Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba
pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada
manusia. Respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga
berbeda.

Sistem pernapasan secara garis besarnya terdiri dari paru-paru dan susunan saluran yang
menghubungkan paru-paru dengan yang lainnya, yaitu hidung, tekak, pangkal tenggorok,
tenggorok, cabang tenggorok.

Metabolisme normal dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan oksigen dan karbon dioksida
sebagai sisa metabolisme yang harus dikeluarkan dari tubuh. Pertukaran gas O2 dan CO2
dalam tubuh makhluk hidup di sebut pernapasan atau respirasi. O2 dapat keluar masuk
jaringan dengan cara difusi.

Pernapasan atau respirasi dapat dibedakan atas dua tahap. Tahap pemasukan oksigen ke
dalam dan mengeluarkan karbon dioksida keluar tubuh melalui organ-organ pernapasan
disebut respirasi eksternal. Pengangkutan gas-gas pernapasan dari organ pernapasan ke
jaringan tubuh atau sebaliknya dilakukan oleh sistem respirasi. Tahap berikutnya adalah
pertukaran O2 dari cairan tubuh (darah) dengan CO2 dari sel-sel dalam jaringan, disebut
respirasi internal.

Mineral merupakan komponen inorganik yang terdapat dalam tubuh manusia. Mineral
merupakan unsure isensial bagi fungsi normal sebagian enzim dan sangat penting dalam
pengendalian komposisi cairan tubuh 65% adalah air dalam bobot tubuh. Unsur mineral
merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping
karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin.

B. Rumusan Masalah
1. Imunologi
a. Dasar imunologi
b. Sistem imun tubuh
c. Sifat dan penetapan immunoglobulin
d. Sifat antigen
e. Hubungan sistem imun dengan beberapa kelainan dalam klinik
2

2. Pernafasan
a. Proses pernafasan
b. Hubungan HCO3/H2CO3 dengan PH darah
c. Gangguan keseimbangan asam basa
3. Mineral
a. Peranan mineral dalam tubuh
b. Fungsi mineral
c. Penyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineral

C. Tujuan
Mengetahui semua aspek permasalahan pada rumusan masalah.
3

BAB II
PENJELASAN
I. IMUNOLOGI
Berasal dari kata imunitas yang berarti kekebalan tubuh. Imunologi yaitu cabang ilmu yang
mempelajari tentang imunitas atau kekebalan tubuh dan reaksi alergi atau sensitivitas
terhadap sesuatu. Imunologi juga berarti ilmu yang mempelajari kemampuan tubuh untuk
melawan atau mempertahankan diri dari serangan patogen atau organisme yang
menyebabkan penyakit. Salah satu bentuk dari imunitas yaitu adanya antibodi yang di
hasilkan oleh sel-sel leukosit. Beberapa jenis sistem imun yang ada dalam tubuh yaitu :

1. Sistem imun alamiah / non spesifik


Merupakan sistem imun yang memang sudah ada dalam tubuh. Sistem imun ini
mendeteksi semua mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh, oleh karena itu
dinamakan non spesifik.
2. Sistem imun spesifik
Disebut sistem imun spesifik karena sistem imun ini memiliki mekanisme kerja yaitu
mengenali benda asing yang masuk, kemudian jika sel imun bertemu lagi dengan benda
asing tersebut, maka sel imun akan dengan cepat mengenalinya dan akan langsung
menghancurkan benda asing tersebut.
A. DASAR IMUNOLOGI
1. ANTI IMUNOLOGI
Faktor Rh (antigen) dalam sel darah merah dimiliki oleh sekitar 85% penduduk kulit
putih dan 93% penduduk Afrika-Amerika. Faktor ini ditemukan dalam sel janin
sejak enam minggu setelah konsepsi. Individu yang memiliki faktor ini dinyatakan
Rh-positif. Sedangkan individu yang tidak memiliki faktor ini dinyatakan Rh-negatif.

Saat terjadi aborsi atau saat lahir, darah janin yang Rh-positif dapat masuk ke dalam
sirkulasi maternal dan menyebabkan darah maternal yang Rh-negatif menjadi
“sensitif.” Pada situasi ini, sistem imun ibu yang Rh-negatif memproduksi antibodi
untuk melawan antigen Rh, yang dapat ditransmisi ke janin. Kadangkala pada kasus
tertentu, sensitisasi terjadi sebelum persalinan tanpa disertai bukti perdarahan
eksternal.

Faktor Rh ditentukan untuk mengidentifikasi bayi yang dapat meninggal atau sakit
akibat penyakit Rh (penyakit hemolitik pada bayi baru lahir) dan untuk
mengidentifikasi wanita yang menerima Rh imun globulin (RhIg) sehingga penyakit
dapat dicegah. Bayi yang terkena Rh dapat mengalami penyakit ringan, sedang, atau
berat. Bayi baru lahir yang masuk ke dalam kelompok sakit ringan akan mengalami
4

hepatosplenomegali dan anemia tingkat sedang disertai ikterik setelah lahir.


Kernikterus dapat terjadi dan menyebabkan retardasi mental dan bahkan kematian.
Bayi yang sakit berat akan mengalami hidrops, biasanya pada usia gestasi 30
minggu. Kematian dapat terjadi in utero. Bayi pada kelompok ini biasanya
memerlukan transfusi intrauterin karena nilai hemoglobin biasanya antara 4 sampai 6
g/dL.

Kehamilan Rh positif yang pertama berisiko rendah terhadap sensititasi. Risiko


wanita Rh negatif yang memiliki golongan darah ABO-kompatibel untuk mengalami
sensititasi ialah 8% setelah kehamilan pertama dan 16% setelah kehamilan kedua
bila RhIg tidak diberikan (Bowman, 1978). Persentase akan menurun bila ibu dan
bayi memiliki golongan darah ABO-kompatibel karena golongan darah ini
melindungi bayi dari efek Rh inkompatibilitas.

Globulin imun Rh, yang terdaftar pada tahun 1968 dan secara komersial dikenal
sebagai RhoGAM, mengandung antibodi terhadap faktor Rh. Antibodi ini
menghancurkan setiap sel Rh-positif janin di dalam darah ibu dan mencegah
pembentukan antibodi ibu yang dihasilkan dari sistem imun. Jika agens ini diberikan
dalam 72 jam setelah melahirkan, RhIg hampir melenyapkan penyakit Rh di negara-
negara maju dan mencegah pembentukan antibodi pada 98% wanita. Pemberian
RhIg pada periode pranatal untuk mencegah sensitisasi wanita Rh-negatif pada usia
gestasi 28 minggu diujicobakan pada 0,2% wanita Rh-negatif yang mengalami
sensitisasi sebelum melahirkan. RhIg juga diberikan kepada wanita Rh-negatif
setelah perdarahan pranatal, setelah aborsi spontan atau elektif, trauma abdomen, dan
prosedur obstetri tertentu, misalnya, manuver yang dilakukan untuk mengubah posisi
bayi dari sungsang atau melintang ke presentasi verteks.

RhIg tersedia dalam dua dosis: 50 ug dan 300 ug. Dosis 50 ug akan menetralisasi 5
mL sel darah merah janin dan diberikan kepada wanita Rh negatif yang mengalami
kehamilan ektopik, wanita yang menjalani chorionic villus sampling (CVS), dan
mengalami aborsi pada trimester pertama. (Janin pada usia gestasi 10 atau 11 minggu
memiliki jumlah sel darah merah kurang dan 5 mL). Dosis 300 ug diberikan kepada
wanita Rh-negatif pada usia gestasi 28 minggu (atau lebih), setelah amniosentesis,
setelah wanita mengalami aborsi pada usia gestasi lebih dan 12 minggu, dan kepada
wanita yang dicurigai mengalami abrupsio. Dosis ini akan menetralisasi 15 mL sel
darah merah janin.

RhIg ini tampaknya tidak membahayakan ibu dan bayi. Walaupun demikian, karena
5

agens ini merupakan produk darah, donor harus diskrining dan diobati untuk
membunuh bakteri dan HIV. RhIg tidak menyebabkan penyakit infeksi, seperti
hepatitis dan AIDS. Karena RhIg merupakan produk darah, klien yang berasal dari
kelompok religius ter-tentu biasanya menolak penggunaannya. Daya proteksi RhIg
berlangsung selama kurang lebih 12 minggu. Karena kebanyakan wanita melahirkan
lewat dari tanggal perkiraan partus, masuk akal untuk memberi produk ini pada usia
gestasi 29 atau 30 minggu, bukan 28 minggu. Namun, penelitian menunjukkan
keefektifan pemberian globulin imun pada periode pranatal minggu ke-28. Oleh
karena itu, usia gestasi 28 minggu menjadi standar perawatan. Karena RhIg tidak
membahayakan pada kehamilan lanjut, produk ini dapat diberikan setelah minggu
ke-28.

2. ANTI INFEKSI
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh
yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah invasi tubuh oleh
mikroorganisme dan berproliferasi dalam jaringan tubuh. (Kozier, et al, 1995). Dalam
Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi
mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera seluler
setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau reaksi
antigen-antibodi.

Mikroorganisme yang bisa menimbulkan penyakit disebut pathogen (agen infeksi),


sedangkan mikroorganisme yang tidak menimbulkan penyakit/kerusakan disebut
asimtomatik. Penyakit timbul jika pathogen berkembang biak dan menyebabkan
perubahan pada jaringan normal. Jika penyakit bisa ditularkan dari satu orang ke
orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular (contagius). Mikroorganisme
mempunyai keragaman dalam virulensi/keganasan dan juga beragam dalam
menyebabkan beratnya suatu penyakit yang disebabkan.

Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:


a. Bakteri
Merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri
dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya,
bakteri bisa masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh
dan benda mati lainnya.
b. Virus
Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk
dalam sel hidup untuk diproduksi.
c. Fungi
6

Fungi terdiri dari ragi dan jamur.


d. Parasit
Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah
protozoa, cacing dan arthropoda.

Tipe infeksi :
a. Infeksi lokal : spesifik dan terbatas pada bagain tubuh dimana mikroorganisme
tinggal.
b. Infeksi sistemik : terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh yang
lain dan menimbulkan kerusakan.
c. Bakterimia : terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri
d. Septikemia : multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik
e. Infeksi akut : infeksi yang muncul dalam waktu singkat
f. Infeksi kronik : infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama
(dalam hitungan bulan sampai tahun)

3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA INFEKSI


a. Agent (penyebab infeksi), bisa karena agennya sendiri atau karena toksin yang
dilepas (bakteri, virus).
b. Host (yang terinfeksi), biarpun ada agen, jika tidak ada yang bisa dikenai, maka
tidak ada infeksi. Host biasanya manusia atau hewan yang sesuai dengan
kebutuhan agen untuk bertahan hidup atau berkembang biak.
c. Environtment (lingkungan), seperti suhu, kelembaban, sinar matahari, oksigen,
dll. Ada agen tertentu yang hanya bisa bertahan atau menginfeksi pada keadaan
lingkungan tertentu juga.

4. PEMBAGIAN IMUNITAS BERDASARKAN SIFATNYA


Imunitas dapat dibagi menjadi sistem imun alamiah (nonspesifik / natural / innate /
native / nonadaptiv), imunitas ini telah kita miliki sejak lahir. Serta sistem imun yang
didapat (spesifik / adaptif / acquired), imunitas ini kita dapatkan selama hidup.

5. RESISTENSI NON SPESIFIK


Dibagi menjadi :
a. Pertahanan Fisik/Mekanik
Kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin, merupakan garis
pertahanan terdepan terhadap infeksi.
b. Pertahanan Biokimia
7

Asam HCL dalam cairan lambung, lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air
susu dapat melindungi tubuh terhadap berbagai kuman gram positif dengan
menghancurkan dinding selnya.
c. Pertahanan Humoral
Menggunakan berbagai molekul larutan tertentu yang diproduksi di tempat infeksi
dan berfungsi lokal. Pertahanan humoral diperankan oleh :

1) Komplemen
Mengaktifkan fagosit dan membantu destruksi bakteri dengan jalan
opsonisasi.
2) Interferon
Suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel manusia yang
mengandung nucleus dan dilepaskan sebagai respon dari infeksi virus.
3) Reactive Protein (CRP)
Dibentuk tubuh dalam keadaan infeksi. Peranannya sebagai opsonin dan dapat
mengaktifkan komplemen.
4) Kolektin MBL 9 (Manan Binding Lectin)
Manan Binding Lectin adalah lektin yang berperan dalam kekebalan bawaan.

d. Pertahanan Selular
Diperankan oleh sel-sel imun yang terdiri dari :
1) Fagosit
Dalam kerjanya sel fagosit berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun
spesifik.Yang termasuk sel fagosit adalah :
2) Makrofag
Adalah leukosit fagositik yang besar, yang mampu bergerak hingga keluar
system vaskuler dengan menyebrang membran sel dari pembuluh kapiler dan
memasuki area antara sel yang sedang diincar oleh patogen.
3) Neutrofil
Bersama dengan dua tipe sel lainnya : eosinofil dan basofil dikenal dengan
nama granulosit karena keberadaan granula di sitoplasma mereka, atau disebut
juga dengan polymorphonuclear karena bentuk inti sel mereka yang aneh.
4) Sel dendritik
Adalah sel fagositik yang terdapat pada jaringan yang terhubung dengan
lingkungan eksternal, utamanya adalah kulit (umum disebut sel Langerhans)
dan lapisan mukosa dalam dari hidung, paru-paru, [lambung], dan usus.
5) Natural Killer cell (sel NK)
Adalah sel limfoid yang ditemukan dalam sirkulasi dan tidak mempunyai ciri
sel limfoid dari sistem imun spesifik, maka itu disebut sel non B non T (sel
NBNT) atau sel populasi ketiga.
8

6. REAKSI IMUNOLOGI
Salah satu contoh reaksi imunologi adalah ketika terjadi inflamasi. Tanda terpenting
pada inflamasi adalah terjadinya emigrasi sel radang yang berasal dari darah. Pada
fase awal yaitu dalam 24 jam pertama, sel yang paling banyak bereaksi ialah neutrofil
atau leukosit polimorfonukleus (PMN).

B. SISTEM IMUN TUBUH


1. KOMPONEN SISTEM IMUN TUBUH
Beberapa komponen penting dari sistem kekebalan tubuh adalah :
a. Sistem getah bening
Terdiri dari kelenjar getah bening kecil yang terletak di leher, rongga lengan dan
di dalam perut. Ketika ditemukan infeksi yang terjebak dalam kelenjar getah
bening, mungkin menyebabkan kelenjar getah bening membengkak. Setelah
infeksi yang terperangkap, dan dihancurkan menggunakan sel darah putih.
b. Sel darah putih (leukosit)
Ada enam jenis utama dari sel darah putih, yang sebagian besar dibuat di sumsum
tulang. Setiap jenis sel darah putih bertanggung jawab untuk melawan infeksi
tertentu.
c. Limpa
Terletak di daerah perut belakang tulang rusuk. Bertanggung jawab menyaring
darah dan menyimpan sel-sel darah putih, juga membantu melawan infeksi
bakteri di dalam tubuh.
d. Antibodi
Adalah protein yang dibuat oleh sel darah putih untuk mencari infeksi dalam
tubuh. Setelah ditemukan infeksi, antibodi menempel pada benda asing sebagai
bagian dari kelompok untuk mencegah dari bergerak ke seluruh tubuh.
e. Sumsum tulang
Ada dua jenis sumsum tulang : merah yang berfungsi membuat sel-sel darah putih
baru untuk melawan infeksi setiap hari dan kuning yang berfungsi menyimpan
sel-sel lemak, tetapi juga dapat dikonversi menjadi sumsum tulang merah jika
diperlukan.

2. SIFAT DAN FUNGSI DARI KOMPONEN IMUN TUBUH (SEL T DAN SEL B)
a. Sel Limfosit B
Progenitor sel limfosit B adalah sel stem hematopoietik pluripoten. Dinamakan
pluripoten karena sel ini juga merupakan progenitor sel hematopoietik lainnya,
seperti sel polimorfonuklear, sel monosit dan sel makrofag. Bila sel limfosit B
matur distimulasi antigen ligannya, maka sel B akan berdiferensiasi menjadi aktif
dan berproliferasi. Ikatan antara antigen dan imunoglobulin pada permukaan sel
9

B, akan mengakibatkan terjadinya ikatan silang antara imunoglobulin permukaan


sel B. Fungsi fisiologis antibodi adalah untuk menetralkan dan mengeliminasi
antigen yang menginduksi pembentukannya.

b. Sel Limfosit T
Peran sel T dapat dibagi menjadi dua fungsi utama : Fungsi regulator, dilakukan
oleh salah satu subset sel T, sel T penolong (CD4). Serta fungsi efektor, dilakukan
oleh sel T sitotoksik (sel CD8). Fungsi utama imunitas selular adalah :
1) Sel T CD8 memiliki fungsi sitotoksik
2) Sel T juga menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat saat
menghasilkan berbagai limfokin yang menyebabkan peradangan.
3) Sel T memiliki kemampuan untuk mengingat.
4) Sel T juga memiliki peran penting dalam regulasi atau pengendalian sel.

C. SIFAT DAN PENETAPAN IMUNOGLOBULIN


1. STRUKTUR KIMIA IMUNOGLOBULIN
Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok glikoprotein yang terdapat dalam
serum atau cairan tubuh pada hampir semua mamalia. Imunoglobulin termasuk dalam
famili glikoprotein yang mempunyai struktur dasar sama, terdiri dari 82-96%
polipeptida dan 4-18% karbohidrat. Struktur dasar imunoglobulin terdiri atas 2
macam rantai polipeptida yang tersusun dari rangkaian asam amino yang dikenal
sebagai rantai H (rantai berat) dengan berat molekul 55.000 dan rantai L (rantai
ringan) dengan berat molekul 22.000.

2. BAGIAN MOLEKUL Ig YANG BERPERAN DALAM REAKSI IMUNOGLOBULIN


Molekul Imunoglobulin dapat dipecah oleh enzim Papain menjadi 3 fragmen. Dua
fragmen adalah identik dan dapat mengikat antigen untuk membentuk kompleks yang
larut dan bervalensi satu (Univalen), disebut Fab (Fragment Antigen Binding).
Sedangkan untuk fragmen ketiga tidak dapat mengikat antigen dan membentuk kristal
Fc (Fragment Crytallizable).

a. Rantai-L (Light Chain)


Dengan pemeriksaan Bence-Jones menggunakan air kemih penderita Myeloma,
ditemukan 2 macam rantai-L, yaitu rantai-κ (Kappa) dan rantai-λ (Labda).
Pengklasifikasian tersebut dibuat berdasarkan perbedaan asam amino di daerah
tetapnya. Kedua jenis ini terdapat pada semua kelas Imunoglobulin, tetapi tiap
molekul Imunoglobulin hanya mengandung satu jenis rantai-L saja. Bagian ujung
amino pada tiap rantai-L berisi bagian tempat pengikatan antigen.
b. Rantai-H (Heavy Chain)
10

Rantai Berat merupakan dasar pengklasifikasian kelas Imunoglobulin. Bagian


ujung amino tiap rantai-H ikut serta dalam tempat pengikatan antigen, ujung
lainnya (karboksi) membentuk fragmen Fc, yang mempunyai berbagai aktivitas
biologik.

