Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PADA PASIEN MIOMA UTERI

Oleh :

NI PUTU EVA PRADNYAYANTI

17.321.2700

A11-A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2019
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi Mioma Uteri
Mioma Uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma, fibriomioma
atau fibroid (Prawirohardjo Sarwono, 2009). Mioma uteri terbatas tegas, tidak
berkapsul, dan berasal dari otot polos jaringan fibrosus, sehingga mioma uteri dapat
berkonsisten padat jika jaringan ikatnya dominan dan berkonsentrasi lunak jika otot
rahim yang dominan. Mioma uteri biasa juga disebut leiomioma uteri, fibroma uteri,
fibroleiomioma, mioma fibroid atau mioma simpel. Mioma terdiri atas serabut- serabut
otot polos yang diselingi dengan jaringan ikat dan dikelilingi kapsul yang tipis. Tumor
ini dapat berasal dari setiap bagian duktus muller, tetapi paling sering terjadi pada
miomatreium. Disini beberapa tumor dapat timbul secara serentak. Ukuran tumor
dapat bervariasi dari sebesar kacang polong sampai sebasar bola kaki. Degenarasi
ganas mioma uteri, ditandai dengan terjadinya perlunakan serta warna yang keabu-
abuan, terutama jika mioma tumbuh dengan cepat atau ditemukan pada pot
menopause. Adanya bagian nekrotik, lunak dan perdarahan pada potongan mioma
perlu diwaspadai adanya proses ganas. Bila berasal dari miometrium, maka dinding
uterus menebal, sehingga terjadi pembesaran uterus. (Marco, 2013)
Mioma uteri belum pernah tumbuh pada wanita yang belum mengalami
menstruasi. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh.
Mioma uteri belum pernah ditemukan sebelum terjadinya mentruasi. Sebagian besar
mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi oleh karena adanya rangsangan
estrogen. Pada masa menopause mioma uteri akan mengalami pengecilan. Mioma uteri
atau juga dikenal dengan leiomioma uteri atau fibroid adalah tumor jinak rahim yang
paling 4 sering didapatkan pada wanita. Leiomioma berasal dari sel otot polos rahim
dan pada beberapa kasus berasal dari otot polos pembuluh darah rahim. (Yonika,
2012)
Kejadian mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak semua mioma uteri
memberikan keluhan dan memerlukan tindakan operasi. Mioma uteri tidak
memberikan tanda dan gejala klinik yang bermakna namun lebih sering pada dekade
ke- 4 serta pada wanita kulit hitam dan sekitar 5 – 10 % merupakan submukosa. Diet
dan lemak tubuh juga berpengaruh terhadap resiko terjadinya mioma. Marshall (1998),
Sato (1998) dan
Chiaffarino menemukan bahwa resiko mioma meningkat seiring bertambahnya indeks
massa tubuh dan konsumsi daging dan ham. Sebagian besar mioma uteri ditemukan
pada masa reproduksi, karena diduga berhubungan dengan aktivitas estrogen. Dengan
demikian mioma uteri tidak dijumpai sebelum menarke dan akan mengalami regresi
setelah menopause, atau bahkan bertambah besar maka kemungkinan besar mioma
uteri tersebut telah mengalami degenerasi ganas menjadi sarkoma uteri. Bila
ditemukan pembesaran abdomen sebelum menarke, hal itu pasti bukan mioma uteri
tetapi kemungkinan besar kista ovarium dan resiko untuk mengalami keganasan sangat
besar. (Yonika, 2012)

