B. ETIOLOGI
Penyakit-penyakit
sistemik
seperti
Diabetes
Melitus,
Glomerulonefritis
kronis,
Pielonefritis, Hipertensi yang tidak dapat dikontrol, Obstruksi traktus urinarius, lesi
Herediter seperti penyakit Polikistik, gangguan vaskuler, infeksi.
(Smeltzzer Suzzane,2001 )
C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagai nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) di duga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesis nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai dari nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bsa diabsorpsi berakibat diuretik osmotic disertai
poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yangrusak bertambah banyak oligouri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi
ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun 15ml/menit atau lebih rendah itu. (Barbara C.Long 1996 : 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normal
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap system tubuh. Semakin banyak timmbunan produk sampah maka gejala akan
semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Sunddarth,
2001 : 1448)
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Manifestasi klinik menurut (Smeitzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivitas sistem rennin-angiostenin-aldosteron), gagal
jantung kongesif dan odema pulmoner akibat cairan berlebihan dan perikarditis (akibat
iritasi pada lapisan pericardial oleh toksik pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan
cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi).
b. Manifestasi klinik menurut (Suyono, 2001) adalah sebagai berikut :
1. Sistem kardiovaskuler
Hipertensi
Pitting
Edema
Edema periorbital
Pembesaran vena leher
Friction sub pericardial
2. Sistem pulmoner
Krekel
Nafas dangkal
Kusmaull
Sputum kental dan liat
3. Sistem gastrointestinal
4.
5.
Sistem muskuloskeletal
Kram otot
Kehilangan kekuatan otot
Fraktur tulang
Sistem integumen
6. Sistem reproduksi
Amenorhoe
Atrofi testis
E. KOMPLIKASI
Menurut Smeltzer (2000), komplikasi potensial gagal ginjal kronik yang memerlukan
pendekatan kolaboratif dalam perawatan, mencakup :
Perikarditis : efusi perikardial , dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi sistem renin,
angiotensin, aldosteron.
Anemia : akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastro intestinal.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboraturium
Laboraturium Darah :
BUN, Kreatinin, Elektrolit, (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht,
leukosit), Protein antibody (kehilangan protein dan imunoglobulin)
Pemeriksaan Urine :
Warna, PH, BJ, Kekeruhan, Volume, Glukosa, Protein, Sedimen, SDM, Keton, SDP,
TKK/CCT.
2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan
gangguan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
3. Pemeriksaan USG
Menilai berat dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih, serta prostat.
4. Pemeriksan Radiologi
Renogram, Intravenosus, Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Arteriografi,
dan Venografi, CT scan, MRI, Renal Biopsi, Pemeriksaan Rontgen Dada,
Pemeriksaan Rotgen Tulang, Foto Polos Abdomen.
G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan gagal ginjal kronik di bagi menjadi dua tahap :
a.
Tahap pertama yaitu tindakan konservatif yang ditujukan untuk merendakan atau
memperlambat perburukan progresif gangguaan fungsi ginjal. Tindakan konservatif
dimulai bila penderita mengalami asotemia penatalaksanaan konservatif meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
b. Tahap kedua pengobatan dimulai ketika tindakan konservatif tidak lagi afektif dalam
mempertahankan kehidupan. Pada keadaan ini terjadi penyakit ginjal stadium
terminal. Penatalaksanaan, meliputi :
1) Hemodialisa.
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan
sering kali tidak menimbulkan gejala yang menunjukkan kerusakan dan kegagalan ginjal.
Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap
peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah, dan pemeriksaan
urinalis, pemeriksaan kesehatan umum, dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi
insufiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditunjukkan kepada pengobatan
masalah medis dengan sempurna., dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu
mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara Long. 2001)
PENYIMPANGAN KDM
GAGAL GINJAL KRONIK
Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (Pada tahap lanjut)
Abdomen kembung, diare atau konstipasi
Tanda :
Makanan / Cairan
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), Malnutrisi
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa tak sedap pada mulut
Tanda : Distensi abdomen/asites, Pembesaran hati (Tahap akhir)
Perubahan turgor kulit kelembaban
Edema
Ulserasi gusi, perdarahan gusi dan mulut
Penurunan otot, penurunan lemak sub kutan, penampilan tak bertenaga.
Neurosensori
Gejala : Sakit kepala , penglihatan kabur.
Kram otot/ kejang,
Kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstrimitas bawah
Tanda
Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot nyeri kaki
Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah.
