Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MYOMA UTERI

Kelompok 5

M. SUKRON YASIN 201010300511058


RINI SUSANTI 201010300511075
AYU OKFITASARI 201010300511077
LUTFI PERTIWI 201010300511101
EKA ROSITA W 201010300511105
RIZAL HEDAH P. 201010300511111

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011 – 2012
KATA PENGANTAR

Puji  syukur  kami  panjatkan  kehadirat  Tuhan  Yang  Maha  Esa,  karena Hidah-
Nyalah Makalah “KEPERAWATAN MATERNITAS” yang membahas ”MYOMA UTERI”
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
            Dalam  penyusunan  maka’lah  ini  kami  mengambil  referensi  atau materi  dari 
internet dan buku panduan yang terkait dengan materi ini, yang  kemudian kami  susun  dan 
rangkum  menjadi  bentuk yang lebih terperinci.
            Jika dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan – kekurangan, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penyusunan makalah yang
berikutnya dapat lebih baik lagi.

                                                                                                   

Malang, 3 April 2012

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kasus mioma uteri sering terjadi di masyarakat. Penelitian Ran Oket-al (2007) di
Pusan Saint Benedict Hospital Korea menemukan 17% kasus mioma uteri dari 4784
kasus-kasus bedah ginekologi yang diteliti. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%-
11,70% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Joedosaputro, 2005). Menurut
penelitian yang dilakukan Karel Tangkudung (1977) di Surabaya angka kejadian
miomauteri adalah sebesar 10,30%, sebelumnya di tahun 1974 di Surabaya penelitian
yang dilakukan oleh Susilo Raharjo angka kejadian mioma uteri sebesar 11,87% dari
semua penderita ginekologi yang dirawat (Yuad,2005).
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25tahun mempunyai
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukanlebih banyak. Mioma uteri
belum pernah dilaporkan terjadi sebelummenarche. Setelah menopause hanya kira-kira
10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2,39%-11,7%
pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Saifuddin, 1999).
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan penderita
tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-50% yang
menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan, infertilitas,
abortus berulang, dannyeri akibat penekanan massa tumor. Sampai saat ini penyebab pasti
miomauteri belum dapat diketahui secara pasti, namun dari hasil penelitian diketahui
bahwa pertumbuhan dan perkembangan mioma uteri distimulasioleh hormon esterogen
dan siklus hormonal (Djuwantono, 2004).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari mioma uteri?
2. Apa saja jenis mioma uretri?
3. Apa etiologi dari mioma uteri?
4. Bagaimana patofisiologi dari mioma uteri?
5. Apa tanda dan gejala dari mioma uteri?
6. Apa pemeriksaan penunjang untuk mioma uteri?
7. Bagaimana penatalaksaan dari mioma uteri?
8. Apa komplikasi dari mioma uteri?
9. Bagaimana asuhan keperawatan mioma uteri?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari mioma uteri.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis mioma uteri.
3. Untuk mengetahui etiologi dari mioma uteri.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari mioma uteri.
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala uteri.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk  mioma uteri.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari mioma uteri.
8. Untuk mengetahui komplikasi dari mioma uretri.
9. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari mioma uteri.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ rahim.
Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor otot rahim. Umumnya
mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat berkembang ke arah dalam atau ke
arah luar.
Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi jaringan ikat.
Nama lain : Leimioma Uteri dan Fibroma Uteri (Manuaba, 2001).
Mioma uteri adalah Neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah Fibromioma, Leimioma
ataupun Fibroid (Saifuddin, 1999).

