Oleh :
Retno Rianti
132010122018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah swt., yang tiada hentinya melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya. Atas taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan
Penelitian tentang “Pengaruh pengetahuan ibu tentang bahaya miom terhadap kesehatan
reproduksi Di kabupaten Indramayu”.
Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi
oleh dosen pengampu yaitu Ibu Tating Nuraeni,S.ST,M.Kes. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, penyusunan,
penguraian, maupun isinya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
kesempurnaan penulisan penelitian ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberi
dukungan baik moril maupun materil dalam proses penulisan makalah ini. Akhirnya, penulis
mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak, baik bagi pembaca
maupun kami sendiri.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
kurang berkembang menjabarkan pengaruh hormon lain seperti paratiroid, prolaktin, dan
human chorionic gonadotropin (HCG) dalam pertumbuhan mioma.2 Proses Inflamasi
Masa menstruasi merupakan proses inflamasi ringan yang ditandai dengan hipoksia dan
kerusakan pembuluh darah yang dikompensasi tubuh berupa pelepasan zat
vasokonstriksi.2 Proses peradangan yang berulang kali setiap siklus haid akan memicu
percepatan terbentuknya matriks ekstraseluler yang merangsang proliferasi sel.2 Obesitas
yang merupakan faktor risiko mioma ternyata juga merupakan proses inflamasi kronis;
pada penelitian in vitro, pada obesitas terjadi peningkatan TNF-α. 2 Selain TNF-α,
sejumlah sitokin lain juga memiliki peranan dalam terjadinya tumor antara lain IL1, IL-6,
dan eritropoietin.
Jadi kesimpulan yang di dapat dari latar belakang ini adalah Mioma uteri merupakan
kelainan struktural pada saluran kelamin wanita yang dapat mengganggu sistem
reproduksi. Karena seringkali tidak ada gejala, mioma uteri seringkali tidak terdeteksi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan “apakah miom itu dapat
disembuhan selain dengan tindakan oprasi atau pengangkatan miom?”.
1.4 Manfaat
Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang Pengaruh pengetahuan ibu
tentang bahaya miom terhadap kesehatan reproduksi Di Kabupaten Indramayu.
iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Mioma Uteri Mioma uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa ganas,
lebih sering muncul tumor jinak pada rahim atau mioma uteri. Jenis tumornya tidak
hanya satu. Bisa tumbuh dibagian dinding luar rahim, pada otot rahimnya, atau bisa juga
dibagian dinding dalam rahim sendiri. Ini jenis tumor yang lebih banyak ditemukan.
Rata-rata pada wanita di atas usia 30 tahun (Irianto, 2015).
Mioma uteri merupakan tumor jinak monoklonal dari sel-sel otot polos yang
ditemukan pada rahim manusia. Tumor ini berbatas tegas dan terdiri dari sel-sel jaringan
otot polos, jaringan pengikat fibroid, dan kolagen. Mioma uteri berbentuk padat, relatif
bulat, kenyal, berdinding licin, dan apabila dibelah bagian dalamnya akan menonjol
keluar sehingga mengesankan bahwa permukaan luarnya adalah kapsul (Prawirohardjo,
Sarwono. 2011).
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori yang
menjelaskan faktor penyebab mioma uteri, yaitu teori stimulasi, berpendapat bahwa
estrogen sebagai faktor indikator. Selain itu ada teori cellnest atau Genitoblas, yaitu
mioma uteri terjadi tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell nest
(Kostania , 2009). Menurut Parker (2007) faktor resiko yang menyebabkan mioma uteri
adalah usia penderita, hormon endogen, riwayat keluarga, Indeks Masa Tubuh (IMT),
diet, kehamilan, paritas, kebiasaan merokok.
Perdarahan adalah salah satu gejala umum pada mioma uteri. Meskipun jenis
pendarahannya dapat bervariasi, presentasi yang paling umum termasuk perkembangan
aliran menstruasi yang semakin berat itu berlangsung lebih lama dari durasi normal
(menorrhagia, didefinisikan sebagai kehilangan darah menstruasi > 80 mL). Pendarahan
ini dapat terjadi akibat distorsi signifikan pada endometrium rongga oleh tumor yang
mendasarinya. Mioma dapat diklasifikasikan berdasarkan letaknya menjadi tipe
subserosa, tipe intramural, dan tipe submukosa.
v
2.3 Jenis jenis miom
1. Mioma submukosa Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga
uterus. Jenis ini di jumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma . Jenis ini sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma uteri jenis lain meskipun besar
mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa,
walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma
submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya
benjolan waktu kuret, di kenal sebagai “ Currete bump” dan dengan pemeriksaan
histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis ini sering
mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma
submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai.
Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina,dikenal dengan nama “mioma
geburt” atau mioma yang di lahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan
infark. 4 Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis
karena proses di atas.
2. Mioma intramural Terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuklah
semacam simpai yang mengelilingi tumor. Bila didalam dinding rahim dijumpai
banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol
dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus,
dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih keatas,
sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
3. Mioma subserosa Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
4. Mioma intraligamenter Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan
lain, misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari
uterus sehingga disebut “wondering / parasisic fibroid”. Jarang sekali ditemukan
satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke
dalam satu saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos
dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan ( whorle like pattern ) dengan
psoudo kapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena
pertumbuhan sarang mioma ini.
vi
BAB III
METODE PENELITIAN
vii
BAB IV
Berdasarkan hasil penelitian, bagian menepati urutan pertama dari semua penyakit
ginekologi. Hal ini sesuai dengan Norwitz (2007) yang menyatakan hampir sepertiga kasus
ginekologi meeerupakan miom uteria 25-30 %.
Menurut Manuaba (2009). Mengemukan bahwa ada hubunganya antara usia dengan
kejadian miom, seiring dengan dimulainya usia reproduksi, maka mulai terjadi berbagai
masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi atau alat reproduksi.
Hal tersebut mengacu pada penelitian Parker (2007) bahwa frekuensi terbanyak
mioma uteri adalah di usia tersebut yaitu dengan persentase 40% dan sangat jarang pada usia
dibawah 20 tahun. Namun penelitian ini belum bisa membuktikan teori tersebut karena
sampel yang usianya dibatasi 35-55 tahun karena keterbatasan waktu penelitian.
viii
Karakteristik Responden Berdasarkan pengetahuan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ervi Dwi abriani (2013) tentang Tingkat
Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Mioma Uteri di RT 003 RW 001 Kelurahan
Margumulyo Kecamatan Ngawi dimana hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan
wanita usia subur tentang mioma uteri dengan pendidikan SMA, D3, dan S1 sudah dalam
kategori baik, tingkat pendidikan berpengaruh juga terhadap pengetahuan seseorang hal ini
sejalan dengan teori yang dijelaskan oleh Health (2009) yaitu semakin tinggi pendidikan
seseorang semakin mudah seseorang untuk menerima informasi. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa
seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat
diperoleh pada pendidikan non formal. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula pengetahuannya.
ix
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
x
DAFTAR PUSTAKA
Nanda Rachmad Putra Gofur drg, .. (2021). Manajemen Miom Uterus. Universal journal of
surgery , 1-5.
BAB 2.pdf (umpo.ac.id)
Kasdu, D. (2005). Solusi problem wanita dewasa. Niaga Swadaya.
Alim, Zainal. 2017. HUBUNGAN USIA REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN MIOMA
UTERI PADA PASIEN MIOMA UTERI DI RUANG TULIP RS TK. II dr.
SOEPRAOEN KESDAM V BRAWIJAYA.
Mise, Imtihana., Dkk. 2020. SEBUAH LAPORAN KASUS: MIOMA UTERI USIA 40
TAHUN. Vol. 2 No. 2 Jurnal Medical Profession (MedPro).
Prawiti lilis, suparman,.2013.Hubungan Usia Reproduksi dengan kejadian miom. Vol 1, No.
1. Jurnal e- CliniC(eCI)
Wati Evita, Pinda Hutajulu.2014.Hubungan Karakteristik Pasien Terhadap Kejadian Miom
Uteri- Adenomyosis Di rumah Sakit Umum Daerah Dokter
SUDARSO Kalimantan Barat.
Lubis Novriani Pika, 2020. Diagnosis dan Tatalaksana Mioma Uteria. Vol. 47, No. 3
Nanda Rachmad Putra Gofur drg, .. (2021). Manajemen Miom Uterus. Universal journal of
surgery , 1-5.
Octaviani, a. I. (2016). gambaran pengetahuan pengunjungan wanita di poliklinik obstetri dan
ginekologi RSUd syekh yusuf gowa tentang faktor resiko terjadinya miom uteria.
repositori.uin-alauddin.ac.id, 60.
xi
LAMPIRAN
1. Koesioner
xii
2. Data Exel
xiii