2. Epidemiologi
Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduktif sebanyak 20% - 25%.
Pada usia melebihi 35 tahun insidensi mioma uteri lebih tinggi. Menurut penelitian
yang dilakukan di Amerika Syarikat, 3-9 kali lebih banyak pada ras kuli berwarna
dibandingkan dengan ras berkulit putih. Selama 5 dekade, ditemukan 50% kasus
mioma uteri terjadi pada ras kulit berwarna. Namun di Afrika, wanita kulit putih
sedikit sekali menderita mioma uteri. Perbedaan Amerika dan Afrika dikaitkan dengan
perbedaan pola hidup. Di Amerika Syarikat, dari 650.000 histerektomi yang dilakukan
per tahun, sebanyak 27% adalah disebabkan mioma uteri. Di Indonesia, mioma uteri
ditemukan sebanyak 2,39%-11.7% (Ita Rahmi, 2012).
Pada tahun 2010 kejadian mioma uteri terbanyak masih pada kelompok umur >35
tahun yaitu sebanyak 43 orang (63,2%) dan 45 orang (66,2%) terjadi pada multipara.
Periode Januari 2011–Mei 2011 angka kejadian mioma uteri yaitu 39 orang (35,8%)
dari 109 kasus ginekologi yang dirawat. Angka tersebut lebih tinggi bila dibandingkan
penderita ca cerviks yang hanya 21 orang (19,3%), penderita kista ovarium 13 orang
(11,9%), penderita menometroragi 12 orang (11%) serta penyakit ginekologi lainnya
sebanyak 24 orang. Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, insidensi mioma uteri
pada tahun 2011 ini pun terjadi pada kelompok umur >35 tahun sebanyak 28 orang
(71,8%) dan terjadi pada wanita multipara yaitu sebanyak 26 orang (66,7%). Mioma
uteri belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarche (Dewi, 2009)
3. Etiologi
Penyebab dari terjadinya Mioma Uteri masih belum diketahui sampai saat ini.
Walaupun mioma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun dari hasil penelitian
Miller dan Lipschultz yang megutarakan bahwa terjadi mioma uteri tergantung pada
sel- sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang,
terus menerus oleh estrogen (Prawirohardjo Sarwono, 2009).
Beberapa penelitian mengatakan bahwa masing-masing mioma muncul dari 1 sel
neoplasma soliter (satu sel ganas) yang berada diantara otot polos miometrium (otot
polos di dalam rahim). Selain itu didapatkan juga adanya faktor keturunan sebagai
penyebab mioma uteri. Pertumbuhan dari leiomioma berkaitan dengan adanya hormon
estrogen. Tumor ini menunjukkan pertumbuhan maksimal selama 5 masa reproduksi,
ketika pengeluaran estrogen maksimal. Mioma uteri memiliki kecenderungan untuk
membesar ketika hamil dan mengecil ketika menopause berkaitan dengan produksi
dari hormon estrogen. Apabila pertumbuhan mioma semakin membesar setelah
menopause maka pertumbuhan mioma ke arah keganasan harus dipikirkan.
Pertumbuhan mioma tidak membesar dengan pemakaian pil kontrasepsi kombinasi
karena preparat progestin pada pil kombinasi memiliki efek anti estrogen pada
pertumbuhannya. Perubahan yang harus diawasi pada leiomioma adalah perubahan ke
arah keganasan yang berkisar sebesar 0,04%.

4. Faktor Predisposisi
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat
sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10%
pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan
gejala klinis antara 35 – 45 tahun.
2. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau
sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan
ini saling mempengaruhi.

3. Faktor ras dan genetik


Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma
uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan
riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma,
dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan
mengalami regresi setelah menopause. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama
sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen
pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh
estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti
peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan
insulin-like growth factor yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah
mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak
pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada
perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena
tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana
yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah
menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.

5. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun
semacam pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus
mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu
mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar
dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat
menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas
sehingga sering menimbulkan keluhan miksi Tetapi masalah akan timbul jika
terjadi: berkurangnya
pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga
menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi
perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini
bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan
perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa
mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan volume cairan.

Pathway

Mioma Uteri

Pendarahan Pembesaran Uterus

Gangguan Penekanan
Penurunan Gangguan Kurang Saraf
Sirkulasi
Suplai Darah Hematologi Pengetahuan

Nekrosis
Anemia Penurunan Cemas
Imun Tubuh
Kelemahan
Fisik
Resiko Infeksi
Nyeri Kronis
Gangguan
Mobilitas Fisik

Penekanan

Kandung Kemih Uretra

Gangguan
Eliminasi Urin
6. Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena, dibagi
menjadi:
1. Lokasi
- Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
- Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius.
- Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga jenis
yaitu :
- Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja,
dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui
tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum
dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan
mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus,
omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah
diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan
terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang
bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis
parasitik.
- Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih
kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus
berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma
sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak
karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor
tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma
submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan),
lunak (jaringan otot rahim dominan).
- Mioma Uteri Submukosa
Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma
bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini
mudah terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan
rahim. Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih
penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa
ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali
memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa
walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina.
Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan
histerektomi.

