PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Namun
dengan tata laksana diare yang cepat, tepat dan bermutu kematian dapat ditekan
di dunia. Penyakit ini bisa dicegah dan diobati, menurut data World Health
Organization (WHO) ada sekitar empat miliar kasus diare akut setiap tahun
atas menempati urutan teratas dari angka morbiditas dan mortalitas bagi anak-
kekurangan protein dan kalori . Bahkan 40% dari kematian pada dua tahun
pertama setelah lahir adalah disebabkan atau disertai oleh diare akut (Sutejo
dkk, 1968).
kematian terutama pada bayi dan balita. Berdasarkan data World Health
cair (Depkes,2011). Diare akut disebabkan oleh 90% oleh infeksi bakteri dan
parasit. Patogenesis diare akut yang disebabkan oleh bakteri dibedakan menjadi
dua yaitu bakteri non invasif dan bakteri enteroinvasif. Bakteri non invasif yaitu
bakteri yang memproduksi toksin yang nantinya tosin tersebut hanya melekat
pada usus halus dan tidak merusak mukosa. Bakteri non invasif memberikan
keluhan diare seperti air cucian beras. Sedangkan bakteri enteroinvasif yaitu
diare yang menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi.
toksin melalui mulut. Kuman tersebut dapat melalui air, makanan atau
faktor risiko terjadinya diare persisten yaitu : bayi berusia kurang atau berat
badan lahir rendah (bayi atau anak dengan malnutrisi, anak-anak dengan
gangguan imunitas), riwayat infeksi saluran nafas, ibu berusia muda dengan
pengetahuan ibu mengenai higienis, kesehatan dan gizi, baik menyangkut ibu
sendiri ataupun bayi, pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam pemberian ASI
serta makanan pendamping ASI, pengenalan susu non ASI/ penggunaan susu
botol dan pengobatan pada diare akut yang tidak tuntas (Yuni, Nuzul, 2015).
Seseorang dapat menjadi sehat atau sakit akibat dari kebiasaan atau
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Menentukan status gizi pasien/klien.
b. Melakukan pengkajian skrining gizi awal (Nutrition Skrining) pada
pasien secara individu.
c. Melakukan assesmen gizi pasien/klien
d. Menentukan prioritas masalah gizi untuk menegakkan diagnosa gizi
e. Menentukan intervensi gizi
f. Melakukan edukasi gizi kepada keluarga pasien
g. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap intervensi yang telah
diberikan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Dehidrasi
1. Definisi
dalam tubuh karena hilangnya cairan secara patologis, asupan air tidak
air lebih banyak daripada jumlah yang masuk, dan kehilangan cairan ini
penurunan asupan cairan dan meningkatnya jumlah air yang keluar (lewat
ginjal, saluran cerna atau insensible water loss/IWL), atau karena adanya
2. Penyebab
dkk, 2014)
dunia.
katabolisme jaringan.
Kandungan natrium dan sodium dalam proporsi tepat dapat secara pasif
dihantarkan melalui cairan dari lumen usus ke dalam sirkulasi (Bellemare S dkk,
2014).
B. Diare Akut
1. Definisi
penyakit. Hal ini dikarenakan daya tahan tubuh balita yang masih lemah.
Selain itu kehidupan balita juga masih sangat bergantung kepada orang tua
terutama pada ibu, sehingga masalah kesehatan pada balita pun menjadi
tanggung jawab orang tua yang tidak bisa dianggap remeh. Salah satu masalah
kesehatan balita di Indonesia yang masih sering terjadi adalah diare. Diare
merupakan suatu keadaan di mana pada bayi frekuensi buang air besar lebih
dari empat kali dan pada anak lebih dari tiga kali dengan konsistensi feses
yang encer, berwarna hijau atau dapat juga bercampur lendir dan darah atau
disentri, kurang gizi, dan infeksi. Pada balita yang mengalami diare
tergantung pada persentase cairan tubuh yang hilang. Dehidrasi diare yang
2. Patofisiologi
Diare infeksi akut diklasifi kasikan secara klinis dan patofi siologis
menjadi diare noninfl amasi dan diare infl amasi. Diare infl amasi disebabkan
dengan diare disertai lendir dan darah. Gejala klinis berupa mulas sampai
nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda
dkk, 2013).
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi
bakteri setidaknya ada dua mekanisme, yaitu peningkatan sekresi usus dan
M dkk, 2013).
penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa,
invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu jenis bakteri
3. Manifestasi klinis
a. Demam
c. Mual
d. Muntah
e. Mata cekung
f. Bibi/mulut kering
g. Pucat
C. Colic Abdomen
1. Definisi
tejadi secara akut maupun kronik yang intensitasnya hilang datang karna ada
akibat peradangan atau infeksi , apabila hal ini tidak teratasi dengan cepat
maka akan berakibat fatal dan dapat mengganggu system pencernaan serta
metabolisme pada tubuh manusia. Jika berbicara masalah perut, maka tidak
ialah batu ginjal, hepatitis, pakreatitis, lecet usus besar, hernia epigtastrik,
inguinalis, ca. organ abdomen, dll. Tetapi pada umumnya semua organ pada
2. Etiologi
batu.
fungsional.
5. Strangulasi
Masalah status gizi dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
secara langsung dan faktor tidak langsung. Faktor secara langsung yaitu
pangan keluarga yang kurang memadai, pola pengasuhan anak yang kurang
memadai. Faktor tidak langsung yang lain, yaitu produksi pangan, faktor
beberapa aspek. Gizi kurang pada balita, membawa dampak negatif terhadap
makanan dan adanya penyakit infeksi. Makin bertambah usia 12 anak maka
dipengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam
Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang tetapi
juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi
sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang.
Sebaliknya anak yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya
nafsu makan dan akhirnya mudah terkena gizi kurang (Soekirman, 2000).
Sehingga disini terlihat interaksi antara konsumsi makanan yang kurang dan
gizi kurang maupun gizi buruk.Anak yang menderita gizi kurang dan gizi
penyakit. Di sisi lain anak yang menderita sakit akan cenderung menderita
E. Appendikitis
1. Definisi
Apendisitis akut adalah salah satu penyebab nyeri abdomen akut yang
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat
mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
2007).
2. Patofisiologi
lumen apendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan
tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena
3. Manifestasi Klinis
atau ureter.
pelvis.