Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS PENYAKIT DIARE OLEH SDRI.

J
EPIDEMIOLOGI KESEHATAN GIZI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Epidemiologi Kesehatan Gizi

Dosen Pengampu:
Rahma Hida Nurrizka, SKM., MKM..

Disusun Oleh:

Monica Juliana 1810713116

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit diare adalah penyebab kematian kedua pada anak-anak di bawah usia
lima tahun, dan bertanggung jawab atas kematian sekitar 525.000 anak setiap tahun.
Penyakit diare merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan anak di dunia, dan
sebagian besar disebabkan oleh makanan dan sumber air yang terkontaminasi. Di negara
berpenghasilan rendah, anak di bawah usia tiga tahun rata-rata mengalami tiga episode
diare setiap tahunnya. Setiap episode membuat anak kehilangan nutrisi yang diperlukan
untuk pertumbuhan. Akibatnya, diare adalah penyebab utama malnutrisi, dan anak-anak
yang kurang gizi lebih mungkin jatuh sakit karena diare. Diare dapat didefinsikan sebagai
keadaan dimana seseorag mengalami buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik di
sertai lendir dan darah yang keluar dari dubur tanpa dapat dikendalikan.
Secara global, terdapat hampir sebanyak 1,7 miliar kasus penyakit diare terjadi
pada anak setiap tahunnya, Di seluruh dunia, 780 juta orang tidak memiliki akses ke air
minum yang lebih baik dan 2,5 miliar kekurangan sanitasi yang lebih baik. Diare akibat
infeksi tersebar luas di seluruh negara berkembang. Sementara itu, Menurut Data dan
Informasi, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018 oleh Kementerian Kesehatan
Indonesia diketahui bahwa Total Perkiraan Diare di Sarana Kesehatan di seluruh
Indonesia untuk semua umur adalah sebanyak 7.157.483 orang dan Total Jumlah
Penderita Diare yang Dilayani di Sarana Kesehatan adalah sebanyak 4.165.789 orang.
Oleh karena itu, sangat penting untuk ahli kesehatan serta masyarakat untuk lebih
mengerti lebih jauh mengenai penyakit diare dan cara pencegahan beserta penanganannya
sehingga angka kesakitan dan kematian akibat diare dapat berkurang dan tercapainya
derajat kesehatan setinggi-tingginya di masyarakat.

1.2. Tujuan
Bertujuan untuk mengetahui gambaran kondisi masalah kesehatan gizi terutama
mengenai kesehatan gizi terkait diare di masyarakat.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Diare
Menurut WHO, Diare merupakan keluarnya tiga atau lebih feses cair per hari
(atau lebih sering keluar dari biasanya untuk individu). Sering buang air besar namun
berbentuk bukanlah diare, juga bukan buang air besar yang "pucat" oleh bayi yang
disusui1. Diare juga dapat diartikan sebagai keadaan berak-berak lembek sampai cair
(mencret), bahkan dapat berupa cair saja, yang lebih sering dari biasanya (3 kali atau
lebih dalam sehari) yang ditandai dengan gejala dehidrasi, demam, mual dan muntah,
anorexia, lemah, pucat, keratin abdominal, mata cekung, membran mukosa kering,
pengeluaran urin menurun, dan lain sebagainya2.
Sementara itu, Diare juga dapat didefinsikan sebagai keadaan dimana seseorag
mengalami buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik di sertai lendir dan darah
yang keluar dari dubur tanpa dapat dikendalikan. Penyakit diare dapat digolongkan
sebagai penyakit infeksi atau non infeksi dari berbagai gangguan perut3.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa penyakit diare
adalah suatu penyakit menular dimana seseorang mengalami buang air encer atau feses
cair tiga atau lebih kali sehari dengan disertai lender atau darah yang keluar dari dubur
tanpa dapat dikendalikan.

