Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

DI RUANG ICU
DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Gawat Darurat

Disusun Oleh
NAMA : ENANG
NIM : A1C121010

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(…..……………………………..) (……………………………………)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB 1 PENDAHULUAN
KONSEP DASAR MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

A. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis
dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal
yang irreversibel dan progresif dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga menyebabkan uremia (Black & Hawk dalam Dwy Retno
Sulystianingsih, 2018).
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu kondisi gagalnya ginjal
dalam menjalankan fungsinya mempertahankan metabolisme serta
keseimbangan cairan dan elektrolit karena rusaknya struktur ginjal yang
progresif ditandai dengan penumpukan sisa metabolik (toksik uremik)
dalam darah (Muttaqin & Sari, 2014).
B. Etiologi
CKD bisa terjadi karena berbagai kondisi klinis seperti penyakit
komplikasi yang bisa menyebabkan penurunan fungsi pada ginjal
(Muttaqin & Sari 2011).
Menurut Robinson (2013) dalam Prabowo dan Pranata (2014) penyebab
CKD, yaitu:
a. Penyakit glomerular kronis (glomerulonephritis)
b. Infeksi kronis (pyelonephritis kronis, tuberculosis)
c. Kelainan vaskuler (renal nephrosclerosis)
d. Obstruksi saluran kemih (nephrolithiasis)
e. Penyakit kolagen (Systemic Lupus Erythematosus)
f. Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida)
Sedangkan menurut Muttaqqin & Sari (2011) kondisi klinis yang bisa
memicu munculnya CKD, yaitu :
a. Penyakit dari ginjal
1) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonephritis
2) Infeksi kuman: pyelonephritis, ureteritis
3) Batu ginjal: nefrolitiasis
4) Kista di ginjal: polycitis kidney
5) Trauma langsung pada ginjal
6) Keganasan pada ginjal
7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur
b. Penyakit umum di luar ginjal
1) Penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi
sangat berkaitan erat untuk terjadinya kerusakan pada ginjal. Saat
kadar insulin dalam darah berlebih akan menyebabkan resistensi
insulin yang dapat meningkatkan lipolisis pada jaringan adiposa
yang membuat lemak dalam darah meningkat termasuk kolesterol
dan trigliserida. Hiperkolesterolemia akan meningkatkan LDL-kol
dan penurunan HDL-kol yang akan memicu aterosklerosis karena
ada akumulasi LDL-kol yang akan membentuk plak pada
pembuluh darah. Terbentuknya plak akan membuat retensi natrium
sehingga tekanan darah naik. Retensi ini yang nantinya akan
merusak struktur tubulus ginjal (Noviyanti dkk, 2015).
2) Dyslipidemia karena dapat memicu aterosklerosis akibat akumulasi
LDL-kol sehingga memunculkan plak pada pembuluh darah yang
akan meningkatkan tekanan darah karena ada retensi natrium bisa
membuat ginjal rusak (Noviyanti dkk, 2015).
3) SLE (Systemic Lupus Erythematosus) adalah penyakit autoimun
yang dapat menyebabkan peradangan pada jaringan dan pembuluh
darah di semua bagian tubuh, terutama menyerang pembuluh darah
di ginjal. Pembuluh darah dan membran pada ginjal akan
menyimpan bahan kimia yang seharusnya ginjal keluarkan dari
tubuh karena hal ini ginjal tidak berfungsi sebagaimana mestinya
(Roviati, 2012).
4) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis karena apabila
tidak segera diobati maka bakteri, virus dan parasit akan
menggerogoti organ yang ditempati hingga nanti akan menyebar ke
seluruh tubuh melalui aliran darah dan menyerang organ lain
seperti ginjal (Mohamad dkk, 2016).
5) Preeklamsi menyebabkan vasokonstriksi sehingga terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal yang berakibat GFR menurun dan
laju ekskresi kreatinin dan urea juga menurun (Fadhila dkk, 2018).
6) Obat-obatan seperti antihipertensi memiliki efek samping yaitu
meningkatkan serum kreatinin jika digunakan dalam jangka
panjang (Irawan, 2014)
7) Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar, diare) akan
membuat seseorang mengalami dehidrasi sehingga akan membuat
urine menjadi lebih pekat (Arifa dkk, 2017).
C. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron
utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal
untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang
harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat
diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah
nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk
sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas
dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal
telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai
kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. Fungsi
renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah, akan semakin berat.
a. Gangguan Klirens Ginjal Banyak masalah muncul pada gagal ginjal
sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang
menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang sebenarnya
dibersihkan oleh ginjal.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan
mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin.
Menurut filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli)
klirens kreatinin akan menurunkan dan kadar kreatinin akan
meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya
meningkat. Kreatinin serum merupakan indicator yang paling sensitif
dari fungsi karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh.
BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh
masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan
medikasi seperti steroid.
b. Retensi Cairan dan Ureum
Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasi atau mengencerkan
urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang
sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari,
tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan
resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi.
Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis rennin angiotensin
dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain
mempunyai kecenderungan untuk kwehilangan garam, mencetuskan
resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare
menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk
status uremik
c. Asidosis
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis
metabolic seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan
muatan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama
akibat ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk menyekresi ammonia
(NH3‾) dan mengabsopsi natrium bikarbonat (HCO3) .penurunan
ekskresi fosfat dan asam organic lain juga terjadi
d. Anemia
Sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan
kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik
pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal,
produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai
keletihan, angina dan sesak napas.
e. Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat
Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan
metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh
memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat,
maka yang satu menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui
glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar serum fosfat dan
sebaliknya penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium
serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid.
Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap
peningkatan sekresi parathormon dan mengakibatkan perubahan pada
tulang dan pebyakit tulang. Selain itu juga metabolit aktif vitamin D
(1,25-dehidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di ginjal
menurun.
f. Penyakit Tulang Uremik
Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium,
fosfat dan keseimbangan parathormon.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Haryono (2013) & Robinson (2013) CKD memiliki tanda dan
gejala sebagai berikut:

