Anda di halaman 1dari 27

Case Report Session

Diare Akut Pada Balita

Oleh : M Haris Redho

1710070100182

Preseptor :

dr. Nadia Pramesywari

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH


KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT DINAS KESEHATAN KOTA SOLOK
PUSKESMAS TANJUNG PAKU
SOLOK 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan case report yang berjudul “Diare pada balita”

Penulisan case report ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan

tugas akhir Keterampilan Klinik Senior pada stase Kesehatan Masyarakat II. Dalam

penyusunan dan penulisan case report ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta

dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terimakasih kepada dr. Nadia

Pramesywari yang telah memimbing dalam penyelesaian case report ini.

Dalam penulisan case report ini, tentunya masih terdapat kekurangan dalam

penulisannya karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis.

Oleh karena itu, penulis berharap agar dapat diberikan masukan yang dapat membangun

kesempurnaan penulisan ini.

Solok, Januari 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB) yang ditandai dengan
BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan
darah (Rikesdas, 2013). Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai bakteri,
virus, dan parasit yang terjadi akibat adanya peradangan pada saluran
pencernaan yang disebabkan oleh infeksi. Infeksi menyebar melalui makanan
atau air minum yang terkontaminasi. Selain itu, dapat terjadi dari orang ke
orang sebagai akibat buruknya kebersihan diri (personal hygiene) dan
lingkungan (sanitasi). Prevalensi diare dalam Rikesdas 2013, diare tersebar di
semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita
(1-4 tahun), yaitu 16,7%.

Menurut data WHO 2013, diare adalah faktor penting dari morbiditas
dan mortalitas dalam keadaan sanitasi lingkungan yang buruk di suatu negara
berkembang, penyediaan air yang tidak sehat, keterbelakangan ekonomi, dan
ketertinggalan dalam dunia pendidikan. Penyakit diare masih menjadi masalah
kesehatan dunia terutama di negara berkembang, diare merupakan salah satu
penyebab angka kematian dan kesakitan pada anak berumur kurang dari 5 tahun
(Andrean Dikky,dkk,2017). Menurut data World Health Organization (WHO)
pada tahun 2013 di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan setiap 100.000 balita
meninggal karena diare. Pada tahun 2015 lebih dari 1.400 anak- anak
meninggal setiap hari atau sekitar 526.000 anak per tahun yang disebabkan
karena diare (Ariani,2016). Prevalensi diare pada balita di Indonesia menurut
data Riskesdas tahun 2013 yang hanya sebesar 2,4 % dan meningkat pada tahun
2018 sebesar 11%. Prevalensi diare di Sumatera Barat juga mengalami
peningkatan dari tahun 2013 yang hanya sebesar 2,5 % meningkat menjadi 14 %
tahun 2018. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), studi
mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahawa
diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. (DepKes RI.
2011).
Angka kematian yang tinggi akibat diare akan berdampak negatif pada
kualitaspelayanan kesehatan karena angka kematian anak (AKA) merupakan
salah satu indikator untuk menilai derajat kesehatan yang optimal.
Penyakit diare merupakan suatu penyakit dimana sampai kini masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan
masih berfluktuasi, namun penyakit diare ini masih sering menimbulkan
kejadian luar biasa yang cukup banyak bahkan menimbulkan kematian
(Syahrir,et al.,2015). Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi
akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Sementara penyebab lain
adalah disentri, gizi, dan infeksi.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

1. Melengkapi syarat kepaniteraan klinik senior (KKS) di Puskesmas Tanah


Garam
2. Melengkapi syarat stase public health
3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama balita
4. Mengetahui Diare pada balita

1.2.2 Tujuan Khusus

Mengetahui tentang diare pada balita


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare

2.1.1 Definisi
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai dengan perubahan konsistensi tinja mejadi cair dengan atau tanpa
lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Kadang – kadang
pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya
cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare.( IDAI,2009).
Diare adalah suatu keadaan peradangan pada mukosa lambung dan usus
halus yang mengakibatkan pengeluaran feses yang tidak normal dan tidak seperti
biasanya dengan konsistensi lembek atau cair , bahkan dapat juga berupa air saja
dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih) dalam satu
hari (DepKes RI.2011).
Penyakit diare merupakan penyakit gangguan pencernaan yang
disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri E.coli yang masuk ke dalam
tubuh melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi kotoran manusia atau
hewan, kontaminasi tersebut dapat melalui jari-jari penderita yang
terkontaminasi(Adyanastri,2012).

