Disusun oleh :
Nelly Muslimah
19360123
Perseptor :
dr. Aspri Sulanto, M.Sc., Sp.A
2005, diare akut merupakan pengeluaran tinja yang lembek/cair dengan jumlah
yang lebih banyak dari normal dan berlangsung kurang dari 14 hari (Farthing et
al, 2012). Diare akut dapat disebabkan oleh berbagai macam hal baik infeksi
mapun non-infeksi. Perubahan cairan maupun elektrolit dalam lumen usus dapat
ekstraintestinal seperti otitis media dan infeksi saluran kencing juga dapat
terdapat dua penyebab utama diare akut pada anak-anak yaitu infeksi usus dan
Patogen usus yang paling sering menyebabkan diare adalah rotavirus dan
Eschericia coli. Rotavirus merupakan penyebab diare yang paling banyak pada
anak berumur 6-24 bulan. Rotavirus grup A, dan serotipe G1, G2, G3, G4, dan G9
menyebabkan sebagian besar infeksi usus. Gejala klinis diare akibat rotavirus
biasanya bersifat ringan, namun dehidrasi berat yang berujung pada kematian
dapat terjadi (Thapar & Sinderson, 2004). Diare akibat bakteri E.coli pada anak-
sering menyebabkan diare pada anak-anak dibawah dua tahun dan penyebab dari
diare persisten (Farthing et al, 2012). Patogen lain yang turut berperan dalam
menyebabkan diare adalah Campylobacter spp, Salmonella spp, Shigella spp, dan
Yersinia spp merupakan penyebab terpenting dari diare akut dengan darah. Selain
itu, Vibrio cholerae menyebabkan epidemi diare khususnya pada daerah dengan
terjadinya diare akut. Antigen pada makanan yang biasanya menyebabkan respon
alergi adalah susu sapi, soya, dan protein telur. Enteropati biasanya memiliki
gejala muntah dan diare yang ditandai dengan malabsorpsi dan gagal tumbuh
Pada dasarnya diare terjadi ketika terdapat gangguan transportasi air dan
elektrolit dalam lumen usus. Mekanisme patofisiologi dari diare dapat berupa
sulfat, magnesium hidroksida, defek dalam absorpsi mukosa usus misal pada
tidak terserap menarik air dari plasma menuju ke lumen usus mengikuti gradien
secara langsung atau yang lebih dominan akibat penurunan absorbsi. Secara
klinis, yang khas pada diare ini adalah ditemukannya diare dengan jumlah yang
sangat banyak. Selain itu, diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun
enterotoksin pada infeksi Vibrio cholerae, atau Eschericia coli, penyakit yang
menghasilkan horon (VIPoma), reseksi ileum (gangguan absorpsi garam empedu),
efek obat laxatif diotyl sodium sulfosuksinat dll). Inflamasi pada dinding usus
terjadinya produksi mukus berlebihan, eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen,
Inflamasi mukosa usus halus terjadi pada infeksi sepertinya disentri Shigella atau
bukan infeksi (kolitis ulseratif dan penyakit Chron). Gangguan motilitas usus
yang terjadi pada diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid juga dapat
obat-obatan, dan toksin dapat berefek langsung pada enteric nervous system
2009). Motilitas usus yang meningkat, penurunan waktu transit, ataupun paparan
isi lumen terhadap permukaan absorpsi usus berperan terhadap terjadinya diare
ini. Diare dapat terjadi akibat satu atau lebih patofisiologi tersebut (Sweetser,
2012).
anak akibat diare, memiliki lebih dari satu mekanisme dalam proses terjadinya
diare. Target dari virus ini adalah enterosit absortif matang yang sedang
melakukan regenerasi dan munculnya sel kripta sekretori yang belum matang. Hal
ini menyebabkan penurunan absorpsi dan peningkatan sekresi pada usus. Selain
itu rotavirus juga menyebabkan hilangnya enzim pencernaan pada brush border
Sesuai dengan definisi diare akut, diare ini ditandai dengan pengeluaran
tinja cair atau lembek yang berlangsung dalam 24 jam selama kurang dari 14 hari.