a. Ginjal dan gastrointestinal biasanya muncul hiponatremi


maka akan muncul hipotensi karena ginjal tidak bisa
mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dan gangguan
reabsorpsi menyebabkan sebagian zat ikut terbuang bersama
urine sehingga tidak bias
b. menyimpan garam dan air dengan baik. Saat terjadi uremia maka akan
merangsang reflek muntah pada otak.
c. Kardiovaskuler biasanya terjadi aritmia, hipertensi, kardiomiopati,
pitting edema, pembesaran vena leher
d. Respiratory system akan terjadi edema pleura, sesak napas, nyeri
pleura, nafas dangkal, kusmaull, sputum kental dan liat
e. Integumen maka pada kulit akan tampak pucat, kekuning-kuningan
kecoklatan,biasanya juga terdapat purpura, petechie, timbunan urea
pada kulit, warna kulit abu-abu mengilat, pruritus, kulit kering bersisik,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar
f. Neurologis biasanya ada neuropathy perifer, nyeri, gatal pada lengan
dan kaki, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat.
g. Endokrin maka terjadi infertilitas dan penurunan libido, gangguan
siklus menstruasi pada wanita, impoten, kerusakan metabolisme
karbohidrat.
h. Sistem muskulosekeletal: kram otot, kehilangan kekuatan otot, fraktur
tulang.
i. Sistem reproduksi: amenore, atrofi testis
E. Komplikasi
a. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic,
katabolisme dan masukan diet berlebih.
b. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system
rennin-angiotensin aldosteron
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel
darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna
kehilangan drah selama hemodialisa
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
f. Asidosis metabolic
g. Osteodistropi ginjal
h. Sepsis
i. Neuropati perifer
j. Hiperuremia
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien CKD, yaitu:
a. Pemeriksaan pada urine yang meliputi:
1) Volume urine pada orang normal yaitu 500-3000 ml/24 jam atau
1.200 ml selama siang hari sedangkan pada orang CKD produksi
urine kurang dari 400 ml/24 jam atau sama sekali tidak ada
produksi urine (anuria) (Debora, 2017).
2) Warna urine pada temuan normal transparan atau jernih dan
temuan pada orang CKD didapatkan warna urine keruh karena
disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor,
kecoklatan karena ada darah, Hb, myoglobin, porfirin (Nuari &
Widayati, 2017).
3) Berat jenis untuk urine normal yaitu 1.010-1.025 dan jika < 1.010
menunjukan kerusakan ginjal berat (Nuari & Widayati, 2017)
4) Klirens kreatinin kemungkinan menurun dan untuk nilai normalnya
menurut Verdiansah (2016), yaitu:
a) Laki-laki : 97 mL/menit – 137 mL/menit per 1,73 m2
b) Perempuan : 88 mL/menit – 128 mL/menit per 1,73 m2
5) Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) menunjukkan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen ada. Normalnnya pada urine
tidak ditemukan kandungan protein.
b. Pemeriksaan darah pada penderita CKD menurut Nuari & Widayati
(2017)
1) BUN meningkat dari keadaan normal 10.0-20.0 mg/dL, kreatinin
meningkat dari nilai normal < 0,95 mg/dL, ureum lebih dari nilai
normal 21-43 mg/dL.
2) Hemoglobin biasanya < 7-8 gr/dl
3) SDM menurun dari nilai normal 4.00-5.00, defisiensi eritopoetin
4) BGA menunjukkan asidosis metabolik, pH < 7,2
5) Natrium serum rendah dari nilai normal 136-145 mmol/L
6) Kalium meningkat dari nilai normal 3,5-5 mEq/L atau 3,5-5
mmol/L
7) Magnesium meningkat dari nilai normal 1,8-2,2 mg/dL
8) Kalsium menurun dari nilai normal 8,8-10,4 mg/dL
9) Protein (albumin) menurun dari nilai normal 3,5-4,5 mg/dL.
c. Pielografi intravena bisa menunjukkan adanya abnormalitas pelvis
ginjal dan ureter. Pielografi retrograde dilakukan bila muncul
kecurigaan adanya obstruksi yang reversibel. Arteriogram ginjal
digunakan untuk mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular massa (Haryono, 2013).
d. Ultrasono ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal serta ada
atau tidaknya massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian
atas (Nuari & Widayati, 2017)
e. Biopsi ginjal dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosis histologis (Haryono, 2013).
G. Penatalaksanaan
a. Terapi Konservatif
Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Cronic
renal Desease (CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan
sampai tahun (Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin, Observasi
balance cairan, Observasi adanya odema dan Batasi cairan yang
masuk).
b. Asidosis metabolic
Jika terjadi harus segera dikoreksi, sebab dapat meningkatkan serum
K+ (hiperkalemia )
1) Suplemen alkali dengan pemberian kalsium karbonat 5 mg/hari.
2) Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH < atau sama
dengan 7,35 atau serum bikarbonat < atau sama dengan 20 mEq/L.
c. Anemia
1) Anemia Normokrom normositer
Berhubungan dengan retensi toksin polyamine dan defisiensi
hormon eritropoetin (ESF: Eritroportic Stimulating Faktor).
Anemia ini diterapi dengan pemberian Recombinant Human
Erythropoetin ( r-HuEPO ) dengan pemberian 30-530 U per kg BB.
2) Anemia hemolisis
Berhubungan dengan toksin asotemia. Terapi yang dibutuhkan
adalah membuang toksin asotemia dengan hemodialisis atau
peritoneal dialisis.
3) Anemia Defisiensi Besi
Defisiensi Fe pada CKD berhubungan dengan perdarahan saluran
cerna dan kehilangan besi pada dialiser ( terapi pengganti
hemodialisis ).

