Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare adalah penyebab utama morbiditas dan kematian anak di negara
berkembang, dan penyebab penting kekurangan gizi. Pada tahun 2003 diperkirakan 1.87 juta
anak-anak di bawah 5 tahun meninggal karena diare. Delapan dari 10 kematian ini terjadi dalam
dua tahun pertama kehidupan. Rata-rata, anak-anak di bawah usia 3 tahun pada negara-negara
berkembang mengalami tiga episode diare setiap tahun. Diare yang terjadi pada banyak negara,
termasuk kolera, juga merupakan penyebab penting morbiditas di antara anak-anak dan orang
dewasa. (1)
Banyak kematian diare disebabkan oleh dehidrasi. Sebuah perkembangan penting telah
menemukan bahwa dehidrasi akibat diare akut dari setiap etiologi dan pada usia berapa pun,
kecuali bila parah, dapat dengan aman dan secara efektif diobati dengan metode sederhana oral
rehidrasi menggunakan cairan tunggal pada lebih dari 90% kasus. Glukosa dan beberapa
campuran garam yang dikenal sebagai Garam Rehidrasi Oral (Oral Rehidration Salts (ORS) atau
oralit) yang dilarutkan dalam air untuk membentuk larutan ORS atau oralit. Larutan ORS diserap
di usus kecil bahkan selama terjadi diare yang berlebihan, sehingga menggantikan air dan
elektrolit hilang yang dalam tinja. Larutan ORS dan cairan lain juga dapat digunakan sebagai
perawatan di rumah untuk mencegah dehidrasi. Setelah penelitian selama 20 tahun, telah
dilakukan perkembangan dari larutan ORS. Disebut larutan ORS osmolaritas rendah, larutan
ORS baru ini sebanyak 33% mengurangi kebutuhan tambahan terapi cairan IV setelah rehidrasi
awal bila dibandingkan dengan standar larutan ORS WHO sebelumnya. Larutan oralit baru juga
mengurangi insiden muntah sebanyak 30% dan volume diare sebesar 20%. Larutan ORS
osmolaritas rendah baru ini, mengandung 75 mEq / l natrium dan 75 mmol / l glukosa, dan
sekarang perumusan ORS ini secara resmi direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF. Dalam
dokumen yang direvisi ini, ketika ORS / ORT disebutkan, artinya mengacu pada larutan ORS
osmolaritas rendah baru ini. (1)

Unsur penting dalam pengelolaan anak dengan diare adalah penyediaan terapi rehidrasi
oral dan terus menyusui, dan penggunaan antimikroba hanya untuk anak dengan diare berdarah,
kasus kolera yang parah, atau infeksi non-usus serius. Para pengasuh anak-anak yang masih
muda juga harus diajarkan tentang praktek-praktek cara pemberian makanan dan kebersihan
yang dapat mengurangi morbiditas diare. (1)
Pedoman penatalaksanaan diare di Indonesia saat ini merujuk pada pedoman
penatalaklaksanaan diare yang dikeluarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes
RI) pada tahun 1999. Sedangkan World Health Organization (WHO) telah mengeluarkan
pedoman penatalaksanaan diare terbaru pada tahun 2005. Pada referat ini akan dikemukakan
perbedaan-perbedaan antara kedua pedoman penatalaksanaan diare tersebut.
1.2 Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.

Mampu memahami tentang penyakit diare pada anak


Mampu menjelaskan mengenai Farmakoterapi penyakit diare pada anak.
Mampu memberikan alternative terapi obat
Mampu menentukan outcome menggunakan metode CEA.
Mampu menentukan komponen biaya yang akan diteliti.

1.3 Manfaat Penulisan.


Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa :
1. Menambah pengetahuan mengenai penyakit diare pada anak.
2. Memberi informasi kepada masyarakat khususnya kaum pembaca terlebih
bagi penulis sendiri mengenai farmakoekonomi pemilihan alternative terapi obat diare yang
tepat.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Defenisi Diare.