2.2. Jenis – jenis Myoma


1. Mioma Submukosum:
Berada di bawah endometrium dan menonjol kedalam ± Angka kejadian rongga
uterus. Paling sering menyebabkan perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan
histerektomi walaupun ukurannya kecil. Adanya  mioma submukosa dapat dirasakan
sebagai suatu “Curet Bump” (benjolan waktu kuret). Kemungkinan terjadinya
degenerasi sarkoma juga lebih besar pada jenis ini. Sering mempunyai tangkai yang
panjang sehingga menonjol melalui vagina, disebut sebagai mioma submukosa
bertungkai yang dapat menimbulkan “Myomgeburt” sering
mengalami nekrose atau ulserasi.
2. Mioma Intramural:
Mioma terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Kalau besar atau
multiple dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.
3. Mioma Subserosum:
Letaknya di bawah tunika serosa, kadang-kadang vena yang ada dipermukaan pecah
dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Dapat tumbuh diantara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi Mioma Intra Ligamenter. Dapat tumbuh menempel pada
jaringan lain, misalnya ke ligametrium atau omentum dan kemudian membebaskan
diri dari uterus, sehingga disebut Wedering/Parasitik Fibroid. Mioma subserosa yang
bertangkan dapat menimbulkan torsi.
2.3. Etiologi
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui pasti, namun ada 2 teori yang
berpendapat bahwa :
a. Teori stimulasi Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi mengingat
bahwa:
1. Mioma uteri sering tumbuh lebih cepat pada waktu hamil.
2. Neoplasma ini tidakpernah ditemukan sebelum menarche.
3. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi setelah menopause.
4. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama mioma uteri
b. Teori Cellnest atau genitoblast Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot
imatur yang terdapat pada cellnest yang selanjutnya dapat dirangsang terus-menerus
oleh estrogen. (Prawirohardjo,1996)
2.4. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan lambat
laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam
pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin
terdapat satu mioma, akan tetapi biasanya mioma banyak. Jika ada satu mioma yang
tumbuh intamural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi
padat . bila terletak pada dinding depan uterus, mioma uterus dapat menonjol ke depan
sehingga menekan dan mendorong kandung kemih ke atas sehingga sering menimbulkan
keluhan miksi.
Tetapi, masalah akan timbul jika terjadi : kurangnya pemberian darah pada mioma
uteri yang menyebabkan tumor membesar , sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual.
Selain itu, masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang
berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini dapat mengakibatkan kelemahan fisik,
kondisi tubuh lemah sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu,
dengan perdarahan yang banyak dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan volume
cairan.
2.5. Tanda dan Gejala
Sebagian penyakit ini ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan panggul rutin.
Gejala yang timbul bergantung pada lokasi dan besarnya tumor, namun yang paling
sering ditemukan adalah:
 Perdarahan yang banyak dan lama selama masa haid atau pun di luar masa haid.
 Rasa nyeri karena tekanan tumor dan terputarnya tangkal tumor, serta adanya infeksi
di dalam rahim.
 Penekanan pada organ di sekitar tumor seperti kandung kemih, ureter, rektum atau
organ rongga panggul lainnya, menimbulkan gangguan buang air besar dan buang air
kecil, pelebaran pembuluh darah vena dalam panggul, gangguan ginjal karena
pembengkakan tangkai tumor.
 Gangguan sulit hamil karena terjadi penekanan pada saluran indung telur.
 Pada bagian bawah perut dekat rahim terasa kenyal.
Sering kali penderita merasa nyeri akibat miom mengalami degenerasi atau kontraksi
uterus berlebihan pada mioma yang tumbuh ke dalam rongga rahim. Pasangan suami
istri sering kali sulit untuk punya anak (infertilitas) disebabkan gangguan pada tuba,
gangguan implantasi pada endometrium, penyumbatan, dan sebagainya.
Mioma Uteri dapat mengganggu kehamilan dengan dampak berupa kelainan letak
bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat kontraksi rahim,
pendarahan yang banyak setelah melahirkan dan gangguan pelepasan plasenta, bahkan
bisa menyebabkan keguguran.
Sebaliknya, kehamilan juga bisa berdampak memperparah Mioma Uteri. Saat hamil,
mioma uteri cenderung membesar, dan sering juga terjadi perubahan dari tumor yang
menyebabkan perdarahan dalam tumor sehingga menimbulkan nyeri. Selain itu, selama
kehamilan, tangkai tumor bisa terputar.

