Oleh
Regita Prameswari
NIM 152310101289
NIM :152310101289
Makalah ini disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil jiplakan atau
reproduksi ulang makalah yang telah ada.
Penyusun,
(Regita Prameswari)
NIM 152310101289
Mengetahui,
ii
DAFTAR ISI
iii
A. Definisi
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari
tempatnya yang normal melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat
(Long, 2002). Hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) dan juga
dapat disebut dengan prostusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantung dan isi hernia. Berdasarkan
terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia
dapatan atau akuisita, berdasarkan sifatnya ada reponible, dan ireponible.
Beradasarkan jepitan pada isi hernia ada inkaserata dan strangulata. Menurut
penonjolan ada interna dan eksterna. Sedangkan letak hernia dibagi menjadi
ventral, epigastrik, umbilical, inguinal indirek/lateral, a.v. epigastrika inferior,
inguinal direk/media, a.v. femoralis, femoral, obturatoria perineal, rectum,
perineal, iskiadika, m. Periformis, a.v. iliakakomunis kiri, lumbal, aorta,
hiatus diafragma, vena Kava inferior (Win de jong dalam Huda A. dan
Kusuma H., 2015)
B. Epidemiologi
Hernia dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya
testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan
oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang
menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut .Hernia terdapat 6 kali
lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Pada pria, 97 % dari hernia
terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia femoralis dan 1% sebagai
hernia umbilicalis. Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50 % terjadi pada
daerah inguinalis, 34 % pada canalis femoralis dan 16 % pada umbilicus
Tempat umum hernia adalah lipat paha, umbilikus, linea alba, garis
1
semilunaris dari Spiegel, diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain
yang sebanding tetapi sangat jarang adalah perineum, segitiga lumbal
superior dari Grynfelt, segitiga lumbal inferior dari Petit, dan foramen
obturator serta skiatika dari pelvis (Marilynn E. Doenges. 1999).
C. Etiologi
Menurut Huda A. dan Kusuma H. (2015), hernia dapat disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Kongenital atau bawaan
2. Obesitas
3. Ibu hamil
4. Mengejan
5. Pengangkatan beban berat
Pada hernia inguinalis lateralis dapat terjadi karena anomaly congenital atau
sebab yang didapat, hernia inguinalis lateralis dapat dijumpai pada semua
usia, lebih banyak pada pria dari pada wanita. Jika dilihat dari riwayat
penyakit, penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti
pada kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung
kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau
konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan
berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui
rongga yang lemah. Faktor obesitas berat badan yang berlebihan juga
menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh.
D. Klasifikasi
1. Hernia berdasarkna letaknya, dibagi atas: (Huda A. dan Kusuma H,
2015)
a. Hernia Hiatal, adalah kondisi dimana kerongkongan turun, melewati
diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut
menonjol ke dada (thoraks)
2
b. Hernia epigastrik, terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang
rusuk yang dimana biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang
yang berisi usus.
c. Hernia umbilikal, berkemban di dalam dan sekitar umbilikus (pusar)
yang disebabkan bukaan dari dinding perut, yang biasanya menutup
sebelum kelahiran, tidak menutup sepenuhnya.
d. Hernia inguinalis, adalah hernia yang paling umum terjadi dan
muncul debagai tonjolan di selangkangan atau skrotum.
e. Hernia femoralis, muncul di tonjolan di pangkal paha dan hernia ini
lebih dering belu daripada nasi
f. Hernia insisional, dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut.
g. Hernia Nukleus Pulposi (HNP), adaah hernia yang melibatkan
cakram tulang belakang.
2. Berdasarkan Terjadinya, hernia dibagi atas: (Huda A. dan Kusuma H,
2015)
a. Hernia bawaan atau kongenital,
b. Hernia dapatan atau akuisita, adalah hernia yang timbul karena
berbagai faktor pemicu.
3. Menurut sifatnya, hernia dibagi atas: (Huda A. dan Kusuma H, 2015)
a. Hernia reponible/reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk.
b. Hernia irreponible, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat
dikembalikan pada ke dalam rongga.
c. Hernia strangulata atau inkaserata, yaitu bila isi hernia terjepit oleh
cincin hernia disertai adanya pasase atau vaskularisasi.
E. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan
tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat
buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus
ke daerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu
tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding
3
abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana
kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama,
pembedahan abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ– organ selalu
saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup
lama, sehingga terjadilah penonjolan yang mengakibatkan kerusakan yang
sangat parah. Sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam
perut menjadi atau mengalami kelemahan. Pertama-tama terjadi kerusakan
yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena
organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan
dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya
menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami
kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat
menyebabkan ganggren (Marilynn E. Doenges. 1999).
F. Manifestasi Klinis
Huda A. dan Kusuma H. ( 2015) menjelaskan tentang manifestasi klinis
untuk penyakit hernia sebagai berikut.
1. Berupa benjolan kelur masuk / keras dan yang tersering tampak benjolan di
lipatan paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan
mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi apabila telah ada komplikasi.
4. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat
serta kulit si atasnya menjadi merah dan panas.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit ketika kencing (disuria) disertai hematuria
(kencing darah)disamping benjolan di bawah sela paha.
6. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai
sesak napas.
4
7. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar
8. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi
kandung kencing
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien Hernia sebagai
berikut:
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus atau
obstruksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih
dan ketidakseimbangan elektrolit.
3. Radiologi: foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi
5
Diberikan pada pasien dengan hernia yang masih kecil dan
menolak melakukan operasi.
2. Operatif
Operasi adalah tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada:
(Norton JA dalam Huda A. dan Kusuma H., 2015)
a. Heria responibilis
b. Hernia irreponibilis Hernia Strangulasi
c. Hernia Incarserata
Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap sebagai berikut.
a. Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan
isi hernia ke cavum abdominalis.
b. Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon.
c. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar
LMR tertutup dan dinding perut menjadi lebih kuat karena tertutup
otot.
Operasi hernia pada anak dilakukan tapa hernioplasty, dibagi menjadi dua
yaitu:
a. Anak berumur kurang dari satu tahun: menggunakan teknik Michele
Benc
b. Anak berumur lebih dari satu tahun: menggunakan teknik POTT.
6
I. Clinical Pathway
Faktor hernia: aktivitas berat, bayi premature, kelemahan Hernia
dinding abdominal, intraabdominal tinggi, adanya tekanan
Gangguan suplai
darah ke intestinal Ketidaknyamanan Benjolan pada region inguinal
abdominal
Resti perdarahan
Asupan gizi kurang Nafsu makan menurun
Resti infeksi
Ketidakseimbangan
Kantung hernia memasuki
Hernia insisional nutrisi kurang dari
celah insisi
kebutuhan tubuh
9
berkurang mungkin syok yang
2. -tanda- 4. Ajarkan dialami pasien
2. istirahat untuk
tanda vital teknik
mengurangi
normal relaksasi dan intesitas nyeri
3. -pasien napas dalam 3. posisi yang
tepat
tampak 5. Kolaborasi
mengurangi
tenang dan untuk penekanan dan
rileks pemberian mencegah
ketegangan
4. -pasien analgetik.
otot serta
tampak mengurangi
tenang dan nyeri.pembulu
rileks h darah
4. relaksasi
mengurangi
ketegangan dan
membuat
perasaan lebih
nyaman
5. analgetik
berguna untuk
mengurangi
nyeri sehingga
pasien menjadi
lebih nyaman.
infeksi.
3 Gangguan pola Setelah Peningkatan 1. Mengidentifikasi
tidur Tidur gangguan yang
dilakukan
berhubungan dialami pasien
perawatan 1. Tentukan pola dalam pola
dengan nyeri
tidur atau tidurnya
post operasi selama 1x24
aktivitas 2. Mengetahui
jam maka pasien kesadaran, dan
2. Perkirakan kondisi tubuh
pasien
tidur/ siklus dalam keadaan
menunjukkan bangun pasien normal atau
di dalam tidak.
indikator:
perawatan 3. Untuk
perencanaan mengetahui
1. Dapat 3. Jelaskan kemudahan
mengatur pentingnya dalam tidur.
tidur yang 4. Untuk
jam tidur cukup mengetahui
2. Pola tidur 4. Ajarkan tingkat
pasien untuk kegelisahan
adekuat memantau 5. Untuk
3. Kualitas pola tidur mengidentifikasi
5. Bantu untuk penyebab aktual
tidur baik menghilangka dari gangguan
n stress situasi tidur.
stress sbelum
tidur
6. Monitor
11
makanan
sebelum tidur
dan intake
minuman
yang dapat
memfasilitasi
atau
mengganggu
tidur
7. Sesuaikan
jadwal
pemberian
obat untuk
mendukung
tidur atau
siklus bangun
pasien
8. Identifikasi
obat tidur
yang
dikonsumsi
pasien
9. Berikan
pamphlet
dengan
informasi
mengenai
teknik untuk
meningkatkan
tidur
12
tanda terhadap prosedur vita
infeksi inpasif seperti 2. perawatan luka
seperti pus. infus, kateter, dengan teknik
2. -luka drainase luka, dll. aseptik mencegah
risiko infeksi.
bersih
4. Jika 3.untuk mengurangi
tidak
ditemukan risiko infeksi
lembab
nosokomial.
tanda infeksi
dan kotor.
kolaborasi 4. antibiotik
3. -Tanda-
untuk mencegah
tanda vital
pemeriksaan perkembangan
normal
darah, seperti mikroorganisme
Hb dan patogen
leukosit. Serta
pemberian
antibiotik
13
mengikuti
aktivitas
4. Bantu klien
untuk
mengidentifi
kasi aktivitas
yang
diinginkan
5. Bantu kllien
dan keluarga
untuk
mengidentifi
kasi
kelemahan
dalam level
tertentu
6. Bantu klien
dan keluarga
dalam
memantau
perakemban
gan klien
terhadap
pencapaian
tujuan
14
diharapkan (makanan dan
1. Menun cairan).
jukkan 4. Identifikasi
perubahan faktor- faktor
perilaku/po (mislanya
la hidup, pengobatan,
yang tirah baring,
diperlukan dan dietnyang
sebagai berkontribusi
penyebab, terhadap
factor konstipasi
pemberat. 5. Evaluasi
catatn asupan
untuk ap saja
nutrisi yang
telah
dkonsumsi.
6. Dukung
peningkatan
asupan cairan
jika tidak ada
kontraindikasi
K. Rencana Evaluasi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas
jaringan akibat tindakan operasi
S : Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri
O : luka post op mulai menutup dan tidak ada inflamasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
S: Pasien tidak merasa adanya pelebaran luka dan nyeri yang bertaambah
O: Kondisi luka bersih
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
S : Pasien dapat tidur dengan nyenyak
O : Pasien sudah bisa mengendalikan rasa nyeri
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
S : Pasien mengatakan lebih bisa beraktivitas daripda biasanya
15
O : TTv normal, keadaan tidak lemah
5. Gangguan eliminasi/ konstipasi berhubungan dengan peristaltik usus
menurun
S : Pasien mengatakan sudha bisa BAB secara normal
O : bising usus normal, TTv dalam rentang normal
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan tidak adekuat
S : Pasien mengatakan enak untuk makan
O : TTV pada rentang normal dan BB bertambah
16
DAFTAR PUSTAKA
17