Diare ialah buang air besar dengan konsistensi lebih encer/cair dari biasanya, 3 kali
per hari, dapat/tidak disertai dengan lendir/darah yang timbul secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 2 minggu.
Diare adalah buang air besar yang sering dan cair, biasanya paling tidak tiga kali
dalam 24 jam. Namun, lebih penting konsistensi tinja daripada daripada jumlah. Seringkali,
buang air besar yang berbentuk bukanlah diare. Hanya bayi yang diberi ASI sering buang air
besar, buang air besar yang "pucat" juga bukan diare .
American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare dengan karakteristik
peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan
tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3 7 hari.
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya
defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan
perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan
tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan
menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya
perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .
2.1.1 Jenis jenis Diare.
Diare terdiri dari beberapa jenis yang dibagi secara klinis, yaitu :
a. Diare cair akut (termasuk kolera), berlangsung selama beberapa jam atau hari. mempunyai
bahaya utama yaitu dehidrasi dan penurunan berat badan juga dapat terjadi jika makan tidak
dilanjutkan.
b. Diare akut berdarah, yang juga disebut disentri, mempunyai bahaya utama yaitu kerusakan
mukosa usus,sepsis dan gizi buruk, mempunyai komplikasi seperti dehidrasi.
c. Diare persisten, yang berlangsung selama 14 hari atau lebih, bahaya utamanya adalah
malnutrisi dan infeksi non-usus serius dan dehidrasi.
d. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor) mempunyai bahaya utama adalah
infeksi sistemik yang parah, dehidrasi, gagal jantung dan kekurangan vitamin dan mineral.
2.1.2 Gangguan Elektrolit
2.1.2.1 Hipernatremia

Beberapa anak diare terjadi dehidrasi hipernatraemia, terutama ketika diberi minuman
yang hipertonik karena mengandung gula yang berlebihan (misalnya minuman ringan) atau
garam. Ini menarik air dari jaringan dan darah anak ke dalam usus, menyebabkan konsentrasi
natrium dalam cairan ekstra-selular meningkat. Jika zat terlarut dalam minuman ini tidak
sepenuhnya terserap, air tetap berada dalam usus, dan menyebabkan diare osmotik. (1)
2.1.2.2 Hiponatremia
Anak-anak diare yang kebanyakan minum air, atau air minum yang mengandung sedikit
garam, dapat terjadi hiponatremia (Na serum <130>(1)
2.1.2.3 Hipokalemia
Penggantian yang inadekuat dari kehilangan kalium selama diare dapat menyebabkan berku

2.2 Epidemiologi
Di Indonesia, menurut data Risetkes sampai 2008, diare merupakan penyakit yang
menyebabkan kematian tertinggi kedua setelah pneumonia. Persentasi kematian anak kelompok
usia 11-29 bulan mencapai 31,4 persen, kelompok umur 1-4 tahun mencapai angka 25,2 persen,
dan kelompok umur 5-14 tahun mencapai 11,3 persen. Sampai saat ini penyakit diare atau sering
juga disebut gastroenteritis masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari
masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan puskesmas/balai pengobatan,
hampir selalu termasuk dalam kelompok penyebab utama bagi masyarakat yang berkunjung ke
sana. Angka kesakitannya adalah sekitar 200 400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap
tahunnya. Di Indonesia dapat ditemukan sekitar 60 juta kejadian setiap tahun pasien penderita
diare, 70 - 80% dari penderita ini adalah anak di bawah lima tahun (+- 40 juta kejadian).
Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kejadian diare. Antara 1 - 2% akan jatuh
ke dalam dehidrasi dan bila tidak segera ditolong 50 - 60% di antaranya dapat meninggal. Hal
inilah yang menyebabkan sejumlah 3500.000 500.000 anak di bawah lima tahun meninggal
setiap tahunnya. 1

Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar.
Di Negara yang sedang berkembang, prevalensi yang tinggi dari penyakit diare merupakan
kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan
turunnya daya tahan badan.
2.3 Patogenesis Diare
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare cair, yaitu sekretorik dan osmotik. Meskipun
dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik lebih sering ditemukan pada infeksi
saluran cerna. Begitu pula kedua mekanisme tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu anak. 3
Diare sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus. Hal ini terjadi
absorpsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus atau
meningkat. Hasil akhir adalah sekresi cairan yang mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit
dari tubuh sebagian tinja cair. Hal ini menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pada diare infeksi
perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus halus toksin bakteri seperti
toksin Escherichia coli dan Vibrio cholera 01 atau virus (rotavirus). Pada diare sekretorik, toksin
merangsang c-AMP atau c-GMP untuk mensekresikan secara aktif air dan elektrolit ke dalam
lumen usus sehingga terjadi diare. 3
Diare sekresi (secretory diarrhea), disebabkan oleh: 3
a. Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen seperti terlihat pada bagan I
b. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia,
makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalu asam),
gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan
sebagainya.
c. Difesiensi

imun

terutama

SIgA

(Secretory

Immunoglobulin

A)

yang

mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flora usus dan kamur,


terutama Candida.
Diare osmotik

Kenaikan tekanan osmotik dalam lumen usus akibat fermentasi makanan yang tidak
diserap akan menarik air sel kedalam lumen usus sehingga terjadi diare. Diare jenis ini terjadi
karena kita menelan makanan yang sulit diserap, baik karena memang makanan tersebut sulit
diserap (magnesium, fosfat, laktulosa, sorbitol) atau karena terjadi gangguan penyerapan di usus
(penderita defisiensi laktose yang menelan laktosa). Karbohidrat yang tidak diserap di usus ini
akan difermentasi di usus besar, dan kemudian akan terbentuk asam lemak rantai pendek.
Meskipun asam lemak rantai pendek ini dapat diserap oleh usus, tetapi jika produksinya
berlebihan, akibatnya jumlah yang diserap kalah banyak dibandingkan jumlah yang dihasilkan,
sehingga menyebabkan peningkatan osmolaritas di dalam usus. Peningkatan osmolaritas ini akan
menarik air dari dalam dinding usus untuk keluar ke rongga usus. Akibatnya, terjadi diare cair
yang bersifat asam, dengan osmolaritas yang tinggi (> 2x[Na + K]), tanpa disertai adanya
leukosit di feses. Contoh diare jenis ini adalah diare pada penderita defisiensi enzym laktase
yang mengkonsumsi makanan yang mengandung laktosa. Ciri diare jenis ini adalah diare akan
berhenti jika penderita puasa (menghentikan memakan makanan yang menyebabkan diare
tersebut).
2.4 Alasan Pemilihan Penyakit Diare Pada Anak .
Diare berbahaya jika menyebabkan dehidrasi. Kekurangan cairan dan elektrolit
menimbulkan gangguan irama jantung, bisa menurunkan kesadaran sampai meninggal. Diare
jangan dianggap remeh, jika tidak diatasi kehilangan cairan akan berakibat fatal.
2.5 Farmakoekonomi
Farmakoekonomi adalah studi yang mengukur dan membandingkan antara biaya dan
hasil/konsekuensi dari suatu pengobatan. Tujuan farmakoekonomi adalah untuk memberikan
informasi yang dapat membantu para pembuat kebijakan dalam menentukan pilihan atas
alternatif-alternatif pengobatan yang tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan
ekonomis.
2.5.1 Metode Farmakoekonomi CEA ( Cost-Effectiveness Analysis )

