Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sehat 2010 makna yang sangat luas, masyarakat Indonesia harus
memiliki status kesehatan yang tinggi yang didukung oleh

prilaku sehat.

Keseimbangan dan kualitas pelayanan kesehatan merupakan factor utama. Namun


demikian, masyarakat diharapkan pula mampu mengidentifikasi kebutuhan
kesehatan, khususnya bagi para wanita yang sangat terikat erat dengan kesehatan
reproduksi (Depkes RI, 2002).
Mioma uteri adalah tumor jinak ginekologi yang paling sering ditemukan 1
dari 4 wanita usia reproduktif. Neoplasma jinak ini berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dikenal juga istilah fibromioma,
leimioma, atau pun fibroid (Sarwono 2008).
Sebagaian besar kasus mioma uteri adalah tanda gejala, sehingga kebanyakan
penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusya. Diperkirakan hanya 20% 50% dari tumor ini yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi
yang berlebihan, infertilitas, abortus berulang, dan nyeri akibat penekanan massa
tumor (Djuwantono, 2004).
Sampai saat ini penyebab pasti mioma uteri belum dapat diketahui secara
pasti, namun dari hasil penelitian diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan
mioma uteri distimulasi dari hormon estrogen dan siklus hormonal (Djuwantono,
2004 ).
Penelitian di amerika serikat yang dilakukan Schwartz, angka kejadian
mioma uteri adalah 2 12,8 orang per 1000 wanita tiap tahunnya. Schwatz
1

menunjukan angka kejadian mioma uteri 2 3 kali lebih tinggi pada wanita kulit
hitam dibandingkan kulit putih ( Victory et-al,2006 ).
Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%-11,70% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat (sarwono, 2008). Menurut penelitian yang dilakukan Karel
Tangkudung (1977) di Surabaya angka kejadian mioma uteri adalah sebesar 10,30%,
sebelum di tahun 1974 di Surabaya penelitian yang dilakukan oleh susilo raharjo
angka keladian mioma uteri sebesar 11,87% dari semua penderrita ginekologi yang
dirawat (Yuad H,2005).
Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik pada umumnya adalah tindakan
oprasi yaitu histerektomo (pengangkaatan rahim) atau pada wanita yang ingin
mempertahankan kesuburannya, miomektomi (pengangkatan mioma) dapat menjadi
pilihan (Djuwantono,2004).
Sulawesi tenggara angka kejadian mioma uteri sebanyak 105 orang ( 10
12% ) dari seluruh kasus ginekologi ( profil kesehatan sultra, 2006 ). Berdasarkan
angka kejadian tahun 2009 sebanyak 72 orang, pada tahun2010 sebanyak 78 orang
dan pada tahun2011 terjadi peningkatan sebanyak 90 orang.
Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk menulis penelitian dengan
judul Identifikasi Ibu Dengan Mioma Uteri Di Ruang Kebidanan RSU Abunawas
Kendari
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masahnya adalah :
Bagaimana identifikasi ibu yang mengalami mioma uteri di ruang kebidanan RSU
Abunawas kendari