Selain itu terdapat berbagai macam manifestasi klinis dari diare tergantung dari
penyebabnya. Gejala panas biasanya dialami akibat adanya patogen yang invasif
anak biasanya panas mengawali terjadinya diare akibat dari rotavirus. Diare
bercampur darah disebabkan oleh adanya patogen yang bersifat invasif dan
sitotoksik tetapi tidak disebabkan oleh enterotoksin dan virus. Biasanya diare
(EHEC) tanpa adanya leukosit di dalam feses. Diare yang disertai dengan muntah
paling sering dijumpai pada penderita kolera. Muntah juga sering terjadi pada
diare akibat virus dan akibat keracunan makanan contohnya akibat racun bakteri
Dehidrasi dapat timbul pada anak-anak ketika terjadi diare berat dan
asupan oral terbatas akibat mual dan muntah. Dehidrasi pada anak-anak
cekung, bibir kering, nadi menurun atau hilang, penurunan turgor kulit, tidak
mampu berkeringat, dan penurunan jumlah buang air kecil dengan warna gelap
A. Rehidrasi
dalam ORT, mengandung komponen spesifik baik air maupun elektrolit yang
hilang dari tubuh saat terjadinya diare. Saat ini, WHO dan UNICEF mengeluarkan
rekomendasi baru untuk ORT yaitu ORS dengan osmolaritas lebih rendah untuk
menghindari efek samping hipertonis pada saat absorpsi cairan. Pada cairan ini
dilakukan penurunan konsentrasi garam (NaCl) dan glukosa. Hal ini bermanfaat
(WHO,2005)
1)Tanpa dehidrasi
anak tidak mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus.
ORALIT diberikan 5-10 mL/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu
umur < 1 tahun sebanyak 50-100 mL, 1-5 tahun sebanyak 100-200 mL, dan jika
berumur diatas 5 tahun diberikan cairan selama anak mau minum. Selain itu dapat
diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak dan jika masih menyusui,ASI
2)Dehidrasi Ringan-Sedang
menerima ORT dalam bentuk ORS pada fasilitas kesehatan. Pasien pasien dengan
sebanyak 75mL/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah
terjadi dan sebanyak 5-10 mL/kgBB setiap diare cair. Rehidrasi parenteral
(intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi minum walaupun telah
diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Jenis
cairan intravena yang dapat diberikan berupa ringer laktat, KaEN 3B atau NaCl
dengan jumlah cairan dihitung secara berkala. Status hidrasi harus dievaluasi
pemberian ORS harus dihentikan sedangkan ASI, air mineral dan makanan tetap
3)Dehidrasi Berat
Pada dehidrasi berat, cairan per oral diberikan bila pasien sudah dapat dan mau
minum dimana dimulai 5 mL/kgBB selama proses rehidrasi (IDAI, 2009). Cairan
parenteral dengan ringer laktat atau ringer asetat 100 mL/kgBB dengan cara
B. Zinc
Zinc merupakan salah satu trace elements yang diperlukan dalam tubuh
fungsional dari beberapa enzim (Chiabi et al, 2010). Pemberian zinc sebagai
keparahan dan episode diare pada anak di negara berkembang sehingga dapat
untuk mengganti zinc yang keluar pada saat diare, anak-anak dengan diare
kurang dan 20 mg pada semua anak diatas 2 bulan selama 10-14 hari (WHO,
2005).
Dalam diare, berdasarkan penelitian in vitro yang terbaru pada ileum tikus
spesifik pada saluran kalium yang diaktifkan oleh CAMP tanpa berefek pada Ca-
mediated K channel. Selain itu zinc juga mampu meningkatkan absorpsi air dan
enzim pada brush border dan meningkatkan respon imun sehingga dapat terjadi
2.1.1 Nutrisi
Pada anak dengan diare akut tanpa gejala dehidrasi, pemberian makanan
tetap dilakukan seperti biasa. Jika pasien memiliki gejala dehidrasi ringan ataupun
parah, pemberian makan segera dilakukan setelah gejala dehidrasi membaik (2-4
jam) dengan rehidrasi ORS maupun intravena. Jika pasien yang mengalami
Pemberian ASI dan susu formula pada bayi dengan diare harus lebih sering,
namun tidak ada formula atau larutan khusus yang dibutuhkan. Namun, jika tidak
dehidrasi. Pola makan pada anak dengan diare sebaiknya lebih sering yaitu 6 kali
tiap hari. Selain itu makanan yang diberikan harus menghasilkan energi dan kaya
diare. Nutrisi yang baik sangat penting pada penanganan diare anak untuk
menggantikan energi yang keluar pada saat diare maupun untuk mencapai
2.1.2 Antimikroba
besar penyakit diare, antibiotik tidak berpengaruh besar terhadap diare dan bahkan
dapat memperburuk penyakit misalnya pada infeksi yang disebabkan oleh E.coli
O157:H7 (Thapar & Sinderson, 2004). Selain itu sebagian besar penyakit diare
bersifat ringan atau self limiting disease karena disebabkan oleh virus atau bakteri
non invasif. Oleh karena itu, pengobatan empirik pada diare tidak dianjurkan pada
didasarkan atas pola kerentanan atau sensitifitas strain patogen tertentu pada suatu
misalnya pada penderita malnutrisi berat, penyakit hati kronik, atau kelainan
lymphoproliferatif.