2. Determinan Penyakit Diare


Diare adalah gejala infeksi yang disebabkan oleh sejumlah organisme bakteri,
virus, dan parasit, yang sebagian besar disebarkan melalui air yang terkontaminasi tinja.
Infeksi ini lebih sering terjadi bila ada kekurangan sanitasi dan higiene yang memadai
serta air yang aman untuk minum, memasak, dan membersihkan. Rotavirus dan
Escherichia coli, adalah dua penyebab paling umum dari terjadi penyakit diare baik
sedang hingga berat di negara berpenghasilan rendah. Patogen lain seperti spesies
cryptosporidium dan shigella mungkin juga penting. Pola etiologi spesifik lokasi juga
perlu dipertimbangkan1.
Di masa lalu, bagi kebanyakan orang, dehidrasi parah dan kehilangan cairan
adalah penyebab utama kematian akibat diare. Sekarang, penyebab lain seperti infeksi
bakteri septik cenderung menyebabkan peningkatan proporsi kematian terkait diare.
Anak-anak yang kekurangan gizi atau memiliki kekebalan yang terganggu serta orang
yang hidup dengan HIV paling berisiko mengalami diare yang mengancam jiwa1.
Penyakit diare juga dapat menyebar dari orang ke orang, diperburuk oleh
kebersihan pribadi atau sanitasi yang buruk. Makanan adalah penyebab utama lainnya
dari terjadinya diare jika disiapkan atau disimpan dalam kondisi yang tidak higienis.
Penyimpanan dan penanganan air rumah tangga yang tidak aman juga merupakan faktor
risiko yang penting. Ikan dan makanan laut dari air yang tercemar juga dapat
menyebabkan penyakit.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko diare lainnya antara lain kurangnya air
bersih untuk kebersihan perorangan dan kebersihan rumah tangga, air yang tercemar
tinja, pembuangan tinja yang tidak benar, penyiapan dan penyimpanan makanan yang
tidak layak, khususnya makanan pendamping ASI2.
Menurut WHO, terdapat tiga jenis klinis dari penyakit diare, yaitu :
- diare berair akut - berlangsung beberapa jam atau hari, dan termasuk kolera;
- diare berdarah akut - juga disebut disentri; dan
- diare persisten - berlangsung 14 hari atau lebih.
Diare dibagi menjadi akut apabila kurang dari 2 minggu, persisten jika
berlangsung selama 2-4 minggu, dan kronik jika berlangsung lebih dari 4 minggu. Lebih
dari 90% penyebab diare akut adalah agen penyebab infeksi dan akan disertai dengan
muntah, demam dan nyeri pada abdomen. 10% lagi disebabkan oleh pengobatan,
intoksikasi, iskemia dan kondisi lain. Berbeda dengan diare akut, penyebab diare yang
kronik lazim disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti alergi dan lain-lain. Kejadian
diare pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Penyakit ini ditularkan
secara fecal – oral melalui makanan dan minuman yang tercemar3.

3. Distribusi Penyakit Diare


Penyakit diare merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan anak di dunia,
dan sebagian besar disebabkan oleh makanan dan sumber air yang terkontaminasi. Di
seluruh dunia, 780 juta orang tidak memiliki akses ke air minum yang lebih baik dan 2,5
miliar kekurangan sanitasi yang lebih baik. Di negara berpenghasilan rendah, anak di
bawah usia tiga tahun rata-rata mengalami tiga kali diare setiap tahun. Setiap kali hal itu
terjadi akan membuat anak kehilangan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan.
Akibatnya, diare adalah penyebab utama malnutrisi, dan anak-anak yang kurang gizi
lebih mungkin jatuh sakit karena diare1.
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, insiden yang tinggi dari
penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein
dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh Survei morbiditas yang
dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat
kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk,
tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000
penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk4.
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang
masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133
orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan
dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan
tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan
kematian 73 orang (CFR 1,74 %.)4.
Menurut Data dan Informasi, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018 oleh
Kementerian Kesehatan Indonesia diketahui bahwa Total Perkiraan Diare di Sarana
Kesehatan pada balita sebanyak 4.003.786 balita dengan jumlah tertinggi di Provinsi
Jawa Barat sebesar 732.324 balita. Lalu Total Jumlah Penderita Diare yang Dilayani di
Sarana Kesehatan adalah sebanyak 1.516.438 balita dengan jumlah tertinggi di Provinsi
Jawa Timur yaitu sebanyak 284.804 balita serta Cakupan Pelayanan Diare (%) adalah
sebesar 37,88 %5.
Sementara itu Total Perkiraan Diare di Sarana Kesehatan di seluruh Indonesia
untuk semua umur adalah sebanyak 7.157.483 orang dengan jumlah tertinggi berada di
Provinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 1.314.464 orang. Lalu Total Jumlah Penderita Diare
yang Dilayani di Sarana Kesehatan adalah sebanyak 4.165.789 orang dengan jumlah
tertinggi di Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 819.729 orang serta Cakupan Pelayanan
Diare (%) adalah sebesar 58,20 %5.