3. JENIS IMUNOGLOBULIN (Ig)


Ada lima macam immunoglobulin, yaitu :
a. Immunoglobulin G (Ig G)
Berjumlah paling banyak sekitar 80% dari keseluruhan antibodi yang bersikulasi.
IgG dapat menembus plasenta untuk melindungi janin dari kemungkinannya
infeksi yang menyebabkan kematian bayi sebelum lahir dan dalam kolostrum
(ASI pertama kali keluar) memberikan perlindungan kepada bayi terhadap infeksi
sampai sistem kekebalan bayi dapat menghasilkan antibodi sendiri. IgG berfungsi
sebagai pelindung terhadap mikroorganisme dan toksin, mengaktivasi
komplemen, dan meningkatkan efektivitas sel fagositik.
b. Immunoglobulin A (IgA)
Ditemukan pada bagian-bagian tubuh yang dilapisi oleh selaput lender, juga
ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya, seperti air mata, air liur, ASI,
getah lambung, dan sekresi usus. Antibodi ini melindungi janin dalam kandungan
dari berbagai penyakit. IgA yang terdapat dalam ASI akan melindungi sistem
pencernaan bayi terhadap mikroba karena tidak terdapat dalam tubuh bayi yang
baru lahir.
c. Immunoglobulin M (IgM)
Terdapat pada darah, getah bening, dan pada permukaan sel-sel B. IgM
merupakan antibodi pertama yang dihasilkan tubuh untuk melawan antigen. Janin
dalam rahim mampu memproduksi IgM pada umur kehamilan enam bulan. IgM
banyak terdapat di dalam darah, tetapi dalam keadaan normal tidak ditemukan
dalam organ maupun jaringan.
d. Immunoglobulin D (IgD)
Terdapat dalam darah, getah bening, dan pada permukaan sel-sel B, tetapi dalam
jumlah yang sangat sedikit. IgD bertindak dengan menempelkan dirinya pada
permukaan sel-sel T, mereka membantu sel-sel T menangkap antigen.
e. Immunoglobulin E (IgE)
Merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah. Antibodi ini kadang juga
menimbulkan reaksi alergi akut pada tubuh. IgE penting melawan infeksi parasit,
misalnya skistosomiasis, yang banyak ditemukan di negara-negara berkembang.

4. SIFAT TIAP JENIS Ig


11

ImunoglobulinG (IgG) adalah reaksi imun yang diproduksi terbanyak sebagai


antibodi utama dalam proses sekunder dan merupakan pertahanan inang yang penting
terhadap bakteri yang terbungkus dan virus,mampu menyebar dengan mudah ke
dalam celah ekstravaskuler dan mempunyai peranan penting menetralisir toksin
kuman, serta melekat pada kuman sebagai persiapan fagositosi, juga proteksi utama
pada bayi terhadap infeksi selama beberapa minggu pertama setelah lahir,
dikarenakan mampu menembus jaringan plasenta. IgG yang dikeluarkan melalui
cairan kolostrum dapat menembus mukosa usus bayi dan menambah daya kekebalan.
IgG mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang sama (divalen) dan dikenal 4
subkelas, yaitu IgG1 IgG1, IgG2, IgG3 dan IgG4. Perbedaannya terletak pada rantai-
H dengan fungsi biologis serta jumlah dan lokasi ikatan disulfida. IgG1 merupakan
65% dari keseluruhan IgG. IgG2 berguna untuk melawan antigen polisakarida dan
menjadi pertahanan yang penting bagi inang untuk melawan bakteri yang terbungkus.

Imunoglobulin A (IgA) Adalah Imunoglobulin utama dalam sekresi selektif, misalnya


pada susu, air liur, air mata dan dalam sekresi pernapasan, saluran genital serta
saluran pencernaan atau usus (Corpo Antibodies), melindungi selaput mukosa dari
serangan bakteri dan virus. Ditemukan pula sinergisme antara IgA dengan lisozim
dan komplemen untuk mematikan kuman koliform, IgA juga melekat pada sel
polimorf dan melancarkan reaksi komplemen melalui jalan metabolisme alternatif.
Tiap molekul IgA sekretorik berbobot molekul 400.000 terdiri atas dua unit
polipeptida dan satu molekul rantai-J serta komponen sekretorik. Sekurang-
kurangnya dalam serum terdapat dua subkelas IgA1 dan IgA2. Di serum terutama
sebagai monomer 7S tetapi cenderung membentuk polimer dengan perantaraan
polipeptida yang disintesis oleh sel epitel untuk memungkinkan IgA melewati
permukaan epitel, disebut rantai-J. Pada sekresi ini IgA ditemukan dalam bentuk
dimer yang tahan terhadap proteolisis berkat kombinasi dengan suatu protein khusus,
disebut Secretory Component yang disintesa oleh sel epitel lokal dan juga diproduksi
secara lokal oleh sel plasma.

Imunoglobulin M (IgM) adalah yang pertama dihasilkan dalam respon imun primer.
IgM terdapat pada semua permukaan sel B yang tidak terikat. Struktur polimer IgM
menurut Hilschman adalah lima subunit molekul 4-peptida yang dihubungkan oleh
rantai-J. Pentamer berbobot molekul 900.000 ini secara keseluruhan memiliki sepuluh
tempat pengikatan antigen Fab sehingga bervalensi 10, yang dapat dibuktikan dengan
reaksi Hapten. Polimernya berbentuk bintang, tetapi apabila terikat pada permukaan
sel akan berbentuk kepiting. Disebabkan bervalensi tinggi, maka antibodi ini paling
sering bereaksi di antara semua Imunoglobulin, sangat efisien untuk reaksi aglutinasi
dan reaksi sitolitik, pengikatan komplemen, reaksi antibodi-antigen yang lain dan
karena timbulnya cepat setelah terjadi infeksi dan tetap tinggal dalam darah, maka
12

IgM merupakan daya tahan tubuh yang penting untuk bakteremia dan virus. Antibodi
ini dapat diproduksi oleh janin yang terinfeksi. ImunoglobulinE (IgE) Didalam serum
ditemukan dalam konsentrasi sangat rendah.

IgE apabila disuntikkan ke dalam kulit akan terikat pada Mast Cells dan Basofil.
Kontak dengan antigen akan menyebabkan degranulasi dari Mast Cells dengan
pengeluaran zat amin yang vasoaktif. IgE yang terikat ini berlaku sebagai reseptor
yang merangsang produksinya dan kompleks antigen-antibodi yang dihasilkan
memicu respon alergi Anafilaktik melalui pelepasan zat perantara. Pada orang dengan
hipersensitivitas alergi berperantara antibodi, konsentrasi IgE akan meningkat dan
dapat muncul pada sekresi luar. IgE serum secara khas juga meningkat selama infeksi
parasit cacing.

ImunoglobulinD (IgD) dalam serumnya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit
dan merupakan antibodi inti sel, terdapat pada sel penderita leukemia getah bening.
Telah dibuktikan pula bahwa IgD dapat bertindak sebagai reseptor antigen apabila
berada pada permukaan limfosit B tertentu dalam darah tali pusar janin dan mungkin
merupakan reseptor pertama dalam permulaan kehidupan sebelum diambil alih
fungsinya IgM dan Imunoglobulin lainnya, setelah sel tubuh berdiferensiasi lebih
jauh.

5. CARA PENETAPAN KWALITATIF DAN KWANTITATIF


Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi yang
tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah. Pada orang yang menderita diabetes
mellitus, jumlah glukosa darah lebih dari 130 mg per 100 ml darah.

Fruktosa adalah suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya


terpolarisasi ke kiri dan karenanya disebut juga levulosa. Fruktosa dapat dibedakan
dari glukosa dengan pereaksi seliwanoff, yaitu larutan resorsinol (1,3 dihidroksi
benzene) dalam asam HCl.

Galaktosa jarang terdapat bebas dalam alam. Umumnya berikatan dengan glukosa
dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai
sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kanan.

Beberapa pentosa yang penting diantaranya adalah arabinosa, xilosa, ribosa dan 2-
deoksiribosa. Arabinosa diperoleh dari gum arab dengan jalan hidrolisis,xilosa
diperoleh dari proses hidrolisis terhadap jerami atau kayu. Ribosa dan deoksiribosa
merupakan komponen dari asam nukleat dan dapat diperoleh dengan cara hidrolisis.

Oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa molekul monosakarida.


Oligosakarida yang paling banyak terdapat di alam adalah disakarida :
13

a. Sukrosa adalah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang berasal dari tebu
meupun dari bit.
b. Laktosa dengan menghidrolisis laktosa akan menghasilkan D-galaktosa dan D-
gluokosa, karena itu laktosa adalah suatu disakarida.
c. Maltosa adalah suatu disakarida yang terbentuk dari dua molekul glukosa. ikatan
yang terjadi ialah antara atom karbon nomor 1 dan atom karbon nomor 4.
d. Rafinosa adalah suatu trisakarida yang penting, terdiri atas tiga molekul
monosakarida yang berikatan, yaitu galaktosa-glukosa-fruktosa. Atom karbon 1
pada galaktosa berikatan dengan atom karbon 6 pada glukosa.
e. Stakiosa adalah suatu tetrasakarida. Dengan jalan hidrolisis sempurna, stakiosa
menghasilkan 2 molekul galaktosa, 1 molekul glukosa dan 1 molekul fruktosa.