Analisis Cost-Effectiveness adalah tipe analisis yang membandingkan biaya suatu


intervensi dengan beberapa ukuran non-moneter, dimana pengaruhnya terhadap hasil perawatan
kesehatan.
Analisis Cost-Effectiveness merupakan salah satu cara untuk memilih dan menilai
program yang terbaik bila terdapat beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama
tersedia untuk dipilih. Kriteria penilaian pogram mana yang akan dipilih adalah berdasarkan
discounted unit cost dari masing-masing alternatif program sehingga program yang mempunyai
discounted unit cost terendahlah yang akan dipilih oleh para analisis/ pengambil keputusan.
Metode yang paling sering dilakukan adalah Cost-effectiveness analysis (CEA). Metode
ini cocok jika terapi yang dibandingkan memiliki hasil terapi (outcome) yang berbeda. Metode
ini digunakan untuk membandingkan obat-obat yang pengukuran hasil terapinya dapat
dibandingkan. Sebagai contoh, membandingkan dua obat yang digunakan untuk indikasi yang
sama tetapi biaya dan efektifitasnya berbeda. CEA mengubah biaya dan efektifitas ke dalam
bentuk ratio. Ratio ini meliputi cost per cure (contoh: antibiotika) atau cost per year of life
gained (contoh: obat yang digunakan pada serangan jantung). Pada saat membandingkan dua
macam obat, biasanya digunakan pengukuran incremental cost-effectiveness yang menunjukkan
biaya tambahan (misalkan, per cure atau per life saved) akibat digunakannya suatu obat
ketimbang digunakannya obat lain. Jika biaya tambahan ini rendah, berarti obat tersebut baik
untuk dipilih, sebaliknya jika biaya tambahannya sangat tinggi maka obat tersebut tidak baik
untuk dipilih.

2.6 Farmakoterapi Penyakit Diare Pada Anak.


Berbagai obat yang digunakan dalam terapi diare dimasukan dalam kategori berikut:
antimotilitas, adsorben, antisekretori, antibiotik, enzim dan mikroflora usus. Obat yang
digunakan ini tidak menyembuhkan, namun bersifat paliatif (meringankan).

Adsorben. Adsorben digunakan untuk mengatasi munculnya gejala diare. Dalam


kerjanya, absorben bekerja secara tidak spesisfik dengan menyerap air, nutrisi, racun, maupun
obat. Pemberian adsorben bersama obat lain, akan menurunkan bioavailabilitas obat lain
tersebut. Polikarbofil terbukti efektif mampu menyerap 60 kali beratnya. Dosis pada orang
dewasa adalah 4 kali sehari 500 mg hingga maksimum 6 gram perhari.
Adsorben lain yang dapat digunakan adalah Campuran kaolin-pektin dengan dosis 30120 ml setiap setelah buang air besar, atau attapulgit dengan dosis 1200-1500 mg setiap setelah
buang air besar. Sediaan laktobacilus dapat menggantikan mikroflora usus, sehingga membantu
mengembalikan fungsi normal usus dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme patogen.
Namun, diet produk yang mengandung 200-400 mg laktosa atau dekstrin sama efektifnya dengan
memproduksi rekolonisasi flora normal. Selain itu antikolinergik seperti atropin juga dapat
membantu memperpanjang transit usus.
2.7 Alternatif Terapi Obat Diare Pada Anak.
No

Terapi Obat A

Harga ( Rp)

Terapi Obat B

Harga (Rp)

Trimoxsul syr

24.000

Cotrimoxazole syr

4.000

L- Bio ( 6 sachet)

36.200

Lacto-B (6 sachet)

26.000

Zinc syr

25.000

Zinc syr

25.000

New Gunistrep syr

4.000

4
Total

85.200

59.000

2.8 Deskripsi Obat Terapi Diare.


a. Trimoxsul sirup
Komposisi:

Co-triamoxazole

(sulfamethoxazole

(SMZ)

dan

trimethoprin

Sulfamethoxazole 400 mg, trimethoprim 80 mg


Indikasi:

Infeksi saluran nafas, saluran kemih kelamin, Gl, kulit dan septikemia

).