H. Pencegahan
Beberapa saran untuk mencegah atau mengurangi perkembangan gagal
ginjal:
1)Mencukupi cairan tubuh dengan minum air dalam jumlah yang
cukup untuk menjaga angka keluaran urin yang baik hal ini dapat
membantu mencegah batu ginjal dan infeksi saluran kemih.
2)Menjaga kebarsihan diri terutama pada saluran kemih agar tidak
terjadi penyumbatan atau obstruksi. Perempuan lebih rentan terkena
infeksi saluran kemih karena uretra pada perempuan lebih pendek.
3)Kendali pola makan yang baik - hindari asupan garam berlebih dan
daging, hindari asupan kalsium yang tinggi dan makanan oksalat
untuk pasien penderita batu ginjal.
4)Hindari penyalahgunaan obat obatan, misalnya obat penghilang
rasa sakit untuk rematik dan antibiotik.
5)Cegah komplikasi dari penyakit awal, misalnya diabetes melitus,
hipertensi, dll. Kadar gula darah dan tekanan darah harus
dikendalikan dengan baik.
6)Lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Tes urin bisa
mendeteksi penyakit ginjal stadium awal. Jika pasien menderita
hematuria (darah dalam urin) atau albuminuria (albumin dalam urin),
maka pasien harus memeriksakan kesehatannya sesegera mungkin.
7)Lakukan pengobatan terhadap penyakit ginjal, misalnya nefritis,
sesegera mungkin.
BAB ll ASKEP

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN (CKD)