disentri dan juga nonthypoidal salmonellosis pada bayi (Farthing et al, 2012).
Berdasarkan pedoman Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), pada anak dengan disentri
cotrimoxazole menjadi lini pertama dan kedua, sedangkan cefixime menjadi lini
sulfamethoxazole. Golongan ini menjadi obat pilihan dalam terapi empiris infeksi
diare akut pada anak khususnya yang disebabkan oleh Shigella, Salmonella, dan
terdapat informasi terkait pola sensitifitas jenis pathogen terhadap antibiotik ini.
merugikan akibat sulfonamide. Efek samping berupa mual dan mutah, demam
obat, vaskulitis, kerusakan ginjal, dan gangguan system saraf pusat terkadang juga
terjadi.
digunakan untuk menangani infeksi berat yang disebabkan oleh organism yang
resisten terhadap kebanyakan obat lain. Karena golongan ini memiliki aktivitas
antimikroba yang luas terutama untuk golongan bakteri gram negatif dan memilki
golongan ini menjadi obat terbaik dalam terapi empiris infeksi diare berat pada
anak-anak. Efek samping yang ditimbulkan berupa reaksi alergi seperti reaksi
graulositopenia dan anemia hemolitik) dan toksisitas berupa iritasi lokal pasca
dalam terapi amebiasis ekstramural. Obat ini membunuh trofozoit tapi tidak
membunuh kista E. histolytica dan efektif mengeradikasi infeks jaringan usus dan
di luar usus. Selain itu, metronidazole juga menjadi obat pilihan untuk
mual, nyeri kepala, mulut kering atau rasa logam di mulut. Muntah, diare,
insomnia, kelemahan, pusing, thrush, ruam, disuria, urin berwarna gelap, vertigo,
C. Antidiare
tidak dibuat untuk mengatasi penyebab dasar dan efek dari diare (hilangnya air,
dengan diare akut dan persisten tidak menunjukkan secara klinis. Beberapa
reseptor μ pada pleksus mienterik di usus besar. Aktivasi dari reseptor ini akan
usus. Hal ini berakibat pada peningkatan waktu transit dalam kolon dan
peningkatan penyerapan air dalam feses. Selain itu loperamide juga memiliki efek
opiat, loperamide tidak menembus sistem saraf pusat sehingga tidak memiliki
kematian pada anak-anak dibawah 3 tahun. Oleh karena itu, WHO dan American
12 tahun. Loperamid juga tidak dapat diberikan pada diare inflamasi yang
ditunjukkan dengan gejala berak darah, disentri, dan kolitis akut (Faure, 2013).
klinis dalam menurunkan durasi diare, buang air besar, dan jumlah tinja yang
yang berperan dalam degradasi peptida dari opioid endogenous yaitu Met- dan
banyak pada sel epitel sekretori sehingga terjadi penurunan sekresi air dan
ini efektif digunakan dalam menurunkan durasi diare pada anak-anak dan bayi
dengan diare akut (Faure, 2013). Akan tetapi obat-obatan ini jarang digunakan
dalam waktu yang lama. Sediaan dari kaolin-pektin tidak diserap sehingga efek
kaolin-pektin .
D. Probiotik
efektif digunakan dalam pengobatan dan pencegahan diare akut akibat infeksi
dalam gastroenteritis akibat virus lebih baik dibandingkan dengan infeksi akibat
menurunkan keparahan dan durasi diare akut akibat infeksi pada anak-anak adalah
durasi dari diare akut pada anak-anak kurang lebih selama 1 hari. Mekanisme
kerja dari masing-masing strain sangat spesifik. (Farthing et al, 2012) Namun
Simadibrata, M., Daldiyono. 2006. Diare Akut. In: Sudoyo, Aru W, et al, ed. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 408-413.