4. Pencegahan dan Penanganan Penyakit Diare


Berikut merupakan hal-hal yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk mencegah
terjadinya Penyakit Diare :

Langkah-langkah utama untuk mencegah diare meliputi:


- akses ke air minum yang aman;
- penggunaan sanitasi yang lebih baik;
- mencuci tangan dengan sabun;
- pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan;
- kebersihan pribadi dan makanan yang baik;
- pendidikan kesehatan tentang bagaimana infeksi menyebar; dan
- vaksinasi rotavirus.

Langkah-langkah utama untuk mengobati diare meliputi:


a. Rehidrasi: dengan larutan garam rehidrasi oral (ORS). ORS merupakan campuran air
bersih, garam dan gula. Biayanya beberapa sen per perawatan. ORS diserap di usus
kecil dan menggantikan air dan elektrolit yang hilang di tinja.
b. Suplemen seng: Suplemen seng mengurangi durasi episode diare sebesar 25% dan
dikaitkan dengan penurunan volume tinja sebesar 30%.
c. Rehidrasi: dengan cairan intravena jika terjadi dehidrasi parah atau syok.
d. Makanan kaya gizi: lingkaran setan malnutrisi dan diare dapat diputuskan dengan
terus memberikan makanan kaya gizi - termasuk ASI - selama episode, dan dengan
memberikan makanan bergizi - termasuk ASI eksklusif selama enam bulan pertama
kehidupan - kepada anak-anak saat mereka sehat.
e. Konsultasi dengan ahli kesehatan, khususnya untuk penanganan diare persisten atau
bila ada darah di tinja atau jika ada tanda-tanda dehidrasi1.

Selain itu, berikut juga ada beberapa cara untuk meringankan gejala sekaligus
mempercepat proses penyembuhan diare6 :
1. Menambah asupan cairan
Tubuh kehilangan banyak cairan dan mineral selama diare yang dapat
menyebabkan dehidrasi. Saat diare disarankan untuk mencukupi kebutuhan cairan
dengan minum 2-3 liter air putih (sekitar 8-12 gelas ukuran sedang) per hari. Selain
air putih, asupan cairan juga bisa didapatkan dari makanan dan minuman lain, seperti
sup, kuah kaldu, dan jus buah.
Sedangkan untuk mengembalikan garam dan mineral yang hilang akibat diare, dapat
dilakukan dengan mengonsumsi minuman dengan kandungan elektrolit, seperti oralit
atau minuman berenergi (sport drink). Konsumsilah minuman ini sedikit demi sedikit
bila diare turut disertai mual.
2. Mengonsumsi makanan yang tepat
Selama diare, disarankan untuk mengonsumsi makanan rendah serat yang minim
proses olahan dan tanpa banyak bumbu. Contohnya adalah nasi, kentang, roti, biskuit,
pisang, serta sup. Selain itu, dianjurkan juga unutk mengonsumsi makanan dengan
kandungan probiotik, seperti yoghurt, yang baik bagi kesehatan usus. Pilihlah yoghurt
yang tidak mengandung perasa, karena beberapa perasa buatan, seperti sorbitol, justru
dapat memperparah diare.
3. Menyesuaikan pola makan
Terlalu banyak makan dalam satu waktu bisa memaksa otot saluran cerna untuk
bekerja lebih aktif, sehingga memperparah diare. Maka dari itu, Anda disarankan
untuk makan dalam porsi kecil namun lebih sering.
4. Menghindari sajian makanan yang dapat memperparah diare
Selama diare, hindarilah makanan yang dapat mimicu atau memperberat diare.
Contohnya adalah makanan yang digoreng (berminyak), berlemak, pedas, atau tidak
matang seluruhnya. Selain itu, beberapa jenis buah dan sayuran yang memicu gas,
seperti brokoli, jagung, dan kol, juga bisa memperparah diare.
BAB 3

