Anda di halaman 1dari 25

Case Report Session

Diare Akut Pada Balita

Oleh : Fadilla Yusra

1710070100075

Preseptor :

dr. Venny Novi Yersi

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH


KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DINAS KESEHATAN KOTA SOLOK
PUSKESMAS TANJUNG PAKU SOLOK
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan case report yang berjudul “Diare pada balita”

Penulisan case report ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan

tugas akhir Keterampilan Klinik Senior pada stase Kesehatan Masyarakat II. Dalam

penyusunan dan penulisan case report ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta

dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terimakasih kepada dr. Venny Novi

Yersi yang telah memimbing dalam penyelesaian case report ini.

Dalam penulisan case report ini, tentunya masih terdapat kekurangan dalam

penulisannya karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis.

Oleh karena itu, penulis berharap agar dapat diberikan masukan yang dapat membangun

kesempurnaan penulisan ini.

Solok, November 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB) yang ditandai dengan

BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan

darah (Rikesdas, 2013). Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai bakteri, virus,

dan parasit. Infeksi menyebar melalui makanan atau air minum yang

terkontaminasi. Selain itu, dapat terjadi dari orang ke orang sebagai akibat

buruknya kebersihan diri (personal hygiene) dan lingkungan (sanitasi). Prevalensi

diare dalam Rikesdas 2013, diare tersebar di semua kelompok umur dengan

prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun), yaitu 16,7%.

Menurut data WHO 2013, diare adalah faktor penting dari morbiditas dan

mortalitas dalam keadaan sanitasi lingkungan yang buruk di suatu negara

berkembang, penyediaan air yang tidak sehat, keterbelakangan ekonomi, dan

ketertinggalan dalam dunia pendidikan. Penyakit diare masih menjadi masalah

kesehatan dunia terutama di negara berkembang, diare merupakan salah satu

penyebab angka kematian dan kesakitan pada anak berumur kurang dari 5 tahun

(Andrean Dikky,dkk,2017). Menurut data World Health Organization (WHO) pada

tahun 2013 di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA

(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan setiap 100.000 balita meninggal karena

diare. Pada tahun 2015 lebih dari 1.400 anak- anak meninggal setiap hari atau

sekitar 526.000 anak per tahun yang disebabkan karena diare (Ariani,2016). Angka

kematian yang tinggi akibat diare akan berdampak negatif pada kualitaspelayanan

kesehatan karena angka kematian anak (AKA) merupakan salah satu indikator

untuk menilai derajat kesehatan yang optimal.

Penyakit diare merupakan suatu penyakit dimana sampai kini masih


menjadi masalah kesehatan masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan

masih berfluktuasi, namun penyakit diare ini masih sering menimbulkan

kejadian luar biasa yang cukup banyak bahkan menimbulkan kematian

(Syahrir,et al.,2015). Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi

akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Sementara penyebab lain

adalah disentri, gizi, dan infeksi.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

1. Melengkapi syarat kepaniteraan klinik senior (KKS) di Puskesmas Tanjung

Paku

2. Melengkapi syarat stase public health

3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama balita

4. Mengetahui Diare pada balita

1.2.2 Tujuan Khusus

Mengetahui tentang diare pada balita


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
2.1.1 Definisi
Diare adalah buang air besar ( defekasi ) dengan tinja berbentuk cair

atau setengah cair ( setengah padat ), kandungan air lebih besar 200 gram

atau 200ml/24 jam, definisi lain dari diare adalah feses dengan konsistensi

lebih encerdan frekuensi lebih sering ( >2x dalam satu hari ).

Diare adalah suatu keadaan peradangan pada mukosa lambung dan

usus halus yang mengakibatkan pengeluaran feses yang tidak normal dan

tidak seperti biasanya dengan konsistensi lembek atau cair , bahkan dapat

juga berupa air saja dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya (3 kali

atau lebih) dalam satu hari (DepKes RI.2011).

Penyakit diare merupakan penyakit gangguan pencernaan yang

disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri E.coli yang masuk ke dalam

tubuh melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi kotoran manusia

atau hewan, kontaminasi tersebut dapat melalui jari-jari penderita yang

terkontaminasi(Adyanastri,2012).