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui identifikasi ibu yang mengalami mioma uteri di ruang
kebidanan RSU Abunawas kendari.
1.3.2 Tujuan khusus.
1. Untuk mengetahui identifikasi ibu yang mengalami mioma uteri menurut umur di
ruang kebidanan RSU Abunawas kendari.
2. Untuk mengetahui identifikasi ibu yang mengalami mioma uteri menurut paritas
di ruang kebidanan RSU Abunawas kendari.
3. Untuk menetahui identifikasi ibu yang mengalami mioma uteri menurut tingkat
pendidikan di ruang kebidanan RSU Abunawas kendari.
1.4 Manfaat penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan
Pelita Ibu Kendari.
2. Sumber informasi bagi pihak RSU Abunawas dan instansi terkait lainnya dalam
rangka menentukan kebijakan dan peningkatan pelayanan program kesehatan.
3. Sebagai sumbangsi teoritis terhadap pengembangan dan pengetahun khususnya
D-III jurusan kebidanan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Pustaka
2.1.1 Pengertian Mioma Uteri
1. Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikat sehingga
dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatannya dominan (Manuaba,1999).
2. Mioma uteri adalah suatu tumor jinak uterus yang berbatas tegas, memiliki
kapsul, terbentuk dari otot polos dan elemen jaringan penyambung fibrosa
(Taber,1994)
3. Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari uterus dan jaringan ikat
sehingga dalam kepustakaan disebut juga fibro mioma, atau fibroid (Mansjoer A,
2001)
4. Mioma uteri merupakan jenis tumor uterus yang paling banyak/sering diduga
bahwa 20 % adalah wanita berumur 35 tahun menderita mioma uteri, walaupun
tidak disertai gejala-gejala.
2.1.2 Etiologi
Penyebab mioma uteri belum diketahui secara pasti saat ini mungkin berasal
dari sel otot yang normal, dan otot imatur yang ada di dalam miometrium atau sel
dari embrional pada dinding pembuluh darah uterus. Dari manapun asalnya, mioma
mulai dari benih benih multiple yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium.
Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi sangat progresif ( bertahun tahun,bukan
dalam hitungan bulan ), di bawah pengaruh estrogen dan jika terdeteksi dan diobati
dapat membentuk tumor dengan berat 10Kg atau lebih, namun sekarang sudah jarang

karena cepat terdeteksi, mula mula mioma berada di bagian intramural, tetapi
ketika tumbuh dapat berkembang ke berbagai arah. Setelah menopause, ketika
esterogen tidak lagi di sekresi dalam jumlah yang banyak mioma cendrung atrofi
(Derek, 2001).
Sampai saat ini penyebab pasti mioma uteri belum dapat diketahui secara
pasti. Namun dari hasil penelitian diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan
mioma uteri distimulasi hormon estrogen dan siklus hormonal (Djuwantono, 2004).
2,1.3 Patofisiologi
Mioma uteri berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya.
Mioma uteri memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibandingkan
miometrium normal. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan ikat yang
tersusun seperti konde meliputi pseudo kapsul. Perubahan sekunder pada mioma uteri
sebagian besar bersifat degenerative karena berkurangnya aliran darah ke mioma
uteri. Mioma uteri berasal dari serviks uterus hanya 1 3% sisanya adalah korpus
uteri ( winkjosastro,2008 ).
Perubahan sekunder meliputi :
1. Atrofoli : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi
kecil.
2. Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita usia
lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen yaitu dapat meliputi
sebagaian besar atau sebagian kecil, seolah olah memisahkan satu kelompok
serabut otot dari kelompok lainnya.
3. Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas dimana sebagian dari
mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan ruangan yang tidak teratur

terisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan
bendungan limfe sehingga menyerupai lingfangioma. Dengan konsistensi yang
lunak, tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
4. Degenerasi membantu (calcareous degenerasi) : terutama terjadi pada wanita
berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam siskulasi. Dengan adanya
pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan
memberikan bayangan pada foto roentgen.
5. Degenerasi merah (Carneosus degenerasi) : perubahan ini biasanya terjadi pada
kehamilan dan nifas. Pathogenesis diperkirakan karenasuatu nekrosis sub akut
sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma
seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan
hemofusi. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi kehamilan muda disertai
emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri
pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium
atau mioma bertangkai.
6. Degenerasi lemak, jarang terjadi dan merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
Menurut letaknya mioma dapat dibagi tiga antara lain :
1. Mioma submukosum berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam
rongga uterus.
2. Mioma intramural terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium.
3. Mioma subserosum yaitu tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus, diliputi oleh serosa.
Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
dilahirkan melalui saluran serviks. Mioma subserosum, dapat tumbuh diantara kedua

lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter. Mioma subserosum dapat
pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ligamentum atau omentum
kemudian membesarkan diri dari uterus, sehingga disebut wandering/parasitc
fibroid.jarang ditemukan satu mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks
dapat menonjol kedalam saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk
bulan sabit. Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat 5 Kg. jarang mioma
ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak pada umur 35 45 tahun (
25%).
Hal ini disebabkan karena pada massa pra menopause terjadi peningkatan
estrogen dan progestron. Pertumbuhan mioma diperkirakan dapat memerlukan 3
tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata
tumbuh cepat. Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang
masih dapat tumbuh lebih lanjut. Factor keturunan juga memegang peran. Perubahan
sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini
karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma (Hanifa,2008).
2.1.4 Faktor Predisposisi
1. Umur Penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita yang reproduksi dan sekitar
40 50 % pada wanita usia di atas 49 tahun (Suhatno, 2007).mioma uteri jarang
ditemukan sebelum menarche. Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri
ditemukan sebesar 10% (Joedosaputro, 2005).
2. Paritas
Paritas berarti jumlah anak yang dimiliki yang masih hidup. Paritas 1, 2, dan 3
merupakan jumlah yang paling aman di tinjau dari sudut kesehatan. Resiko pada

paritas tinggi dapat dicegah dengan keluarga berencana (Manuaba, 1998). Mioma
uteri terjadi pada 74 % pasien dengan paritas 1 5 (multipara) dengan kata lain
sebagian besar mioma uteri terjadi pada pasien dengan multipara (Hafiz, 2003)
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah proses belajar, bertujuan untuk meningkatkan kematangan
intelektual seseorang. Ibu dengan pendidikan paling rendah rentang terhadap
timbulnya komplikasi obstetric termasuk mioma uteri. Hal ini disebabkan karena
ketidak tahuan manfaat memeriksakan kehamilannya serta ketidak tahuan tentang
tanda bahaya mengancam jiwanya (Hartanto, 2003)
4. Pekerjaan
Pekerjaan adalah dimana seseorang merasa minat dan harapannya pada suatu
pekerjaan tercapai dan membuatnya puas. Pekerjaan yang cocok dengan
keterampilan seseorang dapat melindungi dan memungkinkannya untuk berhasil
(Hartanto, 2003).
5. Faktor Sosial Ekonomi
Seperti pengetahuan tentang kesehatan gizi dan kesehatan lingkungan,
kepercayaan nilai-nilai dan kemiskinan merupakan factor individu dan keluarga
mempengaruhi terjadinya mioma uteri dalam masyarakat (Budi Oetomo, 2002)
6. Makanan
Dari beberapa penelitian yang dilakukan menerangkan hubungan antara
makanan dengan pertumbuhan mioma uteri. Dilaporkan bahwa daging sapi, daging
setengah matang dan daging babi dapat meningkatkan insiden mioma uteri, namun
sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri. Tidak diketahui dengan pasti apakah
vitamin, sangat berhubungan dengan mioma uteri (Parker, 2007)

7. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma di bandingkan dengan
wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga penderita mioma
mempunyai dua kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-a ( a myoma releted grwth
faktor) dibandingkan dengan penderita mioma yang tidak mempunyai riwayat
keluarga penderita mioma uteri (Parker, 2007).
2.1.5 Gejala Dan Tanda
Gejala yang dikeluarkan sangat bergantung pada tempat sarang, mioma ini
berada (submukosum, intramural, subserosum ), besarnya tumor, perubahan dan
komplikasi terjadi.
1. Mioma submukosum
Adapun gejala dan tanda mioma submukosum adalah sebagai berikut :
a. Perdarahan
b. Umumnya ditemukan pada umur 40 tahun
c. Adanya rasa penuh atau berat pada perut bagian bawah dan teraba massa yang
padat kenyal.
2. Mioma intramural
Adapun gejala dan tanda mioma intramural adalah sebagai berikut :
a. Pendarahan
b. Rasa nyeri akibat torsiatau mengalami degenerasi
c. Metrology
d. Dismenorea

