang tidak secara langsung ikut serta dalam destruksi patogen secara imunologik.
Kedua subpopulasi tersebut disebut sel T regulatorik, karena mereka memodulasi aktivitas sel B
dan Sel T sitotoksik serta aktivitas mereka sendiri dan aktivitas makrofag.
ketempat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Dalam fungsinya, sel Tdh sebenarnya
Limfokin
Dalam biakan sel limfosit T dapat ditemukan berbagai bahan yang mempunyai efek
biologic. Bahan-bahan tersebut disebut limfokin dan dilepas sel T yang disensitisasi. Beberapa
jenis limfokin yaitu: interleukin, interferon, factor supresor, factor penolong , dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Sistem Imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan
keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan berbagai
Limfosit merupakan sejenis sel darah putih pada sistem kekebalan makhluk vertebrata.
Ada dua kategori besar limfosit, limfosit berbutiran besar (large granular lymphocytes)
dan limfosit kecil. Limfosit memiliki peranan penting dan terpadu dalam sistem
pertahanan tubuh.
Sel limfosit T pada umumnya berperan dalam imflamasi, aktifasi makrofag dalam
fagositosis, aktifasi dan proliferasi sel B dalam membentuk antibodi. Sel T juga berperan
Terdapat tiga jenis sel utama yang terdiferensiasi dari sel T, yaitu sel T sitotoksik, sel T
Hartawan, Jerry, 2011, Hubungan Jumlah Limfosit Total dan Limfosit T CD4+ Dengan
Ganggungan Fungsi Kognitif Pada Pasien HIV-AIDS, Universitas Diponegoro,
Semarang.