2.1.2 Etiologi

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan


besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus, atau infestasi parasit),
malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi, dan sebab- sebab lainnya.
Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare
yang disebabkan infeksi dan keracunan ( Depkes RI,2011)

Menurut Nelwan (2014), penyebab diare diantaranya terjadi karena


infeksi bakteri, virus, dan parasit. Contoh bakteri yaitu shigella, salmonella, E.
Coli, Gol.Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus,
Campylobacter aeromona. Virus yaitu Rotavirus, Adenovirus, Cytomegalovirus.
Parasit yaitu diantaranya seperti Protozoa (Giardia, Entamoeba histolytica,
Trichuris trichiura, Cryptosporidium huminis, Strongyloides stercoralis,
Isospora Belii). Cacing ( Strongyloides strercoralis, Schistosomal). Non infeksi :
Malabropsi ( intolerasi laktosa ), keracunan makanan, alergi ( susu sapi, dan
protein kedelai ), efek obat- obatan dan sebab lain (Setiati,2014).
Penyebab diare terbanyak pada anak di bawah 5 tahun pada negara
berkembang adalah rotavirus (grup A), astrovirus, adenovirus, serotype 40 dan
41. Bakteri penyebab diare terbanyak yaitu Enteropathogenic Escherichia coli
dan Enterotoxigenic, Escherichia coli yang menyebabkan acute watery diarrhea.
Shigella sp., dan Entamoeba histolytica merupakan penyebab terbanyak
dariacute bloody diarrhea (disentri), Campylobacter sp., invasive Escherichia
coli, Salmonella dan Yersinia sp, juga dapat menyebabkan diare disertai darah
(disentri).

2.1.3 Cara Penularan dan Faktor Risiko

Cara penularan diare melalui faecal-oral yaitu melalui makanan atau


minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung dengan tangan penderita
atau tidak langsung melalui alat ( faeces, flies, food, fliud, finger ). Faktor risiko
terjadinya diare dapat dibedakan menjadi faktor perilaku dan faktor lingkungan.
a. Faktor perilaku, antara lain :

1. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif. Anak yang tidak mendapat
ASI/ASI ekslusif, pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MPASI) yang terlalu dini akan mempercepat dan mempermudah
bayi kontak terhadap kuman.
2. Kebiasaan cuci tangan. Tidak membiasakan mencuci tangan
menggunakan sabun sebelum memberikan ASI/makanan, setelah buang
air besar, dan setelah membersihkan BAB anak.
3. Penyimpangan/ penyediaan makanan yang tidak higienis

b. Faktor lingkungan dan faktor penderita yakni ketersediaan air bersih yang tidak
memadai dan kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk. Menurut
Kemenkes RI tahun 2011 ada beberapa faktor dari penderita yang dapat
meningkatkan kecenderungan untuk terjadinya diare, antara lain : Umur anak,
kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit
imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak. Diare juga merupakan
salah satu komplikasi dari kejadian malnutrisi berat.
2.1.4 Klasifikasi Diare
Menurut WHO (2005) diarDiare diklasifikasikan berdasarkan durasinya menjadi
2, yaitu diare akut dan kronis. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 2
minggu yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit, atau invasi virus serta
dapat disebabkan oleh agen non-infeksi seperti keracunan makanan dan pengobatan,
sedangkan diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu (Kapti,
2017)
Table 2.1.4 Klasifikasi Diare Menurut Derajat Dehidrasi
Klasifikasi Tanda dan gejala

Dehidrasi berat Dua atau lebih tanda berikut :

(kehilangan cairan > 10% berat badan) -kondisi umum lemah, letargis/
tidak sadar
-ubun-ubun besar. Mata
sangat cekung
-malas minum/ tidak dapat minum
-cubitan perut kembali
sangat lambat (>2mdetik)

Dehidrasi ringan- sedang/tidak berat Dua atau lebih tanda berikut :


(kehilangan cairan 5-10% berat
-rewel, gelisah, cengeng
badan)
-ubun-ubun besar. Mata
sedikit cekung
-tampak kehausan, minum lahap

-cubitan perut kembali lambat


Tanpa dehidrasi Tidak ada cukup tanda untuk
diklasifikasikan ke dua kriteria
(kehilangan cairan <5% berat badan )
di
atas.