10

3. Mioma subserosum
Adapun gejala dan tanda mioma subserosum adalah sebagai berikut :
a. Disuria / poliuria.
b. Retensi urine
c. Konstipasi
d. Edema tungkai
e. Varises
f. Infertilitas
g. Abortus
2,1.6 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis
Terasa adanya benjolan baik diperut bagian bawah atau benjolan dijalan lahir
atau moima geburtdan umumnya tanpa gejala. Namun dapat juga disertai gejala
berupa : perdarahan utorus abnormal, pembesaran pada uterus, rasa nyeri, efek
penekanan dan intertilitas
2. Pemeriksaan fisik
Dilakukan dengan pemeriksaan bimanual dan palpasi. Pada mioma yang besar
dapat teraba perabdominal sedangkan pada mioma yang kecil ditemukan pembesaran
uterus yang irregular pada pemeriksaan pelviks.dengan menggunakan spekulum,
mioma yang kecil dapat diketahui dengan mudah. Pada pemeriksaan dalam dapat
diperiksa dengan jelas adanya suatu tumor,konsisten dan tangkai mioma.

11

3. Laboratorium
Hb dan leukosit rendah.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Ultrasonografi
Adanya klasifikasi ditandai oleh focus focus hiperekoik dengan bayangan
akustik. Degenerasi kistik ditandai dengan adanya daerah hipoekoik.
b. Laparoskopi
Dapat melihat secara langsung mioma uteri yang kecil.
c. Histeroskopi
Dapat melihat mioma uteri submukosa, jika tumornya kecil serta betangkai
dan dapat sekaligus mengangkat massa tumor.
d. Urografi
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan lokasi ureter bila telah terjadi
penekanan oleh mioma uteri.
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen dibagian bawah
atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan, mioma subserosum
yang

dilahirkan

harus

dibedakan

dengan

adenomiosis,

khoriokarsinoma,karsinomakorporisuteri atau suatu sarcoma uteri. USG


abdominal dan trasvaginal dapat membantu dan menegakan dugaan klinis.
( hanifa, 1999 ).
2.1.7 Komplikasi
1. Degenerasi.
2. Mioma uteri yang menjadi leisarkoma ditemukan 0,32 0,6 % dari seluruh
mioma, serta merupakan 50 75 % dari semua sarcoma uterus. Keganasan

12

umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histology uterus yang telah


diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat
memperbesar dan apabila terjadi pemperbesar sarang mioma uteri cepat dalam
menopause.
3. Torsi ( putaran tungkai )
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen
akut. Jika terjadi perlahan lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya
di bedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam
rongga peritoneum.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan mengalami infeksi yang
diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya, misalnya terjadi pada
mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragiadisertai leukore dan
gangguan gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.
2.18 Penangganan
Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi
dan ukuran tumor. Dan terbagi atas penanganan konservasif dan operatif.
1. Penanganan konservatif bila :
Mioma yang kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala. Cara penanganan
konservatif sebagai berikut :
a. Opservasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3 6 bulan.
b. Bila anemi,Hb < 8gr %, transfuse PRC (packed red cell)
c. Pemberian zat besi

13

Penggunaan agonis hormon pelepas gonadotropin (HNRH) leutrolid asetat 3,75


mg intramuskuler pada hari 1 3 menstruasi setiap minggu sebanyak 3 kali.
2. Penanganan objektif bila :
a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12 14 minggu.
b. Pertumbuhan tumor cepat.
c. Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
d. Bila terjadi penyulit kehamilan.
e. Hipermenorae pada mioma submukosa.
f. Penekanan pada organ sekitar.

14

2.2 Skema Kerangka Konsep

Umur

Paritas

Tingkat Pendidikan

Keterangan :
: Variabel yang diteliti

Mioma Uteri

BAB III
METODE PENELITIAN
c.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskritif , untuk mendeskrisipkan fakta
mengenai suatu keadaan secara objektif.
c.2 Tempat Dan Waktu
1. Tempat
Penelitian akan dilakukan diruang kebidanan RSU Abunawas kendari.
2. Waktu
Penelitian akan dilakukan pada tahun 2012.
c.3 Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah semua ibu yang mengalami mioma uteri yang
ada diruang kebidanan RSU Abunawas kendari.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang menderita mioma uteri yang
ada di RSU Abunawas kendari.dengan metode penganbilan sampel yaitu secara
total sampling.
c.4 Pengumpulan Data
Data sekunder diperoleh dari data yang ada di RSU Abunawas kendari dari
medical record.