2.6. Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Darah Lengkap
Haemoglobin : turun
Albumin : turun
Lekosit : turun/meningkat
Eritrosit : turun
b. USG
Terlihat massa pada daerah uterus.
c. Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
d. Rontgen
Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakanoperasi.
e. ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan
operasi.
Indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri subserosum bertangkai.. Pada
mioma uteri yang masih kecil  khususnya pada penderita yang mendekati masa
menopause tidak diperlukan pengobatan, cukup dilakukan pemeriksaan pelvic secara
rutin tiap tiga bulan atau enam bulan.
Adapun cara penanganan pada mioma  uteri yang perlu diangkat adalah dengan
pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan histerektomi dan umumnya dilakukan
histerektomi total abdominal.
Tindakan histerektomi total tersebut dikenal dengan nama Total Abdominal
Histerektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy ( TAH-BSO ). TAH – BSO adalah
suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus,serviks, kedua tuba falofii dan
ovarium dengan melakukan insisi pada dinding, perut pada malignant neoplasmatic
desease, leymyoma dan chronic endrometriosis .
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa TAH-BSO adalah suatu
tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding perut untuk mengangkat
uterus, serviks,kedua tuba falopii dan ovarium pada malignant neoplastic diseas,
leymiomas dan chronic endometriosis.
2.7. Penatalaksanaan
1. 55% dan semua mioma tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk
apapun, terutama bila :
a. Tanpa keluhan
b. Menjelang menopause
c. Besar mioma < 12 minggu kehamilan
Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3 – 6 bulan.
Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengan
cepat dan dapat dilakukan tindakan segera.

2. Pengobatan Operatif
a. Miomektomi (Enukliasi Mioma) adalah pengambilan sarang mioma
saja tanpa pengangkatan uterus.
b. Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan
tindakan terpilih.

