Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

MIOMA UTERI

Disusun Oleh :

1. Meli Maudina Susyani


2. Nanda Ariyana Harsari
3. Afifah Bela Purwati

AKADEMI KEPERAWATAN ALKAUTSAR TEMANGGUNG

Jalan Kadar, Maron, Sidorejo, Temanggung

Telp. 085747469774, Website www.akperalkautsar.ac.id

Email : akper_alkautsar@yahoo.com

Tahun Akademik 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat


serta hidayah-nya sehingga penulis dapat menyusun makalah yang berjudul
“Makalah Mioma Uteri”. Atas segala kemampuan makalah ini kami buat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas. Penulis
menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Tri Suraning Wulandari, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku direktur


Akademi Keperawatan Al Kautsar
2. Ibu Nur Gilang Fitriana, S.SiT., M.Kes., selaku dosen Keperawatan
Maternitas yang memberikan motivasi, bimbingan serta arahan kepada
kami.
3. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
4. Kepada semua pihak yang membantu penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa segala sesuatu didunia ini tiaada yang


sempurna, maka makalah ini pun tidak luput dari kekurangan. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun guna
memperbaiki makalah ini. Penulis berharap semoga Makalah proses
perubahan manajemen keperawatan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Temanggung,8 Juni 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul 1

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 4
2. Rumusan Masalah 5
3. Tujuan 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi 6
2. Jenis 6
3. Etiologi 7
4. Patofisiologi 7
5. Tanda dan gejala 8
6. Pemeriksaan Penunjang 9
7. Penatalaksaan 10
8. Komplikasi 11
9. Asuhan Keperawatan 11

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan 20
2. Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mioma uteri atau kanker jinak yang terdapat di uterus adalah tumor jinak
yang tumbuh pada rahim. Dalam istilah kedokteranya disebut fibromioma
uteri, leiomioma, atau uterine fibroid. Mioma uteri merupakan tumor
kandungan yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Kejadiannya lebih
tinggi antara 20% – 25 % terjadi pada wanita diatas umur 35 tahun, tepatnya
pada usia produktif seorang wanita, menunjukkan adanya hubungan mioma
uteri dengan estrogen (Sjamsuhidajat, 2010).
Berdasarkan penelitian World Health Organisation (WHO) penyebab dari
angka kematian ibu karena mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 22 kasus
(1,95%) dan tahun 2011 sebanyak 21 kasus (2,04%). Di Indonesia kasus
mioma uteri ditemukan sebesar 2,39% -11,7% pada semua pasien kebidanan
yang di rawat. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada wanita kulit hitam
dibandingkan wanita kulit putih. Data statistik menunjukkan 60% mioma uteri
terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil atau hamil hanya satu kali
(Handayani, 2013).
Berdasarkan otopsi novak didalam buku Winkjosastro, 2009 menemukan
27 % wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang
berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan
terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira – 2 kira 10 % mioma
yang masih bertumbuh. Bahaya mioma uteri ini apabila tidak segera ditangani
dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi zat besi karena terjadinya
perdarahan yang abnormal pada uterus dan selama usia reproduksi dapat
menyebabkan infertilitas (Anwar, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahas
mengenai masalah mioma uteri ini.

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari mioma uteri?


2. Apa saja jenis mioma uretri?
3. Apa etiologi dari mioma uteri?
4. Bagaimana patofisiologi dari mioma uteri?
5. Apa tanda dan gejala dari mioma uteri?
6. Apa pemeriksaan penunjang untuk mioma uteri?
7. Bagaimana penatalaksaan dari mioma uteri?
8. Apa komplikasi dari mioma uteri?
9. Bagaimana asuhan keperawatan mioma uteri?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari mioma uteri.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis mioma uteri.
3. Untuk mengetahui etiologi dari mioma uteri.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari mioma uteri.
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala uteri.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk mioma uteri.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari mioma uteri.
8. Untuk mengetahui komplikasi dari mioma uretri.
9. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari mioma uteri.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Mioma Uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ
rahim. Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor otot
rahim. Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat
berkembang ke arah dalam atau ke arah luar.
Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi
jaringan ikat. Nama lain : Leimioma Uteri dan Fibroma Uteri (Manuaba,
2001).
Mioma uteri adalah Neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah
Fibromioma, Leimioma ataupun Fibroid (Saifuddin, 1999).

