Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya,sehingga saya dapat menyelesaikan makalah.
Shalawat beriring salam tak lupa saya sampaikan kepada Nabi Muhamad SAW yang telah
menerangi semua umat di muka bumi ini dengan cahaya kebenaran.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu dalam
penyelesaian penyusunan makalah ini.Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih
terdapat berbagai kekurangan dan kesalahan,baik dari segi isi maupun dari segi bahasa.Untuk
itu,saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif untuk
menyempurnakan makalah ini.
Saya berharap agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.Aamiin.

Balikpapan, 24 September 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia


yang terjadi akibat adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Perkeni,
2015). Menurut American Diabetes Association (2020), penyakit DM dapat diklasifikasikan
menjadi 4 (empat) tipe yaitu: DM tipe 1, DM tipe 2, DM Gestasional, dan jenis diabetes
spesifik yang muncul sebagai hasil dari penyakit lain (diabetes neonatal, penyakit pada
pankreas eksokrin seperti fibriosis kistik dan pankreatitis, dan induksi obat atau bahan kimia
atau setelah transplantasi organ). betes Mellitus tipe 1 terjadi akibat adanya reaksi autoimun
yang menyebabkan kerusakan sel beta pankreas dan berdampak pada penurunan produksi
insulin. Berbeda dengan DM Tipe 1, pada Diabetes Mellitus tipe 2 produksi dan kadar insulin
dalam tubuh masih normal akan tetapi kondisi hiperglikemia terjadi akibat sel tubuh yang
kurang sensitif terhadap hormon insulin. Penurunan sensitivitas sel tubuh terhadap insulin
dikenal dengan istilah resistensi insulin yang secara kronis menyebabkan gangguan dalam
stimulasi transporter glukosa sehingga uptake glukosa darah menjadi menurun. DM
gestasional adalah permasalahan pada wanita yang mengalami resistensi terhadap insulin dan
terjadi pertama kali pada saat masa kehamilan. DM adalah salah satu permasalahan kesehatan
masyarakat yang penting dan menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular yang
menjadi prioritas pemerintah. Menurut WHO, jumlah kasus dan prevalensi DM terus
meningkat selama beberapa dekade terakhir khususnya Diabetes Mellitus tipe 2 (WHO,
2018).
Tujuan dari penatalaksanaan DM adalah untuk mencapai 2 target utama yaitu menjaga gula
darah agar tetap normal dan mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi.
Menurut American Diabetes Association (ADA) di Tahun 2020, pengobatan lini pertama untuk
pasien dengan DM adalah melalui terapi non farmakologi yaitu dengan cara motivasi untuk
perubahan gaya hidup seperti penurunan berat badan,kebiasan makan, dan juga peningkatan
aktivitas sebagai lini pertama.Apabila perubahan gaya hidup masih belum mampu mengontrol
kadar gula darah pasien secara signifikan, maka perlu dikombinasikan dengan terapi farmakologi
dengan penggunaan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan yang dapat diberikan
secara tunggal atau kombinasi (Ostawal et al., 2016; Perkeni, 2015).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Diabetes Melitus


A. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes melitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai
dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan
insulin baik absolut maupun relative (Hasdianah,2012).Diabetes merupakan suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan insulin atau insulin yang diproduksi tidak dapat bekerjasebagaimana
mestinya. Dalam metabolism tubuh, insulin bertugas memasukan glukosa ke dalam sel
sehingga dapat dihasilkan energy (tenaga). Insulin ini adalah suatu zat atau hormone yang
dikeluarkan oleh sel beta di pankreas. Jika insulin tidak diprosuksi atau tidak dapat bekerja
sebagaimana mestinya, maka glukosa tidak dapat masuk sel, akibatnya glukosa akan tetap
didalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah akan meningkat melebihi
kadar normal (Subiyanto, 2010).
B. Etiologi

Menurut Huda (2015) terdapat beberapa macam etiologi dari diabetes mellitus tergantung
dari tipe diabetes melitus, diantaranya:
1) Diabetes Mellitus Tipe I
yaitu diabetes mellitus yang bergantung pada insulin ditandai dengan penghancuran
sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :
 Faktor genetik/Herediter, Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu
sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe I.
 Faktor imunologi (autoimun)
 Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan estruksi beta.
2) Diabetes Mellitus tipe II
yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung pada insulin. diabetes mellitus tipe II
terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat
penurunan produksi insulin.Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya
diabetes tipe II adalah sebagai brikut : usia, obesitas, riwayat dan keluarga.

Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus


Rendy & Margareth (2012) seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus apabila
menderita dua dari tiga gejalan yaitu:
1) Keluhan TRIAS: Banyak minum, banyak kencing dan penurunan berat badan.
2) Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3) Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl Keluhan yang
sering terjadi pada penderita diabetes mellitus adalah: Poliuria, polidipsia, polifagia,
berat badan menurun, lemah, kesemutan, gatal, visus menurun, bisul/ luka, keputihan.

Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diabetes mellitus adalah:
1) Akut
 Hipoglikemia dan hiperglikemia
 Penyakit makrovaskuler: mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner, (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
 Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,nefropati.
Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler.
2) Komplikasi menahun diabetes mellitus
 Neuropati diabetik
 Retinopati diabetik
 Nefropati diabetik
 Proteinuria
 Kelainan koroner
 Ukus gangrene

C. Klasifikasi

Diabetes Melitus dibagi menjadi 2 tipe yaitu:

1) Diabetes Melitus tipe 1 (Diabetes tergantung pada insulin)


Diabetes Melitus tipe 1 terjadi akibat kerusakan dari sel beta pankreas sehingga tubuh
mengalami kekurangan insulin,sehingga penderita Diabetes tipe 1 akan
ketergantungan insuli seumur hidup, Diabetes Melitus tipe 1 disebabkan oleh faktor
genetik (keturunan) faktor imunologik dan faktor lingkungan (Hardianah, 2013).

2) Diabetes Melitus tipe tipe 2 (Diabetes Melitus tidak tergantung pada insulin) Diabetes
Melitus tipe 2 ini disebabkan insulin yang berada didalam tubuh tidak bekerja dengan
baik, bisa meningkat bahkan menurun , Diabetes tipe ini umum terjadi dikarenakan
oleh faktor resikonya yaitu malas olahraga dan obesitas, faktor yang mempengaruhi
Diabetes yaitu riwayat keluarga obesitas, gaya hidup dan usia yang lebih 65 tahun
memiliki resiko tinggi (Muhlisin, 2015).

D. Patofisiologi
DM Tipe I DM Tipe II

Genetik, Reaksi auto Ideopatik, Usia, Gaya hidup


imun

Kerusakan sel beta

sekresi insulin

Resistensi
gangguan
pankreas

insulin,
Defisiensi insulin

Penurunan
pemakaian glukosa
oleh sel
GANGGUAN Terjadi ulkus
INTEGRITAS
KULIT
Hiperglikemia

Luka sukar
sembuh

Trauma Glycosuria
infeksi

Jaringan Mikrovaskuler
terjauh tubuh

Penyempitan
pembuluh
Suplay darah & darah
oksigen ke jaringan
perifer menurun Gangguan
sirkulasi
Bagan 2.1: Diabetes Melitus

(Sumber: Fady, 2015)

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis utama DM berupa:
1) Kadar gula darah meningkat
Dikarenakan kerusakan sel betha pankreas yang mengakibatkan insulin tidak dapat
diproduksi dengan demikian gula darah tidak dapat masuk dalam sel sehingga terjadi
penumpukan gula darah atau disebut juga dengan Hiperglikemia (Semiardji, 2012).

2) Poliuria
Disebut juga dengan kencing yang berlebihan disebabkan karena kadar gula darah
tidat dapat masuk dalam sel dan terjadi penumpukan gula dalam darah
(Hiperglikemia) maka ginjal akan bekerja untuk menskresi glukosa kedalam urin yang
mengakibatkan dieresis osmotik yang memicu gangguan sering berkemih (Laniwati,
2012).

3) Polifagia (Makan yang berlebihan)


Pada Saat berkemih kalori yang berada dipembuluh darah akan ikut hilang terbawa air
kemih, penderita mengalami penurunan berat badan, untuk mengkompensasi hal ini
penderita sering merasa lapar yang luar biasa (Perkeni, 2015).

4) Polidipsia (peningkatan rasa haus)


Disebabkan jumlah urin yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan
dehidrasi extrasel. intrasel mengikuti dehidrasi extrasel karena air intrasel akan
berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradient konsentrasi keplasma yang
hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH
(antidiuretic hormon) dan menimbulkan rasa haus (Hotma, 2014).