2.1.5 Patofisiologi

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi di bawah ini, yaitu :

a) Diare sekretorik
Diare sektorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus yang
terjadi akibat gangguan absorbsi natrium oleh vilus saluran cerna, sedangkan sekresi
klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan
elektrolit keluar dari tubuh sebagai tinja Cair. Diare sekretorik ditemukan diare yang
disebabkan oleh infeksi bakteri akbat rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin
E.coli atau V. Cholera.( KemenKes RI,2011).
b) Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus
halus yang disebabkan oleh obat-obat/ zat kimia yang hiperosmotik (antara lain
MgSO4, Mg(OH)2, malabsorbsi umum dan efek dalam absorpsi mukosa usus
misalnya pada defisiensi disakarida, malabsorpsi, glukosa/galaktosa.
c) Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregulitas motilitas usus sehingga
menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain : pasca
vagotomi, dan hipertiroid.

2.1.6 Gambaran Klinis


1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair,tenesmus,
hematochezia, nyeri perut atau kram perut.

2. Muntah-muntah dan atau suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang.


3. Tanda-tanda dehidrasi muncul bila intake lebih kecil dari outputnya. Tanda-
tanda tersebut adalah perasaan haus, berat badan menurun, mata cekung, lidah
kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun,dan suara serak.

4. Frekuensi nafas lebih cepat dan dalam (pernafasan kussmaul).


Bikarbonat dapat hilang karena muntah dan diare sehingga dapat terjadi
penurunan pH darah. pH darah yang menurun ini merangsang pusat
pernafasan agar bekerja lebih cepat dengan meningkatkan pernafasan dengan
tujuan mengeluarkan asam karbonat, sehingga pH darah kembali normal.
Asidosis metabolic yang tidak terkompensasi ditandai oleh basa excess
negative, bikarbonat standard rendah dan PaCO2normal.

2.1.7 Diagnosis Diare


A. Anamnesa

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut :

- Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan kosentrasi tinja,
lender dan darah dalam tinja.
- Muntah, rasa haus, rewel, anak tampak lemah, kesadaran menurun, buang air
kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
- Jumlah cairan yang masuk selama diare

- Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengkonsumsi


makanan yang tidak biasa
- Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum. (RISKESDAS, 2018)

B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda utama dehidrasi : kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan
tanda-tanda tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata :
cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa dan lidah kering
atau basah. Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik.
Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan
ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat
dehidrasi yang terjadi (Subagyo, Bambang dan Nurtjahjo, 2012).
C. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasamya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur
urine dan tinja pada sepsis atau infeks saluran kemih.
(Subagyo, Bambang dan Nurtjahjo, 2012).

2.1.8 Prognosis Diare

Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan


terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat
baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal.

2.1.9 Penatalaksanaan Penyakit Diare


Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip penatalaksanaan diare pada balita
adalah LIMA LANGKAH TUNTASKAN DIARE (LINTAS) yang didukung oleh
Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO . Program LINTAS
DIARE yaitu :
 Rehidrasi dengan pemberian oralit
 Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut- turut.
 Teruskan pemberian ASI dan makanan
 Pemberian Antibiotik
 Nasihat pada ibu/ pengasuh anak Oralit .

Penatalaksaan dilakukan sesuai dengan derajat dehidrasi yaitu :

a) Rencana terapi A

Diare tanpa dehidrasi (Bila terdapat dua tanda atau lebih)

 Beri cairan lebih banyak dari biasanya

- Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama

- Anak yang mendapatkan ASI eksklusif, beri oralit atau air


matang sebagai tambahan.
- Anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, beri susu
yang biasa diminum dan oralit atau cairan rumah tangga
sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb)
- Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10
menit dan dilanjutkan sedikit demi sedikit.
 Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak

 Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak

- Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200 ml) di rumah bila :

 Telah diobati dengan rencana terapi B atau C

 Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika


diare memburuk.
- Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit

 Beri obat Zinc

Beri Zinc 10 hari beturut-turut walaupun diare sudah


berhenti. Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan
dalam 1 sendik air matang atau ASI.
- Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari

- Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari

 Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi

- Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama


pada waktu anak sehat
- Tambahkan 1-2 sendok the minyak sayur setiap porsi makan

- Beri makanan kaya kalium seperti sari buah segar, pisang,


air kelapa hijau
- Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih
kecil (setiap 3-4 jam)
- Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan
makanan tambahan selama 2 minggu
 Antibiotik hanya diberikam sesuai indikasi. Misal : disentri, kolera
dll
 Nasihati Ibu/pengasuh

Untuk membawa anak kembali ke putugas kesehatan bila :


- Berak cair lebih sering

- Muntah berulang

- Sangat haus

- Makan dan minum sangat sedikit

- Timbul demam

- Berak berdarah

- Tidak membaik dalam 3 hari

b) Rencana terapi B

Diare dehidrasi Ringan/ Sedang (Bila terdapat dua tanda atau lebih)

o Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama di sarana


kesehatan
Oralit yang diberikan = 75 ml x Berat badan anak

- Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah ini:

Umur sampai 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun


Beart Badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah Cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400

- Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah.