Pernapasan
Gejala : Napas pendek; batuk dengan/tanpa sputum
Tanda : Takipnea, dispnea, Peningkatan frekwensi/ kedalaman (kusmaul)
Batuk produktif dengan sputum merah muda
Keamanan
Gejala : Kulit gatal
Ada/ berulangnya infeksi
Tanda : Pruritus
Demam; sepsis dehidrasi, Normotermia dapat secara atual terjadi peningkatan
pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal
Fraktur tulang, Deposit fosfat kalsium pada kulit, jaringan lunak, sendi,
keterbatasan gerak sendi
Seksualitas
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas
Interaksi sosisal
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi
peran dalam keluarga.
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala :
Riwayat
DM
keluarga
Penyakit
polikistik, Nefritis, Riwayat terpajan pada toksik, contoh obat dan racun
lingkungan ,Penggunaan antibiotik berulang.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
3.
N
O
1
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Definisi : Asupan
nutrisi tidak cukup
untuk memenuhi
kebutuhan metabolik
Batasan
Karakteristik :
Nyeri
abdomen
Munta
h
Kejang
perut
Rasa
penuh tiba-tiba
setelah makan
Diare
Ronto
k rambut yang
berlebih
Kuran
g nafsu makan
Bising
Intervensi
Nutrition Management
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
3. Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
4. Ajarkan
pasien
bagaimana
membuat catatan makanan harian.
Setelah dilakukan tindakan
5. Monitor jumlah nutrisi dan
keperawatan selama.nutrisi
kandungan kalori
6. Berikan
informasi
tentang
kurang dari kebutuhan
kebutuhan nutrisi.
teratasi, dengan kriteria
hasil :
Nutritional
status: Adequacy of
nutrient
Nutritional
Status : food and Fluid
Intake
Weight
Control
usus berlebih
Konju
ngtiva pucat
Denyu
t nadi lemah
menelan
Faktor yang
berhubungan :
Faktor
biologis
Faktor
ekonomi
Ketida
kmampuan untuk
mencerna
makanan
Ketida
kmampuan
menelan makanan
Faktor
psikologis
2
Kelebihan volume
cairan
Definisi :
Peningkatan retensi
cairan isotonik
Batasan
Karakteristik :
- Mekanisme
pengaturan
melemah
- Asupan cairan
berlebihan
- Berat badan
meningkat pada
waktu yang singkat
-
Asupan berlebihan
dibanding output
Distensi vena
jugularis
Electro
lit and acid base balance
Fluid
balance
Hydrati
on
Kriteria Hasil:
- Terbebas dari edema,
efusi, anaskara
- Bunyi nafas bersih, tidak
ada dyspneu/ortopneu
- Terbebas dari distensi
vena jugularis,
- Memelihara tekanan vena
sentral, tekanan kapiler
paru, output jantung dan
vital sign DBN
- Terbebas dari kelelahan,
kecemasan atau bingung
Perubahan pada
pola nafas,
dyspnoe/sesak
nafas, orthopnoe,
suara nafas
abnormal (Rales
atau crakles), ,
pleural effusion
Oliguria, azotemia
Perubahan status
mental,
kegelisahan,
kecemasan
Faktor yang
berhubungan :
- Kehilangan cairan
aktif
- Kegagalan
mekanisme
regulasi
3
Intoleransi
Aktivitas
Energy conservation
Activity tolerance
Self care : ADLs
Definisi : ketidak
cukupan energy
Kriteria Hasil :
psikologis atau
Berpartisipasi dalam
fisiologis untuk
aktifitas fisik tanpa di
melanjutkan atau
sertai peningkatan
menyelasaikan
tekanan darah, nadi dan
aktifitas kehidupan
RR
sehari-hari yang harus Mampu melakukan
atau yang ingin di
aktifitas sehari-hari
lakukan.
(ADLs) secara mandiri
Tanda-tanda vital normal
Batasan
Energy psikomotor
karakteristik :
Level kelemahan
Respon tekanan
Mampu berpindah :
darah abnormal
dengan atau tanpa
terhadap aktifitas
bantuan alat
Respon frekuensi Status kardiopulmunari
adekuat
jantung abnormal
Perubahan EKG
yang
mencerminkan
aritmia
Perubahan EKG
yang
mencerminkan
iskemia
Ketidak
nyamanan
setelah
beraktifitas
Dispnea setelah
beraktifitas
Menyatakan
merasa letih
Menyatakan
merasa lemah
Faktor yang
berhubungan :
Tirah baring atau
imobilisasi
Kelemahan
umum
Ketidak
seimbanga antara
subley dan
kebutuhan
oksigen
Imobilitas
Gaya hidup
monoton
Status respirasi :
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktifitas
9. Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktifitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan motifasi diri
dan penguatan
11. Monitor respon fisik, emosi,
social, dan spiritual