a. Komplikasi
a. Pertumbuhan leimiosarkoma
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar,
sekonyong – konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi sesudah menopause
b. Nekrosis dan Infeksi
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat
melalui kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina, dalam hal ini kemungkinan
gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
b. Asuhan Keperawatan
1. Preoperatif 
Pengkajian
a. Aktivitas istirahat
kelelahan dan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat dan janin biasanya
tidur pada malam hari, adanya faktor yang mempengaruhitidur.Tanda: nyeri,
ansietas 
b. Eliminasi
adanya rasa nyeri pada saat buang air besar dan buang air kecil, penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, uretradapat menyebabkan retensi,
urine pada ureter dapat menyebabkanhidronereter dan hidronefrosis, pada rectum
dapat menyebabkanobstipasi dan renensimia.
c. Nutrisi
membran mukosa yang kering (pembatasan) masukan/periode puasa pra operatif,
anorexia, mual, muntahtanda: perubahan kelembaban, turgor kulit.
d. Integritas ego
faktor stress, cara dalam mengatasi stress, masalah dalam mengatasi penampilan
tanda: menarik diri, marah
e. SirkulasiTanda: takikardi, hipotensi.
f. Nyeri/ kenyamanan
g. Seksualitas
Masalah seksualitas atau kelemahan dampak pada hubungan, perubahan pada
tingkat kepuasan disebabkan rasa sakit akibat penekanan uterus yang membesar.
h. Interaksi sosial
Ketidakadekuatan sistem pendukungi.
i. Neurosensori pusing, sinkope.
j. Penyuluhan/ pembelajarank.
k. Potensial terjadi penarikan din, pasca operasi.
Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan proses penyempitan saraf simpatik mioma.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anorexia.
Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan proses penyempitan saraf simpatik mioma.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jamdiharapkan masalah
nyeri teratasi.
Intervensi :
a. Distraksi relaksasi, untuk pengalihan responnyeri.
b. Ciptakan Kaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), untuk mengetahui status nyeri.
c. Ukur TTV, untuk mengetahui kondisi umum klien.
d. Ajarkan teknik lingkungan yang tenang, untuk mengurangi respon nyeri.
e. Kolaborasi pemberian analgetik baik injeksi maupun oral, untuk  penekanan
sistem syaraf.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jamdiharapkan tidak
terdapat tanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil :
a. Suhu normal
b. Tidak muncul tanda infeksi (R,C,T,D,F)
c. Luka kering dan tidak ada pus
Intervensi :
a. Ukur TTV, untuk menegtahui tanda dan keadaan umum
b. Kaji tanda-tanda infeksi (R,C,T,D,F), untuk mendeteksi tandaawal
adanya.infeksi
c. Lakukan tindakan aseptik, untuk menghidari kontak kuman.
d. Perawatan luka, untuk mempercepat penyembuhan luka
e. Hindarkan faktor-faktor penyebab infeksi, untuk menghindarikontak
langsungkuman
f. Kolaborasi pemberian antibiotik, untuk pertahanan tubuh
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anorexia
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jamdiharapkan klien dapat
melakukan aktivitas sesuai dengankemampuan dengan kriteria hasil tidak terjadi
kelelahan.
Intervensi :
a. Ukur TTV, untuk mengetahui keadaan umum.
b. Kaji tanda kelelahan, untuk mengetahui tingkat intoleranaktivitas klien.
c. Bantu pemenuhan ADL, untuk mengurangi kebutuhan energy klien.
d. Meningkatkan tingkat intoleran aktivitas, untuk memperbaiki meningkatkan
mobilitas.
2. Post Operatif
Pengkajian
1. Data umum
Usia :
a. Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling seringditemukan pada
usia 35 tahun keatas.
b. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang
c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam
menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya
akibat tindakan TAH-BSO.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena
terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah
biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri
tersebut adalah:
a. Lokasi nyeri, 
b. Intensitas nyeri,
c. Waktu dan durasi,
d. Kualitas nyeri
3. Riwayat Reproduksi
a. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab miomauteri tidak
pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa
menopause. 
b. Hamil dan Persalinan
1. Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana miomauteri
tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan denganhormon estrogen,
pada masa II dihasilkan dalam jumlah yang besar.
2. Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien
dan keluarga terhadap hilangnya organkewanitaan
4. Data Psikologi
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruhterhadap emosional
klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ
reproduksi merupakan komponenkewanitaan, wanita melihat fungsi
menstruasi sebagai lambangfeminitas, sehingga berhentinya menstruasi bisa
dirasakan sebagaihilangnya perasaan kewanitaan. Perasaan seksualitas dalam
artihubungan seksual perlu ditangani. Beberapa wanita merasa cemas bahwa
hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya kepuasan.Pengetahuan klien
tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan psikologi klien.
5. Status Respiratori
Respirasi bisa meningkat atau menurun. Pernafasan yang ributdapat terdengar
tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuhke belakang atau akibat
terdapat secret . Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat  secret pada
saluran nafas. Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksanakan segera pada klien
yang memakaianaestesi general.
6. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yangharus
dijawab oleh klien atau disuruh untuk melakukan perintah.Variasi tingkat
kesadaran dimulai dari siuman sampai mengantuk,harus diobservasi dan
penurunan tingkat kesadaran merupakan gejalasyok.
7. Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahanginekologi, klien yang
hidrasinya baik biasanya baik biasanyakencing setelah 6 sampai 8 jam setelah
pembedahan. Jumlah autputurine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh
saat operasi, muntah akibat anestesi.
8. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan,
tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekananintestinal. Ambulatori
dan kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan sistem saraf 
2. Retensi urine berhubungan dengan kelemahan pada saraf sensorik danmotorik.
3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kekhawatiran tentang
ketidakmampuan memiliki anak dan pola hubungan seksual.
4. Kurang pengetahuan tentang efek pembedahan

Intervensi
Diagnosa I :Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dansistem saraf 
1. Kaji tingkat rasa tidak nyaman sesuai dengan tingkatan nyeri.
2. Beri posisi fowler atau posisi datar atau miring kesalah satu sisi.
3. Ajarkan teknik releksasi seperti menarik nafas dalam, bimbing
untuk membayangkan sesuatu. Kaji TTV : takhikardi, hipertensi, pernafasan
cepat.
4. Motivasi klien untuk mobilisasi dini setelah pembedahan bila
sudahdiperbolehkan.
5. Laksanakan pengobatan sesuai indikasi seperti analgesik intravena.
6. Observasi efek analgetik (narkotik)
7. Obervasi tanda vital : nadi , tensi, pernafasan.