Menurut Hasdianah (2012) Manifestasi lain yang berlangsung berlahan dari beberapa hari
hingga beberapa minggu yaitu:
 Rasa tebal dikulit
 Kesemutan
 Gatal
 Mata kabur
 Mudah mengantuk
 Kulit terasa panas atau seperti di tusuk-tusuk jarum

F. Penatalaksanaan

Terapi Diabetes Melitus merupakan terapi yang bertujuan untuk menormalkan


aktivitas insulin dan kadar gula darah dalam upaya mengurangi komplikasi
vaskuler dan neuropatik, Dengan tujuan kadar gula dalam darah menjadi normal
tanpa adanya gangguan yang serius pada pola aktivitas klien (Perkeni,
2015).Terdapat lima komponen penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu:

1) Penyuluhan atau edukasi


Edukasi kepada penderita Diabetes Melitus dengan tujuan untuk memberikan
penjelasan tentang cara memperbaiki gaya hidup yang lebih sehat kususnya dalam
pola makan dan olahraga. Penyuluhan bisa mengguanakan media lain seperti
leaflet, poster, video dan diskusi kelompok agar lebih jelas dan mudah difahami
(Suyono, 2010).

2) Latihan Fisik
Manfaat latihan fisik bagi penderita Diabetes Melitus :
 Dapat meningkatkan kepekaan insulin, apabila dilakukan 1 jam setelah makan.
 Memperbaiki pembuluh darah perifer dan memperlancar suplai oksigen.
 Dapat merangsang glikogen baru, karena kadar glukosa otot dan hati
berkurang.
 Pembakaran asam lemak lebih baik karena kolestrol dan trigliserida menurun
(Suyono, 2010).

3) Terapi gizi
Menurut Brunner & Suddarth tahun 2012, Prinsip pengaturan gizi pada Diabetes
Melitus adalah pada gizi seimbang serta pengaturan jumlah kalori, jenis makanan
yang dianjurkan seperti :
 Karbohidrat
Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks
(khususnya yang berserat tinggi) seperti roti, gandum utuh, nasi beras tumbuk,
sereal dan pasta/mie yang berasal dari gandum yang masih mengandung
bekatul. Karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang
tidak berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam sayuran atau makanan
lain daripada dikonsumsi secara terpisah.
 Lemak
Asupan lemak yang dianjurkan sekitar 20-25% dari total kebutuhan Kalori.
Lemak jenuh<7% dari kebutuhan Kalori.
 Protein
Makanan sumber protein nabati misal : kacang-kacangan dan biji-bijian yang
utuh dapat membantu mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh.
 Serat
 Dianjurkan makan makanan dengan serat yang tinggi dalam 1000kkl/hari serat
mencapai 25g.

4) Farmakoterapi
Digunakan jika dalam upaya-upaya lain tidak dapat menyeimbangkan kadar gula
darah penderita dapat mengguanakan obat-obatan golongan hipoglikemik dalam
mengatur keseimbangan glukosa.

5) Mengontrol gula darah


Dilakukan secara rutin untuk memantau kondisi kesehatan saat menjalankan diit dan
tidak menjalanjan diit. (Tjokroprawiro, 2012).

G. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan didapatkan adanya glukosa urine/pemeriksaan dilakukan dengan
cara benedict(reduksi).
2) Kadar glukosa darah
Pemeriksaan darah meliputi : pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) nilai normal
100-126 mg/dl, gula darah puasa 70-<100 mg/dl. Dan gula darah 2 jam post pradial
<180 mg/dl (Subekti, 2012).
3) Pemeriksaan fungsi tiroid
Pemeriksaan aktifitas hormon tiroid meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan
insulin (Srihartini, 2014).

H. Asuhan keperawatan

Pengkajian
Pengumpulan data antara lain meliputi :
1) Biodata
Informasi yang harus ditanyakan meliputi (nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, alamat, agama suku, pendidikan, pekerjaan, status, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnosa medis (Purwaningsih, 2012).

2) Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian pertama kalinya klien
mengalami nyeri, perdarahan, kemerahan, dan hematoma dengan di Diaknosa
Diabetes Melitus serta adanya luka yang lama sembuh sampai membusuk dan
berbau (Susilowati, 2014).
 Riwayat kesehatan sekarang
Data yang berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya dan apa
saja upaya yang dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya (Purwaningsih,
2012).
 Riwayat penyakit dahulu
Berisi tentang riwayat penyakit Diabetes Melitus atau penyakit-penyakit lainya
seperti penyakit pankreas (Kasron, 2012).
 Riwayat kesehatan keluarga
Adanya anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit Diabetes Melitus
karena Diabetes melitus merupakan penyakit yang dapat diturunkan (Kasron,
2012).
 Riwayat psikososial
Berisi tentang riwayat adanya pasien stres fisik maupun emosional karena
dengan adanya stres dapat mempengaruhi peningkatan hormon stres seperti
kortisol, epinefrin, glukagon yang menyebabkan kadar gula darah meningkat
(Purwaningsih, 2012).
 Pola aktifitas dan latihan
Berisi tentang gambaran aktifitas sehari-hari seperti fungsi pernafasan dan
sirkulasi, pada pasien Diabetes Melitus yang mengalami luka pada kaki atau
tungkai bawah penderita akan tidak mampu melakukan aktifitas sehari-hari
secara normal dan penderita akan merasakan mudah lelah (Purwaningsih,
2012).
 Status kesehatan umum
Berisi tentang keadaan penderita, kesadaran, tanda-tanda vital, gula darah jika
didapatkan hipoglikemia gejala yang muncul pasien akan mengalami takikardi,
palpitasi,namun jika sebaliknya pasien mengalami hiperglikemia pasien akan
mengalami neuropati diabetikum, dan harus dilihat dari bentuk badan karena
penderita Diabetes Melitus cenderung mengalami penurunan berat badan
(Kasron, 2012).
 Pola metabolic nutrisi
Pada penderita Diabetes Melitus cenderung mengalami peningkatan nafsu
makan tetapi berat badan akan semakin turun, karena glukosa didalam darah
tidak bisa dihantar oleh insulin ke sel-sel tubuh sehingga sel mengalami
penurunan massa. Pada pengkajian intake cairan terkaji sebanyak 2500-4000
cc/hari (Kasron, 2012).
 Pola eliminasi
Berisi data tentang eliminasi dan BAB, jumlah urin yang banyak dijumpai baik
volume maupun frekuensi pada frekuensi biasa lebih dari 10 x /hari dengan
volume mencapai 2500-3000cc /hari. Untuk warna tidak berubah dan untuk
bau terdapat unsure aroma gula (Purwaningsih, 2012).
 Pola tidur dan istirahat
Penderita Diabetes Melitus akan mengalami perubahan pola tidur karena
terjadi (poliuria) penderita akan sering kencing pada malam hari yang
mengakibatkan terganggunya pola tidur dan istirahat pasien (Purwaningsih,
2012).
 Pola konsep diri
Penurunan harga diri yang dialami penderita Diabetes Melitus dikarenakan
mengalami perubahan fungsi dan struktur tubuh, lamanya perawatan,
banyaknya biaya yang dikeluarkan, serta pengobatan mengakibatkan klien
mengalami gangguan peran pada keluarga dan menimbulkan kecemasan
(Kasron, 2012).
 Pola nilai keyakinan
Untuk menemukan bagaimana tenaga kesehatan yang menangani kasus
Diabetes Melitus dalam memberikan motivasi dan dukungan pada penderita
(Susilowati, 2014).
3) Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : Penderita Diabetes akan mengalami peningkatan tekanan
darah karena adanya gangguan penanganan insulin
 Nadi : Kaji adanya sirkulasi yang adekuat pada klien Diabetes Melitus akan
terjadi bradikardia atau takikardi.
 Pernafasan : adanya frekuensi pernafasan yang meningkat nafas dalam atau
hiperventilasi (bila terjadi gangguan asam basa/asidosis metabolic akibat
penumpukan benda keton dalam tubuh ).
 Suhu : pada penderita Diabetes Melitus suhu normal berkisaran 36,5- 37,5 o C
(Kasron, 2012).

b. Kepala dan rambut


 Inspeksi: kaji bentuk kepala warna rambut, kebersihan, persebaran warna
rambut dan adanya lesi atau tidak.
 Palpasi: raba adanya massa dan nyeri tekan.

c. Mata
 Inspeksi: kaji reflek cahaya konjungtiva anemis atau tidak, penglihatan kabur
atau tidak, dan kesimetrisan bola mata.
 Palpasi: kaji ada tidaknya nyeri tekan (Rohman& Walid, 2011 ).

d. Hidung
 inspeksi: kaji bentuk hidung, lubang hidung, persebaran warna kulit,
kesimetrisan dan adanya pernafasan cuping hidung.
 Palpasi: kaji ada tidaknya nyeri tekan pada sinus (Susilowati, 2014).

e. Mulut
 Inspeksi: kaji mukosa bibir, lidah terasa tebal, gigi mudah goyah, terdapat
caries dentis, ada tidaknya perdarahan pada gusi, dan apakah adanya
peradangan pada tonsil.
 Palpasi: kaji reflek menghisap dan menelan (Purwaningsih, 2012).

f. Telinga
 Inspeksi: kaji ada tidaknya serumen, kesimetrisan dan kebersihan telinga.
 Palpasi: ada tidaknya nyeri tekan pada tragus (Rohman& Walid, 2011).

g. Leher

 Inspeksi: kaji persebaran kulit dan adanya benjolan.