1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Terdiri dari nama, nomor rekam medis, umur (lebih banyak terjadi
pada usia 30-60 tahun), agama, jenis kelamin (pria lebih beresiko
daripada wanita), pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk,
pihak yang mengirim, cara masuk RS, diagnosa medis, dan identitas
penanggung jawab meliputi : Nama, umur, hubungan denga pasien,
pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat Keseatahan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh pasien
sebelum masuk ke Rumah sakit. Pada pasien gagal ginjal kronik
biasanya didapatkan keluhan utama bervariasi, mulai dari urin
keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan
kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut
terasa kering, rasa lelah, nafas bau (ureum) dan gatal pada kulit
(Muttaqin, 2011).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengalami penurunan frekuensi urin, penurunan
kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya
perubahan kulit, adanya nafas berbau amoniak, rasa sakit kepala,
nyeri panggul, penglihatan kabur, perasaan tidak berdaya dan
perubahan pemenuhan nutrisi (Muttaqin, 2011).
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pasien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit
gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung,
penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih,
infeksi sistem perkemihan berulang, penyakit diabetes melitus,
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi prdisposisi
penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-
obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat
kemudian dokumentasikan (Muttaqin, 2011).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pasien mempunyai anggota keluarga yang pernah
menderita penyakit yang sama dengan pasien yaitu gagal ginjal
kronik, maupun penyakit diabetes melitus dan hipertensi yang bisa
menjadi faktor pencetus terjadinya penyakit gagal ginjal kronik.
c. Pengakajian Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
1) Persepsi Terhadap Penyakit Biasanya persepsi pasien dengan
penyakit ginjal kronik mengalami kecemasan yang tinggi. Biasanya
pasien mempunyai kebiasaan merokok, alkohol, dan obat-obatan
dalam kesehari-hariannya.
2) Pola Nutrisi/Metabolisme
a) Pola Makan Biasanya terjadi peningkatan berat badan cepat
(edema), penurunan berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri
ulu hati, mual dan muntah.
b) Pola Minum Biasnya pasien minum kurang dari kebutuhan
tubuh akibat rasa metalik tak sedap pada mulut (pernafasan
ammonia).
c) Pola Eliminasi
1) BAB Biasanya abdomen kembung, diare atau konstipasi
2) BAK Biasanya terjadi penurunan frekuensi urin < 400
ml/hari sampai anuria, warna urin keruh atau berwarna
coklat, merah dan kuning pekat.
d) Pola Aktivitas/Latihan
Biasanya kemampuan perawatan diri dan kebersihan diri
terganggu dan biasanya membutuhkan pertolongan atau
bantuan orang lain. Biasnya pasien kesulitan menentukan
kondisi, contohnya tidak mampu bekerja dan mempertahankan
fungsi, peran dalam keluarga.
e) Pola Istirahat Tidur
Biasanya pasien mengalami gangguan tidur, gelisah adanya
nyeri panggul, sakit kepala, dan kram otot/kaki (memburuk
pada malam hari).
f) Pola Kognitif-Persepsi
Biasanya tingkat ansietas pasien mengalami penyakit ginjal
kronik ini pada tingkat ansietas sedang sampai berat.
g) Pola Peran Hubungan
Biasanya pasien tidak bisa menjalankan peran atau tugasnya
seharihari karena perawatan yang lama.
h) Pola Seksualitas/reproduksi
Biasanya terdapat masalah seksual berhubugan dengan
penyakit yang diderita pasien.
i) Pola Persepsi Diri/Konsep Diri
1) Bdody Image/Gambaran Diri
Biasanya mengalami perubahan ukuruan fisik, fungsi alat
terganggu, keluhan karena kondisi tubuh, pernah operasi,
kegagalan fungsi tubuh, prosedur pengobatan yang
mengubah fungsi alat tubuh.
2) Role/peran
Biasanya mengalami perubahan peran karena penyakit yang
diderita
3) Identity/identitas diri
Biasanya mengalami kurang percaya diri, merasa
terkekang, tidak mampu menerima perubahan, merasa
kurang mampu memiliki potensi.
4) Self Esteem/Harga Diri
Biasanya mengalami rasa bersalah, menyangkal kepuasan
diri, mengecilkan diri, keluhan fisik.
5) Self Ideal/Ideal
Biasanya mengalami masa depan suram, terserah pada
nasib, merasa tidak memiliki kemampuan, tidak memiliki
harapan, merasa tidak berdaya.
j) Pola Koping-Toleransi Stres
Biasanya pasien mengalami faktor stres, contoh finansial,
perasaan tidak berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan,
menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung, perubahan
kepribadian dan perilaku serta perubahan proses kognitif.
k) Pola Keyakinan Nilai
Biasanya tidak terjadi gangguan pola tata nilai dan
kepercayaan.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
a) Keadaan umum pasien lemah, letih dan terlihat sakit berat
b) Tingkat kesadaran pasien menurun sesuai dengan tingkat
uremia dimana dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat.
c) TTV : RR meningkat, TD meningkat
2) Kepala
a) Rambut : biasanya pasien bermbut tipis dan kasar, pasien sering
sakit kepala, kuku rapuh dan tipis.
b) Wajah : biasanya pasien berwajah pucat
c) Mata : biasanya mata pasien memerah, penglihatan kabur,
konjungtiva anemis dan sklera ikterik.
d) Hidung : biasanya tidak ada pembengkakan polip dan pasien
bernafas pendek
e) Bibir : biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi
gusi, perdarahan gusi dan nafas berbau.
f) Gigi : biasanya tidak terdapat karies pada gigi
g) Lidah : biasanya tidak terjadi perdarahan
3) Leher : biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid atau
kelenjar getah bening.
4) Dada/Thorak
a) Inspeksi : biasanya pasien dengan nafas pendek, kusmaul
(cepat/dalam)
b) Palpasi : biasanya fremitus kiri dan kanan
c) Perkusi : biasanya sonor
d) Auskultasi : biasanya vesikuler
5) Jantung
a) Inspeksi : biasanya ictus cordis tidak terlihat
b) Palpasi : biasanya ictus cordis teraba di ruang intercostal 2 linea
dekstra sinistra
c) Perkusi : biasanya ada nyeri
d) Auskultasi : biasanya terdapat irama jantung yang cepat
6) Perut/Abdomen
a) Inspeksi : biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau
penumpukan cairan, pasien tampak mual dan muntah
b) Palpasi : biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang,
dan adanya pembesaran hepar pada stadium akhir.
c) Perkusi : biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites
d) Auskultasi : biasanya bising usus normal, antara 5-35 kali/menit
7) Genitourinaria
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria, distensi
abdomen, diare atau konstipasi, perubahan warna urin menjadi kuning
pekat.
8) Ekstremitas
Biasanya didapatkan nyeri panggul, edema pada ekstremitas, kram
otot, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki dan
keterbatasan gerak sendi.
9) Sistem Integumen
Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik,
adanya area ekimosis pada kulit.
10) Sistem Neurologi
Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang
perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori,
penurunan tingkat kesadaran,disfungsi serebral, seperti perubahan
proses fikir dan disorientasi. Pasien sering didapati kejang, dan
adanya neuropati perifer.