Beberapa polisakarida yang penting diantaranya :


a. Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer
dari glukosa, yaitu amilosa dan sisanya amilopektin.
b. Glikogen, seperti amilum, glikogen juga menghasilkan D-glukosa pada proses
hidrolisis.
c. Dekstrin, pada reaksi hidrolisis parsial, amilum terpecah menjadi molekul-
molekul yang lebih kecil yang dikenal dengan nama dekstrin adalah hasil antara
proses hidrolisis amilum sebelum terbentuk maltosa.
d. Selulosa terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan penbentuk dinding sel.
e. Mukopolisakarida adalah suatu heteropolisakarida, yaitu polisakarida yang terdiri
atas dua jenis derivate monosakarida.

Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi terutama


dalam suasana basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan
identifikasi karbohidrat maupun analisis kuantitatif. Sifat mereduksi ini disebabkan
oleh adanya gugus aldehid dan keton bebas. Analisis Kualitatif Karbohidrat dengan
zat tertentu akan menghasilkan warna tertentu yg dapat dgunakan untuk analisis
kualitatif.

Cara untuk mengetahui atau mengidentifikasi karbohidrat dalam suatu bahan alam,
sebagai berikut :

1. Uji Molisch
Pereaksi ini dibuat dari α-naftol dengan etanol. Karbohidrat oleh asam sulfat
pekat akan terhidrolisis menjadi monosakarida, selanjutnya monosakarida
mengalami dehidrasi oleh asam sulfat pekat menjadi furfural atau hidroksi metil
furfural. Furfural dengan α-naftol akan berkondensasi membentuk senyawa
kompleks yang berwarna ungu.

2. Uji Benedict
14

Berupa larutan yang mengandung kuprisulfat, natrium karbonat, dan natrium


sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu 2+ dari kuprisulfat menjadi ion Cu + yang
kemudian mengendap sebagai CuO. Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat
membuat pereduksi Benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat
berwarna hijau, kuning, atau merah bata.

3. Uji Barfoed
Merupakan campuran kupriasetat dan asam asetat. Larutan ini bereaksi dengan
gula pereduksi sehingga dihasilkan endapan Tembaga (II) Oksida. Dalam suasana
asam, gula pereduksi yang termasuk disakarida memberikan reaksi yang sangat
lambat dengan larutan Barfoed sehingga tidak memberikan endapan merah
kecuali pada waktu percobaan yang diperlama. Uji ini untuk menunjukkan gula
pereduksi monosakarida.

4. Uji Seliwanoff
Peristiwa dehidrasi monosakarida ketosa menjadi furfural lebih cepat
dibandingkan dehidrasi monosakarida aldosa. Dikarenakan aldosa sebelum
mengalami dehidrasi lebih dahulu akan mengalami transformasi ketosa. Maka
aldosa akan bereaksi negatif pada uji silwanoff. Pada pengujian ini furfural yang
terbentuk dari dehidrasi tersebut dapat bereaksi denga resorsinol membentuk
senyawa kompleks berwarna merah.

5. Uji Tauber Pentosa


Dalam asam asetat pekat jika dipanaskan berubah menjadi furfural yang
kemudian dengan benzidin mengadakan kondensasi membentuk zat yang
berwarna merah anggur. Heksosa tidak memberikan warna merah. Reaksi ini
posotif untuk aldopentosa dan negatif untuk ketopentosa.

6. Uji Fenilhidrazin
Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan
membentuk osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Osazon yang
terjadi mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang khas bagi mesing-masing
karbohidrat. Ini sangat penting untuk mengidentifikasi karbohidrat dan
merupakan salah satu cara membedakan beberapa monosakarida.

7. Uji Iodium Karbohidrat


Dengan golongan polisakarida akan memberikan reaksi dengan larutan iodium
dan memberikan warna yang spesifik bergantung pada jenis karbohidratnya.
Analisa dengan iodin akan berwarna biru, amiloektin dengan iodin akan berwarna
merah violet, glikogen dengan iodin akan berwarna merah cokelat, begitu juga
dengan dekstrin.
15

8. Uji Fermentasi Dalam ragi


Terdapat enzim-enzim yang mencerna amilum sampai menjadi CO2 dan H2O,
juga terdapat enzim sukrosa (invertase) maupun fruktokinase. Oleh karena
amilum, glukosa, fruktosa, maltosa, dan sukrosa dapat diragikan. Dalam ragi tidak
terdapat laktosa, maka laktosa tidak dapat dipecahkan. Hal ini dapat digunakan
untuk membedakan apakah gula dalam urin glukosa atau fruktosa. Enzim ragi
pada umumnya baik bekerja pada temperatur 370 C – 400 C.

Analisis Kuantitatif Kadar karbohidrat dalam berbagai bahan makanan dapat


ditentukan dengan berbagai cara, diantaranya cara kimiawi, cara fisik, cara enzimatik
atau biokimia dan cara kromatografi. Penentuan karbohidrat yang termasuk
polisakarida maupun oligosakarida memerlukan pendahuluan yaitu hidrolisis lebih
dahulu sehingga diperoleh monosakarida. Salah satu metode yang dapat digunakan
adalah Luff Schoorl. Metode Luff Schoorl dibagi atas tiga tahapan, yaitu :
1. Tahap sebelum inverse
2. Tahap setelah inversi lemah
3. Tahap setelah inversi kuat

Pada penentuan karbohidrat dengan metode Luff Schoorl, yang ditentukan bukan
Cu2O yang mengendap tapi dengan menggunakan CuO dalam larutan yang belum
direaksikan dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan gula
reduksi (titrasi sampel). Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran
yaitu :

a. Penentuan Cu tereduksi dengan I2


b. Menggunakan prosedur Lae-Eynon Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan
yang terutama disebabkan oleh komposisi yang konstan.

Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang
berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff
Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat
kesalahan sebesar 10%.

D. SIFAT ANTIGEN
1. PENGERTIAN ANTIGEN DAN CONTOHNYA
Antigen adalah penyerang kecil yang masuk ke dalam tubuh dan memicu sistem
kekebalan tubuh. Mereka bisa berasal dari lingkungan, seperti virus, bahan kimia,
serbuk sari, dan banyak lagi. Jenis antigen disebut alergen. Contohnya, sel darah
mengandung antigen yang melekat pada membran luar sel. Antigen menciptakan
16

antibodi spesifik yang akan membawa tipe darah tertentu. Misalnya, golongan darah
A memiliki antigen yang menciptakan antibodi yang akan menghancurkan sel-sel
golongan darah B. Oleh karena itu, jika memberikan orang dengan golongan darah A
setiap darah B, antibodi akan menghancurkannya, dan sebaliknya.

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MEKANISME


PENGENALAN ANTIGEN
a. Spesifitas
Adalah respon yang timbul terhadap antigen, bahkan terhadap komponen
structural kompleks protein / polisakarida yang berbeda.
b. Diversitas
Adalah jumlah total spesifitas limfosit terhadap antigen dalam 1 individu yang
disebut limfosit repertoire, sangat besar.
c. Afinitas
Kekuatan total interaksi non kovalen antara antigen yang mengikat antibody dan
epitop merupakan gaya gabungan (afinitas) dari antibody untuk epitop tersebut.
d. Aviditas
Ketika komplek antigen berisi berbagai faktor penentu yang antigenic dan
tercampur dengan antibody yang terikat, interaksi dari molekul antibody dan
molekul antigen pada satu sisi akan meningkatkan kemungkinan dari reaksi kedua
molekul itu pada lokasi yang kedua.

3. ANTIGENIC DETERMINANTS
Epitope (determinan antigen) adalah bagian dari antigen yang dapat membuat
kontak fisik dengan reseptor antibodi, menginduksi pembentukan antibodi yang dapat
diikat dengan spesifik oleh bagian dari antibodi atau oleh reseptor antibodi.

4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMUNOPOTENSI


Imunopotensi adalah kemampuan bagian molekul antigen untuk pembentukan
antibodi spesifik. Faktor yang mempengaruhi imunopotensi :
a. Penyingkapan pada keadaan cairan sekeliling.
b. Kespesifikan antigen.
c. Faktor – faktor genetika

E. HUBUNGAN SISTEM IMUN DENGAN BEBERAPA KELAINAN DALAM


KLINIK
1. PENGERTIAN ALERGI
Alergi adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi
hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya
imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik.
Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen.
17