- Bujuk ibu untuk meneruskan ASI.

- Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga
100- 200 ml air masak selama masa ini.
- Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3
jam kecuali ASI dan oralit
- Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut

o Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit :

- Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan.

- Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas.


- Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah.

- Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit


dan berikan air masak atau ASI. Beri oralit sesuai Rencana
Terapi A bila pembengkakan telah hilang.

o Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan


penilaian, kemudian pilih rencana terapi A, B atau C untuk
melanjutkan terapi
- Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila
dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian
mengantuk dan tidur.
- Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang, ulangi
Rencana Terapi B
- Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah.

- Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan


Rencana Terapi C
o Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B

- Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam


Terapi 3 jam di rumah.
- Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan di rumah

o Jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di


rumah.

c) Rencana terapi C

Diare tanpa dehidrasi (Bila terdapat dua tanda atau lebih)

- Beri cairan Intravena segera. Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila
RL tidak tersedia) 100 ml/kg BB, dibagi sebagai berikut:
Umur Pemberian 30 ml/kgBB Kemudian 70 ml/kgBB
Bayi < 1 tahun 1 jam 5 jam
Anak > 1 tahun 30 menit 2 ½ jam
* Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba

- Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri
tetesan lebih cepat.
- Juga beri oralit (5 ml/kg/jam) bila penderita bisa minum;
biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau1-2 jam (anak).
- Berikan obat Zinc selama 10 hari berturut-turut

- Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat


dehidrasi. Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B
atau C ) untuk melanjutkan terapi
- Rujuk penderita untuk terapi Intravena.

- Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara


memberikannya selama di perjalanan.
- Mulai rehidrasi dengan oralit melalui Nasogastrik/ Orogastrik.

Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam

- Nilai setiap 1-2 jam :

- Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat.

- Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk


terapi Intravena.
- Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai
(A, B atau C )
- Mulai rehidrasi dengan oralit melalui mulut. Berikan sedikit
demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam
- Nilai setiap 1-2 jam :

- Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat.

- Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, rujuk untuk terapi


Intravena.
- Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang
sesuai.
Catatan :
- Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi

untuk memastikan bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan


cairan yang hilang dengan memberi oralit.

Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah
Saudara, pikirkan kemungkinan kolera dan beri antibiotika yang tepat secara
oral begitu anak sadar. (Nurul, 2015)
BAB III

LAPORAN

KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. F
Umur : 25 Bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : IX Korong

Keluhan Utama :

Pasien datang ke IGD Tumbang dibawah oleh orang tua dengan keluhan

muntah sejak 1 hari yang lalu

Riwayat penyakit sekarang

- Muntah sejak 1 hari yang lalu, frekuensi 10 kali dalam sehari pada saat makan /
minum, volume sesuai dengan apa yang dimakan / diminum.
- Muntah tidak disertai mual, muntah tidak disertai darah
- BAB encer sejak 1 hari yang lalu, frekuensi 5 kali dalam sehari, volume ¼
gelas, konsistensi cair, warna kuning, berbau, masih ada ampas, tidak berlendir
ataupun berdarah
- BAK dalam batas normal
- Demam tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya tidak ada

- Riwayat alergi tidak ada

- Riwayat kejang ada

Riwayat Penyakit Keluarga

- Tidak ada keluarga mengalami sakit yang sama dengan pasien

Riwayat Kebiasaan

- Pasien jarang cuci tangan sebelum makan.