Dosis: Dewasa dan anak > 12 tahun : 4 sendok teh , 6 - 12 tahun : 1 - 2 sendok teh , 2 - 5 tahun :
- 1 sendok teh , 6 bulan - 2 tahun : sendok teh . Semua dosis diberikan 2 kali sehari
Pemberian Obat:

Berikan sesudah makan

Kontra Indikasi:

Gangguan fungsi hati atau ginjal berat; hipersensitif terhadap sulfonamid,

diskrasia darah. Hamil dan laktasi. Bayi < 2 bulan. Porfiria


Perhatian:

Pasien dengan defisiensi asam folat, status gizi buruk, atau defisiensi G6PD.

Lansia dan pasien dengan fungsi ginjal menurun


Efek Samping:Gangguan Gl, sindroma Stevens-Johnson dan Lyell. Jarang : hepatitis, kelainan
darah, kolitis pseudomembranosa
Interaksi Obat:Efek menurun oleh PABA dan anestesi lokal pokain, dan meningkat oleh obat
yang terikat kuat. Meningkatkan efek metrotreksat, warfarin, sulfonylurea
Kemasan:

Sirup 50 mL x 1.

b. L- Bio
Deskripsi
Lactobacillus

acidophilus,Lactobacillus

casei,Lactobacillussalivarius,Bifidobacterium

infantis,Bifidobacterium lactis,Bifidobacterium longum,Lactococcus lactis Indikasi :Melindungi


sistem pencernaan pada orang dewasa & anak-anak. Membantu menormalkan fungsi GI,
menjaga flora normal usus & membantu fungsi fermentasi di usus pada bayi
Kemasan :Box isi 30 sachet
Dosis :Pada anak >= 12 tahun 3 schet sehari. Untuk anak >= 2 tahun 2-3 sachet sehari

Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak

Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak.

C.Zinc syrup
Komposisi :
tiap 5 ml mengandung zinc sulfate 27,45 mg setara dengan zinc 10 mg
Cara Kerja obat :
Pengobatan diare bersama oralit bertujuan untuk mencegah atau mengobati dehidrasi dan untuk
mencegah kekurangan nutrisi
Pemberian zinc bersama oralit sesegera mungkin setelah terjadi diare akan mengurangi lama dan
tingkat keparahan dari dehidrasi. Setelah diare berhenti berikan zinc secara continue untuk
menggantikan kandungan zinc yang hilang
resiko anak akan mengalami diare akan kembali dalam waktu 2-3 bulan ke depan dapat
berkurang
Indikasi :
Zinkid 10 mg/ 5 ml merupakan pelengkap untuk pengobatan diare pada anak anak dibawah 5
tahun diberikan bersama larutan oralit
Dosis :
bayi 2-6 bulan : 5 ml diberikan setiap hari selama 10 hari berturut turut (bahkan ketika diare
telah berhenti)
Anak 6 bulan - 5 tahun : 10 ml diberikan setiap hari selama 10 hari berturut turut ( bahkan ketika
diare telah berhenti)
jika terjadi muntah dalam waktu 1/2 jam setelah pemberian obat, berikan lagi obat yang baru
Peringatan dan perhatian :
Tidak ada peringatan khusus pada penggunaan zinc sulfate dalam dosis ini
selama diare masih berlangsung, selain diberikan zuplemen zinc, juga diberikan oralit. PAra ibu
menyusui dianjurkan untuk tetap menyusui pada anak selama dan setelah diare
Efek samping :
toksisitas zinc secara oral pada dewasa dapat terjadi akibat asupan zinc > 150 mg / hari (kurang
lebih 10 kali dosis yang dianjurkan) selama periode yang lama. Dosis tinggi zinc untuk periode
lama dapat menyebabkan penurunan konsentrasi lipoprotein plasma dan absorpsi tembaga
Interkasi obat :

jika diberikan bersamaan dengan zat besi direkomendasikan untuk memberikan zinc terlebih
dahulu yaitu beberapa jam sebelum memberikan zat besi
Rasa : Tuty Frutty.