2. Diagnosis Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif b/d sindrom hipoventilasi (SDKI D. 0005)
b. Risiko perfusi renal tidak efektif b/d
c. Nyeri akut b/d
d. Hypervolemia b/d
e. Gangguan eliminasi urin b/d
f. Gangguan integritas kulit b/d
g. Risiko penurunan curah jantung b/d
h. Defisit nutrisi b/d
i. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai darah dan O² (SDKI D.
0056)
3. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
Pola Napas ( L.01004 ) Manajemen Jalan Napas ( I.01011 )
1 Pola Napas Tidak Efektif Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang memberikan ventilasi
adekuat Observasi :
Ekspektasi : Membaik 1. Monitor pola napas (frekuensi ,
Kriteria Hasil kedalaman , usaha napas)
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis,
Meningka Menurun gurgling, mengi, wheezing, ronkhl
t
Dispnea 1 2 3 4 5 kering)
Penggunaan Otot 1 2 3 4 5
bantu 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Pemanjangan fase 1 2 3 4 5
ekspirasi Terapeutik
Ortopnea 1 2 3 4 5
Pernapasan 1 2 3 4 5 4. Pertahankan kepatenan jalan napas
pursed-lip dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
Pernapasan cuping 1 2 3 4 5
hidung thrust jika curiga trauma servikal)
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik 5. Posisikan semi-fowler atau fowler
Frekuensi Napas 1 2 3 4 5
Kedalaman Napas 1 2 3 4 5 6. Berikan minum hangat
Ventilasi Semenit 1 2 3 4 5
Kapasitas Vital 1 2 3 4 5 7. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Diameter thoraks 1 2 3 4 5
anterior-posterior 8. Lakukan penghisapan lender kurang
Tekanan ekspirasi 1 2 3 4 5 dari 15 detik
Tekanan inspirasi 1 2 3 4 5
9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
10. Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep McGill
11. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
12. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari ,
jika tidak kontraindikasi
13. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Perfusi Renal ( L.02013 ) Interevensi Utama : Pencegahan Syok ( I.
2 Risiko Perfusi Renal Tidak Definisi : Keadekuatan aliran darah arteri renalis untuk menunjang 02068 )
Efektif fungsi ginjal Observasi
Ekspektasi : Meningkat - Monitor status kardiopulmonal
Kriteria Hasil ( frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi
napas, TD, MAP
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat - Monitor status oksigenasi ( Oksimetri
Menurun Meningkat
Jumlah Urine 1 2 3 4 5 nadi, AGD )
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun - Monitor status cairan (masukkan dan
Meningkat Menurun haluaran, turgor kulit, CRT)
Nyeri 1 2 3 4 5
abdomen - Monitor tingkat kesadaran dan respon
Mual 1 2 3 4 5 pupil
Muntah 1 2 3 4 5 - Periksa riwayat alergi
Distensi 1 2 3 4 5
abdomen Terapeutik
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik - Berikan oksigen untuk
Memburuk Membaik mempertahankan saturasi oksigen
Tekanan 1 2 3 4 5
arteri rata- >94%
rata - Persiapan intubasi dan ventilasi
Kadar urea 1 2 3 4 5 mekanis, jika perlu
nitrogen
darah - Pasang jalur IV, jika perlu
Kadar 1 2 3 4 5 - Pasang kateter urine untuk menilai
kreatinin produksi urine, jika perlu
plasma
Tekanan 1 2 3 4 5 - Lakukakan skin test untuk mencegah
darah sistolik reaksi alergi
Tekanan 1 2 3 4 5 Edukasi
darah
diastolic - Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
Kadar 1 2 3 4 5 - Jelaskan tanda dan gejala awal syok
elektrolit - Anjurkan melapor jika
Keseimbanga 1 2 3 4 5
n asam basa menemukan/merasakan tanda dan
Bising usus 1 2 3 4 5 gejala awal syok
Fungsi hati 1 2 3 4 5 - Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
- Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
- Kolaborasi pemberian transfusi darah,
jika perlu
- Kolaborasi pemberian antiinfalamasi,
jika perlu

Tingkat Nyeri ( L.08066 ) Intervensi Utama : Manajemen Nyeri ( I.08238


3 Nyeri Akut Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, denganonset Observasi:
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
konstan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Ekspektasi : Menurun 2. Identifikasi skala nyeri
Kriteria Hasil 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat dan memperingan nyeri
Menurun Meningkat 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
Kemampuan 1 2 3 4 5
menuntaskan
tentang nyeri
aktivitas 6. Identifikasi pengaruh nyeri pada
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun kualitas hidup
Meningkat Menurun
7. Monitor efek samping penggunaan
Keluhan 1 2 3 4 5 analgetik
nyeri
Meringis 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Terapeutik:
Kesulitan 1 2 3 4 5 8. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
Tidur mengurangi rasa nyeri
Menarik diri 1 2 3 4 5
Berfokus 1 2 3 4 5
9. Kontrol lingkungan yang memperberat
pada diri rasa nyeri
sendiri 10. Fasilitasi istirahat dan tidur
Diaphoresis 1 2 3 4 5
Perasaan 1 2 3 4 5
11. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
depresi dalam pemilihan strategi meredakan
(tertekan) nyeri
Perasaan 1 2 3 4 5
takut Edukasi
mengalami
cedera 12. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
berulang nyeri
Anoreksia 1 2 3 4 5 13. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Perineum 1 2 3 4 5
terasa
14. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
tertekan mengurangi rasa nyeri
Uterus 1 2 3 4 5
teraba Kolaborasi
membulat
Ketegangan 1 2 3 4 5 15. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
otot
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
Frekuensi 1 2 3 4 5
nadi
Pola napas 1 2 3 4 5
Tekanan 1 2 3 4 5
darah
Proses 1 2 3 4 5
berfikir
Focus 1 2 3 4 5
Fungsi 1 2 3 4 5
berkemih
Perilaku 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5

