Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN ENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIK


CHRONIC KIDNEY DISEASE

DISUSUN OLEH:
BUDIANTO
2014901006

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2020
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIK
CHRONIC KIDNEY DISEASE

A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Menurut Smeltzer dan Bare (2015) CKD atau gagal ginjal kronis
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah). Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (KDOQI), CKD
merupakan kerusakan ginjal yang terjadi dengan penurunan GFR (Glomerular
Filtration rate) <60 mL/min/ 1.73 m 2 selama lebih dari 3 bulan (Kasiske, Betram.,
2014 dalam Ramadhani, 2017).
CKD merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan pada fungsi ginjal
yang berlangsung lambat dan dapat berujung kematian bila tidak segera ditangani.
Penderita CKD diharuskan menjalani terapi pengganti ginjal untuk memperpanjang
usia harapan hidup pasien, salah satu terapi yang dapat dilakukan yaitu hemodialisis
(Muttaqin & Kumala Sari, 2011). Hemodialisis (HD) merupakan terapi pengganti
dari fungsi ginjal yang dilakukan 2-3 kali seminggu, dengan
rentang waktu tiap tindakan hemodialisa adalah 4-5 jam, yang bertujuan untuk
mengeluarkan sisa metabolisme protein dan untuk mengoreksi gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit (Lina dan Sari, 2016).

2. ETIOLOGI
Penurunan fungsi ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang
memungkinkan dapat mengakibatkan CKD bisa disebabkan dari ginjal sendiri
maupun dari luar ginjal.
Price dan Wilson (2012) mengkategorikan ada delapan kelas yang menjadi
penyebab tersering dari penyakit CKD yaitu :
a. Penyakit infeksi tubulointerstitial
Pielonefritis kronik atau refluks nefropati.
b. Penyakit peradangan glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah penyebab gagal ginjal pada sepertiga
pasien yang membutuhkan dialisis atau transplantasi.
c. Penyakit vaskuler hipertensif seperti nefrosklerosis benigna, nefroklerosis
maligna, dan stenosis arteri renalis.
d. Gangguan jaringan ikat seperti lupus eritematosus sistemik, poliarterites nodosa,
dan sklerosis sistemik progresif.
e. Penyakit kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik, dan asidosis
tubulus ginjal.
f. Gangguan metabolik yang dapat mengakibatkan CKD antara lain diabetes melitus,
gout, hiperparatiroidisme dan amiloidosis.
g. Netropati toksik akibat penyalahgunaan analgesik dan nefropati timah.
h. Nefropati obstruksi
Traktus urinarius bagian atas : batu, neoplasma, fibrosis retroperitoneal.
Traktus urinarius bagian bawah : hipertrofi prostat, striktur uretra, anomali
kongenital leher vesika urinaria dan uretra.

3. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Brunner & Suddart (2002) dalam Julianti (2014), setiap sistem tubuh pada
gagal ginjal kronis dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan
sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan
tingkat kerusakan ginjal, usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala
pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital,
Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler

4. PATOFISIOLOGI
Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab yaitu
infeksi, vaskuler, zat toksik, obstruksi saluran kemih yang pada akhirnya akan
terjadi kerusakan nefron sehingga menyebabkan penurunan GFR dan
menyebabkan CKD, yang mana ginjal mengalami gangguan dalam fungsi eksresi
dan fungsi non-eksresi (Nursalam,2007). Fungsi renal menurun, produk akhir
metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam
darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak
timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak masalah
muncul pada CKD sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi,
yang menyebabkan penurunan kliresn (substansi darah yang seharusnya dibersihkan
oleh ginjal). Menurunnya filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya gromeruli)
klirens kreatinin akan menurun dan kadar kreatinin serum akan meningkat. Selain
itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) juga meningkat (Smeltzer & Bare, 2015)
Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan
urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir. Terjadi penahanan cairan dan
natrium, sehingga beresiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan
hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin-angiotensin dan
kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Sindrom uremia juga bisa
menyebabkan asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu menyekresi asam (H+)
yang berlebihan. Penurunan sekrsi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu
menyekresi ammonia (NH3-) dan megapsorbsi natrium bikarbonat (HCO3-).
Penurunan eksresi fosfat dan asam organik yang terjadi, maka mual dan muntah
tidak dapat dihindarkan (Smeltzer & Bare, 2015).
Penurunan sekresi eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi
produksi sel darah merah oleh sumsum tulang menyebabkan produk hemoglobin
berkurang dan terjadi anemia sehingga peningkatan oksigen oleh hemoglobin
berkurang maka tubuh akan mengalami keletihan,angina dan napas sesak.