2.1.2 Etiologi

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6

golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus, atau infestasi

parasit), malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi, dan sebab- sebab

lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis

adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan ( Depkes RI,2011)

Menurut Nelwan (2014), penyebab diare diantaranya terjadi karena

infeksi bakteri, virus, dan parasit. Contoh bakteri yaitu shigella, salmonella,
E. Coli, Gol.Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus

aureus, Campylobacter aeromona. Virus yaitu Rotavirus, Adenovirus,

Cytomegalovirus. Parasit yaitu diantaranya seperti Protozoa (Giardia,

Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, Cryptosporidium huminis,

Strongyloides stercoralis, Isospora Belii). Cacing ( Strongyloides

strercoralis, Schistosomal). Non infeksi : Malabropsi ( intolerasi laktosa ),

keracunan makanan, alergi ( susu sapi, dan protein kedelai ), efek obat-

obatan dan sebab lain (Setiati,2014)

Penyebab diare terbanyak pada anak di bawah 5 tahun pada negara

berkembang adalah rotavirus (grup A), astrovirus, adenovirus, serotype

40 dan 41. Bakteri penyebab diare terbanyak yaitu Enteropathogenic

Escherichia coli dan Enterotoxigenic, Escherichia coli yang menyebabkan

acute watery diarrhea. Shigella sp., dan Entamoeba histolytica merupakan

penyebab terbanyak dariacute bloody diarrhea (disentri), Campylobacter sp.,

invasive Escherichia coli, Salmonella dan Yersinia sp, juga dapat

menyebabkan diare disertai darah (disentri).

2.1.3 Cara Penularan dan Faktor Risiko

Cara penularan diare melalui faecal-oral yaitu melalui makanan atau

minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung dengan tangan

penderita atau tidak langsung melalui alat ( faeces, flies, food, fliud, finger ).

Faktor risiko terjadinya diare dapat dibedakan menjadi faktor perilaku dan

faktor lingkungan.

a. Faktor perilaku, antara lain :


1. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif. Anak yang tidak mendapat

ASI/ASI ekslusif, pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu

(MPASI) yang terlalu dini akan mempercepat dan mempermudah


bayi kontak terhadap kuman.

2. Kebiasaan cuci tangan. Tidak membiasakan mencuci tangan

menggunakan sabun sebelum memberikan ASI/makanan, setelah buang

air besar, dan setelah membersihkan BAB anak.

3. Penyimpangan/ penyediaan makanan yang tidak higienis

b. Faktor lingkungan dan faktor penderita yakni ketersediaan air bersih yang

tidak memadai dan kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk. Menurut

Kemenkes RI tahun 2011 ada beberapa faktor dari penderita yang dapat

meningkatkan kecenderungan untuk terjadinya diare, antara lain : Umur anak,

kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit

imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak. Diare juga merupakan

salah satu komplikasi dari kejadian malnutrisi berat.

2.1.4 Klarifikasi Diare

Menurut WHO (2005) diarDiare diklasifikasikan berdasarkan durasinya

menjadi 2, yaitu diare akut dan kronis. Diare akut adalah diare yang berlangsung

kurang dari 2 minggu yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit,

atau invasi virus serta dapat disebabkan oleh agen non-infeksi seperti keracunan

makanan dan pengobatan, sedangkan diare kronis adalah diare yang berlangsung

lebih dari 2 minggu (Kapti, 2017)

Table 2.1.4 Klasifikasi Diare Menurut Derajat Dehidrasi


Klasifikasi Tanda dan gejala

Dehidrasi berat Dua atau lebih tanda berikut :


(kehilangan cairan > 10% berat badan) -kondisi umum lemah, letargis/ tidak
sadar
-ubun-ubun besar. Mata sangat
cekung
-malas minum/ tidak dapat minum
-cubitan perut kembali sangat
lambat (>2mdetik)

Dehidrasi ringan- sedang/tidak berat Dua atau lebih tanda berikut :


(kehilangan cairan 5-10% berat badan) -rewel, gelisah, cengeng
-ubun-ubun besar. Mata sedikit
cekung
-tampak kehausan, minum lahap
-cubitan perut kembali lambat
Tanpa dehidrasi Tidak ada cukup tanda untuk
(kehilangan cairan <5% berat badan ) diklasifikasikan ke dua kriteria di
atas.

