Pendahuluan
Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia
seperti halnya semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas keberadaannya
dan akan berakhir dengan kematian. Perubahan-perubahan pada usia lanjut dan
kemunduran kesehatannya kadang-kadang sukar dibedakan dari kelainan patologi
yang terjadi akibat penyakit. Dalam bidang endokrinologi hampir semua produksi dan
pengeluaran hormon dipengaruhi oleh enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh
proses menjadi tua.
Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya
bervariasi luas dari tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang kadang-
kadang menyerupai penyakit atau perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut.
2. Epidemiologi
Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu yang
berusia lebih dari 65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka ini mencakup
15% populasi pada panti lansia.
3. Etiologi
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur, intoleransi
terhadap glukosa juga meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut diperlukan batas
glukosa darah yang lebih tinggi daripada orang dewasa non usia lanjut.
Pada NIDDM, intoleransi glukosa pada lansia berkaitan dengan obesitas,
aktivitas fisik yang berkurang,kurangnya massa otot, penyakit penyerta,
penggunaaan obat-obatan, disamping karena pada lansia terjadi penurunan sekresi
insulin dan insulin resisten. Lebih dari 50% lansia diatas 60 tahun yang tanpa
keluhan, ditemukan hasil Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal.
Intoleransi glukosa ini masih belum dapat dikatakan sebagai diabetes. Pada usia
lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan insulin terutama pada post reseptor.
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena
mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan
penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum
dapat digolongkan ke dalam dua besar :
a. Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan
fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi
dengan baik).
b. Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum alkohol,
dll.)
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab
terjadinya diabetes mellitus.
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda
dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis.
Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang
sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan
anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari
proses penuaan itu sendiri.
4. Klasifikasi
a. Diabetes melitus tipe I :
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik
melalui proses imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:
1) Mudah terjadi ketoasidosis
2) Pengobatan harus dengan insulin
3) Onset akut
4) Biasanya kurus
5) Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
6) Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
7) Didapatkan antibodi sel islet
8) 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
b. Diabetes melitus tipe II :
Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
Karakteristik DM tipe II :
1) Sukar terjadi ketoasidosis
2) Pengobatan tidak harus dengan insulin
3) Onset lambat
4) Gemuk atau tidak gemuk
5) Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
6) Tidak berhubungan dengan HLA
7) Tidak ada antibodi sel islet
8) 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
9) ± 100% kembar identik terkena
5. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia
umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang
ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau
bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan,
akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi
polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu
pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah
dan saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus
dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan
penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot
(neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan
lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
a. Katarak
b. Glaukoma
c. Retinopati
d. Gatal seluruh badan
e. Pruritus Vulvae
f. Infeksi bakteri kulit
g. Infeksi jamur di kulit
h. Dermatopati
i. Neuropati perifer
j. Neuropati viseral
k. Amiotropi
l. Ulkus Neurotropik
m. Penyakit ginjal
n. Penyakit pembuluh darah perifer
o. Penyakit koroner
p. Penyakit pembuluh darah otak
q. Hipertensi
6. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin
tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap
berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu
oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu
sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin
normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang
kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah
menjadi meningkat
7. Pathway
8. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi
vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah
mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75%
Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan
rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga
meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
b. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan
sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara
fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas
klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan jenis latihan
yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas dengan dampak
rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para pemula. Untuk lansia
dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis
dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan
emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta membantu menurunkan berat badan.
c. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa
secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk
mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
d. Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif
hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk
mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan untuk
membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
e. Pendidikan
1) Diet yang harus dikomsumsi
2) Latihan
3) Penggunaan insulin
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
10. Prognosis
Prognosis DM usia tergantung pada beberapa hal dan tidak selamanya
buruk. Pasien tua dengan tipe II (DMTTI) yang terawat dengan baik prognosisnya
baik. Pada pasien DM yang jatuh dalam koma hipoglikemia prognosisnya kurang
baik.
A. IDENTITAS UMUM
Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 65 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Status : Duda
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA
Alamat : Jalan Randu Pasar III Tandem LK 3 Binjai Utara
Pekerjaan/Riwayat pekerjaan : wiraswasta
Diagnosa Medis/masalah KDM : Diabetes Mellitus
Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. W
Umur : 58 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Randu Pasar III Tandem LK 3 Binjai Utara
Hub dengan klien : Keluarga
B. KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh kedua kakinya terasa kesemutan namun tidak mati rasa.
G. RIWAYAT REKREASI
Klien mengatakan tidak pernah berpergian jauh. Sehari-hari klien menghabiskan waktu
di dalam rumah, klien mengisi waktu luang dengan membersihkan Rumah dan menjaga
sawah.
b Nadi : 70 x/menit
c RR : 22 x/menit
d Suhu : 36,7 C
Inspeksi
Palpasi
3 Kepala
Inspeksi
Palpasi
4 Mata
Inspeksi
f Pupil : Isokor
Palpasi
Inspeksi
Palpasi
Inspeksi
Inspeksi
b Kesimetrisan : -
c Benjolan : -
Perkusi : Redup
Auskultasi
Perkusi : Timpani
1 Muskuloskeletal
5
Inspeksi
Palpasi
1 SSP (N I – XII)
6
a Olfaktori : Fungsi penciuman baik. Klien
masih dapat membedakan bau
b Optikus : Fungsi penglihatan sudah
berkurang. Klien tidak mampu
lagi melihat jarak jauh dengan
jelas
c Okulomotorius : Gerakan bola mata simetris
f Abdusen : Baik
1 Psikososial
2 Sosial Ekonomi
Interpretasi hasil pemeriksaan : Klien Tn. S saat dilakukan pemeriksaan dengan Barthel
Indeks (instrument untuk mengukur kemandirian dalam hal perawatan diri dan mobilitas),
Tn. S memperoleh total skor 130 yang berarti Tn. S dalam kategori mandiri.
SKOR NORTON
Interpretasi/kesimpulan :
Klien Tn. S saat dilakukan pemeriksaan dengan Skala Norton, Tn. S memperoleh total
skor 20 yang berarti Tn. S dalam kategori resiko dekubitus kecil sekali/tak terjadi.
Interpretasi Hasil :
Salah 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Salah 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Salah 8-10 : Kerusakan intelektual berat
Interpretasi/kesimpulan :
Klien Tn. S saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner SPMSQ, Tn. S
menjawab 8 pertanyaan dengan benar dan menjawab 2 pertanyaan dengan salah.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, Tn. S termasuk dalam kategori fungsi intelektual utuh.
2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam)
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
□ Tahun : 2020(benar)
□ Musim : Hujan (benar)
□ Tanggal : 20(benar)
□ Hari: Rabu (benar)
□ Bulan : MEI (benar)
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang
□ Kabupaten Binjai(benar)
□ Kecamatan Binjai Utara (benar)
□ Kelurahan Jati utomo (benar)
□ Dusun Randu (benar)
□ RW 3 (benar)
2 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
obyek. Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga obyek tadi
(untuk disebutkan)
□ Obyek 1 : Rumah (benar)
□ Obyek 2 : Pasar (benar)
□ Obyek 3 : Puskesmas (benar)
3 Perhatian dan 5 0 Minta klien untuk memulai dari
kalkulasi angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali
Klien tidak dapat berhitung
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada no 2 tadi, bila
benar 1 point untuk masing-
masing obyek
□ Obyek 1 : Rumah (benar)
□ Obyek 2 : Pasar (benar)
□ Obyek 3 : Puskesmas (benar)
5 Bahasa 9 9 Tunjukkan pada klien suatu
benda dan tanyakan namanya
pada klien
□ Mengetahui nama : kertas (benar)
Minta pada klien untuk
mengulang kata berikut “tak ada
jika, dan, atau, tetapi”. Bila benar,
nilai 1 poin.
□ Tak ada jika (benar)
□ Dan (benar)
□ Atau (benar)
□ Tetapi (benar)
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri dari 3
langkah : “Ambil kertas di tangan
anda. Lipat dua dan taruh di
lantai”
□ Ambil kertas (benar)
□ Lipat dua (benar)
□ Taruh di lantai (benar)
Interpretasi hasil :
Klien Tn. S saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner MMSE, Tn. S memperoleh total
skor sebanyak 25, Tn. S termasuk dalam kategori aspek kognitif dari fungsi mental baik.
3. Skala depresi
Sesuaikan jawaban klien dengan jawaban yang sesuai pada instrument.
Jawaban yang
No Pertanyaan
sesuai
Apakah anda sebenarnya puas dengan
1 TIDAK
kehidupan anda
Apakah anda telah meninggalkan banyak
2 TIDAK
kegiatan dan minat/kesenangan anda?
Apakah anda merasa kehidupan anda
3 YA
kosong?
4 Apakah anda merasa sering bosan? YA
Apakah anda mempunyai semangat yang
5 ya
baik setiap saat?
Apakah anda merasa takut sesuatu yang
6 YA
buruk akan terjadi pada anda?
Apakah anda merasa bahagia untuk
7 ya
sebagian besar hidup anda?
Jawaban yang
No Pertanyaan
sesuai
Apakah anda merasa sering tidak
8 YA
berdaya?
Apakah anda lebih sering di rumah
9 daripada pergi keluar dan mengerjakan YA
sesuatu hal yang baru?
Apakah anda merasa mempunyai banyak
10 masalah dengan daya ingat anda YA
dibandingkan kebanyakan orang?
Apakah anda pikir bahwa hidup anda
11 TIDAK
sekarang menyenangkan?
Apakah anda merasa tidak berharga
12 TIDAK
seperti perasaan anda saat ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? TIDAK
Apakah anda merasa bahwa keadaan
14 TIDAK
anda tidak ada harapan?
Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih
15 YA
baik keadaannya dari pada anda?
Total score 2
Interpretasi/kesimpulan :
Klien Tn. S saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner Skala Depresi, Tn.S memperoleh
total skor sejumlah 2 sehingga Tn. S dapat dikategorikan dalam kategori tidak depresi.
2 Pemenuhan cairan
6 Pola aktifitas
O. PROGRAM TERAPI
P. ANALISA DATA
Parestesia
Kamis DS : Hiperglikemi (DM) Keletihan
21/05/20 Klien mengatakan (00090)
11.20 sejak 3 bulan yang lalu
mempunyai keluhan cepat
merasa lelah saat
beraktivitas.
DO : Gluko
Indeks KATZ Klien Tn sa intrasel
S termasuk dalam kategori menurun
mandiri dalam makan,
kontinensia (BAB dan Proses
BAK), menggunakan pembentukan
pakaian, mandi, pergi ke ATP/energi
toilet dan berpindah. terganggu
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 23 x/menit Kelesuan
fisiologis
Keletihan
Kamis DS: Hiperglikemi (DM) Resiko
21/05/20 - Klien mengatakan fungsi Cedera
11.30 penglihatannya sudah (00035)
berkurang, sudah tidak
mampu lagi melihat jarak
jauh dengan jelas, dan
menggunakan alat bantu Komp
kaca mata untuk likasi vaskuler
membaca.
- Klien mengeluh kakinya
kesemutan tapi tidak mati
rasa. Mikro vaskuler
- Klien mengatakan
jarang memakai alas kaki. Retinopati
DO :
- Lingkungan tempat
tinggal Tn. S bersih, jalan Penglihatan
rata namun agak licin tidak jelas
karena berlumut, tidak
ada sampah berserakan, Gangguan sensasi
kamar tidur klien tampak
rapi, lantai rumah dari
keramik, lantai kamar
mandi agak licin dan tidak
ada pegangan dinding,
penerangan di rumah Tn.
S cukup terang pada siang
karena terdapat jendela
dan ventilasi yang dibuka
setiap pagi dan pada
malam hari lampu
penerangan cukup terang
namun penerangan di
kamar mandi agak redup.
- Klien mampu bergerak
dengan bebas.
- Ada tremor.
- Barthel Indeks Tn. S
memperoleh total skor
130 yang berarti Tn. S
dalam kategori mandiri.
Jum’at DS : Ketidak-
23/05/20 - Klien mengatakan masih Kurangnya efektifan
13.10 suka makan gorengan dan informasi tentang manajemen
makanan bersantan dan penyakit kesehatan
minum yang manis. (00078)
- Klien mengatakan
mengetahui menderita Kurang
penyakit DM dan pengetahuan
kolesterol tinggi sejak 5 tentang program
tahun yang lalu. Selama 5 terapeutik
tahun klien tidak rutin
minum obat untuk DM dan
kolesterol, klien juga tidak
mengatur pola makannya,
klien masih
mengkonsumsi banyak
gula dan makanan
berminyak.
DO :
- GDS = 251 mg/dl,
kolesterol = 386 mg/dl.
- Terdapat parestesia dan
retinopati diabetik.
- SPMSQ : Tn S termasuk
dalam kategori kerusakan
intelektual ringan.
- MMSE : Tn S termasuk
dalam kategori kerusakan
aspek fungsi mental
ringan.
- Skala Depresi : Tn. S
dapat dikategorikan dalam
kategori kemungkinan
depresi.
S. INTERVENSI KEPERAWATAN
U. EVALUASI KEPERAWATAN
F. Evaluasi
1. EvaluasiPersiapan
3. Evaluasi Hasil
a. Menjelaskan pengertian DM
b. Menyebutkan penyebab DM
e. Menyebutkan komplikasi DM
Materi
DIABETES MELLITUS
A. Pengertian
1. Diabetes tipe I
Diabetes tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor
genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan diperkirakan turut menimbulkan destruksi
sel beta.Faktor-faktor genetik. Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu kecenderungan atau predisposisi genetik ke arah terjadinya diabetes
tipe I. kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA(human
leucocyt antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplantasi dan proses imun lainnya. Resiko terjadinya diabetes tipe I meningkat
tiga hingga lima kali lipat pada individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLLA
tersebut.
Faktor-faktor imunologi. Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
otoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi pada jaringan tersebut yang dianggapnnya seolah-olah
jaringan asing. Factor-faktor lingkungan. Adanya faktor eksternal yang dapat memicu proses
otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta. (Irawan Susilo Imim, dkk, 2000)
2. Diabetes tipe II
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan
proses terjadinya diabetes melitus II.
C. Tanda danGejala DM
a. Berat badan menurun
b. Banyak makan banyak minum
c. Banyak kencing
b. Luka sulit sembuh
c. Cepat lelah & mengantuk
d. Kesemutan pada jari
e. Penglihatan kabur
D. Resiko terkena DM
a. Anak-anak
b. Remaja
c. Orang tua
d. Obesitas
E. Komplikasi DM
a. Penyakit jantung, Penyakit stroke
b. Kerusakan ginjal
c. Infeksi pada kulit
d. Kebutaan
F.Pengobatan dan Pencegahan DM
1. Mengatur makanan yang sehat
2. Menjalani pemeriksaan gula darah
3. Berolahraga secara teratur
4. Menjaga keseimbangan berat badan
5. Menggunakan obat sesuai anjuran dokter
Ø Pagi
Roti 2 iris
Margarin ½ sdm
Telur 1 butir
Ø Pukul 10.00 WIB
Pisang 1 buah
Ø Siang
Nasi 9 sdm
Udang 5 ekor
Tahu 1 potong
Minyak+kelapaparut 1 potong
Sayuran 1 mangkuk
Buahjeruk 1 buah
Ø Malam
Nasi sdm
Kacangmerah 1 potong
Apelmalang bebas
Ayam 1 potong
Mengetahui, Mahasiswa
Pembimbing
Praktik Keperawatan Gerontik Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan
Nilai
No Aspek yang dinilai Bobot Ket.
(1-100)
Membuat laporan pendahuluan (latar belakang, rencana
1 30
keperawatan, strategi pelaksanaan)
2 15
Menyampaikan rencana asuhan keperawatan
3 15
Menyampaikan hasil asuhan keperawatan
Ju m lah 100
A. PENGKAJIAN
1. Menetapkan Data Dasar yang Lengkap 10
a. Menggunakan sumber data yang sesuai
b. Menggunakan metode pengumpulan data yang sesuai
c. Mengumpulkan data yang berorientasi pada masalah dengan
menggunakan indikator
d. Menggali persepsi lansia terhadap masalah kesehatan
e. Mengkaji kemampuan lansia tentang kesehatan dan
pelayanan kesehatan sesuai dengan konsep dasar atau teori.
f. Mencatat data dasar secara sistematis, ringkas dan akurat.
2. Analisa Data
a. Menganalisa hubungan antar faktor yang terkait dengan
pengetahuan dan kemampuan lansia tentang kesehatan 5
b. Mengidentifikasi pola dan kesenjangan antara hasil
pengkajian dengan kemampuan yang dimiliki lansia tentang
kesehatan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Menentapkan diagnose keperawatan lansia berdasarkan :
- Data yang valid/akurat
- Mengolah data pendukung dengan tepat 10
b. Menyesuaikan diagnose keperawatan sesuai dengan data yang
didapat
c. Mencatat diagnose keperawatan lansia secara sistematis, ringkas
dan akurat.
C. PERENCANAAN
1. Melibatkan lansia dalam membuat rencana keperawatan
2. Merumuskan tujuan dengan spesifik, dapat diukur, relevan, batas
waktu 20
3. Sasaran dan tujuan diarahkan pada pencapaian kemandirian
lansia
4. Mengidentifikasi intervensi keperawatan yang sesuai
5. Menetapkan kriteria dan standar evaluasi
D. PELAKSANAAN
1. Memberdayakan lansia dalam melaksanakan intervensi
keperawatan
2. Menggunakan teknik yang tepat dalam melaksanakan intervensi
keperawatan
40
3. Menggunakan strategi pendidikan kesehatan
4. Mendemonstrasikan keterampilan komunikasi efektif
5. Mendiskusikan kesehatan lansia dan pelayanan kesehatan lansia
6. Berfungsi sebagai fasilitator dalam pelayanan kesehatan
7. Mencatat intevensi keperawatan sesuai masalah keperawatan
lansia secara sistematis, ringkas dan akurat
E. EVALUASI 15
1. Melibatkan lansia dalam mengevaluasi asuhan keperawatan
lansia
2. Mengevaluasi asuhan keperawatan dengan menggunakan criteria
dan standar evaluasi
3. Memodifikasi prioritas sasaran, tujuan dan intervensi
keperawatan sesuai hasil evaluasi
4. Mencatat hasil evaluasi dan perbaikan secara sistematis, ringkas
dan akurat
JUMLAH 100
Meda
n, 21 Mei 2020
D
osen Pembimbing
NIM : P07520117085
Tingkat/Semester : III-B/ VI
Pembimbing
Kriteria Penilaian :
79 – 100 =A
69 – 78 =B
56 – 68 =C
49 – 55 =D
< 55 =E
Pembimbing
Natanael Saragih 2
Nathasya Puteri Adelina
Simangunsong 3
Noveliana Sihite 8
Merisa Situmorang 5
Lanjutan memberikan
arahan asuhan Nadia Yolanda Hutabarat 1
keperawatan dari
implementasi sampai
dengan evaluasi Natanael Saragih 2
Nathasya Puteri Adelina
Simangunsong 3
Noveliana Sihite 8
21/05/202 Arahan untuk menyiapkan
0 keseluruhan laporan yntyk Nadia Yolanda Hutabarat
ujian
Natanael Saragih
Nathasya Puteri Adelina
Simangunsong
Merisa Situmorang
Noveliana Sihite
22/05/202 Melakukan implementasi
0 askep melalui video
call,video,whasthap group Nadia Yolanda Hutabarat
Natanael Saragih
Noveliana Sihite
23/05/202 Mengumpulkan laporan
0 hasil pkk gerontik Nadia Yolanda Hutabarat
Natanael Saragih
Merisa Situmorang
Noveliana Sihite
Medan, Mei 2020
Dosen Pembimbing,
B.
B.
B.
B.
B.
B.
B.
B.
B.
B.
B.
B.
B.
B.
B.
B.
B.
B.
B.
B.
B.
B.
B.
Penyuluhan Pada Lansia