ISI

3.1 Data Responden


Nama : Jozevin Elisabeth
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 20 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Jalan SMA 64 No. 07 rt. 001/rw. 003, Kecamatan
Cipayung, Jakarta Timur
Status pekerjaan : Mahasiswi

3.2 Karakteristik Responden


Tahun mengalami diare : 2012
Umur mengalami diare : 12 Tahun (ketika SD)
Status Diare : Diare Ringan
Pemberian Oralit : Diberikan

3.3 Data Ibu Responden


Nama : Roida Silalahi
Usia : 51 Tahun
Pendidikan Terakhir : S2
Sratus Pekerjaan : Guru

3.4 Transkrip Hasil Wawancara


Pewawancara : Selamat pagi mba, Terimakasih atas ketersediaannya untuk di
wawancarai
Responden : Iyaa
Pewawancara : Kalau boleh tahu kapan mba mengalami diare?
Responden : Saya mengalami diare ketika di Sekolah Dasar, sekitar tahun 2012
Pewawancara : Bisa tolong dijelaskan bagaimana kronologis hingga mba bias terkena
Diare?
Responden : Kronologisnya itu karena saya ketika itu membeli gorengan pisang
molen di abang penjual pinggir jalan, lalu sekitar 1 jam kemudian saya
mengalami diare, seperti itu..
Pewawancara : Baik, kalau boleh tahu, berapa lama mba mengalami diare?
Responden : ketika itu saya mengalami diare kurang lebih 3-4 hari
Pewawancara : Apakah ketika mengalami diare mba pergi ke layanan kesehatan? Kalau
iya, dimana?
Responden : Saya saat itu tidak pergi berobat, saya dirawat dirumah oleh ibu saya.
Pewawancara : Kalau boleh tahu, mba ditangani dengan apa saat itu?
Responden : Saya ketika itu meminum obat Entrostop yang diberikan oleh ibu saya
Pewawancara : Apakah mba diberikan oralit?
Responden : Iya, selama diare saya diberi oralit oleh ibu saya
Pewawancara : Keluhan apa saja yang mba rasakan ketika mengalami diare?
Responden : keluhan yang saya rasakan adalah nyeri perut, sering buang air besar dan
perut saya terasa tidak nyaman
Pewawancara : Lalu, apakah mba tau apa yang harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya diare lagi?
Responden : iya, mencuci tangan sebelum makan, lalu tidak jajan sembarangan dan
menjaga kebersihan.
Pewawancara : Baik, sekian wawancara dari saya, sekali lagi terimakasih mba atas
waktunya, selamat pagi
Responden : Iya sama-sama, selamat pagi

