1710070100182
Preseptor :
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan case report yang berjudul “Diare pada balita”
Penulisan case report ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan
tugas akhir Keterampilan Klinik Senior pada stase Kesehatan Masyarakat II. Dalam
penyusunan dan penulisan case report ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terimakasih kepada dr. Nadia
Dalam penulisan case report ini, tentunya masih terdapat kekurangan dalam
penulisannya karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis berharap agar dapat diberikan masukan yang dapat membangun
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB) yang ditandai dengan
BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan
darah (Rikesdas, 2013). Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai bakteri,
virus, dan parasit yang terjadi akibat adanya peradangan pada saluran
pencernaan yang disebabkan oleh infeksi. Infeksi menyebar melalui makanan
atau air minum yang terkontaminasi. Selain itu, dapat terjadi dari orang ke
orang sebagai akibat buruknya kebersihan diri (personal hygiene) dan
lingkungan (sanitasi). Prevalensi diare dalam Rikesdas 2013, diare tersebar di
semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita
(1-4 tahun), yaitu 16,7%.
Menurut data WHO 2013, diare adalah faktor penting dari morbiditas
dan mortalitas dalam keadaan sanitasi lingkungan yang buruk di suatu negara
berkembang, penyediaan air yang tidak sehat, keterbelakangan ekonomi, dan
ketertinggalan dalam dunia pendidikan. Penyakit diare masih menjadi masalah
kesehatan dunia terutama di negara berkembang, diare merupakan salah satu
penyebab angka kematian dan kesakitan pada anak berumur kurang dari 5 tahun
(Andrean Dikky,dkk,2017). Menurut data World Health Organization (WHO)
pada tahun 2013 di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan setiap 100.000 balita
meninggal karena diare. Pada tahun 2015 lebih dari 1.400 anak- anak
meninggal setiap hari atau sekitar 526.000 anak per tahun yang disebabkan
karena diare (Ariani,2016). Prevalensi diare pada balita di Indonesia menurut
data Riskesdas tahun 2013 yang hanya sebesar 2,4 % dan meningkat pada tahun
2018 sebesar 11%. Prevalensi diare di Sumatera Barat juga mengalami
peningkatan dari tahun 2013 yang hanya sebesar 2,5 % meningkat menjadi 14 %
tahun 2018. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), studi
mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahawa
diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. (DepKes RI.
2011).
Angka kematian yang tinggi akibat diare akan berdampak negatif pada
kualitaspelayanan kesehatan karena angka kematian anak (AKA) merupakan
salah satu indikator untuk menilai derajat kesehatan yang optimal.
Penyakit diare merupakan suatu penyakit dimana sampai kini masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan
masih berfluktuasi, namun penyakit diare ini masih sering menimbulkan
kejadian luar biasa yang cukup banyak bahkan menimbulkan kematian
(Syahrir,et al.,2015). Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi
akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Sementara penyebab lain
adalah disentri, gizi, dan infeksi.
1.2 Tujuan
2.1 Diare
2.1.1 Definisi
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai dengan perubahan konsistensi tinja mejadi cair dengan atau tanpa
lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Kadang – kadang
pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya
cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare.( IDAI,2009).
Diare adalah suatu keadaan peradangan pada mukosa lambung dan usus
halus yang mengakibatkan pengeluaran feses yang tidak normal dan tidak seperti
biasanya dengan konsistensi lembek atau cair , bahkan dapat juga berupa air saja
dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih) dalam satu
hari (DepKes RI.2011).
Penyakit diare merupakan penyakit gangguan pencernaan yang
disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri E.coli yang masuk ke dalam
tubuh melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi kotoran manusia atau
hewan, kontaminasi tersebut dapat melalui jari-jari penderita yang
terkontaminasi(Adyanastri,2012).
2.1.2 Etiologi
1. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif. Anak yang tidak mendapat
ASI/ASI ekslusif, pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MPASI) yang terlalu dini akan mempercepat dan mempermudah
bayi kontak terhadap kuman.
2. Kebiasaan cuci tangan. Tidak membiasakan mencuci tangan
menggunakan sabun sebelum memberikan ASI/makanan, setelah buang
air besar, dan setelah membersihkan BAB anak.