7. Gejala Klinis
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa
dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus. Faktor-
faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :
1. Besarnya mioma uteri.
2. Lokalisasi mioma uteri.
3. Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % – 50% dari pasien yang terkena. Adapun
gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:
- Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%).
Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa: menoragi, metroragi, dan
hipermenorrhea. Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe.
Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya area
permukaaan dari endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot
rahim, distorsi dan kongesti dari pembuluh darah di sekitarnya dan ulserasi dari
lapisan endometrium.
- Penekanan rahim yang membesar, terasa berat di abdomen bagian bawah,
gejala traktus urinarius: urine frequency, retensi urine, obstruksi ureter dan
hidronefrosis, gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal, dan terasa
nyeri karena tertekannya saraf.
- Nyeri, dapat disebabkan oleh,: penekanan saraf, submukosa mioma terlahir,
infeksi pada mioma.
- Infertilitas, akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di cornu.
Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa dapat
menghalangi implantasi. Terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran
prematur pada pasien dengan mioma intramural dan submukosa.
- Sulit BAK dan BAB
- Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema
ekstremitas bawah, hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia.
- Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.

8. Pemeriksaan Fisik
Adapun pemeriksaan fisik yang difokuskan ialah :
- Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.
- Pemeriksaan ginekologik dengan rahim pemeriksaan bimanual didapatkan
tumor tersebut menyatu dengan rahim atau megisi kavum douglasi.
- Konsultasi padat, kenyal, permukaan tumor umumnya rata.
- Pemeriksaan Luar Teraba masa tumor pada abdomen bagian bawah serta
pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas.
- Pemeriksaan Dalam Tumor teraba yang berasal dari rahim dan pergerakan
tumor dapat terbatas atau bebas dan ini biasanya ditemukan secara kebetulan.

9. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan ini ditemukan adanya anemia. Anemia disebabkan perdarahan
uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Namun pada kebanyakkan
pasien akan terjadi mekanisme eritrositosis. Pada kasus dengan komplikasi
menjadi degenerasi akut atau infeksi akan ditemukan leukositosis.
b. USG
Mioma uteri yang besar paling bagus didiagnosis dengan kombinasi
transabdominal dan transvaginal sonografi. Gambaran sonografi mioma
kebiasaanya adalah simetrikal, berbatas tegas, hypoechoic dan degenerasi kistik
menunjukkan anechoic. USG menunjukkan gambaran massa padat dan homogen
pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen
bawah dan pelvis, dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi (Howard, 2000).
c. Magnetic Resonance Imagine (MRI)
Lebih baik daripada USG tetapi mahal. MRI mampu menentukan saiz, lokasi dan
bilangan mioma uteri serta bisa mengevaluasi jarak penembusan mioma
submukosa di dalam dinding miometrium. MRI akan menghasilkan gambaran
dengan menyerap energy dari suatu gelombang radio berfrekuensi tinggi yang
menunjukkan adanya mioma
d. Histerosalfingografi (HSG)
Digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh kearah k avum uteri pada
pasien infertil. Merupakan suatu prosedur yang me nghasilkan gambaran foto
rontgen bagian dalam lavitas uterus dan u ntuk mengetahui keadaan tuba falopii.
Sejumlah cairan yang menga ndung iodine diinjeksikan melalui cervix ke dalam
uterus dan tuba falopii, hasil foto rontgen didapatkan.
e. Urografi Intravena
Digunakan pada kasus massa di pelvis sebab pada kasus tersebut sering terjadi
deviasi ureter atau penekanan dan anomali sistem urinarius. Cara ini baik untuk
mengetahui posisi, jumlah massa pada ureter dan ginjal.
f. Computed Tomography (CT)
CT merupakan salah satu tipe rontgen yang menggunakan komputer untuk
menghasilkan gambaran struktur tubuh seperti uterus. Walapun jarang dibutuhkan,
hasil gambaran CT dapat memperlihatkan adanya mioma
g. Sonohistografi
Suatu prosedur ultrasonic di mana kavitas uterus dibatasi oleh sejumlah kecil
cairan. Cairan ini ditempatkan pada uterus melalui suatu selang plastik kecil.
Pasien bisa
merasakan kram yang ringan. Sonohistografi meningkatkan kemampuan pemeriksa
untuk mengidentifikasi mioma yang masuk ke dalam kavum uteri (Stuti, 2011) .