PATHWAY

5. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan mencegah komplikasi
merupaka tujuan dari penatalaksanaan pasien CKD (Muttaqin & Sari, 2011).
Menurut Suharyanto dan Madjid (2009) pengobatan pasien CKD dapat dilakukan
dengan dialisis atau transplatansi ginjal dan tindakan konservatif.
a. Dialisis dan transplatansi
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit CKD stadium 5,
yaitu pada GR kurang dari 15ml/menit. Terapi pengganti tersebut
dapat berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Dialisis dapat digunakan untuk
mempertahankan penderita dalam keadaan klinis yang optimal sampai
tersedia donor ginjal (Suharyanto & Madjid, 2009 dalam Ramadhani, 2017)
b. Tindakan konservatif
Tindakan konservatif merupakan tindakan yang bertujuan untuk meredakan atau
memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif.
1) Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan.
2) Pencegahan dan pengobatan komplikasi
3) Hipertensi
4) Hiperkalemia
5) Anemia
6) Asidosis
7) Diet rendah fosfat
8) Pengobatan hiperurisemia

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1) Ultrasonografi ginjal
Untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya massa kista, obtruksi pada saluran
perkemihan bagian atas.
2) Biopsi Ginjal
Dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis
histologis.
3) Endoskopi ginjal
Untuk menentukan pelvis ginjal.
4) EKG
Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
b. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.

c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada
usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem
pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem
pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta
sisa fungsi ginjal
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
g. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
j. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal
Dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu
untuk mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) Laju endap darah
2) Urin
3) Ureum dan Kreatinin

7. PENGKAJIAN FOKUS
a. Aktivitas atau istirahat
Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaiase, gangguan tidur
(insomnia/gelisah/somnolen), kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentan
gerak.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama/berat, hipertensi, DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum,
dan pitting pada kaki, telapak tangan, disritmia jantung, nadi lemah, hipotensi
ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir.
Friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi sisa). Pucat, kulit coklat
kehijauan, kecenderungan perdarahan.
c. Integritas ego
Faktor stres, contoh finansial, hubungan dan sebagainya. Perasaan tidak berdaya,
tak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah
terangsang, perubahan kepribadian.
d. Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, urinaria (gagal tahap lanjut). Abdomen
kembung, diare/konstipasi, perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah,
coklat, berawan. Oliguria, dapat menjadi anuria.
e. Makanan atau cairan
Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi).
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual atau muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
(pernapasan ammonia), penggunaan diuretik, distensi abdomen/asites, pembesaran
hati (tahap akhir). Perubahan turgor kulit/kelembapan. Edema (umum, tergantung).
Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan,
penampilan tak bertenaga.
f. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur. Kram otot/kejang, sindrom “kaki gelisah”, kebas
terasa terbakar pada telapak kaki. Kebas/kesemutan dan kelemahan, khususnya
ekstremitas bawah (neuropati perifer), gangguan status mental.
g. Nyeri atau kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam hari),
perilaku hati-hati atau distraksi, gelisah.

