J
EPIDEMIOLOGI KESEHATAN GIZI
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Epidemiologi Kesehatan Gizi
Dosen Pengampu:
Rahma Hida Nurrizka, SKM., MKM..
Disusun Oleh:
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Bertujuan untuk mengetahui gambaran kondisi masalah kesehatan gizi terutama
mengenai kesehatan gizi terkait diare di masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Diare
Menurut WHO, Diare merupakan keluarnya tiga atau lebih feses cair per hari
(atau lebih sering keluar dari biasanya untuk individu). Sering buang air besar namun
berbentuk bukanlah diare, juga bukan buang air besar yang "pucat" oleh bayi yang
disusui1. Diare juga dapat diartikan sebagai keadaan berak-berak lembek sampai cair
(mencret), bahkan dapat berupa cair saja, yang lebih sering dari biasanya (3 kali atau
lebih dalam sehari) yang ditandai dengan gejala dehidrasi, demam, mual dan muntah,
anorexia, lemah, pucat, keratin abdominal, mata cekung, membran mukosa kering,
pengeluaran urin menurun, dan lain sebagainya2.
Sementara itu, Diare juga dapat didefinsikan sebagai keadaan dimana seseorag
mengalami buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik di sertai lendir dan darah
yang keluar dari dubur tanpa dapat dikendalikan. Penyakit diare dapat digolongkan
sebagai penyakit infeksi atau non infeksi dari berbagai gangguan perut3.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa penyakit diare
adalah suatu penyakit menular dimana seseorang mengalami buang air encer atau feses
cair tiga atau lebih kali sehari dengan disertai lender atau darah yang keluar dari dubur
tanpa dapat dikendalikan.
Selain itu, berikut juga ada beberapa cara untuk meringankan gejala sekaligus
mempercepat proses penyembuhan diare6 :
1. Menambah asupan cairan
Tubuh kehilangan banyak cairan dan mineral selama diare yang dapat
menyebabkan dehidrasi. Saat diare disarankan untuk mencukupi kebutuhan cairan
dengan minum 2-3 liter air putih (sekitar 8-12 gelas ukuran sedang) per hari. Selain
air putih, asupan cairan juga bisa didapatkan dari makanan dan minuman lain, seperti
sup, kuah kaldu, dan jus buah.
Sedangkan untuk mengembalikan garam dan mineral yang hilang akibat diare, dapat
dilakukan dengan mengonsumsi minuman dengan kandungan elektrolit, seperti oralit
atau minuman berenergi (sport drink). Konsumsilah minuman ini sedikit demi sedikit
bila diare turut disertai mual.
2. Mengonsumsi makanan yang tepat
Selama diare, disarankan untuk mengonsumsi makanan rendah serat yang minim
proses olahan dan tanpa banyak bumbu. Contohnya adalah nasi, kentang, roti, biskuit,
pisang, serta sup. Selain itu, dianjurkan juga unutk mengonsumsi makanan dengan
kandungan probiotik, seperti yoghurt, yang baik bagi kesehatan usus. Pilihlah yoghurt
yang tidak mengandung perasa, karena beberapa perasa buatan, seperti sorbitol, justru
dapat memperparah diare.
3. Menyesuaikan pola makan
Terlalu banyak makan dalam satu waktu bisa memaksa otot saluran cerna untuk
bekerja lebih aktif, sehingga memperparah diare. Maka dari itu, Anda disarankan
untuk makan dalam porsi kecil namun lebih sering.
4. Menghindari sajian makanan yang dapat memperparah diare
Selama diare, hindarilah makanan yang dapat mimicu atau memperberat diare.
Contohnya adalah makanan yang digoreng (berminyak), berlemak, pedas, atau tidak
matang seluruhnya. Selain itu, beberapa jenis buah dan sayuran yang memicu gas,
seperti brokoli, jagung, dan kol, juga bisa memperparah diare.
BAB 3
ISI
Diare merupakan salah satu penyakit yang sering dialami oleh banyak masyarakat
di negara berkembang. Meski begitu, Penyakit Diare ini tidak boleh dianggap remeh
karena penyakit Diare itu sendiri dapat menyebabkan malnutrisi pada anak dan juga dapat
menyebabkan kematian, Oleh karena itu sangat penting bagi masyarakat untuk mengenal
penyakit Diare ini lebih dalam,
Seperti yang telah diketahui bahwa terdapat beberapa factor resiko yang melatar-
belakangi terjadinya diare pada seseorang, Faktor-faktor resiko tersebut antara lain
seperti Jenis kelamin, pendidikan, kebiasaan mencuci tangan, kurangnya air bersih untuk
kebersihan perorangan dan kebersihan rumah tangga, air yang tercemar tinja,
pembuangan tinja yang tidak benar serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang
tidak layak. Karena banyaknya factor resiko yang melatarbelakangi terjadinya diare,
maka dilakukan wawancara kepada seorang responden untuk mengetahui factor resiko
mana yang paling berkaitan dengan terjadinya diare ditengah masyarakat.
