oleh:
Indri Andriani
NIM 162310101016
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
2.2 Epidemiologi..................................................................................................3
2.3 Etiologi...........................................................................................................5
2.4 Klasifikasi......................................................................................................7
2.6 Pathway.........................................................................................................8
BAB 3. HEMODIALISIS....................................................................................14
3.1 Pengertian....................................................................................................14
3.2 Tujuan.........................................................................................................14
3.4 Penatalaksanaan.........................................................................................15
3.5 Indikasi........................................................................................................16
3.6 Kontraindikasi............................................................................................17
4.1 Pengkajian...................................................................................................18
4.2 Diagnosa......................................................................................................20
4.3 Intervensi.....................................................................................................20
4.4 Implementasi...............................................................................................23
4.5 Evaluasi........................................................................................................23
BAB 5. PENUTUP................................................................................................25
5.1 Kesimpulan..................................................................................................25
5.2 Saran............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
1
BAB 1. PENDAHULUAN
kemungkinan untuk mendapatkan terapi yang efektif akan lebih besar jika
diketahui lebih awal (Kemenkes, 2017).
2.2 Epidemiologi
Penyakit Ginjal kronik merupakan masalah kesehatan dunia dengan beban
biaya kesehatan yang tinggi. Padahal, penyakit dapat dicegah dengan
melakukan upaya pencegahan, pengendalian dan tatalaksana Hipertensi dan
Diabetes Melitus sesuai standar.Epidemiologi penyakit ginjal kronik (PGK) di
Amerika memiliki tingkat mortalitas yang cukup tinggi, di atas 100 orang per
1000 pasien per tahun. Di Amerika, menurut National Institute of Diabetes
and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) melaporkan 10% orang dewasa
di Amerika mengalami penyakit Gagal Ginjal Kronik. Sedangkan Data
mortalitas di Amerika dari United States Renal Data System (USRDS) tahun
2015 menemukan tingkat mortalitas penyakit ginjal kronis pada laki-laki 120
per 1000 pasien per tahun dan pada wanita 103 per 1000 pasien per tahun.
Berdasarkan laporan dari Indonesia Renal Registry dari PERNEFRI tahun
2015, berikut beberapa epidemiologi Penyakit Gagal Ginjal Kronik yang
terjadi di Indonesia seperti terjadi peningkatan pada pasien yang baru terdata,
yaitu sebanyak 21.050 (tidak dapat menunjukkan data seluruh Indonesia),
Terjadi peningkatan pasien aktif atau pasien yang menjalani hemodialisis,
diduga karena faktor Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Proporsi
berdasarkan usia tertinggi pada usia 45–54 tahun yaitu 56.72% pasien baru
dan 56.77% pasien aktif.
Data Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kemenkes tahun 2016
menunjukkan adanya peningkatan beban biaya kesehatan untuk pelayanan
penyakit Katastropik. Pada tahun 2014 penyakit katastropik menghabiskan
biaya kesehatan sebesar 8,2 triliun, tahun 2015 meningkat menjadi 13,1 triliun
kemudian tahun 2016 sebanyak 13,3 triliun. Gagal Ginjal merupakan penyakit
katastropik nomor 2 yang paling banyak menghabiskan biaya kesehatan
setelah penyakit jantung.Kementerian Kesehatan sesungguhnya telah memiliki
upaya pencegahan dan pengendalian Penyakit Ginjal Kronis dengan perilaku
''CERDIK'', yaitu Cek kesehatan secara berkala, hindari asap rokok, Rajin
5
olahraga, Diet seimbang, Istirahat cukup dan Kelola stres dan PATUH yaitu
Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter, Atasi penyakit dengan
pengobatan yang tetap dan teratur, Tetap diet sehat dengan gizi seimbang,
Upayakan beraktivitas fisik dengan aman dan Hindari Rokok, alkohol dan zat
karsinogenik lainnya (Kemenkes, 2018).
Selain itu pencegahan dan pengendalian penyakit Ginjal dilakukan dengan
meningkatkan pencegahan dan pengendalian Penyakit Ginjal Kronis berbasis
masyarakat dengan “Self Awareness” melalui pengukuran tekanan darah dan
pemeriksaan gula darah secara rutin atau minimal 1 kali dalam setahun di
Posbindu PTM. Pemerintah telah pula meningkatkan akses ke Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), optimalisasi sistem rujukan, dan
meningkatkan mutu pelayanan (Kemenkes, 2018).