Keseimbangan Cairan ( L.03020 ) Intervensi Utama : Manajemen Hipervolemia


4 Hipervolemia Definisi : Ekuilibrum antara volume cairan diruang intraselular dan ( I.15506 )
ekstraselular tubuh Observasi :
Ekspektasi : Meningkat - Periksa tanda dan gejala
Kriteria Hasil hipervolemia ( mis. ortopnea,
dispnea, edema, JVP/CVP
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat meningkat, refleks hepatojugular
Menurun Meningkat
Asupan 1 2 3 4 5 positif, suara nafas tambahan)
Cairan - Identifikasi penyebab
Output 1 2 3 4 5 hipervolemia
urin
Membran 1 2 3 4 5 - Monitor status hemodinamik ( mis.
mukosa frekuensi jantung, tekanan darah,
lembap MAP, CVP, PAP, PCWP, CO,
Asupan 1 2 3 4 5
makanan CI ) jika
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun - tersedia.
Meningkat Menurun
Edema 1 2 3 4 5 - Monitor intake dan output
Dehidrasi 1 2 3 4 5 cairan
Asites 1 2 3 4 5
Konfusi 1 2 3 4 5 - Monitor tanda hemokonsetrasi
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik (mis. kadar natrium, BUN,
Memburuk Membaik hematokrit, berat jenis urine)
Tekanan 1 2 3 4 5
darah - Monitor efek samping diuretik
Frekuensi 1 2 3 4 5 (mis. hipotensi ortortostatik,
nadi hipovelemia, hipokalemia,
Kekuatan 1 2 3 4 5
nadi hiponatremia)
Tekanan 1 2 3 4 5 - Monitor kecepatan infus
arteri rata- secara ketat
rata
Mata 1 2 3 4 5 Terapeutik
cekung
Turgor 1 2 3 4 5
kulit - Batasi asupan cairan dan garam
Berat 1 2 3 4 5 - Tinggikan kepala tempat tidur 30-
badan
400
- Timbang berat badan setiap hari
pada waktu yang sama
Edukasi
- Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluaran
cairan
- Ajarkan cara membatasi cairan
- Anjurkan melapor jika haluaran
urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
- Anjurkan melapor jika BB
bertambah >1 kg dalam sehari
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik
- Kolaborasi penggantian kehilangan
kalium akibat diuretik
- Kolaborasi pemberian continuous
renal replacement therapy (CRRT),
jika perlu
Eliminasi Urine ( L.04034 ) Intervensi Utama : Manajemen Eliminasi Urine
5 Gangguan Eliminasi Urin Definisi : Pengosongan kandung kemih yang lengkap ( I.04152 )
Ekspektasi : Membaik Observasi :
Kriteria Hasil
- Identifikasi tanda dan gejala retensi
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat atau inkontinensia
Menurun Meningkat - Identifikasi faktor yang menyebabkan
Sensasi 1 2 3 4 5 retensi dan inkontinensia urine
berkemih
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun - Monitor eliminasi urine (mis.
Meningkat Menurun
Desakan 1 2 3 4 5
berkemih Frekuensi, konsistensi, aroma, volume,
( Urgensi ) dan warna)
Distensi 1 2 3 4 5
kandung
Terapeutik
kemih - Catat waktu-waktu dan
Berkemih 1 2 3 4 5
tidak tuntas haluaran berkemih
(hesitancy) - Batasi asupan cairan, jika perlu
Volume 1 2 3 4 5 - Ambil sampel urine tengah
residu urine
1 2 3 4 5
(midstream) atau kultur
Urin menetes
(dribbling) Edukasi
Nokturia 1 2 3 4 5
Mengompol 1 2 3 4 5 - Ajarkan tanda dan gejala infeksi
Enuresis 1 2 3 4 5 saluran kemih
Disuria 1 2 3 4 5 - Ajarkan mengukur asupan cairan dan
Anuria 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
haluaran urine
Memburuk Membaik - Ajarkan mengambil specimen urine
Frekuensi 1 2 3 4 5 midstream
BAK
Karakteristik 1 2 3 4 5
- Ajarkan mengenali tanada berkemih
urine dan waktu yang tepat untuk berkemih
- Ajarkan terapi modalitas penguatan
otot-otot panggul/berkemihan
- Anjurkan minum yang cukup,
jika tidak ada kontraindilkasi
- Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian obat
supositoria uretra, jika perlu
Integritas Kulit dan Jaringan ( L.14125 ) Intervensi Utama : Perawatan Integritas Kulit
6 Gangguan Integritas Kulit Definisi : Keutuhan kulit ( dermis dan/atau epidermis ) atau jaringan ( ( I.11353 )
membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, Observasi
kapsul sendi dan/atau ligament )
Ekspektasi : Meningkat - Identifikasi penyebab gangguan
Kriteria Hasil integritas kulit ( mis, perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi,
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat penurunan kelembapan, suhu
Menurun Meningkat lingkungan ekstrem, penurunan
Elastisitas 1 2 3 4 5
mobilitas )
Hidrasi 1 2 3 4 5
Perfusi 1 2 3 4 5 Terapeutik
jaringan
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Meningkat Menurun - Lakukan pemijatan pada area
Kerusakan 1 2 3 4 5
jaringan
penonjolan tulang, jika perlu
Kerusakan 1 2 3 4 5 - Bersihkan perineal dengan air hangat,
lapisan kulit terutama selama periode diare
Nyeri 1 2 3 4 5 - Gunakan produk berbahan petroleum
Perdarahan 1 2 3 4 5
Kemerahan 1 2 3 4 5 atau minyak pada kulit kering
Hematoma 1 2 3 4 5 - Gunakan produk berbahan
Pigmentasi 1 2 3 4 5 ringan/alami dan hipoalergik pada
abnormal
Jaringan 1 2 3 4 5
kulit sensitive
parut - Hindari produk berbahan dasar alcohol
Nekrosis 1 2 3 4 5 pada kulit kering
Abrasi 1 2 3 4 5
kornea
Edukasi
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik - Anjurkan menggunakan pelembap
Suhu kulit 1 2 3 4 5 ( mis, lotion, serum )
Sensasi 1 2 3 4 5 - Anjurkan minum air yang cukup
Tekstur 1 2 3 4 5
Pertumbuhan 1 2 3 4 5
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
rambut - Anjurkan meningkatkan asupan buah
dan sayur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrem
- Anjurkan menggunakan tabir surya
SPF minimal 30 saat berada diluar
rumah
- Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya
Curah Jantung ( L.02008 ) Intevensi Utama : Perawatan Jantung
7 Risiko Penurunan Curah Definisi : Keadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi ( I.02075 )
Jantung kebutuhan metobolisme tubuh Observasi
Ekspektasi : Meningkat
Kriteria Hasil - Identifikasi tanda/gejala primer
penurunan curah jantung ( meliputi
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat dyspnea, kelelahan, edema, ortopnea,
Menurun Meningkat paroxysmal nocturnal dyspnea,
Kekuatan 1 2 3 4 5
nadi perifer
peningkatan CVP )
Ejection 1 2 3 4 5 - Identifikasi tanda/gejala sekunder
fraction (EF) penurunan curah jantung ( meliputi
Cardiac index 1 2 3 4 5
(CI)
peningkatan berat badan,
Left 1 2 3 4 5 hepatomegaly, distensi vena jugularis,
ventricular palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk,
stroke work
index
kulit pucat )