2.1.5 Patofisiologi

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi di bawah ini, yaitu :

a) Diare sekretorik

Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,

menurunnya fungsi absropsi dari usus. Bakteri dalam usus akan mengeluarkan

toksin yang mana toksin tersebut akan menstimulasi c-AMP dan c-GMP yang

mengakibatkan peningkatan sekresi cairan dan elektrolit sehingga terjadi diare.

b) Diare osmotik

Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus

halus yang disebabkan oleh obat-obat/ zat kimia yang hiperosmotik (antara lain

MgSO4, Mg(OH)2, malabsorbsi umum dan efek dalam absorpsi mukosa usus

misalnya pada defisiensi disakarida, malabsorpsi, glukosa/galaktosa.

c) Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal

Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregulitas motilitas usus sehingga
menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain : pasca

vagotomi, dan hipertiroid.

2.1.6 Gambaran Klinis

1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair,tenesmus,

hematochezia, nyeri perut atau kram perut.

2. Muntah-muntah dan atau suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang.

3. Tanda-tanda dehidrasi muncul bila intake lebih kecil dari outputnya.

Tanda-tanda tersebut adalah perasaan haus, berat badan menurun, mata

cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun,dan

suara serak.

4. Frekuensi nafas lebih cepat dan dalam (pernafasan kussmaul).

Bikarbonat dapat hilang karena muntah dan diare sehingga dapat terjadi

penurunan pH darah. pH darah yang menurun ini merangsang pusat

pernafasan agar bekerja lebih cepat dengan meningkatkan pernafasan

dengan tujuan mengeluarkan asam karbonat, sehingga pH darah

kembali normal. Asidosis metabolic yang tidak terkompensasi ditandai

oleh basa excess negative, bikarbonat standard rendah dan

PaCO2normal.

2.1.7 Diagnosis Diare

A. Anamnesa

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare,

frekuensi, volume, konsistensi tinja, bau, ada atau tidak adanya berlendir dan

darah. Bila disertai muntah ; volume dan frekuensinya. Kencing : biasa,

berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan
minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang

menyertai seperti : batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan yang telah

dilakukan ibu selama diare : memberi oralit, membawa berobat ke puskesmas

atau ke rumah sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya

(Subagyo, Bambang dan Nurtjahjo, 2012).

B. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi

denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah Selanjutnya perlu dicari

tanda-tanda utama dehidrasi : kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen

dan tanda-tanda tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata :

cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa dan lidah

kering atau basah. Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis

metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi.

Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat

menentukan derajat dehidrasi yang terjadi (Subagyo, Bambang dan Nurtjahjo,

2012).

C. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak

diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya

penyebab dasamya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut

atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah

lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeks saluran kemih.

(Subagyo, Bambang dan Nurtjahjo, 2012).

2.1.8 Prognosis Diare


Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan

terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat

baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal.

2.1.9 Penatalaksanaan Penyakit Diare

Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip penatalaksanaan diare pada

balita adalah LIMA LANGKAH TUNTASKAN DIARE (LINTAS) yang

didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO .

Program LINTAS DIARE yaitu :

1. Rehidrasi dengan pemberian oralit

Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida

(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat.

Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang

saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak

mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan

keseimbangan elektrolit dalamtubuh sehingga lebih diutamakan oralit.

Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200 cc).

- Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cccairan oralit setiap kali

buang air besar.

- Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cccairan oralit setiap kali

buang air besar.

2. Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut- turut.

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh.

Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), di

mana ekskresi enzim ini akan meningkatkan hipersekresi epitel usus . Zinc
juga berperan dalam proses epitelisasi dinding usus yang mengalami

hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam proses epitelisasi dinding

usus yang mengalami kerusakan baik secara morfologi dan fungsinya selama

terjadi diare. Zinc juga meningkatkan sistim kekebalan tubuh sehingga dapat

mencegah risiko terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah anak sembuh

dari diare. Zinc diberikan 10 hari berturut- turut walaupun diare sudah

berhenti pada anak. Halini dimaksudkan untuk meningkatkan mortalitas usus

dan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulangnya diare pada 2 – 3

bulan ke depan. Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam

1 sendok air matang atau ASI :

 Umur < 6 bulan : diberi 10 mg( ½ tablet ) per harii

 Umur > 6 bulan : diberi 20 mg ( 1 tablet ) per hari.