2. Jenis – jenis Myoma


a. Mioma Submukosum:
Berada di bawah endometrium dan menonjol kedalam ± Angka
kejadian rongga uterus. Paling sering menyebabkan perdarahan yang
banyak, sehingga memerlukan histerektomi walaupun ukurannya kecil.
Adanya mioma submukosa dapat dirasakan sebagai suatu “Curet Bump”
(benjolan waktu kuret). Kemungkinan terjadinya degenerasi sarkoma juga
lebih besar pada jenis ini. Sering mempunyai tangkai yang panjang
sehingga menonjol melalui vagina, disebut sebagai mioma submukosa
bertungkai yang dapat menimbulkan “Myomgeburt” sering
mengalami nekrose atau ulserasi.
b. Mioma Intramural:
Mioma terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Kalau
besar atau multiple dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-
benjol.

6
c. Mioma Subserosum:
Letaknya di bawah tunika serosa, kadang-kadang vena yang ada
dipermukaan pecah dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Dapat
tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi Mioma Intra
Ligamenter. Dapat tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligametrium atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus,
sehingga disebut Wedering/Parasitik Fibroid. Mioma subserosa yang
bertangkan dapat menimbulkan torsi.
3. Etiologi
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui pasti, namun ada 2
teori yang berpendapat bahwa :
a. Teori stimulasi Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi
mengingat bahwa:
1. Mioma uteri sering tumbuh lebih cepat pada waktu hamil.
2. Neoplasma ini tidakpernah ditemukan sebelum menarche.
3. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi setelah menopause.
4. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama mioma uteri
b. Teori Cellnest atau genitoblast Terjadinya mioma uteri tergantung pada
sel-sel otot imatur yang terdapat pada cellnest yang selanjutnya dapat
dirangsang terus-menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo,1996)

4. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium
dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak
menyusun semacam pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor
di dalam uterus mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi biasanya mioma
banyak. Jika ada satu mioma yang tumbuh intamural dalam korpus uteri maka
korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat . bila terletak pada dinding
depan uterus, mioma uterus dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan
mendorong kandung kemih ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan
miksi.

7
Tetapi, masalah akan timbul jika terjadi : kurangnya pemberian darah pada
mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar , sehingga menimbulkan
rasa nyeri dan mual. Selain itu, masalah dapat timbul lagi jika terjadi
perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia.
Anemia ini dapat mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah
sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu, dengan
perdarahan yang banyak dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan volume
cairan.

5. Tanda dan Gejala


Sebagian penyakit ini ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan
panggul rutin. Gejala yang timbul bergantung pada lokasi dan besarnya
tumor, namun yang paling sering ditemukan adalah:
 Perdarahan yang banyak dan lama selama masa haid atau pun di luar
masa haid.
 Rasa nyeri karena tekanan tumor dan terputarnya tangkal tumor, serta
adanya infeksi di dalam rahim.
 Penekanan pada organ di sekitar tumor seperti kandung kemih, ureter,
rektum atau organ rongga panggul lainnya, menimbulkan gangguan
buang air besar dan buang air kecil, pelebaran pembuluh darah vena
dalam panggul, gangguan ginjal karena pembengkakan tangkai tumor.
 Gangguan sulit hamil karena terjadi penekanan pada saluran indung
telur.
 Pada bagian bawah perut dekat rahim terasa kenyal.

Sering kali penderita merasa nyeri akibat miom mengalami


degenerasi atau kontraksi uterus berlebihan pada mioma yang tumbuh ke
dalam rongga rahim. Pasangan suami istri sering kali sulit untuk punya
anak (infertilitas) disebabkan gangguan pada tuba, gangguan implantasi
pada endometrium, penyumbatan, dan sebagainya.

8
Mioma Uteri dapat mengganggu kehamilan dengan dampak berupa
kelainan letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan
pada saat kontraksi rahim, pendarahan yang banyak setelah melahirkan
dan gangguan pelepasan plasenta, bahkan bisa menyebabkan keguguran.

Sebaliknya, kehamilan juga bisa berdampak memperparah Mioma


Uteri. Saat hamil, mioma uteri cenderung membesar, dan sering juga
terjadi perubahan dari tumor yang menyebabkan perdarahan dalam
tumor sehingga menimbulkan nyeri. Selain itu, selama kehamilan,
tangkai tumor bisa terputar.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
Haemoglobin : turun

Albumin : turun

Lekosit : turun/meningkat

Eritrosit : turun

b. USG

Terlihat massa pada daerah uterus.

c. Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
d. Rontgen
Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakanoperasi.
e. ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi.