Wawancara ini dilakukan dengan responden bernama Josevin Elisabeth. Saudari
Jozevin saat ini berusia 20 Tahun dan merupakan seorang mahasiswi di saalah satu
universitas di Jakarta. Alasan beliau dipilih menjadi responden dalam kasus ini adalah
karena beliau pernah mengalami diare ketika berada di bangku Sekolah Dasar sekitar
tahun 2012.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan bersama saudari Jozevin, dapat
disimpulkan bahwa berikut merupakan beberapa faktor resiko yang kemungkinan
menjadi penyebab dari terjadinya diare yang dialami oleh beliau, antara lain :
1. Perilaku Mencuci Tangan
Tangan adalah bagian dari tubuh manusia yang sangat sering menyebarkan
infeksi. Tangan terkena kuman sewaktu kita bersentuhan dengan bagian tubuh
sendiri, tubuh orang lain, hewan, atau permukaan yang tercemar. Oleh karena
itu, sangat penting bagi kita untuk mencuci tangan sebelum makan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rompas (2013) mengenai
Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan Terjadinya
Diare Pada Anak Usia Sekolah Di SD Gmim Dua Kecamatantareran
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku
cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada anak di SD GMIM 2
Lansot8. Melalui wawancara yang telah dilakukan bersama saudari Jozevin,
dapat diketahui bahwa sebelum terjadinya diare, beliau belum mencuci tangan
ketika memakan pisang molen tersebut sehingga kuman yang ada di tangan
turut masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan penyakit diare pada beliau.
2. Makanan
Salah satu faktor resiko terjadinya diare pada anak adalah keracunan
makanan. Keracunan makanan tersebut disebabkan karena anak
mengkonsumsi makanan yang tidak terjamin kebersihannya 9. Makanan adalah
penyebab utama lainnya dari terjadinya diare jika disiapkan atau disimpan
dalam kondisi yang tidak higienis. Pada kasus yang dialami oleh Saudari
Jozevin, Diketahui bahwa sebelum mengalami diare, beliau memakan pisang
molen yang dibeli di pinggir jalan yang mana belum terjamin kebersihan dan
keamanannya. Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
makanan yang tidak hygienis menjadi salah satu faktor resiko yang penting
dalam menyebabkan terjadinya diare yang dialami oleh Saudari Jozevin.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit diare adalah suatu penyakit menular dimana seseorang mengalami buang
air encer atau feses cair tiga atau lebih kali sehari dengan disertai lender atau darah
yang keluar dari dubur tanpa dapat dikendalikan. Diare dapat disebabkan oleh virus
Rotavirus dan Escherichia coli.
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko diare antara lain
kurangnya air bersih untuk kebersihan perorangan dan kebersihan rumah tangga, air
yang tercemar tinja, pembuangan tinja yang tidak benar, penyiapan dan penyimpanan
makanan yang tidak layak, khususnya makanan pendamping ASI.
Langkah-langkah utama yang dapat dilakukan untuk mencegah diare antara lain,
akses ke air minum yang aman; penggunaan sanitasi yang lebih baik; mencuci tangan
dengan sabun; pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan;
kebersihan pribadi dan makanan yang baik; pendidikan kesehatan tentang bagaimana
infeksi menyebar; dan vaksinasi rotavirus.
Selanjutnya apabila terkena diare dapat diatasi dengan melakukan Menambah
asupan cairan dengan meminum banyak air dan meminum oralit, mengonsumsi makanan
yang tepat, menyesuaikan pola makan serta menghindari sajian makanan yang dapat
memperparah diare.
4.2 Saran
1. Untuk petugas kesehatan agar lebih proaktif dalam menjalankan promosi serta
edukasi kesehatan kepada masyarakat terutama anak-anak dilingkungan sekolah
sehingga pengetahuan anak-anak tersebut bertambah dan dapat mencegah
terjadinya diare.
2. Untuk pengajar sekolah agar memberikan edukasi dan demo mengenai PHBS
yang benar kepada anak didik di sekolah terutama untuk Siswa Sekolah Dasar
yang rentan terhadap penyakit.
3. Untuk orang tua agar lebih memperhatikan pola makan anak terutama anak yang
masih minim pengetahuannya dan masih membutuhkan bimbingan mengenai
makanan yang bersih dan sehat.
4.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Diarrhoeal Disease [Internet]. 2017 [dikutip 30 November 2020]. Tersedia pada:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-disease
2. Mafazah L. Ketersediaan sarana sanitasi dasar, personal hygiene ibu, dan kejadian diare. J
Kesehat Masy. 2013;8(2):176–82.
4. Kemenkes RI. Situasi diare di Indonesia. Vol. 2, Jurnal Buletin Jendela Data & Informasi
Kesehatan. 2011.
6. Alodokter-Kemenkes RI. Cara Mengatasi Diare yang Tepat di Rumah [Internet]. [dikutip
30 November 2020]. Tersedia pada: https://www.alodokter.com/cara-mengatasi-diare-
yang-tepat-di-rumah