(LVSWI) - Monitor tekanan darah ( termasuk
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun tekanan darah ortostatik, jika perlu )
Meningkat Menurun
Palpitasi 1 2 3 4 5
- Monitor intake dan output cairan
Bradikardia 1 2 3 4 5 - Monitor berat badan setiap hari pada
Takikardia 1 2 3 4 5 waktu yang sama
Gambaran 1 2 3 4 5
EKG aritmia
- Monitor saturasi oksigen
Lelah 1 2 3 4 5 - Monitor keluhan nyeri dada
Edema 1 2 3 4 5 - Monitor EKG 12 sadapan
Distensi vena 1 2 3 4 5
jugularis
- Monitor aritmia ( kelainan irama da
Dyspnea 1 2 3 4 5 frekuensi )
Oliguria 1 2 3 4 5 - Monitor nilai laboratorium jantung
Pucat/sianosis 1 2 3 4 5
Puroxsymal 1 2 3 4 5
( mis, elektrolit, enzim jantung, BNP,
nocturnal NTpro-BNP )
dyspnea - Monitor fungi alat pacu jantung
(PND)
Ortopnea 1 2 3 4 5 - Periksa tekanan darah dan frekuensi
Batuk 1 2 3 4 5
Suara jantung 1 2 3 4 5
nadi sebelum dan sesudah aktivitas
S3 - Periksa tekanan darah dan frekuensi
Suara jantung 1 2 3 4 5 nadi sebelum pemberian obat ( mis,
S4
Murmur 1 2 3 4 5
beta blocker, ACE inhibitor, calcium
janting channel blocker, digoksin )
Hepatomegal 1 2 3 4 5 Terapeutik
y
pulmonary 1 2 3 4 5 - Posisikan pasien semi-Fowler atau
vascular
resistance Fowler dengan kaki ke bawah atau
Systemic 1 2 3 4 5 posisi nyaman
vascular - Berikan diet jantung yang sesuai
resitance
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik - Gunakan stocking elastis atau
Memburuk Membaik pneumatic intermiten, sesuai indikasi
Tekanan 1 2 3 4 5 - Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
darah
Pengisian 1 2 3 4 5 modifikasi gaya hidup sehat
kapiler - Berikan terapi relaksasi untuk
Berat badan 1 2 3 4 5 mengurangi stress, jika perlu
Central 1 2 3 4 5
venous - Berikan dukungan emosional dan
pressure spiritual
(CVP) - Berikan oksigen untuk
Pulmonary 1 2 3 4 5
artery wedege mempertahankan saturasi okgsigen
pressure >94%
(PAWP) Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
- Anjurkan beraktivtas fisik secara
bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur
berat badan harian
-Ajarkan pasien dan keluarga mengukur
intake dan ouput cairan harian
Kolaborasi
-
Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung
Status Nutrisi ( L.03030 ) Manajemen Nutrisi ( I.03119 )
8 Defisit Nutrisi Definisi : Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
metabolism Observasi :
Ekspektasi : Membaik
- Identifikasi status nutrisi
Kriteria Hasil
- Identifikasi alergi dan intoleransi
makanan
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat - Identifikasi makanan yang disukai
Menurun Meningkat
Porsi 1 2 3 4 5 - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
makanan yang nutrient
dihabiskan
Kekuatan otot 1 2 3 4 5 - Identifikasi perlunya penggunaan
pengunyah selang nasogastric
Kekuaatan 1 2 3 4 5
otot menelan - Monitor asupan makanan
serum
albumin
- Monitor berat badan
Verbalisasi 1 2 3 4 5 - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
keinginan
untuk Terapeutik :
menngkatkan - Lakukan oral hygiene sebelum makan,
nutrisi
Pengetahuan 1 2 3 4 5 jika perlu
tentang - Fasilitasi menentukan pedoman diet
pemilihan
makanan yang (mis, piramida makanan)
sehat - Sajikan makanan secara menarik dan
Pengetahuan 1 2 3 4 5
tentang suhu yang sesuai
pilihan - Berikan makanan yang tinggi serat
minuman untuk mencegah konstipasi
yang sehat
Pengetahuan 1 2 3 4 5 - Berikan makanan tinggi kalori dan
tentang tinggi protein
standar
asupan nutrisi - Berikan suplemen, jika perlu
yang tepat - Hentikan pemberian makan melalui
Penyiapan 1 2 3 4 5
dan selang nasogatrik jika asupan oral dapat
penyimpanan
makanan yang
ditoleransi
aman Edukasi :
Penyiapan 1 2 3 4 5
dan - Anjurkan posisi duduk, jika mampu
penyimpangan - Ajarkan diet yang diprogramkan
minuman
yang aman Kolaborasi :
Sikap 1 2 3 4 5 - Kolaborasi pemberian medukasi
terhadap
makanan / sebelum makan (mis, Pereda nyeri,
minuman antiemetic ), jika perlu
sesuai dengan
tujuan
kesehatan - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun menentukan jumlah kalori dan jenis
Meningkat Menurun nutrient yang dibutuhkan , jika perlu
Perasaan 1 2 3 4 5
cepat kenyang
Nyeri 1 2 3 4 5
abdomen
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut 1 2 3 4 5
rontok
Diare 1 2 3 4 5
Memburu Cukup Sedang Cukup Menurun
k Memburuk Menurun
Berat badan 1 2 3 4 5
Indeks Massa 1 2 3 4 5
Tubuh (IMT)
Frekuensi 1 2 3 4 5
Makan
Nafsu Makan 1 2 3 4 5
Bising Usus 1 2 3 4 5
Tebal Lipatan 1 2 3 4 5
Kulit Trisep
Toleransi Aktivitas ( L.05047 ) Manajemen Energi ( I.05178 )
9 Intoleransi Aktivitas Definisi : Respon fisiologis terhadap aktivitas yang membutuhkan Observasi
tenaga - Identifikasi gangguan fungsi
Ekspektasi : Meningkat
tubuh yang mengakibatkan
Kriteria Hasil
kelelahan
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat - Monitor kelelahan fisik dan
Menurun Meningkat
Kemudahan 1 2 3 4 5
emosional
melakukan - Monitor pola dan jam tidur
aktivitas
sehari-hari
- Monitor lokasi dan
Kecepatan 1 2 3 4 5 ketidaknyamanan selama
berjalan
Jarak 1 2 3 4 5 melakukan aktivitas
berjalan Terapeutik
Kekuatan 1 2 3 4 5
tubuh - Sediakan lingkungan nyaman dan
bagian atas rendah stimulus ( mis, cahaya,
Kekuatan 1 2 3 4 5
tubuh suara, kunjungan )
bagian - Lakukan latihan rentang gerak
bawah
Toleransi 1 2 3 4 5 pasif dan/ atau aktif
menaiki - Berikan aktivitas distraksi yang
tangga
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun menenangkan
Meningkat Menurun - Fasilitasi duduk disisi tempat
Keluhan 1 2 3 4 5
tidur, jika tidak dapat berpindah
lelah
Dispnea 1 2 3 4 5 atau berjalan
saat Edukasi
aktivitas
Dispnea 1 2 3 4 5 - Anjurkan tirah baring
setelah - Anjurkan melakukan aktivitas
aktivitas
Aritmia 1 2 3 4 5 secara bertahap
saat - Anjurkan menghubungi perawat
aktivitas jika tanda dan gejala kelelahan
Aritmia 1 2 3 4 5
setelah tidak berkurang
aktivitas - Ajarkan strategi koping untuk
Sianosis 1 2 3 4 5
Perasaan 1 2 3 4 5 mengurangi kelelahan
lemah Kolaborasi
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
Frekuensi 1 2 3 4 5 - Kolaborasi dengan ahli gizi
nadi tentang cara meningkatkan
Warna kulit 1 2 3 4 5
Tekanan 1 2 3 4 5 asupan makanan
darah
Saturasi 1 2 3 4 5
oksigen
Frekuensi 1 2 3 4 5
napas
EKG 1 2 3 4 5
iskemia
DAFTAR PUSTAKA