2.3 Etiologi
Penyakit ginjal kronik dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti
diabetes mellitus, hipertensi, glomerulonefritis kronik, nefritis intersisial
kronis, penyakit ginjal polikistik, obstruksi infeksi saluran kemih, obesitas,
dan ada juga yang tidak diketahui penyebabnya (Kemenkes, 2017). Penyebab
terjadinya penyakit gagal ginjal kronik bermacam-macam. Menurut Sylvia
Anderson (2006) klasifikasi penyebab gagal ginjalkronik adalah sebagai
berikut:
1. Penyakit infeksi tubulointerstitial Pielonefritis kronik atau refluks
Nefropati Pielonefritis kronik adalah infeksi pada ginjal itu sendiri,
dapatterjadi akibatinfeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada
penderitabatu. Gejala–gejala umum seperti demam, menggigil, nyeri
pinggang,dan disuria. Atau memperlihatkan gambaran mirip dengan
pielonefritisakut, tetapi juga menimbulkan hipertensi dan gagal ginjal
2. Penyakit peradangan: Glomerulonefritis Glomerulonefritis akut adalah
peradangan glomerulus secaramendadak. Peradangan akut glomerulus
terjadi akibat peradangankomplek antigen dan antibodi di kapiler – kapiler
glomerulus. Komplekbiasanya terbentuk 7 – 10 hari setelah infeksi faring
6
Edema ini terjadi karena ginjal tidak dapat mengeluarkan cairan atau garam
secara maksimal dari dalam tubuh (Neal,2006).
2.6 Pathway
BAB 3. HEMODIALISIS
3.1 Pengertian
Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam
keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa
hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium
akhir atau end stage renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka
panjang atau permanen. Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-
zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang
berlebihan (Suharyanto dan Madjid, 2009). Hemodialisis merupakan proses
dimana darah dikeluarkan dari tubuh dan diedarkan dalam sebuah mesin diluar
tubuh yang disebut dialyzer. Ada 3 unsur penting yang saling terkait pada
proses hemodialisis yaitu sirkuit darah (saluran ekstrakorporeal), ginjal buatan
(dializer), dan sirkuit dialisat. Prinsip pada emodialisis yaitu mesin memompa
darah dari tubuh pasien kedalam dialyzer, dan dari sisi lain cairan dialisat
dialirkn kedalam dialyzer. Didalam dialyzer inilah proses dialysis terjadi.
Darah yang sudah didialisis atau sudah dibersihkan dipompa kembali kedalam
tubuh.
3.2 Tujuan
Terapi hemodialisis mempunyai beberapa tujuan. Tujuan tersebut
diantaranya adalah menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi
(membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan
sisa metabolisme yang lain), menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan
cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat,
meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal
serta Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang
lain (Suharyanto dan Madjid, 2009).
3.3 Prinsip yang Mendasari kerja hemodialisis
Aliran darah pada hemodialisis yang penuh dengan toksin dan limbah
nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dializer tempat darah tersebut
15
untuk memastikan agar kadar obat-obatan ini dalam darah dan jaringan dapat
dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik. Serta resiko timbulnya
efek toksik akibat obat harus dipertimbangkan (Hudak & Gallo, 2010).
3.5 Indikasi
Hemodialisis diindikasikan pada pasien dalam keadaan akut yang
memerlukan terapi dialisis jangka pendek atau pasien dengan gagal ginjal
tahap akhir yang memerlukan terapi jangka panjang / permanen. Sehingga
indikasi dilakukan hemodialisis pada penderita gagal ginjal yaitu pasien yang
mengalami laju filtrasi glomerulus kurang dari 15ml/menit, mengalami
Hiperkalemia, Kegagalan dalam penatalaksanaan terapi konservatif, kadar
ureum lebih dari 200mg/dl, pasien yang mengalami kelebihan cairan, serta
pasien yang mengalami Anuria berkepanjangan lebih dari 5 kali. (Smeltzer et
al. 2008 dalam Munawar 2017). Sedangkan menurut Widagdo tahun 2013
hemodialisis dapat ditijukan atau diindikasikan kepada pasien- pasien sebagai
berikut :
1. Hiperkalemia ( K > 6 mEq/l)
Hyperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan
dimana konsentrasi kalium darah lebih dari 6 mEq/L. Selain itu,
Hyperkalemia adalah suatu kondisi di mana terlalu banyak kalium dalam
darah. Sebagian besar kalium dalam tubuh (98%) ditemukan dalam sel dan
organ. Hanya jumlah kecil beredar dalam aliran darah. Kalium membantu
sel-sel saraf dan otot, termasuk fungsi, jantung. Ginjal biasanya
mempertahankan tingkat kalium dalam darah, namun jika memiliki
penyakit ginjal merupakan penyebab paling umum dari hiperkalemia.