Diagnosa II : Retensi urine berhubungan dengan kelemahan pada saraf sensorik dan


motorik.
1. Catat poal miksi dan minitor pengeluaran urine.
2. Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanyaketidaknyamanan dan
rasa nyeri.
3. Lakukan tindakan agar klien dapat miksi dengan pemberian air hangat,
mengatur posisi, mengalirkan air keran.
4. Jika memakai kateter, perhatikan apakah posisi selang kateter dalamkeadaan
baik, monitor intake autput, bersihkan daerah pemasangankateter satu kali
dalamsehari, periksa keadaan selang kateter (kekakuan,tertekuk).
5. Perhatikan kateter urine : warna, kejernihan dan bau.
6. Kolaborasi dalam pemberian dalam pemberian cairan perperental danobat obat
untuk melancarkan urine.
7. Ukur dan catat urine yang keluar dan volume residual urine 750 cc perlu
pemasangan kateter tetap sampai tonus otot kandung kemih kuatkembali.

Diagnosa III :Gangguan konsep diri berhubungan dengan kekhawatiran tentang


ketidakmampuan memiliki anak dan pola hubungan seksual.
1. Beritahu klien tentang siapa saja yang bisa dilakukan histerektomi dananjurkan
klien untuk mengekpresikan perasaannya tentanghisterektomi
2. Kaji apakah klien mempunyai konsep diri yang negatif.
3. Libatkan klien dalam perawatannya
4. Kontak dengan klien sesering mungkin dan ciptakan suasana yang hangat dan
menyenangkan.
5. Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya mengenaitindakan
pembedahan dan pengaruhnya terhadap diri klien
6. Berikan dukungan emosional dalam teknik perawatan, misalnya perawatan luka
dan mandi.
7. Ciptakan lingkungan atau suasana yang terbuka bagi klien untuk membicarakan
keluhan-keluhannya.
Diagnosa IV :Kurang pengetahuan tentang efek pembedahan
1. Jelaskan bahwa tindakan histerektomi abdominal mempunyaikontraindikasi
yang sedikit tapi membutuhkan waktu yang lama untuk pulih, menggunakan
anastesi yang banyak dan memberikan rasa nyeriyang sangat setelah operasi.
2. Jelaskan dan ajarkan cara perawatan luka bekas operasi yang tepat
3. Motivasi klien melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
4. Jelaskan efek dari pembedahan terhadap menstruasi dan ovulasi
5. Jelaskan aktivitas yang tidak boleh dilakukan.
6. Jelaskan bahwa pengangkatan uterus secara total menyebabkan tidak  bisa hamil
dan menstruasi

Diagnosa V :Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan


perdarahan pervaginam berlebihan.
1. Kaji tanda-tanda kekurangan cairan.
2. Pantau masukan dan haluaran/ monitor balance cairan tiap 24 jam.
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Evaluasi nadi perifer 
5. Observasi pendarahan
6. Anjurkan klien untuk minum + 1500-2000 ,l/hari
7. Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan
penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-
50% yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang
berlebihan, infertilitas, abortus berulang, dannyeri akibat penekanan massa tumor.
Sampai saat ini penyebab pasti miomauteri belum dapat diketahui secara pasti, namun
dari hasil penelitian diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan mioma uteri
distimulasioleh hormon esterogen dan siklus hormonal.

3.2. Saran
Jika dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan , kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penyusunan makalah
yang berikutnya dapat lebih baik lagi.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat menjadi salah satu referensi untuk
perkuliahan Keperawatan Maternitas.
DAFTAR PUSTAKA

Hanifa, H. 1999. Ilmu Kandungan . Jakarta : Tridasa Printer.

Arif, M. 1999. Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : EGC.

Halminton, P. M. 1995.  Patofisiologi . Jakarta : EGC.

www.scribd.com/doc/56567861/Makalah-Mioma-Uteri

Anda mungkin juga menyukai