10. Prognosis
Histerektomi dengan eliminasi semua mioma adalah penyembuhan sempurna.
Miomektomi yang berlanjutan akan menyebabkan uterus dan kavitasnya kembali ke
keadaan normal. Salah satu keprihatinan major adalah resiko rekuren selepas
miomektomi. Studi yang dilakukan menunjukkan 2% - 3% per tahun mengalami
simptomatik mioma selepas miomektomi (Alan DeCherney, 2006).

11. Therapy
1. Terapi Emergensi
Transfusi darah mungkin diperlukan untuk memperbaiki anemia. Transfusi
dikemas sel darah merah lebih digunakan daripada whole blood. Operasi biasa
diindikasikan untuk pasien ketika mereka menjadi secara hemodinamik stabil.
Operasi emergensi diindikasikan untuk infeksi mioma, torsi akut, atau obstruksi
usus yang disebabkan oleh pedunkulata atau parisitik mioma.
2. Terapi Medikasi
Tujuan daripada perawatan medis adalah untuk meringankan atau mengurangi
gejala. Meskipun tidak ada terapi medikasi yang pasti ada pada saat ini tersedia
untuk mioma uteri, gonadotropinreleasing hormone(GnRH) agonis membuktikan
bahwa GnRH adalah sangat berguna untuk membatasi pertumbuhan atau
membantu mengurangi ukuran tumor. GnRH agonis dapat menyebabkan
hypogonadism melalui hipofisis desensitisasi, mengatur turun reseptor, dan
penghambatan gonadotropin. Terapi gonadotropin yang dilakukan untuk mioma
uteri untuk 3 bulan akan mencapai penyusutan maksimum mioma uteri untuk
lebih kurang 35%-60% daripada volumnya dan hasil amenorrhea akan membaiki
dalam parameter hematologik. Terapi GnRH dilimitasi oleh efek samping
hipopoestrogenik dan keropos tulang, terutama dengan terapi yang dilakukan
untuk lebih 6 bulan. Ada kembalinya cepat volume uterus dan menstruasi pada
penghentian terapi GnRH agonis mungkin berguna untuk perdarahan control
untuk
mioma uteri; tingkat preoperatif hematokrit, bertindak sebagai ukuran raguan
sampai operasi dapat dijadwalkan atau menopause diantisipasi atau penyusutan
mioma akan mengizinkan histerektomi vagina. Pil kontrasepsi oral umumnya
diresepkan untuk mengontrol perdarahan uterus abnormal tetapi terapinya tidak
efektif dalam pengobatan mioma. Pil kontrasepsi oral dapat membantu dalam
mengobati kondisi hidup bersama perdarahan anovulasi yang mungkin
memberikan kontribusi untuk mioma. Suatu penelitian menunjukkan hasil yang
baik dengan penggunaan levonorgestrel-releasing intrauterine alat untuk terapi
menorrhagia terkait dengan beberapa mioma kecil (Tinelli, 2014).