3.Teruskan pemberian ASI dan makanan

Pemberian makanan selama diare dapat membuat anak tetap kuatdan

tumbuh dengan baik serta mencegah kehilangan berat badan. Anak yang

masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI sedangkan anak yang

minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6

bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat

harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan lebih sedikit

dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra

diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.

4. Pemberian Antibiotik

Antibiotik pada umunya tidak diperlukan pada semua penderita diare akut.

Antibiotik diindikasikan pada pasien diare yang disertai dengan demam, feses berdarah,

leukosit pada feses, suspek kolera dan infeksi berat lainnya. Menurut PERMENKES No.

2406 tahun 2011 mengenai pemakaian antibiotik menyatakan bahwa terapi antibiotik
dapat digunakan sebagai terapi empiris dan definitif.Antibiotik sebagai terapi empiris

yang digunakan adalah tetrasiklin, doxyciclin, cotrimoxazole dan eritromisin dengan

jangka waktu atau lama pemberian antibiotik yang disarankan adalah 2-3 hari. Setelah itu,

maka harus segera dievaluasi berdasarkan kondisi klinis dan hasil pemeriksaan seperti lab

dan mikrobiologi.

5.Nasihat pada ibu/ pengasuh anak Oralit .

A. Cara memberikan cairan di rumah

B. Kapan harus membawa anak kembali ke petugas kesehatan :

C. Bercak cair lebih sering

D. Muntah berulang

E. Sangat haus

F. Makan dan minum sangat sedikit

G. Demam

H. Berak bedarah

I. Tidak membaik dalam 3 hari


BAB III

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. F
Umur : 4 tahun 10 bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Kampung Jawa

Keluhan Utama :

Pasien datang ke poli umum puskesmas Tanjung Paku dibawa oleh orang tua

dengan keluhan Diare sejak 3 hari yang lalu

Riwayat penyakit sekarang

- Diare sejak 3 hari yang lalu, frekuensi 4x dalam sehari, volume ¼ gelas,

konsistensi cair, wana kuning, berbau, masih ada ampas, tidak berlendir

ataupun berdarah.

- Perut melilit sejak 3 hari yang lalu

- Nafsu makan berkurang sejak 2 hari yang lalu, namun anak masih mau

minum.

- Badan terasa lemah dan letih sejak 2 hari yang lalu

- Tidak ada batuk, dan sesak

- Tidak ada demam

- Mual dan muntah tidak ada

- BAK jumlah dan warna dalam batas normal

- Riwayat konsumsi makanan yang basi disangkal

Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya tidak ada

- Riwayat alergi tidak ada

- Riwayat kejang tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

- Tidak ada keluarga mengalami sakit yang sama dengan pasien

Riwayat Kebiasaan

- Pasien memiliki kebiasaan sering jajan diluar, pasien juga jarang cuci

tangan sebelum makan.

- Tidak langsung membersihkan piring sisa makanan yang digunakan oleh

pasien

Kesan : Sterilisasi makan pasien tidak baik

Riwayat Persalinan

1. Lama hamil : 40 minggu

2. Cara lahir : partus pervaginam

3. Beral lahir : 2900 gram

4. Saat lahir : langsung menangis kuat

5. Ditolong oleh : Dokter

Riwayat Makanan dan Minumam

• Bayi : ASI : 0 – 18 bulan

Susu formula : 7 bulan

Biskuit : 12 bulan

• Anak : makanan utama : Nasi. 2-3 X per hari menghabiskan 1 porsi

Daging : 1x/ minggu


Ikan : 3-4 x/minggu

Telur : 3-4 x/minggu

Sayur : 2 /minggu

Buah : 1 x/minggu

Kesan` : kualitas dan kuantitas makanan cukup baik

Riwayat Imunisasi

Imunisasi Dasar Umur


HB0 24 jam
BCG 1 bulan
Polio (OPV)
Polio : 1 1 bulan
Polio : 2 2 bulan
Polio : 3 3 bulan
IPV 4 bulan
DPT,HB,Hib
1. 2 bulan
2. 3 bulan
3. 4 bulan
CAMPAK 9 bulan

