1710070100075
Preseptor :
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan case report yang berjudul “Diare pada balita”
Penulisan case report ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan
tugas akhir Keterampilan Klinik Senior pada stase Kesehatan Masyarakat II. Dalam
penyusunan dan penulisan case report ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terimakasih kepada dr. Venny Novi
Dalam penulisan case report ini, tentunya masih terdapat kekurangan dalam
penulisannya karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis berharap agar dapat diberikan masukan yang dapat membangun
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan
darah (Rikesdas, 2013). Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai bakteri, virus,
dan parasit. Infeksi menyebar melalui makanan atau air minum yang
terkontaminasi. Selain itu, dapat terjadi dari orang ke orang sebagai akibat
diare dalam Rikesdas 2013, diare tersebar di semua kelompok umur dengan
prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun), yaitu 16,7%.
Menurut data WHO 2013, diare adalah faktor penting dari morbiditas dan
penyebab angka kematian dan kesakitan pada anak berumur kurang dari 5 tahun
tahun 2013 di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan setiap 100.000 balita meninggal karena
diare. Pada tahun 2015 lebih dari 1.400 anak- anak meninggal setiap hari atau
sekitar 526.000 anak per tahun yang disebabkan karena diare (Ariani,2016). Angka
kematian yang tinggi akibat diare akan berdampak negatif pada kualitaspelayanan
kesehatan karena angka kematian anak (AKA) merupakan salah satu indikator
akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Sementara penyebab lain
1.2 Tujuan
Paku
atau setengah cair ( setengah padat ), kandungan air lebih besar 200 gram
atau 200ml/24 jam, definisi lain dari diare adalah feses dengan konsistensi
usus halus yang mengakibatkan pengeluaran feses yang tidak normal dan
tidak seperti biasanya dengan konsistensi lembek atau cair , bahkan dapat
juga berupa air saja dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya (3 kali
terkontaminasi(Adyanastri,2012).
2.1.2 Etiologi
golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus, atau infestasi
infeksi bakteri, virus, dan parasit. Contoh bakteri yaitu shigella, salmonella,
E. Coli, Gol.Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus
keracunan makanan, alergi ( susu sapi, dan protein kedelai ), efek obat-
penderita atau tidak langsung melalui alat ( faeces, flies, food, fliud, finger ).
Faktor risiko terjadinya diare dapat dibedakan menjadi faktor perilaku dan
faktor lingkungan.
b. Faktor lingkungan dan faktor penderita yakni ketersediaan air bersih yang
tidak memadai dan kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk. Menurut
Kemenkes RI tahun 2011 ada beberapa faktor dari penderita yang dapat
menjadi 2, yaitu diare akut dan kronis. Diare akut adalah diare yang berlangsung
kurang dari 2 minggu yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit,
atau invasi virus serta dapat disebabkan oleh agen non-infeksi seperti keracunan
makanan dan pengobatan, sedangkan diare kronis adalah diare yang berlangsung
2.1.5 Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi di bawah ini, yaitu :
a) Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,
menurunnya fungsi absropsi dari usus. Bakteri dalam usus akan mengeluarkan
toksin yang mana toksin tersebut akan menstimulasi c-AMP dan c-GMP yang
b) Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus
halus yang disebabkan oleh obat-obat/ zat kimia yang hiperosmotik (antara lain
MgSO4, Mg(OH)2, malabsorbsi umum dan efek dalam absorpsi mukosa usus
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregulitas motilitas usus sehingga
menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain : pasca
suara serak.
Bikarbonat dapat hilang karena muntah dan diare sehingga dapat terjadi
PaCO2normal.
A. Anamnesa
frekuensi, volume, konsistensi tinja, bau, ada atau tidak adanya berlendir dan
berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan
minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang
menyertai seperti : batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan yang telah
atau ke rumah sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda utama dehidrasi : kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen
dan tanda-tanda tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata :
cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa dan lidah
kering atau basah. Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis
metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi.
2012).
C. Laboratorium
penyebab dasamya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut
lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeks saluran kemih.
(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat.
Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang
saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak
Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200 cc).
- Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cccairan oralit setiap kali
- Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cccairan oralit setiap kali
mana ekskresi enzim ini akan meningkatkan hipersekresi epitel usus . Zinc
juga berperan dalam proses epitelisasi dinding usus yang mengalami
hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam proses epitelisasi dinding
usus yang mengalami kerusakan baik secara morfologi dan fungsinya selama
terjadi diare. Zinc juga meningkatkan sistim kekebalan tubuh sehingga dapat
mencegah risiko terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah anak sembuh
dari diare. Zinc diberikan 10 hari berturut- turut walaupun diare sudah
bulan ke depan. Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam
tumbuh dengan baik serta mencegah kehilangan berat badan. Anak yang
masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI sedangkan anak yang
minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6
bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat
harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan lebih sedikit
4. Pemberian Antibiotik
Antibiotik pada umunya tidak diperlukan pada semua penderita diare akut.
Antibiotik diindikasikan pada pasien diare yang disertai dengan demam, feses berdarah,
leukosit pada feses, suspek kolera dan infeksi berat lainnya. Menurut PERMENKES No.
2406 tahun 2011 mengenai pemakaian antibiotik menyatakan bahwa terapi antibiotik
dapat digunakan sebagai terapi empiris dan definitif.Antibiotik sebagai terapi empiris
jangka waktu atau lama pemberian antibiotik yang disarankan adalah 2-3 hari. Setelah itu,
maka harus segera dievaluasi berdasarkan kondisi klinis dan hasil pemeriksaan seperti lab
dan mikrobiologi.
D. Muntah berulang
E. Sangat haus
G. Demam
H. Berak bedarah
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. F
Umur : 4 tahun 10 bulan
Keluhan Utama :
Pasien datang ke poli umum puskesmas Tanjung Paku dibawa oleh orang tua
- Diare sejak 3 hari yang lalu, frekuensi 4x dalam sehari, volume ¼ gelas,
konsistensi cair, wana kuning, berbau, masih ada ampas, tidak berlendir
ataupun berdarah.
- Nafsu makan berkurang sejak 2 hari yang lalu, namun anak masih mau
minum.
Riwayat Kebiasaan
- Pasien memiliki kebiasaan sering jajan diluar, pasien juga jarang cuci
pasien
Riwayat Persalinan
Biskuit : 12 bulan
Sayur : 2 /minggu
Buah : 1 x/minggu
Riwayat Imunisasi
Pemeriksaan Fisik
• Status Generalisata
- Suhu : 36,6 °C
- Nadi : 80 x/menit
- Nafas : 22 x/menit
- Berat badan : 18 kg
- Kulit : Pucat (-), tidak ada ikterik, tidak ada sianosis, turgor kulit
kembali cepat
- Thoraks :
- COR
arah medial
- Pulmo
- Abdomen:
P: Supel , Nyeri tekan dan nyeri lepas tidak ada, turgor kulit kembali
cepat
P: Tympani
Pemeriksaan Penunjang:
Tidak dilakukan
Diagnosis Kerja:
Penatalaksanaan:
Promotif
Pencegahan :
2. Cuci tangan pakai sabun dan air bersih yang mengalir sebelum dan
sesudah membuat makanan dan memberi makan anak, serta sesudah buang
Preventif
Kuratif
• Jika anak muntah, tunggu 10 menit. kemudian lanjutkan lagi dengan lebih
lambat.
Non Medikamentosa
Edukasi:
kesehatan, bila:
Prognosis
puskesmas tanjung paku solok pada tanggal 2 November 2022 dengan keluhan
utama diare sudah sejak 5 jam sebelum masuk puskesmas, diare sudah dirasakan
sejak 3 hari yang lalu. Diare sejak 3 hari yang lalu, frekuensi 4x dalam sehari,
volume ¼ gelas, konsistensi cair, wana kuning, berbau, masih ada ampas, tidak
berlendir ataupun berdarah. Perut melilit dan tidak nafsu makan sejak 2 hari
sebelum masuk puskesmas. Pasien masih mau minum namun badan pasien terasa
lemah dan letih sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam, batuk, sesak
napas, mual dan muntah disangkal. Pada kasus diatas dari anamnesa juga dijumpai
pasien memiliki kebiasaan jajan sembarangan diluar atau disaat sekolah serta jarang
mencuci tangan sebelum makan. Pada pemeriksaan fisik kesadaran baik, Nadi 80
hasil diatas dapat ditegakkan diagnosa kerja diare akut tanpa dehidrasi. Diberikan
pengobatan oralit setiap kali diare, zinc 1x1 selama 10 hari serta pemberian edukasi
4.1 Kesimpulan
Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB) yang ditandai dengan BAB
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah. Penyakit
ini dapat disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan parasit. Infeksi menyebar melalui
makanan atau air minum yang terkontaminasi. Selain itu, dapat terjadi dari orang ke orang
sebagai akibat buruknya kebersihan diri (personal hygiene) dan lingkungan (sanitasi)
Menurut data WHO 2013, diare adalah faktor penting dari morbiditas dan
tidak bersih, cuci tangan pakai sabun dan air bersih yang mengalir sebelum dan
sesudah membuat makanan dan memberi makan anak, serta sesudah buang air
kecil dan buang air besar, rebus air minum terlebih dahulu, gunakan air bersih
untuk memasak, jaga kebersihan peralatan makan anak, buang air besar di jamban.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian M. Gizi dan Kesehatan Balita (Peranan Micro Zinc Pada Pertumbuhan Balita).
Adyanastri, F., 2012. Etiologi dan Gambaran Klinis Diare Akut di Rsup Dr Kariadi
Universitas Diponegoro.
Andean Dikky, dkk. 2017. Hubungan Sanitasi dan Hygiene Dengan Kejadian Diare Pada
Buku Saku Petugas Kesehatan. LINTAS Diare Lima Langkah. Tuntaskan Diare. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI, 2011, Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada. Balita,
Syahrir. S. K. et. al. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Dinas Kesehatan