12. Penatalaksanaan
a. Penanganan konservatif
Penanganan konservatif sebagai berikut :
- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
- Bila anemia , Hb < 8 g% tranfusi PRC.
- Pemberian zat besi.
- Pengunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada 1-3 menstruasi
setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor
dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan
menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada
periode postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor
diobservasi dalam 12 minggu. Tetapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan
sebelum pembedahan, karena memberikan beberapa keuntungan : mengurangi
kebutuhan akan tranfusi darah. Namun obat ini menimbulkan kehilangan masa
tulang meningkat dan osteoporosis pada wanita tersebut. (Mansyoer, 2001)
b. Operasi
Operasi adalah terapi yang paling penting untuk mioma. Pemeriksaan Imaging
paling sering harus disertai dengan evaluasi untuk menyingkirkan proses
neoplastik panggul lainnya. Semua pasien harus mengikuti serviks Papanicolaou
smear test dan endometrium evaluasi jikalau perdarahannya irregular. Sebelum
operasi definitive, volume darah yang diperlukan harus disediakan terlebih
dahulu
dan langkahlangkah lain seperti administrasi antibiotika profilatik atau heparin
harus dipetimbangkan. Mekanikal dan persediaan antibiotika usus dapat
digunakan bila operasi panggul menjadi sukar.
a. Miomektomi
Miomektomi adalah salah satu pilihan simptomatik pasien yang ingin untuk
memelihara fertilitas atau melindungi uterus. Kerugian signifikan adalah
resiko untuk mioma yang akan timbul. Pascamiomektomi setelah 5 tahun,
50% - 60% pasien akan mempunyai mioma baru yang akan dideteksi dalam
ultrasound (USG), dan lebih dari 25% pasien akan memerlukan operasi major
untuk kali kedua. Pasangan harus menjalani evaluasi infertilitas menyeluruh
sebelum wanita tersebut menjalani miomektomi untuk memajukan fertilitas.
Kebanyakkan wanita akan dinasihati untuk melambatkan kehamilan untuk 3-
6 bulan selepas miomektomi abdomen dan untuk merencanakan sektio
sesarean selepas mengeliminasi mioma transmural. Resiko untuk kerusakan
uterus disebabkan oleh paritas selepas miomektomi abdomen dilaporkan
sebanyak 0,0002%. Miomektomi yang dilakukan melalui histeroskopi dalam
kasus mioma submukosa dan melalui laparaskopi untuk mioma subserosa
yang angkanya kecil atau mioma intramural sedang meningkat. Kekuatan
penutupan uterus dalam laparaskopi mioma ialah kontroversi, dan kerusakan
uterus dilaporkan apabila masa gestasi 33 minggu. Pasien yang menginginkan
fertilitas dinasihatkan tentang resikonya. Pedunculated mioma submukosa
yang bertumbuh dalam vagina dapat disingkirkan kadang-kala dengan
menggunakan tali yang ada lengkungan atau melalui histereskopi. Tindakan
ini adalah langkah yang paling efektif jikalau tidak ada tumor yang
diperlukan untuk dieliminasi. Jikalau pedunculated mioma tidak dapat
disingkirkan melalui vagina maka biopsi dilakukan untuk mengelakkan
miosarcoma atau mesodermal sarcoma. Indikasi untuk miomektomi dalam
kehamilan adalah tanda torsi dalam mioma pedunculated di mana hemostasis
stalk dapat dicapai dengan keselamatan relatif. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa tindakan ini mempunyai resiko yang besar untuk
mendapatkan perdarahan atau transfusi.
b. Histerektomi
Mioma uteri adalah indikasi paling sering untuk histerektomi dengan resiko
kumulatif sebanyak 7% untuk semua wanita yang berusia dalam lingkungan
25 tahun - 45 tahun. Lebih dari 50% histerektomi dilakukan pada wanita yang
kulit hitam disebabkan oleh mioma, dengan resiko kumulatif sebanyak 20%
sehingga umur 45 tahun. Histerektomi menyingkirkan gejala dan rekuren.
Uterus dengan mioma kecil mungkin dapat dieliminasikan dengan tindakan
histerektomi vagina total, terutamanya jika relaksasi vagina membutuhkan
perbaikan cystocele, rectocele, atau entrocele. Bila tumor yang besar
ditemukan banyak, histerektomi abdomen total diindikasikan. Ovari
umumnya dipelihara pada wanita premenopausal. Tidak ada komplikasi
dalam mengangkat ovary daripada wanita yang pasca menopause.
c. Embolisasi Mioma Uteri
Okulasi emboli arteri uterus adalah suatu alternatif untuk operasi major pada
wanita premenopausal yang tidak menginginkan fertilitas tetapi
menginginkan untuk terus memelihara uterus atau mengelakkan efek samping
daripada terapi medikasi. Dalam prosedur ini, arteriogram akan dilaksanakan
untuk mengidentifikasikan suplai darah ke mioma. Selepas itu satu kateter
akan dimasukkan ke dalam bagian distal arteri uterus, biasanya melalui arteri
femoris sebelah kanan. Arteri tersebut akan diinfusi dengan agen embolisasi
(polyvinyl alcohol particles atau tris-acryl gelatine microspheres) sehingga
alirannya terhenti. Prosedur ini akan bertahan selama 1 jam secara
menyeluruh. Studi observasi menunujukkan bahwa terapinya sama efektif
seperti histeretomi dan miomektomi, dengan banyak komplikasi minor dan
dengan komplikasi major yang sikit. Frekuensi mioma rekuren adalah sedikit
dengan embolisasi dibandingkan dengan miomektomi.
d. Ablasi Endometrium
