Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian
Pengertian Gastro Entero adalah infeksi usus yang menyebabkan diare (kotoran berair
atau encer) dan kadang-kadang muntah. (Suharyono, 2003). Gastroentestinal adalah
inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh bakteri, virus dan pathogen parasit
(Wong, 2004)
Pengertian diare menurut beberapa ahli diantaranya menyebutkan diare adalah gejala
kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi sekresi (Wong, 2001). Diare adalah kehilangan
cairan dan elektrolit yang terjadi karena frekuensi BAB tiga kali atau lebih dengan
konsistensi tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2001).
Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
dengan bagian feces tidak terbentuk (Nettina, 2001). Diare adalah kondisi dimana terjadi
frekuensi defekasi yang abnormal, serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gr/hari) dan
konsistensinya cair (Brunner & Suddart, 2002).
Jadi diare adalah gejala kelainan pencernaan berupa buang air besar dengan tinja
berbentuk cair dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam sehari pada anak sehingga
menimbulkan kehilangan cairan dan elektrolit.

B. Etiologi
1. Faktor infeksi
a) Faktor internal : infeksi saluran pencernaan makananan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi internal sebagai berikut:
1) Infeksi bakteri : vibrio, e.coli, salmonella, campylobacler, tersinia, aeromonas,
dsb.
2) Ifeksi virus : enterovirus (virus ECHO, cakseaclere, poliomyelitis),
adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain
3) Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, Oxyuris, Strong Ylokles, protzoa
(Entamoeba histolytica, Giarella lemblia, tracomonas homonis), jamur
(candida albicans).
4) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan, seperti : otitis
media akut (OMA), tonsilitist tonsilofasingitis, bronkopneumonia, ensefalitis
dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2
tahun.
2. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
3. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik pasien diare adalah mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nasfu makan berkurang atau tidak ada. Kemudian disertai diare,
tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir darah, warna tinja makin lama berubah
kehijau-hijauan karena bercampur empedu, sedangkan anus dan daerah sekitar timbul
lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sehingga akibatnya makin
banyak asam laktat yang berasal dari latosa yang tidak di absorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena
lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Bila pasien banyak kehilangan cairan dan elektrolit, mata dan ubun-ubun cekung (pada
bayi) selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering (Nelson, 2000).

D. Patofisiologi
Berdasarkan Hasan (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare
adalah :
1. Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
tidak karena peningkatan isi rongga usus.
2. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare
pula.

E. Pathways
F. Komplikasi
Berdasarkan Supartini (2004), akibat dari diare atau kehilangan cairan dan elektrolit
secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi diantaranya adalah :
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input),
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare. Gangguan keseimbangan asam
basa (metabik asidosis). Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama
tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam
tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
(terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler
kedalam cairan intraseluler.
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak
yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi
glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga
40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
3. Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat
Hal ini disebabkan oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare
atau muntah yang bertambah hebat. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan
dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama. Makanan yang
diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.
4. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

G. Penatalaksanaan
Menurut Supartini (2004), penatalaksanaan medis pada pasien diare meliputi : pemberian
cairan, pengobatan dietetik (cara pemberian makanan) dan pemberian obat-obatan.
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatikan derajat dehidrasinya dan
keadaan umum.
a) Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral berupa cairan
yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCl dan glukosa untuk diare akut dan karena
pada anak di atas umur 6 bulan kadar natrium 90 ml g/L. Pada anak dibawah 6
bulan dehidrasi ringan / sedang kadar natrium 50-60 mfa/L, formula lengkap
sering disebut : oralit.
b) Cairan parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan
pasien, tetapi kesemuanya itu tergantung tersedianya cairan setempat. Pada
umumnya cairan Ringer laktat (RL) diberikan tergantung berat / ringan dehidrasi,
yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
1) Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum / 1 gelas tiap defekasi.
2) Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25 – 50 ml / kg BB per oral selanjutnya : 125 ml / kg BB /
hari
3) Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50 – 100 ml / kg BB per oral (sonde) selanjutnya 125 ml / kg
BB/ hari
4) Dehidrasi berat
Tergantung pada umur dan BB pasien.
2. Pengobatan dietetic
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg
jenis makanan :
a) Susu (ASI adalah susu laktosa yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak
tidak jenuh, misalnya LLM, al miron).
b) Makanan setengah padar (bubur) atau makanan padat (nasitim), bila anak tidak
mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan susu dengan tidak
mengandung laktosa / asam lemak yang berantai sedang / tidak sejuh.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan /
tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa / karbohidrat
lain (gula, air tajin, tepung beras sbb).
a) Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg., Klorrpomozin, dosis 0,5
– 1 mg / kg BB / hari
b) Obat spasmolitik, dll umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrak
beladora, opium loperamia tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat
pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya
untuk mengatasi diare sehingg tidak diberikan lagi.
c) Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas bila
penyebabnya kolera, diberiakn tetrasiklin 25-50 mg / kg BB / hari. Antibiotik juga
diberikan bile terdapat penyakit seperti : OMA, faringitis, bronkitis /
bronkopneumonia.

Anda mungkin juga menyukai