Diare merupakan salah satu penyakit yang sering dialami oleh banyak masyarakat
di negara berkembang. Meski begitu, Penyakit Diare ini tidak boleh dianggap remeh
karena penyakit Diare itu sendiri dapat menyebabkan malnutrisi pada anak dan juga dapat
menyebabkan kematian, Oleh karena itu sangat penting bagi masyarakat untuk mengenal
penyakit Diare ini lebih dalam,
Seperti yang telah diketahui bahwa terdapat beberapa factor resiko yang melatar-
belakangi terjadinya diare pada seseorang, Faktor-faktor resiko tersebut antara lain
seperti Jenis kelamin, pendidikan, kebiasaan mencuci tangan, kurangnya air bersih untuk
kebersihan perorangan dan kebersihan rumah tangga, air yang tercemar tinja,
pembuangan tinja yang tidak benar serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang
tidak layak. Karena banyaknya factor resiko yang melatarbelakangi terjadinya diare,
maka dilakukan wawancara kepada seorang responden untuk mengetahui factor resiko
mana yang paling berkaitan dengan terjadinya diare ditengah masyarakat.
Wawancara ini dilakukan dengan responden bernama Josevin Elisabeth. Saudari
Jozevin saat ini berusia 20 Tahun dan merupakan seorang mahasiswi di saalah satu
universitas di Jakarta. Alasan beliau dipilih menjadi responden dalam kasus ini adalah
karena beliau pernah mengalami diare ketika berada di bangku Sekolah Dasar sekitar
tahun 2012.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan bersama saudari Jozevin, dapat
disimpulkan bahwa berikut merupakan beberapa faktor resiko yang kemungkinan
menjadi penyebab dari terjadinya diare yang dialami oleh beliau, antara lain :
1. Perilaku Mencuci Tangan
Tangan adalah bagian dari tubuh manusia yang sangat sering menyebarkan
infeksi. Tangan terkena kuman sewaktu kita bersentuhan dengan bagian tubuh
sendiri, tubuh orang lain, hewan, atau permukaan yang tercemar. Oleh karena
itu, sangat penting bagi kita untuk mencuci tangan sebelum makan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rompas (2013) mengenai
Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan Terjadinya
Diare Pada Anak Usia Sekolah Di SD Gmim Dua Kecamatantareran
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku
cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada anak di SD GMIM 2
Lansot8. Melalui wawancara yang telah dilakukan bersama saudari Jozevin,
dapat diketahui bahwa sebelum terjadinya diare, beliau belum mencuci tangan
ketika memakan pisang molen tersebut sehingga kuman yang ada di tangan
turut masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan penyakit diare pada beliau.
2. Makanan
Salah satu faktor resiko terjadinya diare pada anak adalah keracunan
makanan. Keracunan makanan tersebut disebabkan karena anak
mengkonsumsi makanan yang tidak terjamin kebersihannya 9. Makanan adalah
penyebab utama lainnya dari terjadinya diare jika disiapkan atau disimpan
dalam kondisi yang tidak higienis. Pada kasus yang dialami oleh Saudari
Jozevin, Diketahui bahwa sebelum mengalami diare, beliau memakan pisang
molen yang dibeli di pinggir jalan yang mana belum terjamin kebersihan dan
keamanannya. Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
makanan yang tidak hygienis menjadi salah satu faktor resiko yang penting
dalam menyebabkan terjadinya diare yang dialami oleh Saudari Jozevin.

Rekomendasi atau saran yang dapat diberikan kepada responden berdasarkan


kasus diatas antara lain adalah :
1. Menambah pengetahuan mengenai Penyakit Diare dan cara pencegahan serta
penangannya baik dapat melalui berbagai jurnal atau poster dan juga dapat
melalui sosial media yang terpercaya.
2. Selalu menerapkan PHBS terutama kebiasaan untuk mencuci tangan setelah
beraktivitas dan sebelum makan dalam kehidupan sehari-hari, karena PHBS
sangat penting dalam mencegah penyakit, bukan hanya Diare namun
penyakit-penyakit lainnya.
3. Selalu memperhatikan kehygienisan atau kebersihan dari suatu makanan atau
minuman sebelum memngonsumsinya. Baik itu dari pengolahannya,
penyajian serta penyimpanannya.
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penyakit diare adalah suatu penyakit menular dimana seseorang mengalami buang
air encer atau feses cair tiga atau lebih kali sehari dengan disertai lender atau darah
yang keluar dari dubur tanpa dapat dikendalikan. Diare dapat disebabkan oleh virus
Rotavirus dan Escherichia coli.
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko diare antara lain
kurangnya air bersih untuk kebersihan perorangan dan kebersihan rumah tangga, air
yang tercemar tinja, pembuangan tinja yang tidak benar, penyiapan dan penyimpanan
makanan yang tidak layak, khususnya makanan pendamping ASI.
Langkah-langkah utama yang dapat dilakukan untuk mencegah diare antara lain,
akses ke air minum yang aman; penggunaan sanitasi yang lebih baik; mencuci tangan
dengan sabun; pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan;
kebersihan pribadi dan makanan yang baik; pendidikan kesehatan tentang bagaimana
infeksi menyebar; dan vaksinasi rotavirus.
Selanjutnya apabila terkena diare dapat diatasi dengan melakukan Menambah
asupan cairan dengan meminum banyak air dan meminum oralit, mengonsumsi makanan
yang tepat, menyesuaikan pola makan serta menghindari sajian makanan yang dapat
memperparah diare.