- Tidak langsung membersihkan piring sisa makanan yang digunakan oleh


pasien

Kesan : Sterilisasi makan pasien tidak baik

Riwayat Persalinan

1. Lama hamil : 37 minggu

2. Cara lahir : Seksio sesarea

3. Beral lahir : 1850 gram

4. Saat lahir : langsung menangis kuat

5. Ditolong oleh : Dokter

Riwayat Makanan dan Minumam

• Bayi : ASI : 0 – 23 bulan

Susu formula : 7 bulan

Biskuit :8- 12 bulan

Kesan` : kualitas dan kuantitas cukup baik

Riwayat Imunisasi

Imunisasi Dasar Umur


HB0 24 jam
BCG 1 bulan
Polio (OPV)
Polio : 1 1 bulan
Polio : 2 2 bulan
Polio : 3 3 bulan
IPV 4 bulan
DPT,HB,Hib
1. 2 bulan
2. 3 bulan
3. 4 bulan
CAMPAK 9 bulan

Kesan : Riwayat Imunisasi Lengkap

Riwayat Perumahan dan Lingkungan

- Rumah tempat tinggal : Permanen

- Sumber air minum : Air yang dimasak

- Buang air besar : WC dirumah


- Pekarangan : Cukup luas

- Sampah : Dibuang di TPS

Kesan : Hygienitas dan sanitasi baik

Pemeriksaan Fisik

• Status Generalisata

- Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang

- Kesadaran : Compos mentis

- Suhu : 37,4 °C

- Nadi : 85 x/menit

- Nafas : 22 x/menit

- Berat badan : 8,6 kg

- Tinggi badan : 87 cm

- Kulit : Pucat (-), tidak ada ikterik, tidak ada sianosis, turgor

kulit kembali cepat

- Kepala : Normochepal, Lika : 46 cm

- Rambut : Hitam, tidak mudah rontok

- Mata : Pupil isokor refleks cahaya (+/+), konjungtiva

anemis(-/-), sklera ikterik (-/-), cekung (-/-)


- Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ditemukan kelainan

- Hidung : tidak ada kelainan

- Mulut : tidak pucat, mukosa bibir dan mulut tidak kering

- Leher : tidak ada pembesaran KGB dan kelenjar tiroid

- Thoraks :

- COR

I : Iktus cordis tidak terlihat

P: Iktus cordis tidak teraba

P: Batas jantung jantung normal

-Batas kiri : RIC V sejajar linea midclavicula sinistra 2 jari

ke arah medial

-Batas kanan : RIC IV linea sternalis dextra

-Batas atas : RIC II linea parasternalis

sinistra A: Irama reguler, murmur (-), gallop (-)

- Pulmo

I : Tampak simetris dalam keadaan statis dan dinamis

P: Fremitus taktil sama kiri dan kanan

P: Sonor dikedua lapang paru

A: Ronkhi tidak ada dibagian basal paru, wheezing tidak ada

- Abdomen:

I : Perut tidak tampak membuncit, sikatrik tidak ada

A: Bising usus (+) meningkat

P: Supel , Nyeri tekan dan nyeri lepas tidak ada, turgor kulit kembali
cepat

P: Tympani

- Punggung : Tidak ada kelainan

- Alat kelamin : Tidak dilakukan

- Ekstremitas atas : Akral hangat, CRT < 2'‘

- Ekstremitas bawah :Akral hangat, CRT < 2'‘

Pemeriksaan Penunjang:

Tidak dilakukan

Diagnosis Kerja:

Diare akut tanpa dehidrasi

Penatalaksanaan:
 IVFD KAEN 3B 12 tpm
 Ondansentron 2 x 1 mg
 Paracetamol syr 3 x 1 cth
 Zink 1 tablet/hari selama 10 hari berturut - turut

Promotif

Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit pasien, seperti penyebabnya,

cara penularannya, gejala-gejalanya, pengobatan dan cara pencegahan penularan.

Pencegahan :

1. Hindari makanan dan minuman yang tidak bersih

2. Cuci tangan pakai sabun dan air bersih yang mengalir sebelum dan

sesudah membuat makanan dan memberi makan anak, serta sesudah buang

air kecil dan buang air besar


3. Rebus air minum terlebih dahulu
4. Gunakan air bersih untuk memasak
5. Jaga kebersihan peralatan makan anak
6. Buang air besar di jamban

Preventif

Menghindari faktor risiko yang dapat menularkan penyakit dan melakukan

pencegahan terhadap penularan.

1. Tidak memadainya penyediaan air bersih

2. Pencermaran air oleh tinja

3. Kurangnya sarana kebersihan

4. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang kurang

5. Penyimpanan dan penyiapan makanan yang kurang higienis

6. Harus memenuhi jamban sehat

Kuratif

Medikamentosa :Terapi A (Rawat di rumah)

- Oralit 6 sachet ( 1 scahet = 200 ml)

• 100 sampai 200 ml setiap kali BAB

• Diminumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari mangkuk/ cangkir/gelas

• Jika anak muntah, tunggu 10 menit. kemudian lanjutkan lagi dengan

lebih lambat.

• lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.