3. Penyimpangan/ penyediaan makanan yang tidak higienis
b. Faktor lingkungan dan faktor penderita yakni ketersediaan air bersih yang tidak
memadai dan kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk. Menurut
Kemenkes RI tahun 2011 ada beberapa faktor dari penderita yang dapat
meningkatkan kecenderungan untuk terjadinya diare, antara lain : Umur anak,
kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit
imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak. Diare juga merupakan
salah satu komplikasi dari kejadian malnutrisi berat.
2.1.4 Klasifikasi Diare
Menurut WHO (2005) diarDiare diklasifikasikan berdasarkan durasinya menjadi
2, yaitu diare akut dan kronis. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 2
minggu yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit, atau invasi virus serta
dapat disebabkan oleh agen non-infeksi seperti keracunan makanan dan pengobatan,
sedangkan diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu (Kapti,
2017)
Table 2.1.4 Klasifikasi Diare Menurut Derajat Dehidrasi
Klasifikasi Tanda dan gejala
(kehilangan cairan > 10% berat badan) -kondisi umum lemah, letargis/
tidak sadar
-ubun-ubun besar. Mata
sangat cekung
-malas minum/ tidak dapat minum
-cubitan perut kembali
sangat lambat (>2mdetik)
2.1.5 Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi di bawah ini, yaitu :
a) Diare sekretorik
Diare sektorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus yang
terjadi akibat gangguan absorbsi natrium oleh vilus saluran cerna, sedangkan sekresi
klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan
elektrolit keluar dari tubuh sebagai tinja Cair. Diare sekretorik ditemukan diare yang
disebabkan oleh infeksi bakteri akbat rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin
E.coli atau V. Cholera.( KemenKes RI,2011).
b) Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus
halus yang disebabkan oleh obat-obat/ zat kimia yang hiperosmotik (antara lain
MgSO4, Mg(OH)2, malabsorbsi umum dan efek dalam absorpsi mukosa usus
misalnya pada defisiensi disakarida, malabsorpsi, glukosa/galaktosa.
c) Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregulitas motilitas usus sehingga
menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain : pasca
vagotomi, dan hipertiroid.
- Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan kosentrasi tinja,
lender dan darah dalam tinja.
- Muntah, rasa haus, rewel, anak tampak lemah, kesadaran menurun, buang air
kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
- Jumlah cairan yang masuk selama diare
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda utama dehidrasi : kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan
tanda-tanda tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata :
cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa dan lidah kering
atau basah. Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik.
Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan
ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat
dehidrasi yang terjadi (Subagyo, Bambang dan Nurtjahjo, 2012).
C. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasamya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur
urine dan tinja pada sepsis atau infeks saluran kemih.
(Subagyo, Bambang dan Nurtjahjo, 2012).
a) Rencana terapi A
- Muntah berulang
- Sangat haus
- Timbul demam
- Berak berdarah
b) Rencana terapi B
Diare dehidrasi Ringan/ Sedang (Bila terdapat dua tanda atau lebih)
- Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga
100- 200 ml air masak selama masa ini.
- Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3
jam kecuali ASI dan oralit
- Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut
c) Rencana terapi C
- Beri cairan Intravena segera. Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila
RL tidak tersedia) 100 ml/kg BB, dibagi sebagai berikut:
Umur Pemberian 30 ml/kgBB Kemudian 70 ml/kgBB
Bayi < 1 tahun 1 jam 5 jam
Anak > 1 tahun 30 menit 2 ½ jam
* Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba
- Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri
tetesan lebih cepat.
- Juga beri oralit (5 ml/kg/jam) bila penderita bisa minum;
biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau1-2 jam (anak).
- Berikan obat Zinc selama 10 hari berturut-turut
Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah
Saudara, pikirkan kemungkinan kolera dan beri antibiotika yang tepat secara
oral begitu anak sadar. (Nurul, 2015)
BAB III
LAPORAN
KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. F
Umur : 25 Bulan
Alamat : IX Korong
Keluhan Utama :
Pasien datang ke IGD Tumbang dibawah oleh orang tua dengan keluhan
- Muntah sejak 1 hari yang lalu, frekuensi 10 kali dalam sehari pada saat makan /
minum, volume sesuai dengan apa yang dimakan / diminum.