Untuk wanita yang tidak menginginkan fertilitas, ablasi endometrium dapat
mengkontrol gejala perdarahan. Prosedur ini lebih efektif jika
dikombinasikan dengan miolisis.
e. Miolisis
Prosedur ini adalah teknik laparascopic thermal coagulation tidak
membutuhkan penjahitan dan senang untuk dilaksanakan. Destruksi jaringan
lokal mungkin akan mengakibatkan kerusakan pada masa kehamilan.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Data yang akan dikumpulkan mencakup:
A. Identitas
Identitas dalam pengkajian ada 2, yaitu identitas pasien dan identitas penanggung
jawab pasien atau keluarga pasien. Identitas pasien menjelaskan tentang nama
pasien, alamat, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan serta berisi
tanggal MRS, tanggal dilakukannya pengkajian, no register dan diagnose medis.
Sedangkan dalam identitas penanggung jawab berisi nama penanggung jawab,
hubungan penanggung jawab dengan pasien, alamat serta pekerjaan penanggung
jawab.
B. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan Utama
Keluhan utama biasanya dijelaskan mengenai keluhan pasien ketika MRS dan
ketika dilakukan pengkajian. Keluhan utama pada klien dengan mioma uteri
ialah nyeri pada abdomen atau pendarahan yang abnormal.
b. Alasan Masuk Rumah Sakit
Biasanya pasien atau keluarga akan menjelaskan bagaimana perjalanan
penyakit yang dialami pasien sehingga pasien dibawa ke rumah sakit.
c. Upaya Untuk Mengatasi
Menjelaskan tentang upaya apa saja yang telah dilakukan oleh keluarga atau
pasien sendiri, dalam menangani penyakit yang dideritanya.
2. Status Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang Pernah Dialami
Pasien atau keluarga menjelaskan apakah pernah mengalami atau mengidap
penyakit serupa atau penyakit lainnya sebelumnya
b. Pernah Dirawat
Pasien menjelaskan apakah ia pernah dirawat karena suatu penyakit atau tidak
c. Alergi
Pasien menjelaskan apakah memiliki riwayat alergi terhadap makanan, obat
dan lain sebagainya.
d. Kebiasaan
Pasien menjelaskan apakah ia memiliki kebiasaan seperti merokok,
meminum kopi, mengkonsumi alcohol dan lain sebagainya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien atau keluarga menjelaskan apakah dalam silsilah keluarga pasien
terdapat penyakit bawaan atau penyakit turunan.
C. Diagnosa Medis/Therapy
Berisikan data mengenai diagnose medis dan terapi apa saja yang sudah dijalani
oleh pasien. Disertai pula dengan nama obat-obatan yang dikonsumsi, dosis obat,
rute pemberian obat, indikasi dan juga efek samping.
D. Pola Kebutuhan Dasar
Disesuaikan dengan menggunakan format Gordon berdasarkan keterangan klien.
1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien atau keluarga menjelaskan mengenai persepsinya terhadap kesehatan
dan bagaimana ia mengelola kesehatannya sehingga dapat meningkatkan
kualitas kesehatannya.
2. Pola Nutrisi-Metabolik
Pada pola ini, pasien atau keluarga menjelaskan mengenai asupan nutrisi
pasien, bagaimana nafsu makannya, apa saja yang dimakan dan diminum dan
berapa porsi atau cc jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi saat
sudah sakit maupun sebelum sakit.
3. Pola Eliminasi
Pasien menjelaskan bagaimana proses eliminasi BAB dan BAK ketika
sebelum sakit dan sudah sakit. Lengkap dengan berapa kali BAB/BAK dalam
sehari, jumlahnya, warna, dan konsistensi.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pasien atau keluarga menjelaskan tentang bagaimana klien melakukan
aktivitasnya atau melakukan pergerakan sebelum sakit maupun sesudah sakit.
Apakah pasien dapat melakukannya dengan mandiri, dibantu oleh orang lain,
dibantu orang lain dan alat, atau bergantung total.
5. Pola Kognitif dan Persepsi
Pasien menjelaskan mengenai apakah fungsi panca inderanya masih bagus
dan pengetahuannya tentang kesehatan selama ini
6. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pasien menjelaskan mengenai konsep dirinya, bagaimana ideal dirinya,
pandangannya terhadap dirinya sendiri dan apakah ia telah mampu memahami
dirinya sendiri
7. Pola Tidur dan Istirahat
Pasien menjelaskan mengenai kondisi tidurnya sebelum sakit dan saat sakit.
Apakah tidurnya nyenyak, berapa lama ia tertidur, apakah ada kendala ketika
ia tertidur.
8. Pola Peran dan Hubungan
Pasien menjelaskan mengenai perannya dalam kehidupan sehari-hari,
bagaimana kehidupan sosialnya/ bagaimana ia berhubungan atau berinteraksi
dengan orang lain
9. Pola Seksual dan Reproduksi
Pasien menjelaskan mengenai apakah ia memiliki gangguan atau kendala
dalam seksualitas dan system reproduksinya baik sebelum sakit maupun saat
sakit.
10. Pola Toleransi Stress dan Koping
Pasien menjelaskan bagaimana kondisi psikisnya ketika ia mengidap penyakit
ini. Apakah ia terlalu berpikir tentang penyakitnya dana pa yang dilakukannya
untuk tetap tenang dalam menghadapi masalah penyakitnya.
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
Pasien menjelaskan tentang nilai-nilai spiritual yang diyakininya.
E. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran komposmestis, gelisah, dan lelah.
GCS : Verbal: …. Psikomotor: ….. Mata: …..
Tanda-Tanda Vital : TD ….. Nadi …. Suhu …. RR….

2) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan Leher
Pengkajian melalui inspeksi dan palpasi pada daerah kepala dan leher
pasien. Periksa apakah ada peningkatan tekanan vena jugularis.
b. Mata
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai kesimetrisan,
kondisi konjungtiva, pupil dan sklera apakah ada nyeri tekan atau
tidak.
c. Hidung
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai kesimetrisan,
kondisi bulu hidung dan apakah ada nyeri tekan atau tidak
d. Telinga
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai kesimetrisan,
apakah ada benjola atau tidak.
e. Mulut
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai kondisi daerah
mulut apakah ada stomatitis, bau mulut, kondisi mukosa bibir, dan lain
sebagainya.
f. Dada
Paru-Paru dan jantung : dilakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi
g. Abdomen
 Inspeksi : Abdomen terlihat membesar
 Auskultasi : didengarkan menggunakan stetoskop
 Perkusi : sonor
 Palpasi : Teraba tumor pada abdomen
F. Analisa Data
Disesuaikan dengan data yang diperoleh dari klien
DATA INTERPRETASI MASALAH
DS : Mioma Uteri Nyeri Kronis
Biasanya diperoleh data
berupa keluhan yang Pembesaran Uterus
dirasakan pasien seperti
pasien mengeluh nyeri, Penekanan Saraf
merasa tertekan di
bagian abdomen Nyeri Kronis
DO:
Biasanya diperoleh data
objektif, meliputi pasien
terlihat kurang nyaman,
pasien tampak meringis
dan gelisah, skala nyeri
4-5
DS: Mioma Uteri Gangguan Eliminasi
Biasanya diperoleh data Urin
dari keluhan pasien Penekanan
yaitu pasien mengeluh
susah berkemih Kandung Kemih
DO :
Biasanya diperoleh data Gangguan Eliminasi Urin
objektif meliputi,
distensi kandung kemih
dan lain sebagainya
DS : Mioma Uteri Intoleransi Aktivitas
Biasanya diperoleh data
sesuai keluhan klien Pendarahan
meliputi, pasien merasa
lemah dan mudah lelah Penurunan Suplai Darah
dan tidak dapat
melakukan aktivitas Anemia
DO :
Biasanya diperoleh data Kelemahan Fisik
objektif klien meliputi,
klien terlihat lemas dan Intoleransi Aktivitas
kesulitan beraktivitas
secara mandiri,
DS: Mioma Uteri Kecemasan
Biasanya diperoleh data
dri pasien yaitu pasien Pembesaran Uterus
merasa bingung,
khawatir, dan mengeluh Pendarahan
pusing
DO: Kurang Pengetahuan
Didapatkan data
biasanya yaitu, pasien Kecemasan
tampak gelisah, tampak
tegang, frekuensi nafas
dan nadi meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan penekanan saraf yang ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri, skala nyeri lebih dari rentang normal, pasien tampak meringis
ketika merasa nyeri, pasien tidak mampu beraktivitas dengan baik, dan pola tidur
pasien berubah.
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan kelemahan otot pelvis yang
ditandai dengan adanya desakan berkemih, sering buang air kecil, nokturia, dan
adanya distensi kandung kemih, volume residu urine meningkat
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan yang ditandai dengan pasien
mengeluh lelah, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, pasien merasa lemah,
tekanan darah berubah, frekuensi jantung meningkat.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi yang ditandai dengan pasien
merasa bingung, merasa khawatir, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah, dan
tampak tegang.