9
Indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri subserosum
bertangkai.. Pada mioma uteri yang masih kecil khususnya pada penderita
yang mendekati masa menopause tidak diperlukan pengobatan, cukup
dilakukan pemeriksaan pelvic secara rutin tiap tiga bulan atau enam bulan.

Adapun cara penanganan pada mioma uteri yang perlu diangkat adalah
dengan pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan histerektomi dan
umumnya dilakukan histerektomi total abdominal.

Tindakan histerektomi total tersebut dikenal dengan nama Total


Abdominal Histerektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy ( TAH-
BSO ). TAH – BSO adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat
uterus,serviks, kedua tuba falofii dan ovarium dengan melakukan insisi pada
dinding, perut pada malignant neoplasmatic desease, leymyoma dan chronic
endrometriosis .

Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa TAH-BSO adalah


suatu tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding perut
untuk mengangkat uterus, serviks,kedua tuba falopii dan ovarium pada
malignant neoplastic diseas, leymiomas dan chronic endometriosis.

7. Penatalaksanaan

a. 55% dan semua mioma tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam


bentuk apapun, terutama bila :
 Tanpa keluhan
 Menjelang menopause
 Besar mioma < 12 minggu kehamilan

Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3 – 6


bulan. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat
terdeteksi dengan cepat dan dapat dilakukan tindakan segera.

10
b. Pengobatan Operatif
 Miomektomi (Enukliasi Mioma) adalah pengambilan sarang mioma
saja tanpa pengangkatan uterus.
 Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan
tindakan terpilih.

8. Komplikasi
a. Pertumbuhan leimiosarkoma
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak
membesar, sekonyong – konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi
sesudah menopause
b. Nekrosis dan Infeksi
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-
kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina, dalam
hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi
sekunder.

9. Asuhan Keperawatan
1. Preoperatif
 Pengkajian
a. Aktivitas istirahat
kelelahan dan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat dan
janin biasanya tidur pada malam hari, adanya faktor yang
mempengaruhitidur.Tanda: nyeri, ansietas
b. Eliminasi
adanya rasa nyeri pada saat buang air besar dan buang air
kecil, penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri,
uretradapat menyebabkan retensi, urine pada ureter dapat
menyebabkanhidronereter dan hidronefrosis, pada rectum dapat
menyebabkanobstipasi dan renensimia.

11
c. Nutrisi
membran mukosa yang kering (pembatasan) masukan/periode
puasa pra operatif, anorexia, mual, muntahtanda: perubahan
kelembaban, turgor kulit.
d. Integritas ego
faktor stress, cara dalam mengatasi stress, masalah dalam
mengatasi penampilan tanda: menarik diri, marah
e. SirkulasiTanda: takikardi, hipotensi.
f. Nyeri/ kenyamanan
g. Seksualitas
Masalah seksualitas atau kelemahan dampak pada
hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan disebabkan rasa sakit
akibat penekanan uterus yang membesar.
h. Interaksi sosial
Ketidakadekuatan sistem pendukungi.
i. Neurosensori pusing, sinkope.
j. Penyuluhan/ pembelajarank.
k. Potensial terjadi penarikan din, pasca operasi.
 Diagnosa

1. Nyeri berhubungan dengan proses penyempitan saraf simpatik mioma.


2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
sekunder.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anorexia.

 Intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan proses penyempitan saraf simpatik mioma.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jamdiharapkan


masalah nyeri teratasi.

12
Intervensi :

a. Distraksi relaksasi, untuk pengalihan responnyeri.


b. Ciptakan Kaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), untuk mengetahui
status nyeri.
c. Ukur TTV, untuk mengetahui kondisi umum klien.
d. Ajarkan teknik lingkungan yang tenang, untuk mengurangi respon
nyeri.
e. Kolaborasi pemberian analgetik baik injeksi maupun oral,
untuk penekanan sistem syaraf.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
sekunder.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jamdiharapkan


tidak terdapat tanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil :

a. Suhu normal
b. Tidak muncul tanda infeksi (R,C,T,D,F)
c. Luka kering dan tidak ada pus
Intervensi :
a. Ukur TTV, untuk menegtahui tanda dan keadaan umum
b. Kaji tanda-tanda infeksi (R,C,T,D,F), untuk mendeteksi tandaawal
adanya.infeksi
c. Lakukan tindakan aseptik, untuk menghidari kontak kuman.
d. Perawatan luka, untuk mempercepat penyembuhan luka
e. Hindarkan faktor-faktor penyebab infeksi, untuk menghindarikontak
langsungkuman
f. Kolaborasi pemberian antibiotik, untuk pertahanan tubuh

13
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anorexia

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jamdiharapkan


klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengankemampuan dengan
kriteria hasil tidak terjadi kelelahan.

Intervensi :

a. Ukur TTV, untuk mengetahui keadaan umum.


b. Kaji tanda kelelahan, untuk mengetahui tingkat intoleranaktivitas
klien.
c. Bantu pemenuhan ADL, untuk mengurangi kebutuhan energy klien.
d. Meningkatkan tingkat intoleran aktivitas, untuk memperbaiki
meningkatkan mobilitas.
2. Post Operatif
 Pengkajian

1. Data umum
Usia :
a. Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling
seringditemukan pada usia 35 tahun keatas.
b. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang
c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam
menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada
dirinya akibat tindakan TAH-BSO.

2. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa
nyeri karena terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.
Rasa nyeri setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun
yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah:

14
a. Lokasi nyeri,
b. Intensitas nyeri,
c. Waktu dan durasi,
d. Kualitas nyeri
3. Riwayat Reproduksi
a. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab
miomauteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan
mengalami atrofi pada masa menopause.
b. Hamil dan Persalinan
1) Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma,
dimana miomauteri tumbuh cepat pada masa hamil ini
dihubungkan denganhormon estrogen, pada masa II
dihasilkan dalam jumlah yang besar.
2) Jumlah kehamilan dan anak yang hidup
mempengaruhi psikologi klien dan keluarga terhadap
hilangnya organkewanitaan
4. Data Psikologi
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruhterhadap
emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan
yang terjadi. Organ reproduksi merupakan komponenkewanitaan,
wanita melihat fungsi menstruasi sebagai lambangfeminitas,
sehingga berhentinya menstruasi bisa dirasakan sebagaihilangnya
perasaan kewanitaan. Perasaan seksualitas dalam artihubungan
seksual perlu ditangani. Beberapa wanita merasa cemas bahwa
hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya
kepuasan.Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi
sangat perlu persiapan psikologi klien.
5. Status Respiratori
Respirasi bisa meningkat atau menurun. Pernafasan yang ributdapat
terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuhke

15
belakang atau akibat terdapat secret . Suara paru yang
kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas. Usaha
batuk dan bernafas dalam dilaksanakan segera pada klien yang
memakaianaestesi general.
6. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana
yangharus dijawab oleh klien atau disuruh untuk melakukan
perintah.Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai
mengantuk,harus diobservasi dan penurunan tingkat kesadaran
merupakan gejalasyok.
7. Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahanginekologi,
klien yang hidrasinya baik biasanya baik biasanyakencing setelah 6
sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autputurine yang sedikit
akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.
8. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam
setelah pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada
penekananintestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu
diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.

 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan sistem saraf


2. Retensi urine berhubungan dengan kelemahan pada saraf sensorik
danmotorik.
3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kekhawatiran tentang
ketidakmampuan memiliki anak dan pola hubungan seksual.
4. Kurang pengetahuan tentang efek pembedahan
 Intervensi

16
Diagnosa I :Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan
sistem saraf

1. Kaji tingkat rasa tidak nyaman sesuai dengan tingkatan nyeri.


2. Beri posisi fowler atau posisi datar atau miring kesalah satu sisi.
3. Ajarkan teknik releksasi seperti menarik nafas dalam, bimbing
untuk membayangkan sesuatu. Kaji TTV : takhikardi, hipertensi,
pernafasan cepat.
4. Motivasi klien untuk mobilisasi dini setelah pembedahan bila
sudahdiperbolehkan.
5. Laksanakan pengobatan sesuai indikasi seperti analgesik intravena.
6. Observasi efek analgetik (narkotik)
7. Obervasi tanda vital : nadi , tensi, pernafasan.

Diagnosa II : Retensi urine berhubungan dengan kelemahan pada


saraf sensorik dan motorik.