d.Cotrimoxazole Sirup
Komposisi
Tiap 5 ml suspensi mengandung 40 mg trimetoprim dan 200 mg sulfametoksazol.
Cara Kerja
Cotrimoxazole adalah bakterisid yang merupakan kombinasi sulfametoksazol dan
trimetoprim dengan perbandingan 5 : 1. Kombinasi tersebut mempunyai aktivitas bakterisid yang
besar karena menghambat pada dua tahap biosintesa asam nukleat dan protein yang sangat
esensial untuk mikroorganisme. Cotrimoxazole mempunyai spektrum aktivitas luas dan efektif
terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif, misalnya Streptococci, Staphylococci,
Pneumococci, Neisseria, Bordetella. Klebsiella, Shigella dan Vibrio cholerae. Cotrimoxazole
juga efektif terhadap bakteri yang resisten terhadap antibakteri lain seperti H. influenzae, E. coli.
P. mirabilis, P. vulgaris dan berbagai strain Staphylococcus.

Indikasi
Infeksi saluran kemih dan kelamin yang disebabkan oleh E. coli. Klebsiella sp,
Enterobacter sp, Morganella morganii, Proteus mirabilis, Proteus vulgaris.Otitis media akut yang
disebabkan Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae.Infeksi saluran pernafasan
bagian atas dan bronchitis kronis yang disebabkan Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae.Enteritis yang disebabkan Shigella flexneri, Shigella sonnei.Pneumonia yang
disebabkan Pneumocystis carinii.
Diare yang disebabkan oleh E. coli.
Dosis

6 minggu 6 bulan

: 120 mg, 2 kali sehari.

6 bulan 6 tahun

: 240 mg, 2 kali sehari.

6 12 tahun

: 480 mg, 2 kali sehari.

Dewasa dan anak diatas 12 tahun : 960 mg, 2 kali sehari.

Efek Samping
Efek samping jarang terjadi pada umumnya ringan, seperti reaksi hipersensitif, ruam kulit, sakit
kepala dan gangguan pencernaan misalnya mual, muntah dan diare.
Kontraindikasi
Penderita dengan gangguan fungsi hati yang parah, insufisiensi ginjal, wanita hamil, wanita
menyusui, bayi prematur atau bayi berusia dibawah 2 bulan dan pada penderita yang
hipersensitif terhadap trimetoprim dan obat-obat golongan sulfonamida.
Interaksi Obat
Warfarin, hipoglikemia oral, fenitoin, diuretik.
Cara Penyimpanan
Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.
Perhatian
Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dosis harus dikurangi untuk mencegah terjadinya
akumulasi obat. Selama pengobatan dianjurkan untuk banyak minum, minimal 1,5 liter sehari.
Pada penggunaan jangka panjang sebaiknya dilakukan pemeriksaan darah secara periodik karena
kemungkinan terjadi diskrasia darah.
Kemasan

: Btl 60 ml

PABRIK : INDOFARMA.

e.Lakto-B
Lactic Acid Bacterial menghasilkan asam organik yang menghambat bakteri merugikan,
sehingga dapat membantu memperbaiki ketidakseimbangan flora usus pada diare.
Lactobacilli menghasilkan enzim -Galaktosidase, untuk menghidrolisa laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa.
Lacto-B dapat mengurangi lactose intolerance (diare akibat mengkonsumsi susu formula yang
mengandung laktosa).

Vitamin B dapat membantu keseimbangan flora usus.


Deskripsi
Komposisi Per Sachet mengandung : Energi 3,4 Kalori, Karbohidrat 0,6 gram, Protein 0,02
gram, Lemak total 0,1 gram, Vitamin C 10 mg, Vitamin B1 0,5 mg, Vitamin B2 0,5 mg, Vitamin
B6 0,5 mg, Niacin 2 mg.
Indikasi

Lactic Acid Bacterial menghasilkan asam organik yang menghambat bakteri merugikan,
sehingga dapat membantu memperbaiki ketidakseimbangan flora usus pada diare.