2. JENIS ALERGI
Macam-macam alergi yang paling sering terjadi pada kita, antara lain :
a. Reaksi Anafilaktik (Shock Anafilaktik)
Gejala berupa gatal, kemerahan di kulit, sesak nafas, bengkak pada beberapa
bagian tubuh (wajah, lengan, kaki), rasa cemas, gelisah hingga berujung kematian
(shock anafilaktik) bila tidak ditangani segera. Alergi ini muncul jika berkontak
langsung dengan alergen seperti kacang dari pohon (kenari, pistachio, kacang
mete), kerang, udang, lobster, ikan, susu dan telur.sistem tubuh yang terlibat
antara lain kulit, pernafasan, kardiovaskuler dan gastrointestinal.
b. Asma Bronchiale
Merupakan sindrom klinis dengan ciri-ciri inflamasi (penyempitan) saluran nafas
bawah (bronchus dan alveolus paru) bersifat reversible dan genetik serta biasanya
ditandai oleh adanya wheezing pada fase ekspirasi. Faktor resikonya yaitu adanya
riwayat asma dalam keluarga, adanya reaksi allergen dengan IgE, penyakit
pernafasan akibat virus, pajanan allergen udara, kegemukan, dll.
c. Urtikaria
Merupakan suatu kelainan alergi pada kulit yang berbentuk bentol berwarna
merah disertai rasa gatal dengan ukuran diameter yang bervariasi. Sebagian besar
urtikaria yang kronik sulit diketahui penyebabnya. Salah satu cara untuk
mengetahui pencetus alergi ialah dengan melakukan uji kulit (tes alergi).
d. Angiodema
Merupakan jenis bengkak, bilur-bilur besar dan melibatkan lapisan kulit yang
lebih dalam, terutama dekat bibir dan mata. Pembengkakan dari angiodema dapat
menyebabkan tenggorokan atau lidah menghalangi jalan nafas dan menyebabkan
kehilangan kesadaran yang dapat mengancam nyawa.
e. Rhinitis Alergika
Reaksi alergi yang melibatkan mukosa hidung, mata, tuba, eustachii, telinga
tengah, rongga sinus dan faring. Biasanya ditandai dengan bersin-bersin di pagi
hari atau ketika penderita terpajan alergen. Hidung menjadi buntu dan sukar
bernafas.
f. Alergi Obat-obatan
Merupakan reaksi yang diberikan tubuh secara berlebihan karena konsumsi obat
tertentu meski dalam dosis ringan. Gejala umum biasanya gatal, bercak
kemerahan pada kulit, diare, ganggunan pernafasan seperti pilek, bersin, sesak
nafas, mengalami gangguan jantung hingga shock atau hipotensi (tekanan darah
rendah). Beberapa obat yang dianggap sering menimbulkan alergi yaitu penisilin,
sulfonamid, obat penurun panas dan obat analgetik (penghilang rasa sakit). Selain
18

jenis obat, metode pemberian obat juga memberi peranan dalam menimbulkan
alergi.
g. Dermatitis Atopik
Merupakan peradangan pada lapisan atas kulit yang sifatnya kronis atau
menahun.Umumnya mengenai bayi dan anak-anak, namun tidak jarang dialami
oleh orang dewasa. Kondisi ini biasanya muncul pada penderita yang memiliki
kecenderungan atopi atau suatu tendensi gangguan alergi yang diturunkan secara
genetik. Jadi penderita yang mengalami dermatitis atopik biasanya memiliki
riwayat penyakit asma atau alergi pada kondisi tertentu dalam keluarganya.

3. PENYAKIT YANG MEMPENGARUHI DASAR ALERGI

a. Asma
Peradangan saluran pernafasan yang mengakibatkan kesulitan bernafas karena
menyempitnya saluran udara bronkial sehingga pasokan udara ke paru-paru
menjadi kurang. Asmadisebut sebagai gejala alergi yang disebabkan oleh alergen
yang terhirup. Gejala-gejala asma yang umum adalah nafas pendek, batuk, nafas
berbunyi dan dada sesak.
b. Alergi Selaput Lendir hidung (Rhinitis)
Gejalanya hidung tersumbat dan gatal, bersin-bersin, mata berair, hidung
beringus, post nasal drip (sensasi menetesnya lendir di belakang hidung) dan
hidung berair. Alergi ini secara garis besar digolongkan menjadi dua grup, yaitu
terus-menerus dan musiman.
c. Alergi mata atau alergi Konjungtivitis
Disebabkan oleh peradangan selaput yang meliputi bola mata dan struktur
dibawah bola mata. Gejalanya bertambahnya produksi airmata, putih mata
menjadi merah begitu juga bagian dalam kelopak mata, mata menjadi gatal,
pandangan kabur dan pembengkakan kelopak mata atau sekitarnya.
d. Alergi Eksim (Kulit Meradang)
Adalah alergi akibat bakteri yang berkembang di kulit. Karakter umum alergi
kulit ini adalah peradangan atau iritasi pada kulit, bisa gatal ataupun tidak gatal.
Gejalanya berbeda pada tiap orang.
e. Kulit berbintik-bintik merah, gatal dan bengkak (Urtikaria)
Karakter alergi ini adalah kulit menjadi merah pucat serta benjol bengkak di
beberapa bagian kulit yang muncul karena kontak dengan alergen. Kulit menjadi
gatal dan kadang menyebabkan rasa seperti terbakar atau tersengat. Ini bisa
muncul pada semua bagian tubuh termasuk permukaan kulit, telinga, tenggorokan
dan lidah. Biasanya berbentuk bentol-bentol kecil, tapi pada beberapa kasus,
urtikaria bisa menyebabkan benjolan sebesar piring makan.
19

4. IMUNODEFISIENSI
Adalah istilah umum yang merujuk pada suatu kondisi di mana kemampuan sistem
imun untuk melawan penyakit dan infeksi mengalami gangguan atau melemah.
Pasien imunodefisiensi rawan terkena berbagai infeksi atau timbulnya sel tubuh yang
ganas. Imunodefiensi dapat bersifat primer yang berarti penyakit bawaan dan
sekunder merupakan penyakit yang didapatkan. Ada obat-obat tertentu yang dapat
mengganggu sistem imun, meliputi obat kemoterapi, obat untuk cangkok, steroid, dan
lain-lain. Imunodefisiensi sekunder lebih sering terjadi dibandingkan imunodefisiensi
primer. Gejala utama adalah pasien semakin rentan terhadap infeksi. Pasien dengan
agammaglobulinemia cenderung terkena infeksi yang parah dan biasanya
menyebabkan kondisi yang fatal.

II. PERNAFASAN
Pernapasan (Respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang,mengandung
(oksigen) serta menghembuskan udara yang banyak memngandung karbondioksida sebagai
sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi.

A. PROSES PERNAFASAN
PROSES PERTUKARAN DASA PENGANGKUTAN O2 DAN CO2 SERTA
SISTEM BUFFER DARAH CHLORIDE SHIFT
Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada kebutuhan dan
hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah
maupun jenis bahan makanan yang dimakan. Pekerja-pekerja berat termasuk atlit lebih
banyak membutuhkan oksigen dibanding pekerja ringan. Demikian juga seseorang yang
memiliki ukuran tubuh lebih besar dengan sendirinya membutuhkan oksigen lebih
banyak. Selanjutnya, seseorang yang memiliki kebiasaan memakan lebih banyak daging
akan membutuhkan lebih banyak oksigen daripada seorang vegetarian. Dalam keadaan
biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc
tiap menit. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan volume udara inspirasi dan
ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi oksigen udara inspirasi
berkurang atau karena sebab lain, misalnya konsentrasi hemoglobin darah berkurang.
Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang
menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat warna darah
atau pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh. Hemoglobin
yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit ini tersusun oleh senyawa hemin atau
hematin yang mengandung unsur besi dan globin yang berupa protein. Secara sederhana,
pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat diperlihat-kan menurut persamaan reaksi
20

bolak-balik berikut ini : Hb4 + O2 4 Hb O2 (oksihemoglobin) berwarna merah jernih


Reaksi di atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (P O2), perbedaan
kadar O2 dalam jaringan, dan kadar O2 di udara. Proses difusi oksigen ke dalam arteri
demikian juga difusi CO2 dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam udara inspirasi.
Tekanan seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760 mm Hg, sedangkan
tekanan O2 di lingkungan sekitar 160 mm Hg. Tekanan oksigen di lingkungan lebih
tinggi dari pada tekanan oksigen dalam alveolus paru-paru dan arteri yang hanya 104 mm
Hg. Oleh karena itu oksigen dapat masuk ke paru-paru secara difusi. Dari paru-paru, O2
akan mengalir lewat vena pulmonalis yang tekanan O2 nya 104 mm; menuju ke jantung.
Dari jantung O2 mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan O2 nya 104 mm hg menuju
ke jaringan tubuh yang tekanan O2 nya 0 - 40 mm hg. Di jaringan, O2 ini akan
dipergunakan. Dari jaringan CO2 akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan
CO2 di jaringan di atas 45 mm hg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya
45 mm Hg. Dari jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya
sama yaitu 45 mm hg.Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru lalu dilepaskan ke
udara bebas. Berapa minimal darah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen pada jaringan? Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen 100 mm Hg dapat
mengangkut 19 cc oksigen. Bila tekanan oksigen hanya 40 mm Hg maka hanya ada
sekitar 12 cc oksigen yang bertahan dalam darah vena. Dengan demikian kemampuan
hemoglobinuntuk mengikat oksigen adalah 7 cc per 100 mm3 darah. Pengangkutan
sekitar 200 mm3 C02 keluar tubuh umumnya berlangsung menurut reaksi kimia berikut:
C02 + H20 Þ (karbonat anhidrase) H2CO3 Tiap liter darah hanya dapat melarutkan 4,3
cc CO2 sehingga mempengaruhi pH darah menjadi 4,5 karena terbentuknya asam
karbonat. Pengangkutan CO2 olehdarah dapat dilaksanakan melalui 3 Cara yakni sebagai
berikut. 1. Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan
enzim anhidrase (7% dari seluruh CO2). 2. Karbon dioksida terikat pada hemoglobin
dalam bentuk karbomino hemoglobin (23% dari seluruh CO2). 3. Karbon dioksida
terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses berantai pertukaran klorida
(70% dari seluruh CO2). Reaksinya adalah sebagai berikut. CO2+ H2O Þ H2CO3 Þ H+
+ HCO-3 Gangguan terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan munculnya
gejala asidosis karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan
karena keadaan Pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah
maka muncul gejala alkalosis.