2. Asidosis
Dalam keadaan normal, ginjal menyerap asam sisa metabolisme dari darah
dan membuangnya ke dalam urin. Pada penderita penyakit ini, bagian dari
ginjal yang bernama tubulus renalis tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, sehingga hanya sedikit asam yang dibuang ke dalam urin.
Akibatnya terjadi penimbunan asam dalam darah, yang mengakibatkan
17
Sirosis hati tingkat lanjut dengan enselopati, Hipotensi, Penyakit terminal, dan
Organic brain syndrome (Widagdo, 2013).
4.1 Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi serta data dasr
klien. Pengkajian dilakukan saat klien masuk instansi layanan kesehatan. Data
yang diperoleh dapat berguna untuk proses keperawatan selanjutnya. Identitas
klien yang perlu dikaji seperti tabel berikut:
Tabel 3.1 Identitas Klien
4.4 Implementasi
Kata implementasi sendiri berasal dari bahasa Inggris “to implement”
artinya mengimplementasikan. Tak hanya sekedar aktivitas, implementasi
merupakan suatu kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan dengan serius
juga mengacu pada norma-norma tertentu guna mencapai tujuan kegiatan.
Dalam kalimat lain implementasi itu sebagai penyedia sarana untuk
melaksanakan sesuatu yang menyebabkan dampak terhadap sesuatu.
Berdasarkan konsep dasar asuhan keperawatan pada penyakit gagal ginjal
kronis dengan diagnosa utama yaitu ketidakefektifan pola napas dapat
dilakukan tindakan seperti Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi,
Lakukan fisioterapi dada, Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya
menurun atau tidak ada dan adanya suara tambahan, Kelola netbulizer
24
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gagal ginjal adalah keadaan dimanan ginjal kehilangan fungsinya. Gagal
ginjal dapat terjadi pada dua kondisi yaitu secara akut dan kronik. Jika pada
gagal ginjal kronik terjadi perlahan-lahan dan berkembang perlahan mungkin
dapat terjadi dalam beberapa tahun. Sedangkan kondisi akut terjadi apabila
berkembang sangat cepat dalam beberapa jam atau dalam beberapa hari.
Apabila pasien mengalami kondisi kehilangan fungsi ginjal sekitar 10%, maka
pasien dapat dikatakan sudah sampai pada penyakit ginjal end-stage renal
disease (ESRD) (Baradero, 2009).
5.2 Saran
Diharapkan setelah adanya pengetahuan mengenai konsep dasar asuhan
keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronis maka pasien dapat
melakukan tindakan pencegahan atau tindakan pengobatan sesuai dengan
kondisi penyakitnya. Serta untuk tenaga kesehatan dihrapkan untuk lebih
focus dalam menangani kasus yang dialami pasien terutama pasien gagal gnjal
kronis.
26
DAFTAR PUSTAKA
Sudjadi, B. dan S. Laila. 2007. Biologi Sains Dalam Kehdupan. Edisi 2B.
Surabaya: Yudhi Tira.
Sudoyono AW., Bambang S, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1.
Edisi V. Jakarta : Interna Publishing. https://books.google.co.id/books?
id=uGV2DwAAQBAJ&pg=PA10
27
36&dq=patofisiologi+gagal+ginjal+kronik&hl=id&sa=X&ved=0ah
UKEwi7rNHRqNHeAhWLNo8KHTgNDSQQ6AEIOTAE#v=onepa
ge&q=patofisiologi%20gagal%20ginjal%20kronik&f=false. . [Diakses pada
tanggal 07 Januari 2019]
Sukandar E. 2006. Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialisis. Bandung: Pusat
Informasi Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran/RS Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Hartono. 2006.Terapi Diet dan Gizi Rumah Sakit. Edisi II. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. https://books.google.co.id/books?
id=7MPTur8qDZgC&pg=PA152&d
q=diet+rendah+garam+pada+gagal+ginjal&hl=en&sa=X&ved=0ahU
KEwjWq5H9_- veAhUZOisKHeSFBd0Q6AEILTAA#v=onepage&q=diet
%20rendah %20garam%20pada%20gagal%20ginjal&f=false. [Diakses pada
tanggal 07 Januari 2019]
United Kingdom.
http://cdn.intechopen.com/pdfs/24619/intechmanagement_of_fluid_status_in
_haemodialysis_patients_the_roles_of _technology_and_dietary_advice.pdf.
[Diakses pada tanggal 07 Januari 2019]
Hudak, S.M & Gallo. (2010). Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik (Critical
Care Nursing : A Holistik Approach) Edisi 6 Jakarta : EGC