Oleh: KELOMPOK 3
SHERLY ROSITA (1901200531)
DYAH DWI WAHYUNINGSIH (1901200517)
YUNI NOVITA (1901200535)
ARTIKA WULANDARI (1901200511)
WIWIT INDAH YANTI (1901200534)
ANGGUN TRIA ISTIQOMAH (1901200510)
EKO PAMBUDI (1901200520)
RISMA INDRA SETIYANI (1901200528)
AFNI PANDYAGALENI (1901200508)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Konsep
dan Asuhan Keperawatan Pasien dengan Mioma Uteri” ini dapat terselesaikan.
Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui pengertian, factor-faktor resiko, cara
mengatasi, mencegah, penatalaksanaan, dan bagaimana proses perawatan pasien
dengan mioma uteri.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun guna
menjadi acuan bekal pengalaman bagi penulis di masa yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
d. Makanan
Makanan di laporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red
meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran
hijau menurunkan insiden mioma uteri.
e. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal
ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi resepto
progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
f. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2 (2)
kali.
6
ditambahkan pada makanan, ataupun bahan makanan yang bersal dari
polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan seperti pengawet
dan pewarna makanan cara memasak juga dapat mengubah makanan
menjadi senyawa kimia yang berbahaya. Kuman yang hidup dalam
makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya aflatoksin pada kacang-
kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati. Makin sering
tubuh terserang virus makin besar kemungkinan sel normal menjadi sel
kanker. Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya
sering menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh yaitu
senyawa yang bersifat radikal atau korsinogenik. Zat korsinogenik dapat
menyebabkan kerusakan pada sel.
7
periode ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari
leimioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik
antara HPL dan estrogen.
8
jaringan ini dan aliran darah langsung dari miometrium ke endometrium
memfasilitasi interaksi ini. Growth factor yang merangsang stimulasi
angiogenesis atau relaksasi tonus vaskuler dan yang memiliki reseptor
pada mioma uteri dapat menyebabkan perdarahan uterus abnormal dan
menjadi target terapi potensial. Sebagai pilihan, berkurangnya angiogenik
inhibitory factor atau vasoconstricting factor dan reseptornya pada mioma
uteri dapat juga menyebabkan perdarahan uterus yang abnormal.
c. Nyeri perut, gejala nyeri tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi.
Hal ini timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang
disertai dengan nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran
mioma submukosa yang akan dilahirkan, pada pertumbuhannya yang
menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan dismenorrhoe. Dapat
juga rasa nyeri disebabkan karena torsi mioma uteri yang bertangkai.
Dalam hal ini sifatnya akut, disertai dengan rasa nek dan muntah-muntah.
Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat disebabkan karena
tekanan pada urat syaraf yaitu pleksus uterovaginalis, menjalar ke
pinggang dan tungkai bawah (Pradhan, 2006).
d. Pressure effects (Efek tekenan). Pembesaran mioma dapat menyebabkan
adanya efek tekanan pada organ-organ di sekitar uterus. Gejala ini
merupakan gejala yang tak biasa dan sulit untuk dihubungkan langsung
dengan mioma. Penekanan pada kandung kencing, pollakisuria dan
dysuria. Bila uretra tertekan bisa menimbulkan retensio urinae. Bila
berlarut-larut dapat menyebabkan hydroureteronephrosis. Tekanan pada
rectum tidak begitu besar, kadang-kadang menyebabkan konstipasi atau
nyeri saat defekasi.
e. Penurunan kesuburan dan abortus, hubungan antara mioma uteri sebagai
penyebab penurunan kesuburan masih belum jelas. Dilaporkan sebesar 27-
40%wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas. Penurunan
kesuburan dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosa dapat memudahkan
terjadinya abortus karena distorsi rongga uterus. Perubahan bentuk kavum
uteri karena adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi.
9
Gangguan implasntasi embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma akibat
perubahan histologi endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi
massa tumor (Stoval, 2001). Apabila penyebab lain infertilitas sudah
disingkirkan dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka
merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi (Strewart, 2001).
2.5 Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium
dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak
menyusun semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor
didalam uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya
banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri
10
maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada
dinding depan uterus mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan
mendorong kandung kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan
miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih,
padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan
gambarankumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya
jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil
hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran uterusnya.
Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di
bawah endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa).
Terakhir membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ
disekitarnya, dari mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan
kemudian membebaskan diri dari uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”.
Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan focus nekrosis iskemik
disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause
tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins,
2007).
11
2.6 Pathway
12
2.7 Komplikasi
a. Perdarahan sampai terjadi anemia.
b. Torsi tangkai mioma dari:
1) Mioma uteri subserosa.
2) Mioma uteri submukosa.
c. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
d. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
e. Pengaruh mioma terhadap kehamilan:
1) Infertilitas.
2) Abortus.
3) Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
4) Inersia uteri.
5) Gangguan jalan persalinan.
6) Perdarahan post partum.
7) Retensi plasenta.
f. Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri:
1) Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
2) Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.
13
d. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
e. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
f. Laboratorium: darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati,
ureum, kreatinin darah.
g. Tes kehamilan.
14
melitus, hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat
kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental.
e) Riwayat Obstetri: Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien
mioma uteri yang perlu diketahui adalah:
e.1. Keadaan haid: Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid
terakhir, sebab mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum
menarhe dan mengalami atrofi pada masa menopause.
e.2. Riwayat kehamilan dan persalinan: Kehamilan mempengaruhi
pertumbuhan mioma uteri, dimana mioma uteri tumbuh cepat
pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen,
pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar.
f) Faktor Psikososial
f.1. Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya,
faktor- faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat
pengetahuan yang dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan
mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan
oleh pasien mioma uteri.
f.2. Tanyakan tentang konsep diri: Body image, ideal diri, harga
diri, peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan
hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran atau
jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri, mekanisme
pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan
orang lain.
g) Pola Kebiasaan sehari-hari: Pola nutrisi sebelum dan sesudah
mengalami mioma uteri yang harus dikaji adalah frekuensi, jumlah,
tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi.
h) Pola eliminasi: Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi,
warna, BAB terakhir. Sedangkan pada BAK yang harus di kaji
adalah frekuensi, warna, dan bau.
i) Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain: Tanyakan jenis kegiatan
dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan frekwensinya, tanyakan
15
kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi, makan
minum, mobilisasi.
j) Pola Istirahat dan Tidur: Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien
mioma uteri saat siang dan malam hari, masalah yang ada waktu
tidur.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum: Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri.
2) Tanda-tanda vital: Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe:
Kepala dan rambut: lihat kebersihan kepala dan keadaan
rambut.
Mata: lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris.
Hidung: lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
Telinga: lihat kebersihan telinga.
Mulut: lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat
kebersihan rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya
penbesaran tonsil.
Leher dan tenggorokan: raba leher dan rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
Dada atau thorax: paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler
dan sirkulasi, ketiak dan abdomen.
Abdomen Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat
menonjol, Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen Perkusi:
timpani, pekak Auskultasi: bagaimana bising usus.
Ekstremitas / muskoluskletal terjadi pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri.
Genetalia dan anus: perhatikan kebersihan,adanya lesi,
perdarahan diluar siklus menstruasi.
16
c. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan
refleks spasme otot sekunder akibat tumor
2. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder
akibat gangguan hematologis (perdarahan)
4. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan
neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan sensorik motorik.
5. Resiko Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum
(prolaps rectum)
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, ancaman
pada status kesehatan, konsep diri (kurangnya sumber informasi
terkait penyakit)
17
d. Rencana Asuhan Keperawatan
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mioma uteri merupakan tumor jinak pada dinding Rahim yang berasal dari sel
jaringan fibro, Mioma sendiri memiliki beberapa jenis yang di bedakan
berdasarkan lokasi tumbuhnya yakni mioma submukosa yang terjadi pada lapisan
bawah endometrium dan menonjol kedalam tepatnya di kavum uteri, mioma
intramural terletak pada myometrium dan dapat menyebabkan pembesaran uterus
dan benjolan dan mioma subserosa mioma ini tumbuh di bawah lapisan serosa
uterus dan dapat bertumbuh kearah keluar juga bertangkai.
Penyebab pasti terjadinya mioma sendiri belum diketahui sampai saat ini hanya
saja ada beberapa factor yang menyebutkan seperti factor predisposisi bahwa
umur, genetic, fungsi ovarium dan paritas menjadi salah satu factor yang mungkin
bisa menimbulkan mioma uteri. Tanda dan gejala pada mioma uteri kadang tidak
dirasakan oleh penderita serta tidak sadar bahwa penderita mengandung satu
tumor pada uterus, namun biasanya juga ditandai dengan adanya perdarahan, dan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan selama kehamilan. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan pada mioma uteri adalah dilakukanya pengangkatan uterus
dan pengambilan sarang mioma.
Pada penderita mioma uteri salah satu diagnosa keperawatan yang sering
dirasakan pasien adalah nyeri berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan
dan refleks spasme otot sekunder akibat tumor.
36
DAFTAR PUSTAKA
Apriyani, Yosi. 2003. Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Mioma
Uteri di RSUD dr. Adhyatma Semarang. Jurnal Kebidanan. Vol. 2 No. 5
Aimee, et al. (2007). Association of Intrauterine and Early-Life Exposures with Diagnosis of
Uterine Leimyomata by 35 Years of Age in the Sister Study. Environmental Health
Perpectives. Volume 118. No 3 pages 375
Bararah, T., Mohammad Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan; panduan Lengkap menjadi
Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka.
NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 edisi (Budi Anna
Keliat dkk, penerjemah). Jakarta: EGC
Setiati, Eni. (2009). Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yokyakarta: Andi
37