B. HUBUNGAN HCO3/H2CO3 DENGAN PH DARAH


1. PERANAN PARU DAN GINJAL DALAM KESEIMBANGAN ASAM BASA
Keseimbangan asam basa adalah suatu keadaan dimana konsentrasi ion hydrogen
yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hydrogen yang dikeluarkan oleh sel.
21

Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hydrogen. Pengaturan


keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari 3 sistem:
a. Sistem buffe
Menetralisir kelebihan ion hydrogen, tidak melakukan eliminasi, bereraksi secara
langsung dan untuk menjaga pH. Buffer ini terdapat dalam darah, cairan
intraseluler, dan cairan ekstraseluler. Buffer kimia yang utama yaitu bikarbonat,
fosfat, dan protein. Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme
paru dan ginjal dalam menunjang kinerja system buffer adalah dengan mengatur
sekresi, ekskresi, dan absorpsi ion hydrogen dan bikarbonat serta membentuk
buffer tambahan (fosfat, ammonia).

Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan
paru sedangkan untuk jangka pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan
system buffer. Mekanisme buffer tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH
darah antara 7,35- 7,45.
b. Sistem Paru/respirasi
Peranan sistem respirasi dalam keseimbangan asam basa adalah mempertahankan
agar tekanan co2 selalu konstan walaupun terdapat perubahan kadar CO2 akibat
proses metabolism tubuh. Paru-paru mengatur karbon dioksida (CO2) dalam
darah, yang dikombinasikan dengan H2O untuk membentuk H2CO3-.
Keseimbangan asam basa respirasi bergantung pada keseimbanagn produksi dan
ekskresi CO2. Jumlah CO2 yang berada di dalam darah tergantung pada laju
metabolism sedangkan proses ekskresi CO2 tergantung pada fungsi paru.
c. Sistem Ginjal/renal
Sistem renal menjaga keseimbangan asam-basa dengan cara mengabsorbsi atau
mengeksresikan asam dan basa. Selain itu, ginjal juga dapat memproduksi HCO3-
. Ketika darah menjadi asam, ginjal akan mereabsorbsi HCO3- dan
mengeksresikan H+. saat darah menjadi alkali (basa), ginjal akan mengeksresikan
HCO3-¬ dan menahan H+.

Ginjal berfungsi sebagai penjaga kadar pH darah agar tidak terlalu asam.
Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran
ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urine yang dihasilkan dapat bersifat
asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8.

Paru-paru juga mempunyai fungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa


tubuh. Bila terjadi asdosis (terlalu banyak asam dalam cairan tubuh), maka
tubuh akan mengkompensasi dengan mengeluarkan banyak karbondioksida
yang bersifat asam ke luar tubuh.

2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PH DARAH


22

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam keseimbangan asam basa adalah :


a. Konsentrasi ion hidrogen [H+]
b. Konsentrasi ion bikarbonat [HCO3-]
c. pCO2

C. GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA


1. PERUBAHAN BIOKIMIA YANG TERJADI PADA ASIDOSIS METABOLIK
DAN RESPIRATORIK SERTA ALKALOSIS METABOLIK DAN
RESPIRATORIK
a. Asidosis Metabolik (kekurangan bikarbonat =HCO3 )
Penurunan primer kadar bikarbonat sehingga terjadi penurunan PH ( peningkatan
ion H) . HCO3 di ECF =22 mEq/L dan PH =7,35. Kompensasi pernafasan segera
dimulai untuk menurunkan PaCO2 melalui hiperventilasi sehinga asidosis
metabolik jarang terjadi secara akut.
b. Asidosis Respiratorik (Kelebihan asam karbonat)
Ditandai dengan peningkatan primer dari PaCO2 (hiperkapnea), sehingga terjadi
penurunan PH; PaCO2 > 45 mmHg dan PH . 7,35. Kompensasi ginjal
mengakibatkan peningkatan HCO3 serum. Asidosis respirasi dapat timbul secara
akut maupun kronik. Hipoksemia (PaO2 rendah) selalu menyertai asidosis
respiratorik. Jika pasien bernafas dalam udara ruangan.
c. Alkalosis metabolik (kelebihan bikarbonat)
Peningkatan primer kadar bikarbonat plasma, sehingga terjadi peningkatan Ph
(penurunan H ). HCO3 di ECF = 2,6 mEq/l dan PH = 7,45. Kompensasi
pernapasan berupa peningkatan Pa CO2 dengan hipoventilasi ; akan tetapi tingkat
hipoventilasi adalah terbatas karena parnapasan terus berjalan karena dorongan
hipoxia.
d. Alkalosis respiratorik (kekurangan asam karbonat)
Penurunan primer dari PaCO2 (hipokapnea) sehinggan terjadi penurunan PH.
PaCO2 <> 7,45. Kompensasi ginjal berupa penurunan ekskresi H+ dengan akibat
lebih sedikit absorbsi HCO3 . Penurunan HCO3 serum berbeda-beda, tergantung
apakah keadaanya akut atau kronik.

2. KELAINAN YANG MENYEBABKAN ATAU DISERTAI GANGGUAN ASAM


BASA
a. Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru
yang buruk atau pernafasan yang lambat. Gejala pertama berupa sakit kepala dan
rasa mengantuk. Jika keadaannya memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut
menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma.
23

b. Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai


dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah.
c. Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida
dalam darah menjadi rendah.
d. Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa
karena tingginya kadar bikarbonat. Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh
kehilangan terlalu banyak asam.

III. MINERAL
Mineral ialah zat gizi yang dibutuhkan manusia guna mendukung proses tumbuh serta
berkembang oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit atau kecil. Mineral mempunyai komposisi
unsur murni dan juga garam sederhana yang sangat kompleks dengan beberapa jenis bentuk
hingga ribuan bentuk. Dalam mendefinisikan arti mineral, ada banyak sekali tergantung dari
mana memandang pengertian dari mineral itu sendiri, dapat dari ilmu farmasi atau ilmu
geologi.

A. PERANAN MINERAL DALAM TUBUH


1. MACAM-MACAM MINERAL YANG DIBUTUHKAN TUBUH
a. Kalsium
b. Kalium
c. Sodium
d. Seng
e. Klorida
f. Tembaga
g. Flour
h. Yodium
i. Zat besi
j. Magnesium
24

2. SUMBER UTAMA MINERAL


a. Kalsium
Sumber: Almond, wortel, kismis, beras merah, bawang putih, kurma, bayam,
wijen, kacang mete, pepaya, seledri, dll.
b. Kalium
Sumber: Jeruk, pisang, kacang tanah, kacang-kacangan, air kelapa, bayam, dll.
c. Sodium
Sumber: Garam, air jeruk nipis, produk susu, dll.
d. Seng
Sumber: Daging merah, almond, kacang, buncis, kedelai, produk susu, jamur, hati,
biji bunga matahari, dll.
e. Klorida
Sumber: Brokoli, kentang (dengan kulit), jus jeruk, sayuran berdaun hijau, pisang,
tomat, dll.
f. Tembaga
Sumber: Lobster, mete, biji bunga matahari, dedak gandum, produk gandum, dll.
g. Flour
Sumber: air teh, ikan, dan pasta gigi fluoride dan pencuci mulut.
h. Yodium
Sumber: Garam Iodium, makanan laut dan rumput laut.
i. Zat besi
Sumber: Sayuran hijau berdaun, daging merah, telur, unggas, kedelai, dll.
j. Magnesium
Sumber: Ayam, jamur, bayam, produk gandum, sayuran berdaun hijau, kacang
almond, kacang polong, alpukat, pisang, buah kiwi, udang, dll.

3. KEBUTUHAN SEHARI-HARI
a. Kalsium
Menurut Dietary Suplemen, tubuh membutuhkan 1.000 mg kalsium setiap hari dan
1.200 mg saat usia 50 tahun ke atas. Sekitar 99 persen kalsium disimpan dalam
tulang dan gigi, dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Satu persen sisanya
digunakan untuk membantu mengangkut darah ke seluruh tubuh, memproduksi
hormon tertentu dan membantu kerja saraf. Kalsium dapat diperoleh dari susu,
yogurt, keju, bayam, dan brokoli.
b. Khrom
25

Walaupun tubuh membutuhkan mineral ini dalam jumlah kecil, tetapi manfaatnya
sangat besar pada metabolisme. Khrom dapat membantu proses insulin dan
menyimpan karbohidrat, lemak dan protein dalam tubuh. Wanita membutuhkan
0,025 mg kromium dalam sehari sedangkan pria membutuhkan 0,035 mg.
Makanlah brokoli, apel, gandum, kentang dan jus jeruk untuk mendapatkan
kromium yang dibutuhkan.
c. Seng
Seng bekerja menjaga sistem kekebalan tubuh dan membantu penyembuhan luka.
Pria membutuhkan 11 mg seng, sementara wanita hanya perlu 8 mg per hari.
Makanan yang mengandung mineral ini adalah tiram, daging sapi, daging ayam,
almond, keju dan yogurt.
d. Magnesium
Magnesium merupakan mineral penting untuk memperkuat tulang. Setengah dari
magnesium dalam tubuh ditemukan dalam tulang. Selain itu, tubuh menggunakan
magnesium untuk mengatur denyut jantung, fungsi saraf dan gerakan otot. Wanita
membutuhkan 310 mg magnesium dan pria membutuhkan 400 mg setiap hari.
Makanan yang berbahan susu, kacang-kacangan, bayam, makanan laut, dan
kedelai kaya akan magnesium.
e. Zat besi
Zat besi membantu darah membawa oksigen ke setiap sel, jaringan dan organ
dalam tubuh. Zat besi juga berperan dalam pertumbuhan, pemeliharaan dan
diferensiasi sel. Wanita membutuhkan zat besi lebih banyak, sekitar 18 mg per
hari, karena mengalami menstruasi dan memiliki risiko lebih tinggi terkena
anemia. Sedangkan pria membutuhkan 8 mg zat besi setiap hari. Mengonsumsi
daging dan ikan dapat mencukupi kebutuhan zat besi dalam tubuh.