Lactobacilli menghasilkan enzim -Galaktosidase, untuk menghidrolisa laktosa menjadi


glukosa dan galaktosa.

Lacto-B dapat mengurangi lactose intolerance (diare akibat mengkonsumsi susu formula
yang mengandung laktosa).

Vitamin B dapat membantu keseimbangan flora usus.

Kemasan
Sachet 1 gram x 40's

Dosis
- Dibawah 1 tahun : 2 sachet per hari.
- Usia 1 sampai 6 tahun : 3 sachet per hari.
- Dapat diberikan langsung (rasa enak) atau dicampur dengan susu, makanan bayi atau air.

Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak

Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak


Pabrik
Novell Pharmaceutical Laboratories

f. Zinc syrup
Komposisi :

tiap 5 ml mengandung zinc sulfate 27,45 mg setara dengan zinc 10 mg


Cara Kerja obat :
Pengobatan diare bersama oralit bertujuan untuk mencegah atau mengobati dehidrasi dan untuk
mencegah kekurangan nutrisi
Pemberian zinc bersama oralit sesegera mungkin setelah terjadi diare akan mengurangi lama dan
tingkat keparahan dari dehidrasi. Setelah diare berhenti berikan zinc secara continue untuk
menggantikan kandungan zinc yang hilang
resiko anak akan mengalami diare akan kembali dalam waktu 2-3 bulan ke depan dapat
berkurang
Indikasi :
Zinkid 10 mg/ 5 ml merupakan pelengkap untuk pengobatan diare pada anak anak dibawah 5
tahun diberikan bersama larutan oralit

Dosis :
bayi 2-6 bulan : 5 ml diberikan setiap hari selama 10 hari berturut turut (bahkan ketika diare
telah berhenti)
Anak 6 bulan - 5 tahun : 10 ml diberikan setiap hari selama 10 hari berturut turut ( bahkan ketika
diare telah berhenti)
jika terjadi muntah dalam waktu 1/2 jam setelah pemberian obat, berikan lagi obat yang baru
Peringatan dan perhatian :
Tidak ada peringatan khusus pada penggunaan zinc sulfate dalam dosis ini
selama diare masih berlangsung, selain diberikan zuplemen zinc, juga diberikan oralit. PAra ibu
menyusui dianjurkan untuk tetap menyusui pada anak selama dan setelah diare
Efek samping :
toksisitas zinc secara oral pada dewasa dapat terjadi akibat asupan zinc > 150 mg / hari (kurang
lebih 10 kali dosis yang dianjurkan) selama periode yang lama. Dosis tinggi zinc untuk periode
lama dapat menyebabkan penurunan konsentrasi lipoprotein plasma dan absorpsi tembaga
Interkasi obat :

jika diberikan bersamaan dengan zat besi direkomendasikan untuk memberikan zinc terlebih
dahulu yaitu beberapa jam sebelum memberikan zat besi
Rasa : Tuty Frutty.

g. New Guanistrep
Indikasi :Digunakan untuk pengobatan simtomatik pada diare di mana tidak mengetahui
kejelasan penyebabnya.
Komposisi Guanistrep
Setiap 5 ml atau 1 sendok takar mengandung :

Kaolin = 986 mg

Pektin = 40 mg

Dosis

Dewasa dan anak-anak 12 tahun ke atas = 2 sendok takar (10 ml), maksimal 60 ml dalam
24 jam

Anak-anak 6 12 tahun = 1-2 sendok takar (5-10 ml), maksimal 30 ml dalam 24 jam

Anak 3 6 tahun = 1-2 sendok takar (5-10 ml), maksimal 15 ml dalam 24 jam

Anak 3 tahun ke bawah = sesuai dengan petunjuk dokter.