15

16

c.5 Definisi oprasional dan criteria obyektif.


1. Mioma Uteri
Suatu tumor jinak uterus yang berbatas tegas, memiliki kapsul, terbentuk dari otot
polos dan elemen jaringan penyambung fibrosa
2. Umur :
Umur penderita ketika memeriksakan dan didiagnosa menderita mioma uteri.
Kriteria objektif :
a. umur < 20 tahun.
b. Umur 20 35 tahun
c. Umur > 35 tahun (Manuaba, 2002)
3. Paritas :
Jumlah anak yang pernah dilahirkan. Paritas 1,2 dan 3 merupakan jumlah yang
paling aman dari sudut kesehatan.
Kriteria objektif :
a. Paritas 0 (nulipara)
b. Paritas 1 3 (multipara)
c. Paritas 4 (grande multipara) (Wiknjosastro, 2006).
4. Tingkat pendidikan :
Jenjang pendidikan formal yang pernah diselesaikan.
Kriteria objektif :
a. SD
b. SMP
c. SMA

17

d. Perguruan tinggi
e. Diploma (Notoatmodjo, 2002).
c.6 Pengolahan Dan Penyajian Data
Data yang telah dikumpulkan diolah secara manual dengan menggunakan
kalkulator kemudian disajikan dalam bentuk naskah / narasi.
Rumus :

n
x 100%

Keterangan :
X

: Variabel yang diteliti

: Jumlah variabel yang diteliti

: Jumlah total sampling (Arikunto, 2006)

18

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2002. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta
Dinkes Provinsi Sultra. 2005. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara. Kendari.
Djuwanto, T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi
Farmacia Vol. III No. 12. Jakarta.
Hafiz, R. Ali M, Ahmad. 2003. Fibroids as a Causative Factor in Menorrhagia and
its Management. http://www.pmrc.org.pk./fibroid.htmNo.3 last updated : Jul
2003. Diakses tanggal 20 Nopember 2007.
Hanifa, W. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
Hartanto, H. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN
Joedosapoetro, MS. Wiknjosastro, H. Saifuddin, AB. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi
ke-2. Jakarta: YBP-SP
Kartaka IMK, dkk. 2003. Pedoman Diagnosis Terapi dan Bagan Ali Pelayanan
Pasien. Lab/SMF Obygn FK. Udayana
Manuaba, IBG. 2005. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta: EGC
Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC
Victory R. Romano W, Bennett J, Diamond M. 2006. Clinical Gynecology. Churchill
Livingstone, an imprint of Elsevier Inc.
Yuad, H. 2005. Miomektomi Pada Kehamilan. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK.

PROPOSAL PENELITIAN
IDENTIFIKASI IBU DENGAN MIOMA UTERI DI RUANG
KEBIDANAN RSU ABUNAWAS KENDARI
SULAWESI TENGGARA

OLEH :
YUFITA DEWI EKA.W
P10.667

AKADEMI KEBIDANAN PELITA IBU


KENDARI
2012

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan sukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT,karena berkat rahmat, taufik dan hidayatnya yang telah diberikan kepada
penulis berupa kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan
judul Identifikasi Ibu Dengan Mioma Uteri di Ruang Kebidanan RSU Abunawas
kendari
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun proposal ini masih
banyak terdapat kekeliruan, kesadaran dan kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu saran,
pendapat dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari semua
pihak demi kesempurnaan penulisan ini.
Semoga proposal ini dapat berguna bagi yang membutuhkan dan akhir kata
semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmatnya kepada kita semua, amin.

Kendari, Oktober 2012

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah......................................................................... 2
1.3 Tujuan penelitian.......................................................................... 3
1.4 Manfaat penelitian........................................................................ 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Telaah Pustaka ............................................................................. 4
2.2 Skema Kerangka Konsep ............................................................. 14
BAB III. KERANGKA KONSEP
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 15
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian....................................................... 15
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................... 15
3.4 Pengumpulan Data........................................................................ 15
3.5 Definisi Oprasional dan Kriteria Objektif.................................... 16
3.6 Pengolahan dan Penyajian Data................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

Anda mungkin juga menyukai