- Muntah tidak disertai mual, muntah tidak disertai darah
- BAB encer sejak 1 hari yang lalu, frekuensi 5 kali dalam sehari, volume ¼
gelas, konsistensi cair, warna kuning, berbau, masih ada ampas, tidak berlendir
ataupun berdarah
- BAK dalam batas normal
- Demam tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Kebiasaan
Riwayat Persalinan
Riwayat Imunisasi
Pemeriksaan Fisik
• Status Generalisata
- Suhu : 37,4 °C
- Nadi : 85 x/menit
- Nafas : 22 x/menit
- Tinggi badan : 87 cm
- Kulit : Pucat (-), tidak ada ikterik, tidak ada sianosis, turgor
- Thoraks :
- COR
ke arah medial
- Pulmo
- Abdomen:
P: Supel , Nyeri tekan dan nyeri lepas tidak ada, turgor kulit kembali
cepat
P: Tympani
Pemeriksaan Penunjang:
Tidak dilakukan
Diagnosis Kerja:
Penatalaksanaan:
IVFD KAEN 3B 12 tpm
Ondansentron 2 x 1 mg
Paracetamol syr 3 x 1 cth
Zink 1 tablet/hari selama 10 hari berturut - turut
Promotif
Pencegahan :
2. Cuci tangan pakai sabun dan air bersih yang mengalir sebelum dan
sesudah membuat makanan dan memberi makan anak, serta sesudah buang
Preventif
Kuratif
lebih lambat.
Edukasi:
Prognosis
Tumbang solok pada tanggal 10 Januari 2023 dengan keluhan utama muntah sudah
sejak 1 hari sebelum masuk IGD. Muntah sejak 1 hari yang lalu, frekuensi 10 kali
dalam sehari pada saat makan/minum, volume sesuai dengan apa yang dimakan /
diminum. Diare sejak 1 hari yang lalu, frekuensi 5x dalam sehari, volume ¼ gelas,
konsistensi cair, wana kuning, berbau, masih ada ampas, tidak berlendir ataupun
berdarah. Perut melilit dan tidak nafsu makan sejak 2 hari sebelum masuk IGD
Tumbang. Pasien masih mau minum namun badan pasien terasa lemah dan letih
sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam, batuk, sesak napas disangkal.
Pada kasus diatas dari anamnesa jarang mencuci tangan sebelum makan. Pada
diagnosa kerja diare akut tanpa dehidrasi. Diberikan pengobatan oralit setiap kali
diare, zinc 1x1 selama 10 hari serta pemberian edukasi kepada ibu pasien.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB) yang ditandai dengan BAB
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah. Penyakit
ini dapat disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan parasit. Infeksi menyebar melalui
makanan atau air minum yang terkontaminasi. Selain itu, dapat terjadi dari orang ke orang
sebagai akibat buruknya kebersihan diri (personal hygiene) dan lingkungan (sanitasi)
Menurut data WHO 2013, diare adalah faktor penting dari morbiditas dan
tidak bersih, cuci tangan pakai sabun dan air bersih yang mengalir sebelum dan
sesudah membuat makanan dan memberi makan anak, serta sesudah buang air
kecil dan buang air besar, rebus air minum terlebih dahulu, gunakan air bersih
untuk memasak, jaga kebersihan peralatan makan anak, buang air besar di jamban.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian M. Gizi dan Kesehatan Balita (Peranan Micro Zinc Pada Pertumbuhan Balita).
Adyanastri, F., 2012. Etiologi dan Gambaran Klinis Diare Akut di Rsup Dr Kariadi
Universitas Diponegoro.
Andean Dikky, dkk. 2017. Hubungan Sanitasi dan Hygiene Dengan Kejadian Diare Pada
Buku Saku Petugas Kesehatan. LINTAS Diare Lima Langkah. Tuntaskan Diare. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI, 2011, Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada. Balita,
Nurul utami, Nabila. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak.
Syahrir. S. K. et. al. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Dinas Kesehatan