4. ABSORBSI, DISTRIBUSI, TRANSPORTASI DAN EKSKRESI


a. Kalsium (Ca)
Distribusi dalam tubuh :
 1,5 – 2 % BB (dewasa : 1100-1200 g)
 99%pada tulang dan gigi
 4 – 5 g pada jar. lunak/otot lurik.

Distribusi dalam cairan tubuh :

 Bentuk ion Ca++ (60%)


 Bentuk garam (Ca fosfat, Ca sitrat, Ca sulfat)
 Bentuk senyawa dengan protein (35%)
b. Phosfor (P)
Distribusi dalam Tubuh :
26

 0,8 – 1,1% berat badan


 80 – 90% di tulang bersama Ca
 20% lainnya pada tiap sel hidup

Absorpsi – Ekskresi

 70% P dalam BM dapat diabsorpsi


 Ekskresi terutama melalui
 Mekanisme homeostasis (+)

c. Magnesium (Mg)
Distribusi dalam tubuh :
 Pada dewasa 25 g (20-28 g).
 70% sebagai senyawa dengan Ca & P dalam bentuk garam kompleks.
 30% dalam jaringan lunak dan cairan tubuh
 1,4 – 2,5 mg% dalam plasma.
 Sebagian besar pada sel darah merah.

d. Natrium (Na)
Distribusi dalam tubuh :
 1/3 pada jaringan rangka dalam bentuk Na anorganik.
 2/3 pada cairan ekstra sel adalah Na+
 Natrium serum 310-340 mg%

Absorpsi – Ekskresi :

 Terutama di usus halus.


 Jika intake menurun absorpsi menurun
 Glukosa dalam lumen usus banyak absorpsi berkurang
 Ekskresi 90% melalui urine, 5% melalui feses

e. Kalium (K)
 Kation utama cairan intra sel, sebagian kecil di ekstra sel.
 Peran bermakna pada aktifitas otot terutama otot jantung.
 Kadar normal : 14 – 20 mg%.

Absorpsi-Ekskresi

 Mudah diabsorpsi di usus.


 Ekskresi terutama melalui urine, sedikit di feses.
27

f. Chlor (Cl)
Distribusi dalam tubuh :
 Dalam bentuk Cl- 3% total mineral tubuh.
 Absorpsi terjadi sempurna.
 Ekskresi terutama melalui urine.

g. Sulfur (S)
Distribusi dalam tubuh :
 An organic : sulfat dari Na, K, Mg
 Organic : – Sulfur protein
 Sulfur non protein (sulfolipid, sulfotide)
h. Yodium / Iodium (I)
Mineral ini dibutuhkan 100-300 µg/hari sampai 1 mg/hari. Kebutuhan meningkat :
 Pertumbuhan anak-anak
 Wanita hamil dan menyusui

i. Cobalt (Co)
Cobalt memiliki fungsi untuk membentuk pembuluh darah serta pembangun B.

j. Mangan (Mn)
Kebutuhan sehari 2-5 mg
Mangan berfungsi untuk mengatur pertumbuhan tubuh kita dan sistem reproduksi.

k. Tembaga / Cuprum (Cu)


Tembaga pada tubuh manusia berguna sebagai pembentuk hemo globin pada sel
darah merah.

l. Zincum / Seng /(Zn)


Absorbsi Zink di percepat oleh ligand berat molekul rendah yg berasal dari
pancreas. Kurang lebih 20-30 % Zn peroral diabsorbsi terutama pada duodenum
dan usus halus bagian proksimal. Jumlah Zink yg diabsorbsi tergabtung pada
berbagai factor termasuk sumbernya ( yg berasal dari hewan diabsorbsi lebih baik
dari pada yang berasal dari tumbuh-tumbuhan),disebabkan oleh adanya fitat dan
serat tumbuhan yg mengikat Zn pada usus sehingga tidak dapat diabsorbsi.
Zink didistribusi keseluruh tubuh dan kadar tertinggi didapatkan pada kororid
mata, spermatozoa, rambut, kuku, tulang dan prostat. Dalam plasma Zink terikat
pada protein terutama pada albumun.
Ekskresinya terutama melalui feses sejumlah kurng lebih 2/3 dari asupan zink
hanya sekitar 2% sieksresi malalui urine.
28

m. Flour (F)
Flour berperan untuk pembentuk lapisan email gigi yang melindungi dari segala
macam gangguan pada gigi.

n. Zat Besi / Ferrum /Fe


Berfungsi dalam pembentukan sel darah merah dan pemeliharaan kemampuan
darah membawa oksigen. Kekurangan zat besi anemia adalah kondisi dimana
kadar hemoglobin dari sel darah merah menurun mengakibatkan sel darah merah
menjadi lebih kecil dan cacat sehingga tidak mampu membawa oksigen yang
cukup.

o. Selenium (Se)
Merupakan unsur enzim glutation peroksidae yg terdapat pada sebagian besar
jaringan tubuh.

p. Kromium (Cr)
Berperan sebagai kompleks kofaktor untuk insulin dank karena itu berperan pada
penggunaan glukosa secara normal didalam tubuh.

q. Silikon (Si)
Berperan didalam klasifikasi tulang dan metabolism glikosaminoglikan pada
kartilago serta jaringan penyambung.

r. Molibdenum (Mo)
Merupakan konstituen penting dari banyak enzim, diabsorbsi baik dan terdapat
dalam tulang, hati dan ginjal.

B. FUNGSI MINERAL
1. MINERAL YANG MEMPUNYAI FUNGSI PENTING SEBAGAI AKTIFATOR
ENZYME
Zinc membantu pertumbuhan manusia dan meningkatkan imunitas. Tanpa zinc,
ratusan enzim dalam tubuh tidak bisa berfungsi. Zinc yang dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan sebagai seng, dan dalam ilmu kimia dilambangkan dengan Zn,
merupakan mineral penting yang terdapat dalam semua sel tubuh mahluk hidup,
termasuk tubuh manusia. Lebih dari 300 macam enzim di dalam tubuh manusia
memerlukan zinc sebagai kofaktor untuk menjamin optimasi fungsinya. Tanpa
kehadiran zinc, semua enzim tersebut akan mogok kerja. Dapat dibayangkan apa yang
bakal terjadi jika pemogokan besar-besaran pasukan enzim tersebut benar-benar
terjadi. Beberapa bukti ilmiah menunjukkan bahwa banyak penduduk yang masih
29

menderita defisiensi zinc. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya sistem imunitas
(kekebalan) tubuh seseorang sehingga menjadi sangat mudah terserang berbagai
penyakit (Smith, 1988). Zinc memiliki sebutan sebagai mineral penyembuh yang
sangat mendukung fungsi sistem imunitas tubuh. Telah diteliti bahwa kecepatan
penyembuhan luka lebih tinggi pada pasien yang tercukupi kebutuhan zinc-nya. Oleh
karena itu, direkomendasikan agar pasien diberi zinc dalam jumlah cukup pada saat
pra dan pasca operasi.

2. PERANAN HAL SITONIM, PARATIROID DAN HORMON KORTEK


ADRENAL TERHADAP KESEIMBANGAN MINERAL
Salah satu hormon yang dilepaskan oleh lobus anterior adalah kortikotropin (acth,
adenocorticotropic hormone), yang merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan
kortisol dan beberapa steroid yang menyerupai testosteron (androgenik). tanpa
kortikotropin, kelenjar adrenal akan mengkisut (atrofi) dan berhenti menghasilkan
kortisol, sehingga terjadi kegagalan kelenjar adrenal. beberapa hormon lainnya
dihasilkan secara bersamaan dengan kortikotropin, yaitu beta-melanocyte stimulating
hormone, yang mengendalikan pigmentasi kulit serta enkefalin dan endorfin, yang
mengendalikan persepsi nyeri, suasana hati dan kesiagaan. tsh (thyroid-stimulating
hormone) juga dihasilkan oleh lobus anterior dan berfungsi merangsang kelenjar tiroid
untuk menghasilkan hormon tiroid terlalu banyak tsh menyebabkan pembentukan
tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme), terlalu sedikit tsh menyebakbn berkurangnya
pembentukan hormon tiroid (hipotiroidisme).

KELAINAN KELENJAR PARATIROID


Hormon Paratiroid dalam pemeriksaan, hormone paratiroid berfungsi
mempertahankan konsentrasi ion Ca dalam plasma dan mengontrol ekskresi calsium
dan fosfat Peningkatan PTH menyebabkan - Meningkatkan Ca serum dan menurunkan
fosfat serum. - Meningkatkan ekskresi dari P tetapi menurunkan ekskresi Ca -
Merangsang pelepasan Ca dari tulang - Meningkatkan alkali fosfatase serum bila
terjadi perubahan tulang - Mengaktivkan vit D dalam ginjal (25-hydroxycalciferol
menjadi 1,25 – dihydroxycholecalciferol) PTH berupa molekul utuh yang dipecah
dalam fragmen2 : frag terminal N (PTH-N), mid-mol (PTH-M) dan frag terminal C
(PTH-C). PTH-N & PTH-M memiliki aktivitas biologic. PTH-C tidak sama dengan
memiliki aktifitas biologik tapi memiliki T ½ yang lebih panjang, sering sebagai
parameter laboratorium. Kontrol dari sekresi melalui mekanisme feedback negatif oleh
ion Ca. Kalsium dalam darah dalam bentuk: ion Ca2+ (50%); Ca terikat protein
(40%); senyawa Ca dg sitrat, fosfat (10%).