Kesan : Riwayat Imunisasi Lengkap

Riwayat Perumahan dan Lingkungan

- Rumah tempat tinggal : Permanen

- Sumber air minum : Air yang dimasak

- Buang air besar : WC dirumah


- Pekarangan : Cukup luas

- Sampah : Dibuang di TPS

Kesan : Hygienitas dan sanitasi baik

Pemeriksaan Fisik

• Status Generalisata

- Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang

- Kesadaran : Compos mentis

- Suhu : 36,6 °C

- Nadi : 80 x/menit

- Nafas : 22 x/menit

- Berat badan : 18 kg

- Tinggi badan : 109 cm

- BB/U : 100% ( Gizi baik)

- TB/U : 100,9 %( Tinggi Normal)

- BB/TB : 94% ( Normal )

- Kulit : Pucat (-), tidak ada ikterik, tidak ada sianosis, turgor kulit

kembali cepat

- Kepala : Normochepal, Lika : 50 cm

- Rambut : Hitam, tidak mudah rontok

- Mata : Pupil isokor refleks cahaya (+/+), konjungtiva anemis(-/-),

sklera ikterik (-/-), cekung (-/-)


- Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ditemukan kelainan

- Hidung : tidak ada kelainan

- Mulut : tidak pucat, mukosa bibir dan mulut tidak kering

- Leher : tidak ada pembesaran KGB dan kelenjar tiroid

- Thoraks :

- COR

I : Iktus cordis tidak terlihat

P: Iktus cordis tidak teraba

P: Batas jantung jantung normal

-Batas kiri : RIC V sejajar linea midclavicula sinistra 2 jari ke

arah medial

-Batas kanan : RIC IV linea sternalis dextra

-Batas atas : RIC II linea parasternalis sinistra

A: Irama reguler, murmur (-), gallop (-)

- Pulmo

I : Tampak simetris dalam keadaan statis dan dinamis

P: Fremitus taktil sama kiri dan kanan

P: Sonor dikedua lapang paru

A: Ronkhi tidak ada dibagian basal paru, wheezing tidak ada

- Abdomen:

I : Perut tidak tampak membuncit, sikatrik tidak ada

A: Bising usus (+) meningkat

P: Supel , Nyeri tekan dan nyeri lepas tidak ada, turgor kulit kembali
cepat

P: Tympani

- Punggung : Tidak ada kelainan

- Alat kelamin : Tidak dilakukan

- Ekstremitas atas : Akral hangat, CRT < 2'‘

- Ekstremitas bawah :Akral hangat, CRT < 2'‘

Pemeriksaan Penunjang:

Tidak dilakukan

Diagnosis Kerja:

Diare akut tanpa dehidrasi

Penatalaksanaan:

Promotif

Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit pasien, seperti penyebabnya,

cara penularannya, gejala-gejalanya, pengobatan dan cara pencegahan penularan.

Pencegahan :

1. Hindari makanan dan minuman yang tidak bersih

2. Cuci tangan pakai sabun dan air bersih yang mengalir sebelum dan

sesudah membuat makanan dan memberi makan anak, serta sesudah buang

air kecil dan buang air besar

3. Rebus air minum terlebih dahulu


4. Gunakan air bersih untuk memasak

5. Jaga kebersihan peralatan makan anak

6. Buang air besar di jamban

Preventif

Menghindari faktor risiko yang dapat menularkan penyakit dan melakukan

pencegahan terhadap penularan.

1. Tidak memadainya penyediaan air bersih

2. Pencermaran air oleh tinja

3. Kurangnya sarana kebersihan

4. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang kurang

5. Penyimpanan dan penyiapan makanan yang kurang higienis

6. Harus memenuhi jamban sehat

Kuratif

Medikamentosa :Terapi A (Rawat di rumah)

- Oralit 6 sachet ( 1 scahet = 200 ml)

• 100 sampai 200 ml setiap kali BAB

• Diminumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari mangkuk/ cangkir/gelas

• Jika anak muntah, tunggu 10 menit. kemudian lanjutkan lagi dengan lebih

lambat.

• lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.