- Zinc tab 20 mg 1x1tab Diberikan selama 10 hari


Non Medikamentosa

Edukasi:

1. Istirahat yang cukup

2. Banyak minum air putih

3. Cuci tangan sebelum makan

4. Hindari makanan yang pedas dan bersifat asam

5. Edukasi cara pemberian oralit dan zinc

6. Nasihat untuk orang tua / pengasuh, Untuk membawa kembali ke

petugas kesehatan, bila:

- BAB cair lebih sering

- Muntah berulang, Sangat haus

- Makan dan minum sangat sedikit, timbul demam

- BAB berdarah dan tidak membaik dalam 3 hari

Prognosis

Qou ad Vitam : Bonam

Qou ad Fungsionam : Bonam

Qou ad Sanationam : Bonam


BAB IV
PEMBAHASAN

Seorang anak perempuan usia 25 bulan datang bersama ibunya ke IGD

Tumbang solok pada tanggal 10 Januari 2023 dengan keluhan utama muntah sudah

sejak 1 hari sebelum masuk IGD. Muntah sejak 1 hari yang lalu, frekuensi 10 kali

dalam sehari pada saat makan/minum, volume sesuai dengan apa yang dimakan /

diminum. Diare sejak 1 hari yang lalu, frekuensi 5x dalam sehari, volume ¼ gelas,

konsistensi cair, wana kuning, berbau, masih ada ampas, tidak berlendir ataupun

berdarah. Perut melilit dan tidak nafsu makan sejak 2 hari sebelum masuk IGD

Tumbang. Pasien masih mau minum namun badan pasien terasa lemah dan letih

sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam, batuk, sesak napas disangkal.

Pada kasus diatas dari anamnesa jarang mencuci tangan sebelum makan. Pada

pemeriksaan fisik kesadaran baik, Nadi 85 x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu

37,4 C, ditemukan bising usus meningkat pada pemeriksaan abdomen.

Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan. Berdasarkan hasil diatas dapat ditegakkan

diagnosa kerja diare akut tanpa dehidrasi. Diberikan pengobatan oralit setiap kali

diare, zinc 1x1 selama 10 hari serta pemberian edukasi kepada ibu pasien.
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB) yang ditandai dengan BAB

lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah. Penyakit

ini dapat disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan parasit. Infeksi menyebar melalui

makanan atau air minum yang terkontaminasi. Selain itu, dapat terjadi dari orang ke orang

sebagai akibat buruknya kebersihan diri (personal hygiene) dan lingkungan (sanitasi)

Menurut data WHO 2013, diare adalah faktor penting dari morbiditas dan

mortalitas dalam keadaan sanitasi lingkungan yang buruk di suatu negara

berkembang, penyediaan air yang tidak sehat, keterbelakangan ekonomi, dan

ketertinggalan dalam dunia pendidikan. Penyakit diare masih menjadi masalah

kesehatan dunia terutama di negara berkembang,

Pencegahan bisa dilakukan dengan hindari makanan dan minuman yang

tidak bersih, cuci tangan pakai sabun dan air bersih yang mengalir sebelum dan

sesudah membuat makanan dan memberi makan anak, serta sesudah buang air

kecil dan buang air besar, rebus air minum terlebih dahulu, gunakan air bersih

untuk memasak, jaga kebersihan peralatan makan anak, buang air besar di jamban.
DAFTAR PUSTAKA

Adrian M. Gizi dan Kesehatan Balita (Peranan Micro Zinc Pada Pertumbuhan Balita).

Jakarta: Kencana Prenanamedia Group. 2014

Adyanastri, F., 2012. Etiologi dan Gambaran Klinis Diare Akut di Rsup Dr Kariadi

Semarang. Skripsi. Program Pendidikan Sarjana KedokteranFakultas Kedokteran.

Universitas Diponegoro.

Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta : 2009. Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Andean Dikky, dkk. 2017. Hubungan Sanitasi dan Hygiene Dengan Kejadian Diare Pada

Balita di Wilayah Kerja Pusksesmas Tasikmadu. Fakultas Kesehatan UNDIP

Buku Saku Petugas Kesehatan. LINTAS Diare Lima Langkah. Tuntaskan Diare. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI. 2011

Departemen Kesehatan RI, 2011, Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada. Balita,

Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kemenkes. RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. RISKESDAS. Jakarta.

Nurul utami, Nabila. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak.

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 2016;3 (4).

Syahrir. S. K. et. al. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Selatan

Anda mungkin juga menyukai