KELAINAN KELENJAR ADRENAL


30

Kelainan kelenjar adrenal yang jarang terjadi pada anak. Yang paling jarang adalah
hyperplasia adrenal congenital ( sindrom adrenogenital ). Penyakit Addison (
hipoadrenalisme ), yang terjadi pada usia lebih tua bersama dengan gagal tumbuh dan
hiperpigmentasi sangat jarang terjadi. Sindrom cushing merupaka akibat peningkatan
aktivitas kortikosteroid dan hampir selalu disebabkan pemakaian terapeutik steroid.
Kadang – kadang terjadi tumor korteks adrenak yang mengekskresikan androgen atau
esterogen dengan konsekuensi tampilan dini karakterisktik seksual sekunder
(adrenarche). Hiperplasia adrenal kongenital. Penyakit ini disebabkan oleh hambatan
metabolic dalam sintesis hidrokortison. Pada anak homozigot denga mutasi gen resesif
autosomal, tidak ditemukan enzim hidroksilase 21. Keadaan ini mengakibtakan dua
hal : • kortokosteroid dan mineralokortikoid yang beredar dalam tubuh tidak cukup •
produksi hormone korteks adrenal berlebih karena peningkatan produksi ACTH oleh
hipofisis. Gejala klinis tergantung pada jenis kelamin anak. Anak perempuan
mengalami virilisasi dengan alat kelamin abnormal, klitoris membesar, dan terjadi fusi
labia yang dapat menyulitkan penetuan jenis kelamin saat lahir. Anak laki – laki
memiliki alat kelamin normal. Sebagian besar anak dengan keadaan ini kekurangan
mineralokortikoid yang timbul pada minggu pertama karena kehilangan garam.
Khasnya terdapat riwayat muntah dan dehidrasi berat. Beberapa anak tampak sakit
berat dan dapat mematikan bila tidak dikenali dan diterapi. Diagnosis ditegakkan
dengan menemukan kadar prekusor kortison meningkat dan pada anak yang
kehilangan garam, kadar natrium serum rendah serta kadar kalium meningkat. Terapi
yang diberikan adalah pengganti hormon seumur hidup. Dosis harus ditingkatkan saat
anak sakit mengalami stress. Anak peremupuan mungkin memrlukan bedah plastic
pada alat kelamin.

C. PENYAKIT AKIBAT KEKURANGAN DAN KELEBIHAN MINERAL

1. RACHITIS
Rachitis adalah pelunakan dan melemahnya tulang pada anak-anak, biasanya karena
kekurangan vitamin D yang ekstrim dan berkepanjangan. Vitamin D sangan penting
dalam penyerapan kalsium dan fosfor dari saluran pencernaan, yang dibutuhkan anak
untuk membangun tulang yang lunak.

2. OSTEOMALACIA
Osteomalacia mengacu pada pelunakan tulang pada orang dewasa, biasanya disebabkan
oleh kekurangan vitamin D.

3. KARIESDENTIS
31

Karies Dentis merupakan masalah mulut uatama pada anak dan remaja. Adalah suatu
penyakit pada jaringan keras gigi dengan decalcifikasi struktur mineral dan desintegrasi
dari organ matrix enamel dentin.

4. ANEMIA
Anemia adalah suatu kondisi tubuh yang terjadi ketika sel-sel darah merat (eritrosit atau
hemoglobin) yang sehat dalam darah berada dibawah nilai normal. Penyebab anemia
biasanya disebabkan oleh kekurangan mineral dan vitamin yang dibutuhkan dalam
memproduksi sel darah merah dan hemoglobin, seperti kekurangan vitamin B12 dan
asam folat.

5. SINDROM CUSHING
Sindrom cushing adalah kumpulan gejala yang muncul akibat paparan hormone kortisol
dengan kadar tinggi.

6. TETANI
Tetani adalah istilah yang digunakan untuk menentukan berbagai gejala yang dapat
mengkontraksi otot tanpa sengaja atau mungkin ada kejang otot. Secara umum,
disebabkan oleh kekurangan mineral (tingkat kalsium dalam darah rendah).
32

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan
organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini
akan melindungi tubuh terhadap infeksi. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya
melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus dapat
berkembang dalam tubuh. Jika sistem ini terlalu aktif akan terjadi autoimunitas seperti alergi
atau hipersensitivitas.

Pernafasan merupakan pengambilan oksigen yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh
tubuh (sel-sel) untuk pembakaran dengan mengeluarkan karbondioksida yang terjadi sebagai
sisa dari pembakaran. System pernafasan manusia terbagi dari beberapa proses yaitu difusi ,
transport O2 dan CO2 dalam darah dengan pengaturan keseimbangan asam basa. Pusat
pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan
mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan.

Berdasarkan kebutuhannya, mineral terbagi menjadi 2 yaitu mineral makro dan mikro.
Mineral makro dibutuhkan dengan jumlah > 100 mg per hari sedangkan mineral mikro
dibutuhkan dengan jumlah <100 mg per hari. Mineral-mineral yang dibutuhkan tubuh akan
memiliki fungsi khas-nya masing-masing. Mineral diperlukan untuk fungsi normal pada sel
tubuh. Tubuh membutuhkan jumlah besar dari sodium, potasium, kalsium, magnesium,
klorida, dan fosfat. Mineral ini disebut makromineral. Namun tubuh membutuhkan sedikit
tembaga, florida, yodium, zat besi, selenium, dan seng. Mineral-mineral ini disebut trace
mineral.

B. Saran
Setelah mengetahui teori dasar tentang imunologi, pernafasan dan mineral dalam tubuh. Kita
diharapkan mampu meningkatkan atau mempertahankan kekebalan tubuh kita dengan
menjalankan gaya hidup yang sehat agar terhindar dari berbagai macam infeksi. Serta
menjaga sistem respirasi kita yang merupakan bagian penting dalam melakukan metabolisme
tubuh. Lalu menjaga asupan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh agar rasio perbandingannya
seimbang. Karena jika berlebihan dapat menyebabkan efek toksik.

Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan masalah yang kami
lampirkan bagi para pembaca dan khususnya bagi mahasiswa yang telah menyusun makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.
33

DAFTAR PUSTAKA
http://pengayaan.com/pengertian-imunologi/

https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081112014123AAEGAPo

http://sofiatussholeha.blogspot.co.id/2013/06/makalah-imun-non-spesifik.html

http://impujeng.blogspot.co.id/2012/01/imunologi.html

http://www.sridianti.com/komponen-sistem-kekebalan-tubuh.html

http://haififiw.blogspot.co.id/2012/11/sistem-imun-tubuh_24.html

http://oryza-sativa135rsh.blogspot.co.id/2010/06/struktur-dan-fungsi-imunoglobulin.html

https://immune0system.wordpress.com/2010/04/29/antibodi-dan-jenis-jenis-antibodi/

http://catatankecildokter.blogspot.co.id/2011/12/apa-itu-antigen.html

http://www.sridianti.com/pengertian-contoh-antigen.html

http://rendikampret.blogspot.co.id/2016/02/immunologi.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Alergi

http://info-kesehatan-kita.blogspot.co.id/2011/12/macam-macam-alergi.html

http://itazunita.blogspot.co.id/p/penyakit-yang-mempengaruhi-dasar-alergi.html

https://www.docdoc.com/id/info/condition/penurunan-kekebalan-tubuh

http://qqsmily.blogspot.co.id/p/peranan-paru-ginjal-dalam-keseimbangan.html?m=1

http://aslinar.blogspot.co.id/2011/10/keseimbangan-asam-basa.html?m=1

http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/12/10-fungsi-ginjal-dan-paru-paru.html?m=1

http://eckobms.blogspot.co.id/2011/07/asam-basa_01.html?m=1

http://evikarmilasanti.blogspot.co.id/p/keseimbangan-asam-basah.html?m=1

http://thelostamasta.blogspot.co.id/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html?m=1

http://www.berbagimanfaat.com/2012/07/ketidakseimbangan-asam-basa-tubuh.html?m=1
34

http://eckobms.blogspot.co.id/p/sasa.html?m=1

http://www.magwuzz.com/2015/02/fungsi-sumber-mineral-dibutuhkan-tubuh.html?m=1

http://sudartiblog.blogspot.co.id/p/kebutuhan-sehari-hari.html?m=1

http://sudartiblog.blogspot.co.id/p/mineral-yang-mempunyai-fungsi-penting.html?m=1

http://www.internetdict.com/id/answers/what-is-tetany.html

http://www.alodokter.com/sindrom-cushing

http://mediskus.com/penyakit/anemia-pengertian-penyeab-dan-gejala-anemia

http://m.detik.com/health/readpenyakit/584/rakhitis

http://m.detik.com/health/read/2009/11/23/152551/1247109/770/osteomalasia

http://blog.unnes.ac.id/hamidah/2016/04/28/makalah-imunologi/

http://sistemrespirasis1-2b.blogspot.co.id/2013/09/makalah-kelompok-2_1273.html

http://devyfitrii.blogspot.co.id/2014/01/makalah-biokimia_10.html

http://jasajurnal.weebly.com/blog/reaksi-imunologi-yang-terlibat-pada-inflamasi

http://pendidikankesehataninfo.blogspot.co.id/2015/04/pembagian-sistem-imun.html?m=1

http://choybuccuq.blogspot.com/2009/02/sistem-pertahanan-tubuh.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai