MIOMA UTERI
Disusun Oleh :
Email : akper_alkautsar@yahoo.com
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 4
2. Rumusan Masalah 5
3. Tujuan 5
1. Definisi 6
2. Jenis 6
3. Etiologi 7
4. Patofisiologi 7
5. Tanda dan gejala 8
6. Pemeriksaan Penunjang 9
7. Penatalaksaan 10
8. Komplikasi 11
9. Asuhan Keperawatan 11
DAFTAR PUSTAKA 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mioma uteri atau kanker jinak yang terdapat di uterus adalah tumor jinak
yang tumbuh pada rahim. Dalam istilah kedokteranya disebut fibromioma
uteri, leiomioma, atau uterine fibroid. Mioma uteri merupakan tumor
kandungan yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Kejadiannya lebih
tinggi antara 20% – 25 % terjadi pada wanita diatas umur 35 tahun, tepatnya
pada usia produktif seorang wanita, menunjukkan adanya hubungan mioma
uteri dengan estrogen (Sjamsuhidajat, 2010).
Berdasarkan penelitian World Health Organisation (WHO) penyebab dari
angka kematian ibu karena mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 22 kasus
(1,95%) dan tahun 2011 sebanyak 21 kasus (2,04%). Di Indonesia kasus
mioma uteri ditemukan sebesar 2,39% -11,7% pada semua pasien kebidanan
yang di rawat. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada wanita kulit hitam
dibandingkan wanita kulit putih. Data statistik menunjukkan 60% mioma uteri
terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil atau hamil hanya satu kali
(Handayani, 2013).
Berdasarkan otopsi novak didalam buku Winkjosastro, 2009 menemukan
27 % wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang
berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan
terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira – 2 kira 10 % mioma
yang masih bertumbuh. Bahaya mioma uteri ini apabila tidak segera ditangani
dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi zat besi karena terjadinya
perdarahan yang abnormal pada uterus dan selama usia reproduksi dapat
menyebabkan infertilitas (Anwar, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahas
mengenai masalah mioma uteri ini.
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari mioma uteri.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis mioma uteri.
3. Untuk mengetahui etiologi dari mioma uteri.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari mioma uteri.
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala uteri.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk mioma uteri.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari mioma uteri.
8. Untuk mengetahui komplikasi dari mioma uretri.
9. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari mioma uteri.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Mioma Uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ
rahim. Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor otot
rahim. Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat
berkembang ke arah dalam atau ke arah luar.
Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi
jaringan ikat. Nama lain : Leimioma Uteri dan Fibroma Uteri (Manuaba,
2001).
Mioma uteri adalah Neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah
Fibromioma, Leimioma ataupun Fibroid (Saifuddin, 1999).
6
c. Mioma Subserosum:
Letaknya di bawah tunika serosa, kadang-kadang vena yang ada
dipermukaan pecah dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Dapat
tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi Mioma Intra
Ligamenter. Dapat tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligametrium atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus,
sehingga disebut Wedering/Parasitik Fibroid. Mioma subserosa yang
bertangkan dapat menimbulkan torsi.
3. Etiologi
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui pasti, namun ada 2
teori yang berpendapat bahwa :
a. Teori stimulasi Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi
mengingat bahwa:
1. Mioma uteri sering tumbuh lebih cepat pada waktu hamil.
2. Neoplasma ini tidakpernah ditemukan sebelum menarche.
3. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi setelah menopause.
4. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama mioma uteri
b. Teori Cellnest atau genitoblast Terjadinya mioma uteri tergantung pada
sel-sel otot imatur yang terdapat pada cellnest yang selanjutnya dapat
dirangsang terus-menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo,1996)
4. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium
dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak
menyusun semacam pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor
di dalam uterus mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi biasanya mioma
banyak. Jika ada satu mioma yang tumbuh intamural dalam korpus uteri maka
korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat . bila terletak pada dinding
depan uterus, mioma uterus dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan
mendorong kandung kemih ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan
miksi.
7
Tetapi, masalah akan timbul jika terjadi : kurangnya pemberian darah pada
mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar , sehingga menimbulkan
rasa nyeri dan mual. Selain itu, masalah dapat timbul lagi jika terjadi
perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia.
Anemia ini dapat mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah
sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu, dengan
perdarahan yang banyak dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan volume
cairan.
8
Mioma Uteri dapat mengganggu kehamilan dengan dampak berupa
kelainan letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan
pada saat kontraksi rahim, pendarahan yang banyak setelah melahirkan
dan gangguan pelepasan plasenta, bahkan bisa menyebabkan keguguran.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
Haemoglobin : turun
Albumin : turun
Lekosit : turun/meningkat
Eritrosit : turun
b. USG
c. Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
d. Rontgen
Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakanoperasi.
e. ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi.
9
Indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri subserosum
bertangkai.. Pada mioma uteri yang masih kecil khususnya pada penderita
yang mendekati masa menopause tidak diperlukan pengobatan, cukup
dilakukan pemeriksaan pelvic secara rutin tiap tiga bulan atau enam bulan.
Adapun cara penanganan pada mioma uteri yang perlu diangkat adalah
dengan pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan histerektomi dan
umumnya dilakukan histerektomi total abdominal.
7. Penatalaksanaan
10
b. Pengobatan Operatif
Miomektomi (Enukliasi Mioma) adalah pengambilan sarang mioma
saja tanpa pengangkatan uterus.
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan
tindakan terpilih.