3. Rencana Tindakan dan Rasionalisasi


No No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 1 Setelah dilakukan asuhan - Identifikasi lokasi, Pasien dengan
keperawatan selama ..x24 jam karakteristik, dan skala diagnose
diharapkan nyeri berkurang nyeri keperawatan nyeri
atau terkontrol dengan KH : - Berikan teknik kronis dilakukan
nonfarmakologis untuk tindakan sesuai
- Skala nyeri dalam rentang
mengurangi rasa nyeri dengan intervensi
normal 0-1
- Fasilitasi istirahat dan guna membantu
- Pasien dapat rileks
tidur meredakan nyeri
- mampu mengontrol nyeri
- Jelaskan strategi yang dirasakan oleh
(tahu peyebab nyeri,
meredakan nyeri pasien
mampu menggunakan
- Kolaborasi pemberian
teknik nonfarmakologi
analgetik
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)

2 2 Setelah dilakukan asuhan - Monitor eliminasi urine Pasien dengan


keperawatan selama ..x24 jam - Ambil sampel urine diagnose
diharapkan tidak ada tengah dan kultur keperawatan
gangguan dalam eliminasi - Anjurkan untuk minum gangguan eliminasi
urin pasien dengan kriteria yang cukup urine dilakukan
hasil: - Kolaborasi pemberian tindakan sesuai
obat supositoria uretra dengan intervensi
- Pasien dapat berkemih
guna membantu agar
dengan normal
tidak ada gangguan
- Tidak ada desakan
dalam eliminasi
berkemih yang urgensi
urine pasien
- Tidak ada distensi
kandung kemih
- Frekuensi BAK membaik
3 3 Setelah dilakukan asuhan - Pertimbangkan Pasien dengan
keperawatan …x24 jam kemampuan klien diagnose
diharapkan pasien toleran dalam berpartisipasi keperawatan
terhadap aktivitas dengan melalui aktivitas fisik intoleransi aktivitas
criteria hasil : - Monitor TTV setelah dilakukan tindakan
- Berpartisipasi dalam beraktivitas sesuai dengan
aktivitas fisik tanpa - Bantu klien dengan intervensi guna
disertai peningkatan aktivitas fisik yang memulihkan tenaga
tekanan darah, nadi, terartu pasien untuk dapat
dan RR - Bantu klien untuk beraktivitas seperti
- Mampu melakukan focus pada kekuatan sedia kala.
aktivitas sehari-hari yang dimilikinya
(ADLs) secara mandiri - Sarankan metode-
- Tanda-tanda vital metode untuk
normal meningkatkan
- Mampu berpindah : aktivitas fisik yang
dengan atau tanpa tepat
bantuan alat - Kolaborasi dengan
tenaga rehabilitas
medik dalam
- Status merencanakan
kardiopulmunari program terapi yang
adekuat tepat
- Sirkulasi status baik

4 4 Setelah dilakukan asuhan - Kaji tanda verbal dan Pasien dengan


keperawatan selama ..x 24 non verbal kecemasan diagnose
jam diharapkan pasien tidak pasien keperawatan ansietas
cemas dengan kriteria hasil: - Gunakan pendekatan dilakukan tindakan
yang tenang dan sesuai intevensi guna
- Perasaan gelisah
meyakinkan meminimalisir
berkurang
- Dorong keluarga kecemasan yang
- Otot tidak tegang
untuk mendampingi dirasakan oleh pasien
- Tiak ada gangguan
klien
tidur
- Atur penggunaan
- Tidak ada peningkatan
obat- obatan untuk
frekuensi nadi
mengatasi kecemasan

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.

5. Evaluasi Keperawatan
Dianalisis sesuai dengan kriteria hasil pada intervensi keperawatan apakah masalah
dapat diatasi atau tidak, dan bagaimana rencana tindak lanjut untuk pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Michael, Marcho. 2013. Laporan Pendahuluan Mioma Uteri. Tersedia pada


scribd.com/doc/124856389/LP-MIOMA-UTERI-doc diakses pada 29 Juni 2019
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. StandarIntervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI
Yonika. 2012. Asuhan Keperawatan Mioma Uteri. Tersedia pada:
eprints.ums.ac.id/20274/14/11._Mioma Uteri.pdf diakses pada 29 Juni 2019
Zan. 2016. Mioma Uteri. Tersedia pada scribd.com/doc/296390317/ -MIOMA-UTERI- docx
diakses pada 29 Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai