Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL GINJAL KRONIK


BAB I KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Gagal Ginjal Kronik merupakan Gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia ( Retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah ) . ( Bruner dan Suddart 2001).
Gagal ginjal Kronik Merupakan Kerusakan Ginjal Progresif yang berakibat fatal dan di
tandai dengan uremia (urea dan Limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta
komplikasinya jika tidak dilakukan dialysis atau transplantasi ginjal) . (Nursalam.2006)
Gagal Ginjal Kronik merupakan penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan
irrefersibel.(Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
Gagal Ginjal Kronik merupakan destruksi struktur ginjal yang progresif dan terus
menerus. ( Patofisiologi, Elizabeth corwin, 2000)

B. ETIOLOGI
Penyakit-penyakit

sistemik

seperti

Diabetes

Melitus,

Glomerulonefritis

kronis,

Pielonefritis, Hipertensi yang tidak dapat dikontrol, Obstruksi traktus urinarius, lesi
Herediter seperti penyakit Polikistik, gangguan vaskuler, infeksi.
(Smeltzzer Suzzane,2001 )

C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagai nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) di duga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesis nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai dari nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bsa diabsorpsi berakibat diuretik osmotic disertai

poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yangrusak bertambah banyak oligouri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi
ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun 15ml/menit atau lebih rendah itu. (Barbara C.Long 1996 : 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normal
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap system tubuh. Semakin banyak timmbunan produk sampah maka gejala akan
semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Sunddarth,
2001 : 1448)

D. MANIFESTASI KLINIS
a. Manifestasi klinik menurut (Smeitzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivitas sistem rennin-angiostenin-aldosteron), gagal
jantung kongesif dan odema pulmoner akibat cairan berlebihan dan perikarditis (akibat
iritasi pada lapisan pericardial oleh toksik pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan
cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi).
b. Manifestasi klinik menurut (Suyono, 2001) adalah sebagai berikut :
1. Sistem kardiovaskuler
Hipertensi
Pitting
Edema
Edema periorbital
Pembesaran vena leher
Friction sub pericardial
2. Sistem pulmoner

Krekel
Nafas dangkal
Kusmaull
Sputum kental dan liat

3. Sistem gastrointestinal

Anoreksia, mual dan muntah


Perdarahan saluran GI
Ulserasi dan perdarahan mulut
Nafas berbau amonia

4.

5.

Sistem muskuloskeletal
Kram otot
Kehilangan kekuatan otot
Fraktur tulang

Sistem integumen

Warna kulit abu-abu mengkilat


Pruritis
Kulit kering bersisik
Ekimosis
Kuku tipis dan rapuh
Rambut tipis dan kasar

6. Sistem reproduksi

Amenorhoe
Atrofi testis

E. KOMPLIKASI
Menurut Smeltzer (2000), komplikasi potensial gagal ginjal kronik yang memerlukan
pendekatan kolaboratif dalam perawatan, mencakup :

Hiperkalemia : akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan


masukan diet berlebih.

Perikarditis : efusi perikardial , dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.

Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi sistem renin,
angiotensin, aldosteron.

Anemia : akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastro intestinal.

Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboraturium
Laboraturium Darah :
BUN, Kreatinin, Elektrolit, (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht,
leukosit), Protein antibody (kehilangan protein dan imunoglobulin)
Pemeriksaan Urine :
Warna, PH, BJ, Kekeruhan, Volume, Glukosa, Protein, Sedimen, SDM, Keton, SDP,
TKK/CCT.
2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan
gangguan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
3. Pemeriksaan USG
Menilai berat dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih, serta prostat.
4. Pemeriksan Radiologi
Renogram, Intravenosus, Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Arteriografi,
dan Venografi, CT scan, MRI, Renal Biopsi, Pemeriksaan Rontgen Dada,
Pemeriksaan Rotgen Tulang, Foto Polos Abdomen.

G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan gagal ginjal kronik di bagi menjadi dua tahap :
a.

Tahap pertama yaitu tindakan konservatif yang ditujukan untuk merendakan atau
memperlambat perburukan progresif gangguaan fungsi ginjal. Tindakan konservatif
dimulai bila penderita mengalami asotemia penatalaksanaan konservatif meliputi :
1.

Penentuan dan pengobatan penyebab

2.

Pengoptimalan keseimbangan garam dan air

3.

Koreksi obstruksi saluran kemih

4.

Deteksi awal pengobatan infeksi

5.

Diet rendah protein, tinggi kalori

6.

Pengendalian keseimbangan elektrolit

7.

Pencegahan dan pengobatan penyakit tulang dan ginjal

8.

Modifikasi dan terapi obat dengan perubahan fungsi ginjal

9.

Deteksi dan pengobatan komplikasi

b. Tahap kedua pengobatan dimulai ketika tindakan konservatif tidak lagi afektif dalam
mempertahankan kehidupan. Pada keadaan ini terjadi penyakit ginjal stadium
terminal. Penatalaksanaan, meliputi :
1) Hemodialisa.

Hemodialisa adalah dialisis yang dilakukan diluar tubuh. Tujuan hemodialisa


adalah untuk mengambil zat-zat toksik di dalam darah, menyesuaikan kadar air dan
elektrolit di dalam darah. Pada hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh melalui
sebuah kateter masuk ke dalam sebuah alat besar. Di dalam mesin tersebut terdapat
ruang yang dipisahkan oleh sebuah membran semipermeabel. darah di masukan ke
salah satu ruang, sedangkan ruang yang lain diisi oleh cairan dialisis, dan diantara
keduanya akan terjadi difusi darah dikembalikan ke tubuh melalui sebuah pirau
vena. Hemodialisa memerlukan waktu sekitar 3-5 jam dan dilakukan sekitar
seminggu. Pada akhir interval 2-3 hari di antara terapi, keseimbangan garam,air, dan
pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa tampaknya ikut berperan menyebabkan
anemia karena sebagian besar sel darah merah ikut masuk dalam proses tersebut,
infeksi juga merupakan resiko.
2) Dialisis peritoneum
Dialisis peritoneum berlangsung didalam tubuh. Pada dialisis peritoneal
permukaan peritoneum yang luasnya sekitar 22.000 cm 3 berfungsi sebagai difusi.
Membran peritoneum digunakan sebagai sawar semipermeabel alami. Larutan
dialysis yang telah dipersiapkan sebelumnya (sekitar 2 liter) di masukan ke dalam
rongga peritoneum melalui sebuah kateter tetap yang di letakan di bawah kulit
abdomen. Larutan dibiarkan di dalam rongga peritoneum selama waktu yang telah di
tentukan (biasanya 4-6 jam). Selama waktu ini, terjadi proses difusi air dan elektrolit
keluar masuk antara darah yang bersirkulasi. Dialysis peritoneum di lakukan sekitar
4 kali/ hari. Masalah-masalah terjadi pada dialysis peritoneum adalah infeksi dari
kateter atau malfungsi kateter.
3) Transplantasi ginjal
Transplantasi atau pencangkokan ginjal adalan penempatan sebuah ginjal donor
ke dalam abdomen seseorang yang mengidap penyakit ginjal stadium akhir. Ginjal
yang di cangkok dapat di peroleh dari donor hidup atau mati. Semakin mirip sifatsifat antigenik ginjal yang didonorkan dengan pasien, semakin tinggi keberhasilan
pencangkokan. Individu yang mendapat pengcangkokan ginjal harus tetap mendapat
berbagai obat imunosupresan seumur hidup untuk mencegah penolakan ginjal,
penolakan dapat terjadi sacara akut, dalam masa pasca transpalntasi dini, atau
beberapa bulan atau tahun setelah pencangkokan semua orang yang mendapat terapi
imunosupresi beresiko mengalami infeksi. (Price and Wilson, 2005)
H. PENCEGAHAN KOMPLIKASI

Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan
sering kali tidak menimbulkan gejala yang menunjukkan kerusakan dan kegagalan ginjal.
Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap
peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah, dan pemeriksaan
urinalis, pemeriksaan kesehatan umum, dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi
insufiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditunjukkan kepada pengobatan
masalah medis dengan sempurna., dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu
mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara Long. 2001)

PENYIMPANGAN KDM
GAGAL GINJAL KRONIK

BAB II KONSEP KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian dasar Gagal Ginjal Kronik:
a. Riwayat gangguan kronis dan gangguan yang mendasari status kesehatan
b. Kaji derajat kerusakan Ginjal
c. Lakukan pemeriksaan fisik : tanda-tanda vital (Nadi, respirasi, Tekanan darah, suhu
badan) Sistem saraf, sistem integumen, dan sistem musculoskeletal.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada tahap penyakit dan derajat yang terkena.
(Doenges, Maryline, 1999 )
Aktifitas / Istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrim, Kelemahan, Malaise
Gangguan tidur, (Insomnia/gelisah atau somnolen)
Tanda : Kelemahan otot , kehilangan tonus, Penurunan rentang gerak.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi lama atau berat
Palpitasi ; Nyeri dada (Angina )
Tanda : Hipertensi ; DVJ, Nadi kuat, Edema jaringan umum Dan pitting pada
kaki, telapak tangan.
Disritmia Jantung
Nadi Lemah Halus, hipotensi,
Pucat ; kulit Coklat kehitaman , kuning
Kecendrungan perdarahan
Integritas Ego
Gejala : Faktor stres contoh Finansial, hubungan dan sebagainya
Perasaan tidak berdaya, tidak ada kekuatan, tidak ada harapan
Tanda

: Menolak, Ansietas, Takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian

Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (Pada tahap lanjut)
Abdomen kembung, diare atau konstipasi

Tanda :

Perubahan warna urine,; contoh kuning pekat, merah, coklat.


Oliguria dapat menjadi anuria.

Makanan / Cairan
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), Malnutrisi
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa tak sedap pada mulut
Tanda : Distensi abdomen/asites, Pembesaran hati (Tahap akhir)
Perubahan turgor kulit kelembaban
Edema
Ulserasi gusi, perdarahan gusi dan mulut
Penurunan otot, penurunan lemak sub kutan, penampilan tak bertenaga.
Neurosensori
Gejala : Sakit kepala , penglihatan kabur.
Kram otot/ kejang,
Kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstrimitas bawah
Tanda

: Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan


berkonsentrasi, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma.
Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.

Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot nyeri kaki
Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah.
Pernapasan
Gejala : Napas pendek; batuk dengan/tanpa sputum
Tanda : Takipnea, dispnea, Peningkatan frekwensi/ kedalaman (kusmaul)
Batuk produktif dengan sputum merah muda
Keamanan
Gejala : Kulit gatal
Ada/ berulangnya infeksi
Tanda : Pruritus
Demam; sepsis dehidrasi, Normotermia dapat secara atual terjadi peningkatan
pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal

Fraktur tulang, Deposit fosfat kalsium pada kulit, jaringan lunak, sendi,
keterbatasan gerak sendi
Seksualitas
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas
Interaksi sosisal
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi
peran dalam keluarga.
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala :

Riwayat

DM

keluarga

(Resiko tinggi untuk gagal ginjal)

Penyakit

polikistik, Nefritis, Riwayat terpajan pada toksik, contoh obat dan racun
lingkungan ,Penggunaan antibiotik berulang.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan


anoreksia, mual

2.

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin dan


retensi air dan natrium.

3.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk


sampah.

C. TUJUAN DAN RENCANA/INTERVENSI KEPERAWATAN

N
O
1

RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Definisi : Asupan
nutrisi tidak cukup
untuk memenuhi
kebutuhan metabolik
Batasan
Karakteristik :

Nyeri
abdomen

Munta
h

Kejang
perut

Rasa
penuh tiba-tiba
setelah makan

Diare

Ronto
k rambut yang
berlebih

Kuran
g nafsu makan

Bising

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Nutrition Management
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
3. Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
4. Ajarkan
pasien
bagaimana
membuat catatan makanan harian.
Setelah dilakukan tindakan
5. Monitor jumlah nutrisi dan
keperawatan selama.nutrisi
kandungan kalori
6. Berikan
informasi
tentang
kurang dari kebutuhan
kebutuhan nutrisi.
teratasi, dengan kriteria
hasil :

Nutritional
status: Adequacy of
nutrient

Nutritional
Status : food and Fluid
Intake

Weight
Control

Adanya peningkatan berat


badan sesuai dengan
tujuan
Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutris
Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
Menunjukan peningkatan
fungsi pengecapan dari

usus berlebih

Konju
ngtiva pucat

Denyu
t nadi lemah

menelan

Faktor yang
berhubungan :

Faktor
biologis

Faktor
ekonomi

Ketida
kmampuan untuk
mencerna
makanan

Ketida
kmampuan
menelan makanan

Faktor
psikologis
2

Kelebihan volume
cairan
Definisi :
Peningkatan retensi
cairan isotonik
Batasan
Karakteristik :
- Mekanisme
pengaturan
melemah
- Asupan cairan
berlebihan
- Berat badan
meningkat pada
waktu yang singkat
-

Asupan berlebihan
dibanding output
Distensi vena
jugularis

Electro
lit and acid base balance

Fluid
balance

Hydrati
on
Kriteria Hasil:
- Terbebas dari edema,
efusi, anaskara
- Bunyi nafas bersih, tidak
ada dyspneu/ortopneu
- Terbebas dari distensi
vena jugularis,
- Memelihara tekanan vena
sentral, tekanan kapiler
paru, output jantung dan
vital sign DBN
- Terbebas dari kelelahan,
kecemasan atau bingung

1. Pertahankan catatan intake dan


output yang akurat
2. Pasang urin kateter jika
diperlukan
3. Monitor hasil lab yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN ,
Hmt , osmolalitas urin )
4. Monitor vital sign
5. Monitor indikasi retensi /
kelebihan cairan (cracles, CVP ,
edema, distensi vena leher,
asites)
6. Kaji lokasi dan luas edema
7. Monitor masukan makanan /
cairan
8. Monitor status nutrisi
9. Berikan diuretik sesuai interuksi
10. Kolaborasi pemberian obat:
11. Monitor berat badan
12. Monitor elektrolit
13. Monitor tanda dan gejala dari
odema

Perubahan pada
pola nafas,
dyspnoe/sesak
nafas, orthopnoe,
suara nafas
abnormal (Rales
atau crakles), ,
pleural effusion
Oliguria, azotemia
Perubahan status
mental,
kegelisahan,
kecemasan

Faktor yang
berhubungan :
- Kehilangan cairan
aktif
- Kegagalan
mekanisme
regulasi
3

Intoleransi
Aktivitas

Energy conservation
Activity tolerance
Self care : ADLs

Definisi : ketidak
cukupan energy
Kriteria Hasil :
psikologis atau
Berpartisipasi dalam
fisiologis untuk
aktifitas fisik tanpa di
melanjutkan atau
sertai peningkatan
menyelasaikan
tekanan darah, nadi dan
aktifitas kehidupan
RR
sehari-hari yang harus Mampu melakukan
atau yang ingin di
aktifitas sehari-hari
lakukan.
(ADLs) secara mandiri
Tanda-tanda vital normal
Batasan
Energy psikomotor
karakteristik :
Level kelemahan
Respon tekanan
Mampu berpindah :
darah abnormal
dengan atau tanpa
terhadap aktifitas
bantuan alat
Respon frekuensi Status kardiopulmunari
adekuat
jantung abnormal

Sirkulasi status baik


terhadap aktifitas

1. Kolaborasikan dengan tenaga


rehabilitas dalam merencanakan
program terapi yang tepat
2. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktifitas yang
mampu di lakukan
3. Bantu untuk memilih aktifitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
social
4. Bntu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang
di perlukan untuk aktifitas yang
di inginkan
5. Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktifitas seperti kursi
roda, krek
6. Bantu untuk mengidentifikasi
aktifitas yang di sesuai
7. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan di waktu luang
8. Bantu pasien/ keluarga untuk

Perubahan EKG
yang
mencerminkan
aritmia
Perubahan EKG
yang
mencerminkan
iskemia
Ketidak
nyamanan
setelah
beraktifitas
Dispnea setelah
beraktifitas
Menyatakan
merasa letih
Menyatakan
merasa lemah

Faktor yang
berhubungan :
Tirah baring atau
imobilisasi
Kelemahan
umum
Ketidak
seimbanga antara
subley dan
kebutuhan
oksigen
Imobilitas
Gaya hidup
monoton

Status respirasi :
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat

mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktifitas
9. Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktifitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan motifasi diri
dan penguatan
11. Monitor respon fisik, emosi,
social, dan spiritual

Anda mungkin juga menyukai