2.8 Outcome Terapi Obat A (Trimoxsul sirup, L-Bio , Zinc Sirup Total Rp 85.200)
Antimikroba Infeksi saluran napas, saluran kemih & kelamin, saluran pencernaan, kulit,
& septikemia (keracunan darah oleh bakteri patogenik dan atau zat-zat yang dihasilkan oleh
bakteri tersebut. Melindungi sistem pencernaan pada orang dewasa & anak-anak. Lactobacillus
acidophilus Membantu menormalkan fungsi GI, menjaga flora normal usus & membantu fungsi
fermentasi di usus pada bayi. Pemberian zinc bersama oralit sesegera mungkin setelah terjadi
diare akan mengurangi lama dan tingkat keparahan dari dehidrasi. Pengobatan diare bersama
oralit bertujuan untuk mencegah atau mengobati dehidrasi, dipercaya meningkatkan fungsi
sistem imun dan untuk mencegah kekurangan nutrisi (pedoman penatalaksanaan diare WHO
2005)

2.9 Outcome Terapi Obat B cotrimoksasol sirup, Lacto-B, Zinc Sirup , New Guanistrep
Sirup Total Rp 59.000)
Antimikroba yang dianjurkan diarea dalah cotrimoxazole. Pemberian zinc bersama oralit
sesegera mungkin setelah terjadi diare akan mengurangi lama dan tingkat keparahan dari
dehidrasi. Pengobatan diare bersama oralit bertujuan untuk mencegah atau mengobati dehidrasi,
dipercaya meningkatkan fungsi sistem imun dan untuk mencegah kekurangan nutrisi (pedoman
penatalaksanaan diare WHO 2005) . Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada
permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri
Termasuk di sini adalah juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan lukalukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat
antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam bismuth serta alumunium. Sediaan laktobacilus
dapat menggantikan mikroflora usus, sehingga membantu mengembalikan fungsi normal usus
dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme patogen.

BAB III
KESIMPULAN

Terapi Obat A dan Terapi Obat B yang effectnya telah dijelaskan pada slide di atas
outcomenya adalah penurunan diare. Diketahui terapi obat A dengan harga 85.200 dapat

menurunkan frekuensi diare sementara terapi obat B mampu menurunkan diare lebih cepat
karena memiliki adsorben. Jadi Terapi obat B ternyata lebih cost effective dibandingkan terapi
obat A.

DAFTAR PUSTAKA

1. M.K. Bhan, D. Mahalanabis, N.F. Pierce, N. Rollins, D. Sack, M. Santosham. 2005. The
Treatment of Diarrhoea A manual for physicians and other senior health workers. Web Site :
http://whqlibdoc.who.int/publications/2005/9241593180.pdf (25 September 2009)
2. Hery Garna, Emelia Suroto, Hamzah, Heda Melinda D Nataprawira, Dwi Prasetyo. 2005.
Diare Akut Dalam: Pedoman Diagnosis Dan Terapi Olmu Kesehatan Anak Edisi Ke-3.
Bandung: Bagian /SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Padjajaran/ RSUP HASAN
SADIKIN BANDUNG. Hal. 271-278

3. Anonymus: 2009. Dehidrasi. Web site: http://id.wikipedia.org/wiki/Dehidrasi (25 September


2009)
4. 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat
Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Hal.
81,154.

5. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Volume 1. Jakarta : Bagian IKA FK-UI; 1998.

6. Cahyono, Haryudi Aji, et al. Manipulasi Perjalanan Diare Pada Anak dengan Bakteri Hidup,
dalam Abstrak Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak II Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Batam; 2004

Makalah Farmakoekonomi
Kelompok Kecil Penyakit Diare

Disusun Oleh:
I Nyoman Handyatama

Ujang Hidayat

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2015

Anda mungkin juga menyukai