h. Pernafasan
Nafas pendek, dispnea, nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum kental
dan banyak, takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi atau kedalaman (pernapasan
kausmal).
i. Keamanan Kulit
Gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), normotermia
dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu lebih
rendah dari normal (efek PGK/depresi respon imun).
j. Seksualitas
Penurunan libido, amenore, infertilitas.
k. Interaksi Sosial
Kesulitan menentukan kondisi, contoh: tak mampu bekerja, mempertahankan
fungsi peran, biasanya dalam keluarga
8. DATA PENDUKUNG
TANDA GEJALA KONDISI KLINIS
NO. DIAGNOSA DEFINISI PENYEBAB
MAYOR MINOR TERKAIT
1. GANGGUAN Kelebihan atau 1) Ketidakseimbangan S: S: 1) PPOK
PERTUKARAN kekurangan ventilasi-perfusi - Dispnea - Pusing 2) Asma
GAS oksigenasi dan atau 2) Perubahan membran - Penglihatan 3) Pneumonia
(D.0003) eliminasi alveolus-kapiler O: kabur 4) TB paru
karbondioksida pada - PCO2 meningkat 5) Asfiksia
O:
membran alveolus- atau menurun 6) PPHN
kapiler - PO2 menurun - Sianosis 7) Infeksi saluran napas
- Takikardia - Diaforesis
- pH arteri - Gelisah
meningkat atau - Napas cuping
menurun hidung
- Bunyi napas - Pola napas
tambahan abnormal
- Warna kulit
abnormal
2. PERFUSI Penurunan sirkulasi 1) Hiperglikemia S:- S: 1) Tromboflebitis
PERIFER darah pada level 2) Penurunan - Parastesia 2) Diabetes mellitus
TIDAK kapiler yang dapat konsentrasi O: - Nyeri 3) Anemia
EFEKTIF mengganggu hemoglobin - Pengisian kapiler ekstremitas 4) Gagal jantung
(D.0009) metabolisme tubuh > 3 detik kongestif
3) Peningkatan tekanan
- Nadi perifer O : 5) Trombosis arteri
darah
menurun atau - Edema 6) Varises
4) Kekurangan volume
tidak teraba - Penyembuhan
cairan
- Akral dingin luka lambat
5) Kurang aktivitas
- Warna kulit pucat - Bruit femoral
fisik
- Turgor kulit
menurun
3. RISIKO Berisiko mengalami 1) Ketidakmampuan S:- S:- 1) Stroke
DEFISIT asupan nutrisi tidak menelan makanan 2) Parkinson
NUTRISI cukup untuk 2) Ketidakmampuan O:- O:- 3) Cerebral palsy
(D.0032) memenuhi mencerna makanan 4) Kerusakan
kebutuhan 3) Peningkatan kebutuhan neuromaskular
metabolisme metabolisme 5) Kanker
4) Faktor psikologis 6) Infeksi
7) Luka bakar
8) AIDS

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan Ventilasi-Perfusi
2) Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan Penurunan Konsentrasi Hemoglobin
3) Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan Menelan Makanan
10. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO. TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
1. Gangguan Pertukaran Gas Setelah dilakukan intervensi Terapi Oksigen
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
Ketidakseimbangan Ventilasi- maka pertukaran gas meningkat 1) Monitor kecepatan aliran oksigen
Perfusi dengan kriteria hasil : 2) Monitor efektifitas terapi oksigen
- Dispnea menurun 3) Monitor tanda-tanda hipoventilasi
- Bunyi nafas tambahan menurun
- Takikardia menurun Terapeutik
- Pusing menurun 1) Pertahankan kepatenan jalan napas
- Gelisah menurun 2) Berikan oksigen tambahan, jika perlu
- Pola napas membaik
- Warna kulit membaik Edukasi
1) Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen
- Sianosis membaik
dirumah
- PCO2 membaik
- PO2 membaik
Kolaborasi
1) Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif Setelah dilakukan intervensi Perawatan Sirkulasi
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
Penurunan Konsentrasi maka perfusi perifer meningkat 1) Periksa sirkulasi perifer (nadi perifer, edema, pengisian
Hemoglobin dengan kriteria hasil : kapiler, suhu)
- Warna kulit pucat menurun 2) Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
- Edema perifer menurun ekstremitas
- Kelemahan otot membaik Terapeutik
- Pengisian kapiler membaik 1) Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di
area keterbatasan perfusi
2) Lakukan pencegahan infeksi
3) Lakukan perawatan kaki atau kuku

Edukasi
1) Anjurkan beroahraga rutin
2) Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara
teratur
3) Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
4) Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
3. Risiko Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Gangguan Makan
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
Ketidakmampuan Menelan maka status nutrisi terpenuhi dengan 1) Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan
Makanan kriteria hasil :
- Porsi makanan yang dihabiskan Terapeutik
meningkat 1) Timbang BB secara rutin
- BB meningkat 2) Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik
- Fekuensi makan meningkat yang sesuai
- Nafsu makan meningkat
Edukasi
1) Ajarkan pengaturan diet yang tepat

Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target BB dan
kebutuhan kalori
DAFTAR PUSTAKA

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10.
Jakarta: EGC.

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta: EGC

Ramadhani Wahyu. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Chronic


Kidney Desease (Ckd) Di Ruang Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Karya Tulis Ilmiah.

Julianti Erythrina. 2014. Laporan Pendahuluan Ruang Perawatan Umum RSPAD


Gatot Soebroto Chronic Kidney Disease (Ckd). Laporan Kasus.

Suryandari & Rini. 2019. Asuhan Keperawatan Pasien Chronic Kidney Disease
(CKD) Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman : Ansietas. Karya
Tulis Ilmiah.

PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPD PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPD PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPD PPNI

Anda mungkin juga menyukai