Arifa dkk.2017. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Ginjal


Kronik Pada Penderita Hipertensi Di Indonesia. Jurnal MKMI, Vol. 3
No. 14
Haryono. 2013. Keperawatan medical bedah: system perkemihan. Yogyakarta: Rapha
Publishing
Irawan, Anita. 2014. Peningkatan Serum Kreatinin Akibat Penggunaan ACEi atau
ARB pada Pasien Hipertensi. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Vol. 3 No. 3,
hlm 82-87

Noviyanti dkk, 2015.Perbedaan Kadar LDL-Kolesterol Pada Pasien Diabetes


Melitus Tipe 2 Dengan Dan Tanpa Hipertensi di RS Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Andalas.2015; 4 (2)

Nuari & Widayati.2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan & Penatalaksanaan


Keperawatan. Yogyakarta: Deepublish
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik . Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Roviati, Evi. 2012. Systemic Lupus Erithematosus (SLE): Kelainan Autoimun Bawaan
Yang Langka Dan Mekanisme Biokimiawinya. Jurnal Scientiae Educatia Vol. 1
Ed. 2

Verdiansah. 2016. Pemeriksaan Fungsi Ginjal.Program Pendidikan Dokter


Spesialis Patologi Klinik Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung,
Indonesia. CKD-237 Vol. 43 N

Anda mungkin juga menyukai