Disusun Oleh:
21100707360703042
PRESEPTOR :
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena kehendak-Nya
penulis dapat menyelesaikan case report dengan judul “Mioma Uteri”. Case ini
dibuat sebagai salah satu tugasdalam Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi. Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu yang
tersedia untuk menyusun case report ini sangat terbatas, penulis sadar masih
banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa maupun sistematika
penulisannya. Untuk itu kritik dan saran pembaca yang membangun sangat
penulis harapkan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.
dr. Helwi Nofira, Sp. OG (K) selaku preseptor Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi di Rumah Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok, yang telah
memberikan masukan yang berguna dalam penyusunan case report ini.
Akhir kata penulis berharap kiranya case report ini dapat menjadi masukan
yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain
terkait dengan masalah kesehatan pada umumnya, khususnya mengenai mioma
uteri.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
d. Riwayat Penyakit Dahulu ....................................................................... 21
e. Riwayat Penyakit Keluarga ..................................................................... 21
f. Riwayat Perkawinan ............................................................................... 21
g. Riwayat Kontrasepsi............................................................................... 21
3.3 Pemeriksaan Fisik .................................................................................... 21
3.4 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 23
3.4.1 Pemeriksaan Laboratorium ................................................................ 23
3.4.2 Pemeriksaan USG .............................................................................. 23
3.5 Diagnosis ................................................................................................. 24
3.6 Penatalaksanaan ....................................................................................... 24
3.7 Follow Up ................................................................................................ 26
a. Jumat, 9 Desember 2022 ......................................................................... 26
b. Sabtu, 10 Desember 2022 ....................................................................... 27
c. Minggu, 11 Desember 2022 .................................................................... 28
d. Senin, 12 Desember 2022 ....................................................................... 30
e. Selasa, 13 Desember 2022 ...................................................................... 31
e. Rabu, 14 Desember 2022 ........................................................................ 32
f. Kamis, 15 Desember 2022 ...................................................................... 32
g. Jumat, 16 Desember 2022....................................................................... 33
BAB IV DISKUSI ........................................................................................... 35
BAB V KESIMPULAN................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 38
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Mioma uteri (leiomioma atau fibroid) adalah tumor pelvis dan tumor jinak
yang paling umum pada wanita. Mioma uteri merupakan bentuk tumor jinak
organ reproduksi wanita yang paling sering terjadi, juga merupakan salah satu
masalah kesehatan utama pada wanita di seluruh dunia yang memiliki
konsekuensi kesehatan dan sosial-ekonomi. Mioma uteri adalah tumor
monoklonal yang timbul dari jaringan otot polos rahim yang berasal dari sel induk
miometrium dan mengandung sejumlah besar matriks ekstraseluler yang
mengandung kolagen, fibronektin, dan proteoglikan. 1,2,3
Mioma uteri didiagnosis pada hampir 70% wanita kulit putih dan lebih
dari 80% wanita kulit hitam pada usia 50 tahun, tetapi kejadian gejala klinis pada
orang kulit hitam adalah dua kali lipat dari yang ditemukan pada orang kulit putih.
Selain keturunan Afrika, beberapa faktor umumnya dikaitkan dengan risiko lebih
tinggi terkena mioma uteri adalah menarche dini, penggunaan kontrasepsi oral
sebelum usia 16 tahun, dan peningkatan indeks massa tubuh. 4
1
tahun. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%-11,7% dari semua penderita
ginekologi yang dirawat serta diketahui insidensinya selalu meningkat tiap
tahunnya. Mioma uteri di Indonesia paling sering ditemukan pada wanita umur
35-45 tahun kurang lebih 25% serta jarang terjadi pada wanita umur 20 tahun dan
pasca menopause.6,7,8
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mioma uteri berbentuk padat karena jaringan ikat dan otot rahimnya lebih
dominan. Tumor ini tidak memiliki kapsul yang sesungguhnya, namun jaringan
dengan sangat mudah dibebaskan dari miometrium sekitarnya sehingga mudah
dikupas (enukleasi). Mioma berwarna lebih pucat, relatif bulat, kenyal, berdinding
licin, dan apabila dibelah bagian dalamnya akan menonjol keluar sehingga
mengesankan bahwa permukaan luarnya adalah kapsul.10
Diperkirakan 60% wanita usia subur terkena mioma uteri, dan 80% wanita
mengalami penyakit ini selama hidup mereka. Mioma uteri terjadi pada 20-50%
perempuan, serta pada lebih 70% perempuan di awal masa menopause. Mioma
uteri dapat tanpa gejala (asimtomatik) atau dengan gejala pada 25% perempuan
usia reproduksi, seperempat kasus memerlukan perawatan lebih lanjut. Dalam
sebuah survei di Eropa, prevalensi mioma bergejala yang terdiagnosis berkisar
dari 11% di Prancis hingga 24% di Italia. 1,9,11
3
2.3 Faktor Risiko Mioma Uteri
Alasan mioma berkembang dan tumbuh tidak dipahami dengan baik, tetapi
banyak faktor yang diakui, seperti :
Perempuan kulit hitam didiagnosis lebih awal dengan mioma yang sering
multipel, lebih besar, dengan gejala yang lebih parah dibandingkan kelompok
etnis lain. Perempuan Afrika-Amerika 2,4 kali lebih mungkin menjalani
histerektomi dan 6,8 kali lebih sering menjalani miomektomi.9
b. Usia
c. Faktor Hormonal
4
Hubungan antara kontrasepsi oral dan mioma belum sepenuhnya
dipahami. Penelitian menunjukkan insiden mioma yang lebih tinggi, sama, atau
lebih rendah di antara pengguna dan bukan pengguna kontrasepsi oral kombinasi.
Levonorgestrel intrauterine system (LNG-IUS) mengurangi kehilangan darah
menstruasi dan nyeri haid, namun penggunaannya tidak dapat diprediksi
mengurangi ukuran mioma. 9
d. Reproduksi
e. Obesitas
Indeks massa tubuh (body mass index/ BMI) lebih tinggi berhubungan
dengan sedikit peningkatan risiko. Indeks massa tubuh yang tinggi meningkatkan
risiko fibroid pada perempuan premenopause. Obesitas berperan meningkatkan
konversi androgen adrenal menjadi estron dan mengurangi produksi globulin
pengikat hormon seks di hepar/sex hormone binding globulin (SHBG),
menghasilkan lebih banyak estrogen bebas. Hanya ketebalan lemak preperitoneal
dan viseral yang berhubungan dengan mioma, sedangkan ketebalan lemak
subkutan tidak signifikan.9
5
f. Gaya Hidup
Faktor gaya hidup, seperti diet, konsumsi kafein dan alkohol, merokok,
aktivitas fisik, dan stres berpotensi membentuk dan menumbuhkan mioma.
Sebuah asosiasi telah dilaporkan antara alkohol dan asupan kafein dan
peningkatan risiko mengembangkan mioma uteri. Pola makan yang kaya daging
merah tampaknya juga meningkatkan risiko ini, sementara merokok
1,5,9
menurunkannya, namun alasannya masih belum diketahui.
Mioma uteri adalah tumor monoklonal yang timbul dari jaringan otot
polos rahim (yaitu miometrium). Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang terdiri
dari "myofibroblas" yang tidak teratur yang terkubur dalam matriks ekstraseluler
dalam jumlah melimpah yang menyumbang sebagian besar volume tumor.
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini tidak diketahui, tetapi
merupakan tumor yang bergantung pada estrogen dan progesteron, sehingga
terjadi peningkatan ekspresi reseptor estrogen dan progesteron bila dibandingkan
dengan miometrium normal. Mioma uteri sangat jarang terjadi sebelum menarche,
sering terjadi dalam masa reproduksi, dan dapat mengecil ukurannya setelah
menopause. 4,12,13
6
ekstraseluler. Dengan tidak adanya progesteron dan PR, estrogen dan ER-α tidak
cukup untuk pertumbuhan mioma.12
Mioma dapat tunggal atau ganda dan dapat bervariasi dalam ukuran,
lokasi, dan perfusi. Mioma umumnya diklasifikasikan menjadi 3 subkelompok
berdasarkan lokasinya: subserosal (menonjol ke luar rahim), intramural (di dalam
miometrium), dan atau submukosa (menonjol ke dalam rongga rahim). Sistem
klasifikasi yang lebih baru dan lebih rinci telah dirancang dan dianjurkan oleh
FIGO. 12
7
2.5 Gejala Klinis Mioma Uteri
Sebagian besar wanita dengan mioma uteri dapat langsung bergejala atau
mengalami gejala secara bertahap dari waktu ke waktu, dimana hingga 70%
mioma tidak menunjukkan gejala dan dapat didiagnosis secara kebetulan selama
prosedur radiologi dilakukan untuk indikasi lain. Ketika pasien menunjukkan
gejala, jumlah, ukuran, dan/atau lokasi mioma merupakan penentu penting dari
manifestasi klinisnya. Mioma uteri kadang-kadang menyebabkan perdarahan
menstruasi yang berat atau berkepanjangan yang dapat menyebabkan anemia,
kelelahan, dan dismenore hebat. Adanya pembesaran rahim yang disebabkan oleh
mioma uteri juga dapat menyebabkan perut kembung, nyeri, gejala
gastrointestinal (seperti diare atau konstipasi), dan gejala berkemih (seperti
frekuensi berkemih, inkontinensia atau retensi urin, atau nokturia). 1,2,9,14
Mioma dapat tunggal atau ganda dan dapat bervariasi dalam ukuran,
lokasi, dan perfusi. Mioma umumnya diklasifikasikan menjadi 3 subkelompok
berdasarkan lokasinya: subserosal (menonjol ke luar rahim), intramural (di dalam
miometrium), dan atau submukosa (menonjol ke dalam rongga rahim). Sistem
klasifikasi yang lebih baru dan lebih rinci telah dirancang dan dianjurkan oleh
FIGO.12
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan
selebihnya adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan
menurutarah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis, dengan mioma
8
uteri yang paling sering adalah jenis intramural ( 54% ),subserosa ( 48,2% ),
submukosa ( 6,1% ) dan jenis intraligamenter( 4,4% ). 15
a. Mioma submukosa
Mioma ini berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga
uterus. Jenis ini di jumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma uteri jenis lain meskipun
besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa,
walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. 15
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase,
denganadanya benjolan waktu kuret, di kenal sebagai“ Currete bump” dan dengan
pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis ini
sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma
submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai.
Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama “mioma
geburt” atau mioma yang di lahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan
infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena
proses di atas. 15
b. Mioma intramural
Mioma ini terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium.
Pertumbuhan tumor mengakibatkan jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan
terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding
rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang
berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada
dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong
kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi. 15
c. Mioma subserosa
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan
uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. 15
d. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
9
disebut “wondering / parasisic fibroid”. Jarang sekali ditemukan satu macam
mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam satu
saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. 15
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot
polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan ( whorle like pattern )
dengan psoudo kapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena
pertumbuhan sarang mioma ini.15
2.7.1 Anamnesa
Mioma yang besar dapat menyebabkan gejala dengan efek tekanan pada
organ berdekatan seperti kandung kemih, usus, dan ligamen pelvis, di serviks
dapat mencegah persalinan normal. Mioma uterus juga dapat menyebabkan
dismenore, disuria, sembelit, nyeri punggung bawah akibat tekanan pada ligamen
panggul atau pleksus lumbar, serta nyeri pelvis akut karena torsi atau nekrosis.
Mioma uterus yang bertangkai dapat muncul sebagai massa panggul yang seolah
terpisah. Jika berasal dari serviks dapat bertangkai ke kanal endoserviks, diikuti
11
diikuti ulserasi dan perdarahan. Mioma kadang-kadang ditemukan secara
kebetulan pada perempuan tanpa gejala.9
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Ultrasonografi
12
dan adneksa jika tidak dapat dipalpasi. Mioma uteri memiliki batas yang jelas
dengan miometrium yang berdekatan karena dikelilingi oleh lapisan terluar yang
seperti kapsul. Mioma uteri sebagian besar lebih gelap dari miometrium. Mioma
uteri submukosa lebih baik didiagnosis dengan probe vagina. Pada USG lakukan
pemindaian abodomen untuk menilai ukuran rahim yang sebenarnya. Dengan
menggunakan mesin probe vagina dan perut, nilai ukuran rahim dan, jumlah,
ukuran, dan lokasi mioma uteri. Hal ini penting untuk menentukan jenis operasi
(miomektomi atau histerektomi), akses (sayatan horizontal atau vertikal), apakah
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut atau untuk mempersiapkan transfusi darah
dan apakah operasi dapat dilakukan atau tidak. 12,16
USG transvaginal Doppler warna dapat mengetahui aliran darah uterus dan
suplai arteri mioma uterus. Mioma yang nekrotik atau telah mengalami torsi akan
menunjukkan kurangnya aliran darah. Penggambaran vaskularitas uterus
tergantung pada beberapa faktor seperti sensitivitas alat dan usia serta paritas
pasien. Pada perempuan usia subur, terdapat pembuluh miometrium dan
pembuluh spiral di dalam endometrium selama fase luteal, relatif hipovaskular
pada perempuan pasca-menopause. 9
Dalam kasus tidak yakin apakah mioma uteri tumbuh secara submukosa,
dapat melakukan USG saline (saline infusion hysterosonography, SIHS). Distensi
rongga rahim akan membantu melihat apakah mioma uteri tersebut bertangkai dan
seluruhnya tumbuh di dalam rongga atau jika sebagian tumbuh di dinding rahim.
Jika lebih dari 50% mioma uteri tumbuh di dinding rahim, maka harus diakses
melalui perut. 16
d. Histerosalpingografi
e. Histeroskopi
13
sangat berguna untuk menilai jumlah distorsi rongga rahim oleh mioma uteri
intramural atau submukosa. Pemeriksaan ini dilakukan secara transvaginal
menggunakan teleskop kecil. Histeroskopi dapat dilakukan langsung dan tidak
memerlukan anestesi. Dalam kasus perdarahan tidak teratur atau kombinasi faktor
risiko seperti obesitas atau anovulasi kronis, histeroskopi dapat dikombinasikan
dengan biopsi endometrium. Histeroskopi merupakan prosedur diagnostik yang
sangat akurat untuk mendeteksi lesi submukosa, semuanya dengan sensitivitas dan
spesifisitas 98% hingga 100%. Keuntungan dari HSC adalah dapat mengangkat
mioma uteri submukosa dengan kurang dari 50% massanya di dinding rahim
melalui vagina.5,12,16
14
a) USG terlihat mioma heterogen berukuran antara 8 cm dan 9. b) USG
menunjukkan mioma intramural. c) MRI menunjukkan mioma di sebelah kanan
dan rongga endometrium di sebelah kiri dan di atas mioma. d) MRI menunjukkan
Pasokan darah yang baik dari mioma.11
Diagnosis banding mioma uteri meliputi penyakit jinak dan ganas yang
menyebabkan pembesaran rahim, perdarahan atau nyeri panggul. Diagnosis
banding mioma uteri adalah :4,10
a. Adenomiosis
b. Kehamilan ektopik
c. Karsinoma endometrium
d. Polip endometrium
f. Kehamilan
a.Observasi
Observasi dilakukan jika pasien tidak mengeluh gejala apapun karena diharapkan
saat menopause, volume tumor akan mengecil.
b.Medikamentosa
15
intervensi awal untuk mioma uteri simtomatik dan mencakup terapi hormonal,
obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan/atau modulasi aksis hipotalamus-
hipofisis. Kelemahan utama tatalaksana medikamentosa adalah durasi penggunaan
yang terbatas, sehingga setelah penghentian pengobatan, gejala muncul kembali,
dan mioma uteri sering terus tumbuh.
16
NSAID telah berguna untuk mengurangi rasa nyeri dan mengurangi
kehilangan darah menstruasi. NSAID menurunkan prostaglandin endometrium,
yang selanjutnya menghambat vaskularisasi dan neovaskularisasi yang
menyimpang . Sementara NSAID efektif untuk mengurangi aliran menstruasi,
tetapi tidak seefektif asam traneksamat dan levonorgestrel-releasing IUD.
c.Pembedahan
Histerektomi
Direkomendasikan untuk pasien berusia di atas 40 tahun dan tidak
berencana memiliki anak lagi. Histerektomi dapat dilakukan dengan metode
laparotomi, mini laparotomi, dan laparoskopi. Histerektomi vagina lebih dipilih
karena komplikasi lebih rendah serta durasi hospitalisasi lebih singkat.
Miomektomi
Miomektomi direkomendasikan pada pasien yang menginginkan
kehamilan. Miomektomi dapat dengan teknik laparotomi, mini laparotomi,
laparoskopi, dan histeroskopi. Teknik laparotomi dan mini laparotomi adalah
tindakan yang paling sering dilakukan, sedangkan laparoskopi paling jarang
dilakukan karena lebih sulit. Histeroskopi direkomendasikan pada mioma
submukosa dengan ukuran tumor < 3 cm yang 50% nya berada dalam rongga
rahim dan pada mioma multiple. Akan tetapi, komplikasi perdarahan pada teknik
ini lebih besar dibandingkan histerektomi.
17
Gambar 2.5 Algoritma tatalaksana pada mioma uteri.10
d. Infertilitas
e. Sembelit
18
2.11 Prognosis Mioma Uteri
19
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. Y
Umur : 51 tahun
Nomor RM : 235695
3.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama
20
c. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Durasi : 8 hari
Siklus : 28 hari
Dimenore : Ada
Ganti duk : 4-5 x/hari
f. Riwayat Perkawinan
g. Riwayat Kontrasepsi
21
Frekuensi napas : 20x/menit
Suhu : 36,9ºC
Status Generalisata :
Kepala : Normochepal, rambut hitam sedikit beruban, tidak rontok
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Thorak : Paru dan jantung dalam batas normal
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-/-)
Status Obstetrik
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak sedikit membuncit dan dalam batas normal
Palpasi : Uterus teraba adanya distensi dengan curiga adanya masa
yang mobile, dengan permukaan yang rata, tidak terdapat nodul, dan tidak
terasa nyeri.
L1 : Tidak dapat dinilai
L2 : Tidak dapat dinilai
L3 : Tidak dapat dinilai
L4 : Tidak dapat dinilai
TFU : (-)
TBJ : (-)
His : (-)
Genitalia
Pemeriksaan luar : PPV (+) tidak mengalir
Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan
22
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Hb 4.9 gr/dl LL
Hematokrit 17.8 % L
MCV 60.3 fL L
RDW-CV 19.8 % H
23
3.5 Diagnosis
3.6 Penatalaksanaan
Non medikamentosa
Bed rest
Medikamentosa
IVFD 500 cc 20 tetes/menit
Tranfusi darah 4 kantong PRC, 2 kantong/hari
Inj. Transamin 500 mg 3x1
Inj. Vitamin K 10 mg 3x1
SF 1x1
Rencana selanjutnya
Observasi
Laporan Pembedahan :
o Pasien tidur telentang dalam spinal anastesi
o Tindakan aseptik dan antiseptik
o Dipasang duk steril
o Dinding abdomen dilakukan insisi linea mediana sampai
menembus peritoneum
o Uterus lebih besar dari normal dengan adhesi di peritoneum
o Dilakukan miomektomi, massa mioma yang telah diambil
berukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa
o Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis
Diagnosa Pra Bedah : PUA ec Mioma Uteri + Anemia Gravis
Diagnosa Pasca Bedah : Post Miomektomi Laparatomi
24
Observasi pasca Operasi (15.00 WIB)
S/
Pusing (+)
O/
P/
Inj. Ceftriaxone
25
Pemeriksaan Penunjang
Hb 10.2 gr/dl L
Hematokrit 32,4 % L
MCV 71.5 fL L
RDW-CV 29.6 % H
3.7 Follow Up
S/
O/
26
A/ PUA ec Mioma Uteri + Anemia Gravis
P/
Rencana Selanjutnya :
Observasi
S/
O/
P/
Rencana Selanjutnya :
27
Observasi
S/
O/
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi lengkap
Hematokrit 31.6 % L
Nilai-Nilai MC
MCV 70.1 fl L
RDW-CV 27.2 %
28
Leukosit 12,0 103/mm3 H
Basofil 0%
Eusinofil 3%
Neutrofil 73 % H
Limfosit 17 % L
Monosit 7%
Hemostasis Hasil
PT
APTT
Kimia Klinik
Ureum 28 mg/dl
SGOT 22 U/L
SGPT 15 U/L
29
A/ PUA ec Mioma Uteri + Anemia Gravis
P/
Rencana Selanjutnya :
Miomektomi Laparatomi
S/
O/
P/
30
Inj. Transamin 500 mg 3x1
SF 1x1
Amlodipin 10 mg 1x1
Rencana Selanjutnya :
Miomektomi Laparatomi
S/
O/
P/
Rencana Selanjutnya :
Miomektomi Laparatomi
31
e. Rabu, 14 Desember 2022
S/
O/
P/
Rencana Selanjutnya :
Observasi
S/
32
Nyeri perut (-)
Mual dan muntah (-)
O/
P/
Rencana Selanjutnya :
Observasi
S/
33
O/
P/
Rencana Selanjutnya :
Pasien dipulangkan
34
BAB IV
DISKUSI
36
BAB V
KESIMPULAN
Mioma uteri merupakan tumor jinak monoklonal dari sel-sel otot polos
yang ditemukan pada rahim manusia. Tumor ini berbatas tegas dan terdiri dari se-
lsel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid, dan kolagen. Mioma uteri juga
dikenal dengan sebutan uterine fibroid, atau leiomioma uteri. Terdapat berbagai
macam faktor risiko terjadinya mioma uteri yaitu genetik dan ras, usia, gaya
hidup, diet, obesitas, reproduksi dan faktor hormonal. Etiologi mioma uteri masih
belum diketahui secara pasti namun, mioma uteri bergantung pada hormon
estrogen dan progesteron. Mioma uteri dibagi menjadi beberapa tipe menurut
FIGO, yang mengindikasikan lokasi dari mioma uteri tersebut, seperti submukosa,
intramural dan subserosal. Gejala umum pada mioma uteri adalah adanya
perdarahan uterus abnormal ataupun perdarahan menstruasi yang berat sehingga
dapat menimbulkan anemia. Gejala lainnya tergantung organ apa yang terkena
akibat dari pembesaran uterus. Diagnosis mioma uteri dapat dilakukan dengan
anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Penatalaksanaan mioma uteri adalah observasi, medikamentosa dan pembedahan
tergantung pada keinginan pasien untuk hamil atau mempertahankan uterusnya.
Prognosis mioma uteri sangat bervariasi untuk masing-masing pasien.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Sohn GS, Cho SH, Kim YM, Cho CH, Kim MR, Lee SR. Current medical
treatment of uterine fibroids. Obstet Gynecol Sci. 2018.
10. Cruz MSDD La, Buchanan EM. Uterine fibroids: diagnosis and treatment.
Am Fam Physician. 2017.
12. Vilos GA, Allaire C, Laberge PY, Leyland N, Vilos AG, Murji A, et al.
The Management of Uterine Leiomyomas. J Obstet Gynaecol Canada
[Internet]. 2015. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/S1701-
21631530338-8
17. Stewart EA. Clinical practice. Uterine fibroids. N Engl J Med [Internet].
2015. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25901428
39