4.2 Saran
1. Untuk petugas kesehatan agar lebih proaktif dalam menjalankan promosi serta
edukasi kesehatan kepada masyarakat terutama anak-anak dilingkungan sekolah
sehingga pengetahuan anak-anak tersebut bertambah dan dapat mencegah
terjadinya diare.
2. Untuk pengajar sekolah agar memberikan edukasi dan demo mengenai PHBS
yang benar kepada anak didik di sekolah terutama untuk Siswa Sekolah Dasar
yang rentan terhadap penyakit.
3. Untuk orang tua agar lebih memperhatikan pola makan anak terutama anak yang
masih minim pengetahuannya dan masih membutuhkan bimbingan mengenai
makanan yang bersih dan sehat.
4.
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Diarrhoeal Disease [Internet]. 2017 [dikutip 30 November 2020]. Tersedia pada:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-disease

2. Mafazah L. Ketersediaan sarana sanitasi dasar, personal hygiene ibu, dan kejadian diare. J
Kesehat Masy. 2013;8(2):176–82.

3. Rangkuti NF, Emilia E, Mutiara E, Friska R, Ingtyas FT. HUBUNGAN KONSUMSI


MAKANAN JAJANAN KAKI LIMA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DIARE. J
Nutr Culin. 2020;1(1).

4. Kemenkes RI. Situasi diare di Indonesia. Vol. 2, Jurnal Buletin Jendela Data & Informasi
Kesehatan. 2011.

5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. PROFIL KESEHATAN INDONESIA


TAHUN 2018 [Internet]. 2018 [dikutip 30 November 2020]. Tersedia pada:
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf

6. Alodokter-Kemenkes RI. Cara Mengatasi Diare yang Tepat di Rumah [Internet]. [dikutip
30 November 2020]. Tersedia pada: https://www.alodokter.com/cara-mengatasi-diare-
yang-tepat-di-rumah

7. Raja Risna Adriani D, Asep Rustiawan MS. HUBUNGAN UMUR , TINGKAT


PENDIDIKAN DAN PERILAKU BERISIKO DENGAN KEJADIAN DIARE
WISATAWAN ( TRAVELER ’ S DIARRHEA ) DI KOTA YOGYAKARTA Raja Risna
Adriani , drh . Asep Rustiawan , M . Si Jln . Prof . Dr . Soepomo , Janturan , Warungboto ,
Yogyakarta. 2019;

8. TUDA MJRJT, PONIDJAN T. HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN


PAKAI SABUN DENGAN TERJADINYA DIARE PADA ANAK USIA SEKOLAH DI
SD GMIM DUA KECAMATANTARERAN. ejournal keperawatan. 2013;1(1).

9. Bidjuni MMKG, Onibala F, Bidjuni H. HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN


JAJANAN DENGAN DIARE PADA ANAK DI SDN 3 GOGAGOMAN KECAMATAN
KOTAMOBAGU BARAT KOTA KOTAMOBAGU Maria. e-journal Keperawatan.
2018;6(1).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai