Puji syukur saya ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya,sehingga saya dapat menyelesaikan makalah.
Shalawat beriring salam tak lupa saya sampaikan kepada Nabi Muhamad SAW yang telah
menerangi semua umat di muka bumi ini dengan cahaya kebenaran.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu dalam
penyelesaian penyusunan makalah ini.Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih
terdapat berbagai kekurangan dan kesalahan,baik dari segi isi maupun dari segi bahasa.Untuk
itu,saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif untuk
menyempurnakan makalah ini.
Saya berharap agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.Aamiin.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
Diabetes melitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai
dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan
insulin baik absolut maupun relative (Hasdianah,2012).Diabetes merupakan suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan insulin atau insulin yang diproduksi tidak dapat bekerjasebagaimana
mestinya. Dalam metabolism tubuh, insulin bertugas memasukan glukosa ke dalam sel
sehingga dapat dihasilkan energy (tenaga). Insulin ini adalah suatu zat atau hormone yang
dikeluarkan oleh sel beta di pankreas. Jika insulin tidak diprosuksi atau tidak dapat bekerja
sebagaimana mestinya, maka glukosa tidak dapat masuk sel, akibatnya glukosa akan tetap
didalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah akan meningkat melebihi
kadar normal (Subiyanto, 2010).
B. Etiologi
Menurut Huda (2015) terdapat beberapa macam etiologi dari diabetes mellitus tergantung
dari tipe diabetes melitus, diantaranya:
1) Diabetes Mellitus Tipe I
yaitu diabetes mellitus yang bergantung pada insulin ditandai dengan penghancuran
sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :
Faktor genetik/Herediter, Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu
sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe I.
Faktor imunologi (autoimun)
Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan estruksi beta.
2) Diabetes Mellitus tipe II
yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung pada insulin. diabetes mellitus tipe II
terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat
penurunan produksi insulin.Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya
diabetes tipe II adalah sebagai brikut : usia, obesitas, riwayat dan keluarga.
Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diabetes mellitus adalah:
1) Akut
Hipoglikemia dan hiperglikemia
Penyakit makrovaskuler: mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner, (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,nefropati.
Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler.
2) Komplikasi menahun diabetes mellitus
Neuropati diabetik
Retinopati diabetik
Nefropati diabetik
Proteinuria
Kelainan koroner
Ukus gangrene
C. Klasifikasi
2) Diabetes Melitus tipe tipe 2 (Diabetes Melitus tidak tergantung pada insulin) Diabetes
Melitus tipe 2 ini disebabkan insulin yang berada didalam tubuh tidak bekerja dengan
baik, bisa meningkat bahkan menurun , Diabetes tipe ini umum terjadi dikarenakan
oleh faktor resikonya yaitu malas olahraga dan obesitas, faktor yang mempengaruhi
Diabetes yaitu riwayat keluarga obesitas, gaya hidup dan usia yang lebih 65 tahun
memiliki resiko tinggi (Muhlisin, 2015).
D. Patofisiologi
DM Tipe I DM Tipe II
sekresi insulin
Resistensi
gangguan
pankreas
insulin,
Defisiensi insulin
Penurunan
pemakaian glukosa
oleh sel
GANGGUAN Terjadi ulkus
INTEGRITAS
KULIT
Hiperglikemia
Luka sukar
sembuh
Trauma Glycosuria
infeksi
Jaringan Mikrovaskuler
terjauh tubuh
Penyempitan
pembuluh
Suplay darah & darah
oksigen ke jaringan
perifer menurun Gangguan
sirkulasi
Bagan 2.1: Diabetes Melitus
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis utama DM berupa:
1) Kadar gula darah meningkat
Dikarenakan kerusakan sel betha pankreas yang mengakibatkan insulin tidak dapat
diproduksi dengan demikian gula darah tidak dapat masuk dalam sel sehingga terjadi
penumpukan gula darah atau disebut juga dengan Hiperglikemia (Semiardji, 2012).
2) Poliuria
Disebut juga dengan kencing yang berlebihan disebabkan karena kadar gula darah
tidat dapat masuk dalam sel dan terjadi penumpukan gula dalam darah
(Hiperglikemia) maka ginjal akan bekerja untuk menskresi glukosa kedalam urin yang
mengakibatkan dieresis osmotik yang memicu gangguan sering berkemih (Laniwati,
2012).
Menurut Hasdianah (2012) Manifestasi lain yang berlangsung berlahan dari beberapa hari
hingga beberapa minggu yaitu:
Rasa tebal dikulit
Kesemutan
Gatal
Mata kabur
Mudah mengantuk
Kulit terasa panas atau seperti di tusuk-tusuk jarum
F. Penatalaksanaan
2) Latihan Fisik
Manfaat latihan fisik bagi penderita Diabetes Melitus :
Dapat meningkatkan kepekaan insulin, apabila dilakukan 1 jam setelah makan.
Memperbaiki pembuluh darah perifer dan memperlancar suplai oksigen.
Dapat merangsang glikogen baru, karena kadar glukosa otot dan hati
berkurang.
Pembakaran asam lemak lebih baik karena kolestrol dan trigliserida menurun
(Suyono, 2010).
3) Terapi gizi
Menurut Brunner & Suddarth tahun 2012, Prinsip pengaturan gizi pada Diabetes
Melitus adalah pada gizi seimbang serta pengaturan jumlah kalori, jenis makanan
yang dianjurkan seperti :
Karbohidrat
Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks
(khususnya yang berserat tinggi) seperti roti, gandum utuh, nasi beras tumbuk,
sereal dan pasta/mie yang berasal dari gandum yang masih mengandung
bekatul. Karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang
tidak berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam sayuran atau makanan
lain daripada dikonsumsi secara terpisah.
Lemak
Asupan lemak yang dianjurkan sekitar 20-25% dari total kebutuhan Kalori.
Lemak jenuh<7% dari kebutuhan Kalori.
Protein
Makanan sumber protein nabati misal : kacang-kacangan dan biji-bijian yang
utuh dapat membantu mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh.
Serat
Dianjurkan makan makanan dengan serat yang tinggi dalam 1000kkl/hari serat
mencapai 25g.
4) Farmakoterapi
Digunakan jika dalam upaya-upaya lain tidak dapat menyeimbangkan kadar gula
darah penderita dapat mengguanakan obat-obatan golongan hipoglikemik dalam
mengatur keseimbangan glukosa.
G. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan didapatkan adanya glukosa urine/pemeriksaan dilakukan dengan
cara benedict(reduksi).
2) Kadar glukosa darah
Pemeriksaan darah meliputi : pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) nilai normal
100-126 mg/dl, gula darah puasa 70-<100 mg/dl. Dan gula darah 2 jam post pradial
<180 mg/dl (Subekti, 2012).
3) Pemeriksaan fungsi tiroid
Pemeriksaan aktifitas hormon tiroid meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan
insulin (Srihartini, 2014).
H. Asuhan keperawatan
Pengkajian
Pengumpulan data antara lain meliputi :
1) Biodata
Informasi yang harus ditanyakan meliputi (nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, alamat, agama suku, pendidikan, pekerjaan, status, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnosa medis (Purwaningsih, 2012).
2) Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian pertama kalinya klien
mengalami nyeri, perdarahan, kemerahan, dan hematoma dengan di Diaknosa
Diabetes Melitus serta adanya luka yang lama sembuh sampai membusuk dan
berbau (Susilowati, 2014).
Riwayat kesehatan sekarang
Data yang berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya dan apa
saja upaya yang dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya (Purwaningsih,
2012).
Riwayat penyakit dahulu
Berisi tentang riwayat penyakit Diabetes Melitus atau penyakit-penyakit lainya
seperti penyakit pankreas (Kasron, 2012).
Riwayat kesehatan keluarga
Adanya anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit Diabetes Melitus
karena Diabetes melitus merupakan penyakit yang dapat diturunkan (Kasron,
2012).
Riwayat psikososial
Berisi tentang riwayat adanya pasien stres fisik maupun emosional karena
dengan adanya stres dapat mempengaruhi peningkatan hormon stres seperti
kortisol, epinefrin, glukagon yang menyebabkan kadar gula darah meningkat
(Purwaningsih, 2012).
Pola aktifitas dan latihan
Berisi tentang gambaran aktifitas sehari-hari seperti fungsi pernafasan dan
sirkulasi, pada pasien Diabetes Melitus yang mengalami luka pada kaki atau
tungkai bawah penderita akan tidak mampu melakukan aktifitas sehari-hari
secara normal dan penderita akan merasakan mudah lelah (Purwaningsih,
2012).
Status kesehatan umum
Berisi tentang keadaan penderita, kesadaran, tanda-tanda vital, gula darah jika
didapatkan hipoglikemia gejala yang muncul pasien akan mengalami takikardi,
palpitasi,namun jika sebaliknya pasien mengalami hiperglikemia pasien akan
mengalami neuropati diabetikum, dan harus dilihat dari bentuk badan karena
penderita Diabetes Melitus cenderung mengalami penurunan berat badan
(Kasron, 2012).
Pola metabolic nutrisi
Pada penderita Diabetes Melitus cenderung mengalami peningkatan nafsu
makan tetapi berat badan akan semakin turun, karena glukosa didalam darah
tidak bisa dihantar oleh insulin ke sel-sel tubuh sehingga sel mengalami
penurunan massa. Pada pengkajian intake cairan terkaji sebanyak 2500-4000
cc/hari (Kasron, 2012).
Pola eliminasi
Berisi data tentang eliminasi dan BAB, jumlah urin yang banyak dijumpai baik
volume maupun frekuensi pada frekuensi biasa lebih dari 10 x /hari dengan
volume mencapai 2500-3000cc /hari. Untuk warna tidak berubah dan untuk
bau terdapat unsure aroma gula (Purwaningsih, 2012).
Pola tidur dan istirahat
Penderita Diabetes Melitus akan mengalami perubahan pola tidur karena
terjadi (poliuria) penderita akan sering kencing pada malam hari yang
mengakibatkan terganggunya pola tidur dan istirahat pasien (Purwaningsih,
2012).
Pola konsep diri
Penurunan harga diri yang dialami penderita Diabetes Melitus dikarenakan
mengalami perubahan fungsi dan struktur tubuh, lamanya perawatan,
banyaknya biaya yang dikeluarkan, serta pengobatan mengakibatkan klien
mengalami gangguan peran pada keluarga dan menimbulkan kecemasan
(Kasron, 2012).
Pola nilai keyakinan
Untuk menemukan bagaimana tenaga kesehatan yang menangani kasus
Diabetes Melitus dalam memberikan motivasi dan dukungan pada penderita
(Susilowati, 2014).
3) Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Penderita Diabetes akan mengalami peningkatan tekanan
darah karena adanya gangguan penanganan insulin
Nadi : Kaji adanya sirkulasi yang adekuat pada klien Diabetes Melitus akan
terjadi bradikardia atau takikardi.
Pernafasan : adanya frekuensi pernafasan yang meningkat nafas dalam atau
hiperventilasi (bila terjadi gangguan asam basa/asidosis metabolic akibat
penumpukan benda keton dalam tubuh ).
Suhu : pada penderita Diabetes Melitus suhu normal berkisaran 36,5- 37,5 o C
(Kasron, 2012).
c. Mata
Inspeksi: kaji reflek cahaya konjungtiva anemis atau tidak, penglihatan kabur
atau tidak, dan kesimetrisan bola mata.
Palpasi: kaji ada tidaknya nyeri tekan (Rohman& Walid, 2011 ).
d. Hidung
inspeksi: kaji bentuk hidung, lubang hidung, persebaran warna kulit,
kesimetrisan dan adanya pernafasan cuping hidung.
Palpasi: kaji ada tidaknya nyeri tekan pada sinus (Susilowati, 2014).
e. Mulut
Inspeksi: kaji mukosa bibir, lidah terasa tebal, gigi mudah goyah, terdapat
caries dentis, ada tidaknya perdarahan pada gusi, dan apakah adanya
peradangan pada tonsil.
Palpasi: kaji reflek menghisap dan menelan (Purwaningsih, 2012).
f. Telinga
Inspeksi: kaji ada tidaknya serumen, kesimetrisan dan kebersihan telinga.
Palpasi: ada tidaknya nyeri tekan pada tragus (Rohman& Walid, 2011).
g. Leher
h. Paru-paru
Inspeksi: persebaran warna kulit, kesimetrisan dada, warna kulit, bentuk, nyeri
dada, dan pergerakan dinding dada.
Palpasi: kaji getaran taktil fremitus
Perkusi: suara pekak pada paru jika paru terisi cairan.
Auskultasi: adanya suara nafas tambahan (Sudart, 2012).
i. Jantung
Inspeksi: kaji adanya ictus kordis, detak pulmonal merupakan detak jantung
yang apabila teraba pada BJ 2 maka dikataka normal.
Perkusi: suara jantung terdengar pekak.
Auskultasi: nada S1 S2 dan lub dup (Kasron, 2012).
j. Abdomen
Inspeksi: kaji persebaran warna kulit,ada tidaknya bekas luka dan bentuk
abdomen.
Auskultasi: peristaltik usus, bising usus terdengar 5-30x menit.
Perkusi: terdengar suara timpani kaji adanya asites.
Palpasi: kaji ada tidaknya pembesaran hepar kaji ada tidaknya nyeri tekan
(Rohman& Walid, 2011).
k. Extremitas
Inspeksi: kaji persebaran warna kulit, turgor kulit kembali <2 detik, akral
hangat, sianosis, produksi keringat (menurun atau tidak) pada penderita
Diabetes dilihat adanya luka pada extremitas, kedalaman luka, luas luka,
adanya nekrosis (jaringan mati atau tidak ) adanya edema, adanya pus dan bau
luka.
Palpasi: kaji kekuatan otot ada tidaknya piting edema (Purwaningsih, 2012).
Sedangkan pemeriksaan fisik pada pasien diabetes Melitus (DM) lebih terkon-sentrasi
pada Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu indikator
status gizi berdasarkan indeks berat badan dan tinggi badan. Penderita diabetes mellitus
adalah salah satu kelompok penderita yang berisiko mengalami penurunan indeks massa
tubuh karena adanya gangguan metabolisme zat gizi. Indeks massa tubuh yang tinggi
merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kejadian diabetes (Abadi&Tahiruddin
2020).
Upaya penanganan penderita DM atau pemeriksaan fisik berkala perlu menjadi fokus
utama dalam proses penyembuhan pasien dengan cara
1) melakukan monitoring terhadap IMT, karena status gizi indeks IMT dari individu
dengan penyakit DM akan berkontribusi terhadap pencegahan, dan perjalanan
penyakit, diharapkan dengan diketahuinya status IMT penderita DM, maka akan
berguna bagi generasi selanjutnya untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit DM
dengan menjaga IMT tetap dalam kategori normal.
2) IMT sangat diperlukan untuk pasien DM Tipe II oleh karena itu pada pasien DM
diperlukan memantau status gizinya, karena itu pasien DM Tipe II dihitung berat
badanya dan tinggi badannya agar ideal menurut rumus IMT dan hasil nya
disesuaikan dengan standar yang ditentukan.
3) Untuk menghitung IMT perlu mengukur berat badan dan tinggi badan. untuk itu
gunakan alat timbangan dan pengukur tinggi badan. Berat badan dinyatakan dalam
satuan meter. Data tinggi badan kemudian dikuadratkan.
4) Nilai IMT menunjukan berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk.
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk yang berumur lebih dari 18 tahun. IMT tidak
dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO atau WHO (2007), yang
membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang
normal untuk laki-laki adalah 20,1 - 25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7 – 23,8. Untuk
kepentingan pemantauan tingkat defisiensi kalori dan kegemukan, FAO atau WHO
menyarankan untuk memakai satu batas ambang tersebut telah disesuaikan lagi.
J. Masalah Keperawatan
Diagnosa keperawatan
Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan neuropati perifer, suhu lingkungan yang
ekstrim Gangguan Integritas Kulit ditandai dengan, perubahan pigmentasi, faktor mekanik,
imobilitas, dan penurunan sensabilitas.
Batasan karakteristik
Batasan mayor:
Gangguan perfusi jaringan perifer
Batasan minor:
9.Bersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih non
toksik
10.Bersihkan 10.Agar
jaringan nekrotik mempercepat
tumbuhnya jaringan
11. Berikan salep baru
yang sesuai 11.Sebagai antibiotic
kekulit/lesi,jika dan mempercepat
perlu tumbuhnya jaringan
baru
13.Pertahankan 13.Mencegah
tehnik steril pada terjadinya
saat perawatan luka infeksi
14.Ganti
balutan sesuai 14.Mencegah
jumlah exsudat dan berkembangny
drainase a bakteri
15.Edukasi 15.Mencegah
perawatan kulit terjadinya lesi
pada kulit
dan mengontrol
kelembapan kulit
17.Edukasi pola
perilaku
kebersihan 17.Menjaga
kebersihan tubuh
dan mencegah
18.Edukasi 5 pilar terjadinya infeksi
DM
18.Menjaga
kesetabilan kadar
19.Kolaborasi gula darah
dengan dokter dan
ahli gizi dalam 19.Agar
pemberian terapi mempercepat
dan diit penyembuhan luka
20.Pemeriksaan
gula darah 20.Untuk
mengetahui nilai
kadar gula darah
L. Implementasi
Adalah tindakan keperawatan dari sebuah perencanaan yang langsung diberikan
kepada penderita. Tindakan keperawatan dibagi menjadi dua macam yaitu tindakan
(dependen) atau disebut juga kolaborasi, tindakan kolaborasi adalah tindakan yang
berdasarkan hasil keputusan bersama, yang kedua tindakan (independen) disebut
juga dengan tindakan mandiri (Wartonah, 2012). Dalam penelitian ini penulis
menggunakan implementasi keperawatan sebagai perencanaan yang sudah di
tentukan pada klien Diabetes Melitus dengan Gangguan Integritas Kulit.
M. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah sebuah tindakan keperawatan yang terahir untuk mengetahui antara
intervensi hasil dari asuhan keprawatan yang telah diberikan (Nikmatur& Saiful, 2012).
Dengan tujuan membandingkan dan hasil implementasi keperawatan. Pada klien Diabetes
Melitus diharapkan menunjukan hasil yang semakin baik dengan ciri-ciri :
1) Perfusi jaringan meningkat(warna luka, sensabilitas baik)
2) Perdarahan sedang
3) Kemerahan sedang
4) Hematoma menurun
5) Nekrosis menurun
6) Suhu kulit membaik
7) Sensasi meningkat
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme
kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi
insulin.
Kedua penyakit yang dijelaskan tersebut merupakan beberapa dari banyak jenis
gangguan pada sistem pencernaan. Karena telah menyangkut pada sistem pencernaan maka
perlu dilakukan pencegahan, praktik anamnesa, pemeriksaan fisik, maupun diagnostic, dan
masalah kepereawatan, rencana hingga implemen-tasi keperawatan perlu dikaji untuk dapat
mencegah gangguan penyakit ini dari tubuh.
B.Saran dan Rekomendasi
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan makalah ini dan
menggunakan sumber sumber yang relevan agar dapat dijadikan acuan bagi penulis atau
pihak lainnya, namun terdapat keterbatasan lingkup materi yang disampaikan untuk itu
diharapkan kepada pihak lain untuk dapat mencari sumber relevan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.wima.ac.id/id/eprint/23274/2/BAB%201.pdf
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/532/1/HASRIANI.pdf
http://repository.stikespantiwaluya.ac.id/448/2/STIKESPW_Muhammad%20Sholikan_fulltext.pdf