1. Catat poal miksi dan minitor pengeluaran urine.


2. Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi
adanyaketidaknyamanan dan rasa nyeri.
3. Lakukan tindakan agar klien dapat miksi dengan pemberian air hangat,
mengatur posisi, mengalirkan air keran.
4. Jika memakai kateter, perhatikan apakah posisi selang kateter
dalamkeadaan baik, monitor intake autput, bersihkan daerah
pemasangankateter satu kali dalamsehari, periksa keadaan selang
kateter (kekakuan,tertekuk).
5. Perhatikan kateter urine : warna, kejernihan dan bau.
6. Kolaborasi dalam pemberian dalam pemberian cairan perperental
danobat obat untuk melancarkan urine.

17
7. Ukur dan catat urine yang keluar dan volume residual urine 750
cc perlu pemasangan kateter tetap sampai tonus otot kandung kemih
kuatkembali.

Diagnosa III :Gangguan konsep diri berhubungan dengan


kekhawatiran tentang ketidakmampuan memiliki anak dan pola
hubungan seksual.

1. Beritahu klien tentang siapa saja yang bisa dilakukan histerektomi


dananjurkan klien untuk mengekpresikan perasaannya
tentanghisterektomi
2. Kaji apakah klien mempunyai konsep diri yang negatif.
3. Libatkan klien dalam perawatannya
4. Kontak dengan klien sesering mungkin dan ciptakan suasana yang
hangat dan menyenangkan.
5. Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya
mengenaitindakan pembedahan dan pengaruhnya terhadap diri klien
6. Berikan dukungan emosional dalam teknik perawatan,
misalnya perawatan luka dan mandi.
7. Ciptakan lingkungan atau suasana yang terbuka bagi klien
untuk membicarakan keluhan-keluhannya.

Diagnosa IV :Kurang pengetahuan tentang efek pembedahan

1. Jelaskan bahwa tindakan histerektomi abdominal


mempunyaikontraindikasi yang sedikit tapi membutuhkan waktu yang
lama untuk pulih, menggunakan anastesi yang banyak dan
memberikan rasa nyeriyang sangat setelah operasi.
2. Jelaskan dan ajarkan cara perawatan luka bekas operasi yang tepat
3. Motivasi klien melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
4. Jelaskan efek dari pembedahan terhadap menstruasi dan ovulasi
5. Jelaskan aktivitas yang tidak boleh dilakukan.

18
6. Jelaskan bahwa pengangkatan uterus secara total menyebabkan
tidak bisa hamil dan menstruasi

Diagnosa V :Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh


berhubungan dengan perdarahan pervaginam berlebihan.

1. Kaji tanda-tanda kekurangan cairan.


2. Pantau masukan dan haluaran/ monitor balance cairan tiap 24 jam.
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Evaluasi nadi perifer
5. Observasi pendarahan
6. Anjurkan klien untuk minum + 1500-2000 ,l/hari
7. Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral.

19
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga
kebanyakan penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya.
Diperkirakan hanya 20%-50% yang menimbulkan gejala klinik,
terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus
berulang, dannyeri akibat penekanan massa tumor. Sampai saat ini
penyebab pasti miomauteri belum dapat diketahui secara pasti, namun dari
hasil penelitian diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan mioma
uteri distimulasioleh hormon esterogen dan siklus hormonal.

2. Saran
Jika dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan ,
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar
penyusunan makalah yang berikutnya dapat lebih baik lagi.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat menjadi salah satu
referensi untuk perkuliahan Keperawatan Maternitas.

20
DAFTAR PUSTAKA

Redaksi Halodoc. 2019. “Mioma Uteri”. Halodoc.Com/Kesehatan/Mioma-Uteri.


Diakses Tanggal 8 Juni 2020. Pukul 13.30 WIB

Wikipedia. “Mioma Uteri”. Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Mioma_Uteri. Diakses


Tanggal 8 Juni 2020. Pukul 13. 35 WIB

Hanifa, H. 1999. Ilmu Kandungan . Jakarta : Tridasa Printer.

Arif, M. 1999. Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : EGC

Halminton, P. M. 1995. Patofisiologi . Jakarta : EGC.

www.scribd.com/doc/56567861/Makalah-Mioma-Uteri Diakses Tanggal 8 Juni


2020 Pukul 20.00 WIB

21

Anda mungkin juga menyukai