- Zinc tab 20 mg 1x1tab


Diberikan selama 10 hari

Non Medikamentosa

Edukasi:

1. Istirahat yang cukup

2. Banyak minum air putih

3. Cuci tangan sebelum makan

4. Hindari makanan yang pedas dan bersifat asam

5. Edukasi cara pemberian oralit dan zinc

6. Nasihat untuk orang tua / pengasuh, Untuk membawa kembali ke petugas

kesehatan, bila:

- BAB cair lebih sering

- Muntah berulang, Sangat haus

- Makan dan minum sangat sedikit, timbul demam

- BAB berdarah dan tidak membaik dalam 3 hari

Prognosis

Qou ad Vitam : Bonam

Qou ad Fungsionam : Bonam

Qou ad Sanationam : Bonam


BAB IV
PEMBAHASAN

Seorang anak perempuan usia 4 tahun 10 bulan datang bersama ibunya ke

puskesmas tanjung paku solok pada tanggal 2 November 2022 dengan keluhan

utama diare sudah sejak 5 jam sebelum masuk puskesmas, diare sudah dirasakan

sejak 3 hari yang lalu. Diare sejak 3 hari yang lalu, frekuensi 4x dalam sehari,

volume ¼ gelas, konsistensi cair, wana kuning, berbau, masih ada ampas, tidak

berlendir ataupun berdarah. Perut melilit dan tidak nafsu makan sejak 2 hari

sebelum masuk puskesmas. Pasien masih mau minum namun badan pasien terasa

lemah dan letih sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam, batuk, sesak

napas, mual dan muntah disangkal. Pada kasus diatas dari anamnesa juga dijumpai

pasien memiliki kebiasaan jajan sembarangan diluar atau disaat sekolah serta jarang

mencuci tangan sebelum makan. Pada pemeriksaan fisik kesadaran baik, Nadi 80

x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu 36,6 C, ditemukan bising usus meningkat

pada pemeriksaan abdomen. Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan. Berdasarkan

hasil diatas dapat ditegakkan diagnosa kerja diare akut tanpa dehidrasi. Diberikan

pengobatan oralit setiap kali diare, zinc 1x1 selama 10 hari serta pemberian edukasi

kepada ibu pasien.


BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB) yang ditandai dengan BAB

lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah. Penyakit

ini dapat disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan parasit. Infeksi menyebar melalui

makanan atau air minum yang terkontaminasi. Selain itu, dapat terjadi dari orang ke orang

sebagai akibat buruknya kebersihan diri (personal hygiene) dan lingkungan (sanitasi)

Menurut data WHO 2013, diare adalah faktor penting dari morbiditas dan

mortalitas dalam keadaan sanitasi lingkungan yang buruk di suatu negara

berkembang, penyediaan air yang tidak sehat, keterbelakangan ekonomi, dan

ketertinggalan dalam dunia pendidikan. Penyakit diare masih menjadi masalah

kesehatan dunia terutama di negara berkembang,

Pencegahan bisa dilakukan dengan hindari makanan dan minuman yang

tidak bersih, cuci tangan pakai sabun dan air bersih yang mengalir sebelum dan

sesudah membuat makanan dan memberi makan anak, serta sesudah buang air

kecil dan buang air besar, rebus air minum terlebih dahulu, gunakan air bersih

untuk memasak, jaga kebersihan peralatan makan anak, buang air besar di jamban.
DAFTAR PUSTAKA

Adrian M. Gizi dan Kesehatan Balita (Peranan Micro Zinc Pada Pertumbuhan Balita).

Jakarta: Kencana Prenanamedia Group. 2014

Adyanastri, F., 2012. Etiologi dan Gambaran Klinis Diare Akut di Rsup Dr Kariadi

Semarang. Skripsi. Program Pendidikan Sarjana KedokteranFakultas Kedokteran.

Universitas Diponegoro.

Andean Dikky, dkk. 2017. Hubungan Sanitasi dan Hygiene Dengan Kejadian Diare Pada

Balita di Wilayah Kerja Pusksesmas Tasikmadu. Fakultas Kesehatan UNDIP

Buku Saku Petugas Kesehatan. LINTAS Diare Lima Langkah. Tuntaskan Diare. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI. 2011

Departemen Kesehatan RI, 2011, Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada. Balita,

Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kemenkes. RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. RISKESDAS. Jakarta.

Syahrir. S. K. et. al. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Selatan

Anda mungkin juga menyukai