8. Komplikasi
a. Pertumbuhan leimiosarkoma
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak
membesar, sekonyong – konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi
sesudah menopause
b. Nekrosis dan Infeksi
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-
kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina, dalam
hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi
sekunder.
9. Asuhan Keperawatan
1. Preoperatif
Pengkajian
a. Aktivitas istirahat
kelelahan dan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat dan
janin biasanya tidur pada malam hari, adanya faktor yang
mempengaruhitidur.Tanda: nyeri, ansietas
b. Eliminasi
adanya rasa nyeri pada saat buang air besar dan buang air
kecil, penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri,
uretradapat menyebabkan retensi, urine pada ureter dapat
menyebabkanhidronereter dan hidronefrosis, pada rectum dapat
menyebabkanobstipasi dan renensimia.
11
c. Nutrisi
membran mukosa yang kering (pembatasan) masukan/periode
puasa pra operatif, anorexia, mual, muntahtanda: perubahan
kelembaban, turgor kulit.
d. Integritas ego
faktor stress, cara dalam mengatasi stress, masalah dalam
mengatasi penampilan tanda: menarik diri, marah
e. SirkulasiTanda: takikardi, hipotensi.
f. Nyeri/ kenyamanan
g. Seksualitas
Masalah seksualitas atau kelemahan dampak pada
hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan disebabkan rasa sakit
akibat penekanan uterus yang membesar.
h. Interaksi sosial
Ketidakadekuatan sistem pendukungi.
i. Neurosensori pusing, sinkope.
j. Penyuluhan/ pembelajarank.
k. Potensial terjadi penarikan din, pasca operasi.
Diagnosa
Intervensi
Tujuan :
12
Intervensi :
Tujuan :
a. Suhu normal
b. Tidak muncul tanda infeksi (R,C,T,D,F)
c. Luka kering dan tidak ada pus
Intervensi :
a. Ukur TTV, untuk menegtahui tanda dan keadaan umum
b. Kaji tanda-tanda infeksi (R,C,T,D,F), untuk mendeteksi tandaawal
adanya.infeksi
c. Lakukan tindakan aseptik, untuk menghidari kontak kuman.
d. Perawatan luka, untuk mempercepat penyembuhan luka
e. Hindarkan faktor-faktor penyebab infeksi, untuk menghindarikontak
langsungkuman
f. Kolaborasi pemberian antibiotik, untuk pertahanan tubuh
13
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anorexia
Tujuan :
Intervensi :
1. Data umum
Usia :
a. Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling
seringditemukan pada usia 35 tahun keatas.
b. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang
c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam
menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada
dirinya akibat tindakan TAH-BSO.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa
nyeri karena terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.
Rasa nyeri setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun
yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah:
14
a. Lokasi nyeri,
b. Intensitas nyeri,
c. Waktu dan durasi,
d. Kualitas nyeri
3. Riwayat Reproduksi
a. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab
miomauteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan
mengalami atrofi pada masa menopause.
b. Hamil dan Persalinan
1) Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma,
dimana miomauteri tumbuh cepat pada masa hamil ini
dihubungkan denganhormon estrogen, pada masa II
dihasilkan dalam jumlah yang besar.
2) Jumlah kehamilan dan anak yang hidup
mempengaruhi psikologi klien dan keluarga terhadap
hilangnya organkewanitaan
4. Data Psikologi
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruhterhadap
emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan
yang terjadi. Organ reproduksi merupakan komponenkewanitaan,
wanita melihat fungsi menstruasi sebagai lambangfeminitas,
sehingga berhentinya menstruasi bisa dirasakan sebagaihilangnya
perasaan kewanitaan. Perasaan seksualitas dalam artihubungan
seksual perlu ditangani. Beberapa wanita merasa cemas bahwa
hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya
kepuasan.Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi
sangat perlu persiapan psikologi klien.
5. Status Respiratori
Respirasi bisa meningkat atau menurun. Pernafasan yang ributdapat
terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuhke
15
belakang atau akibat terdapat secret . Suara paru yang
kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas. Usaha
batuk dan bernafas dalam dilaksanakan segera pada klien yang
memakaianaestesi general.
6. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana
yangharus dijawab oleh klien atau disuruh untuk melakukan
perintah.Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai
mengantuk,harus diobservasi dan penurunan tingkat kesadaran
merupakan gejalasyok.
7. Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahanginekologi,
klien yang hidrasinya baik biasanya baik biasanyakencing setelah 6
sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autputurine yang sedikit
akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.
8. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam
setelah pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada
penekananintestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu
diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.
Diagnosa Keperawatan
16
Diagnosa I :Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan
sistem saraf
17
7. Ukur dan catat urine yang keluar dan volume residual urine 750
cc perlu pemasangan kateter tetap sampai tonus otot kandung kemih
kuatkembali.
18
6. Jelaskan bahwa pengangkatan uterus secara total menyebabkan
tidak bisa hamil dan menstruasi
19
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga
kebanyakan penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya.
Diperkirakan hanya 20%-50% yang menimbulkan gejala klinik,
terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus
berulang, dannyeri akibat penekanan massa tumor. Sampai saat ini
penyebab pasti miomauteri belum dapat diketahui secara pasti, namun dari
hasil penelitian diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan mioma
uteri distimulasioleh hormon esterogen dan siklus hormonal.
2. Saran
Jika dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan ,
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar
penyusunan makalah yang berikutnya dapat lebih baik lagi.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat menjadi salah satu
referensi untuk perkuliahan Keperawatan Maternitas.
20
DAFTAR PUSTAKA
21