 Palpasi: kaji adanya pembesaran kelenjar tiroid, ada tidaknya pembesaran
kelenjar linfe, dan ada tidaknya bendungan fena jugularis (Kasron, 2012).

h. Paru-paru
 Inspeksi: persebaran warna kulit, kesimetrisan dada, warna kulit, bentuk, nyeri
dada, dan pergerakan dinding dada.
 Palpasi: kaji getaran taktil fremitus
 Perkusi: suara pekak pada paru jika paru terisi cairan.
 Auskultasi: adanya suara nafas tambahan (Sudart, 2012).

i. Jantung
 Inspeksi: kaji adanya ictus kordis, detak pulmonal merupakan detak jantung
yang apabila teraba pada BJ 2 maka dikataka normal.
 Perkusi: suara jantung terdengar pekak.
 Auskultasi: nada S1 S2 dan lub dup (Kasron, 2012).

j. Abdomen
 Inspeksi: kaji persebaran warna kulit,ada tidaknya bekas luka dan bentuk
abdomen.
 Auskultasi: peristaltik usus, bising usus terdengar 5-30x menit.
 Perkusi: terdengar suara timpani kaji adanya asites.
 Palpasi: kaji ada tidaknya pembesaran hepar kaji ada tidaknya nyeri tekan
(Rohman& Walid, 2011).

k. Extremitas
 Inspeksi: kaji persebaran warna kulit, turgor kulit kembali <2 detik, akral
hangat, sianosis, produksi keringat (menurun atau tidak) pada penderita
Diabetes dilihat adanya luka pada extremitas, kedalaman luka, luas luka,
adanya nekrosis (jaringan mati atau tidak ) adanya edema, adanya pus dan bau
luka.
 Palpasi: kaji kekuatan otot ada tidaknya piting edema (Purwaningsih, 2012).

l. Kulit dan kuku


 Inspeksi: lihat adanya luka, warna luka, dan edema, kedalaman luka, ada
tidaknya nekrosis, adanya pus atau tidak.
 Palpasi: akral teraba dingin, kulit pecah-pecah, pucat, kulit kering, pada ulkus
terbentuk kalus yang tebal atau juga bisa teraba lembek (Kasron, 2012).

I. Pemeriksaan Fisik Pada Pasien Diabetes Melitus (DM) :IMT

Sedangkan pemeriksaan fisik pada pasien diabetes Melitus (DM) lebih terkon-sentrasi
pada Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu indikator
status gizi berdasarkan indeks berat badan dan tinggi badan. Penderita diabetes mellitus
adalah salah satu kelompok penderita yang berisiko mengalami penurunan indeks massa
tubuh karena adanya gangguan metabolisme zat gizi. Indeks massa tubuh yang tinggi
merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kejadian diabetes (Abadi&Tahiruddin
2020).
Upaya penanganan penderita DM atau pemeriksaan fisik berkala perlu menjadi fokus
utama dalam proses penyembuhan pasien dengan cara
1) melakukan monitoring terhadap IMT, karena status gizi indeks IMT dari individu
dengan penyakit DM akan berkontribusi terhadap pencegahan, dan perjalanan
penyakit, diharapkan dengan diketahuinya status IMT penderita DM, maka akan
berguna bagi generasi selanjutnya untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit DM
dengan menjaga IMT tetap dalam kategori normal.
2) IMT sangat diperlukan untuk pasien DM Tipe II oleh karena itu pada pasien DM
diperlukan memantau status gizinya, karena itu pasien DM Tipe II dihitung berat
badanya dan tinggi badannya agar ideal menurut rumus IMT dan hasil nya
disesuaikan dengan standar yang ditentukan.
3) Untuk menghitung IMT perlu mengukur berat badan dan tinggi badan. untuk itu
gunakan alat timbangan dan pengukur tinggi badan. Berat badan dinyatakan dalam
satuan meter. Data tinggi badan kemudian dikuadratkan.
4) Nilai IMT menunjukan berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk.
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk yang berumur lebih dari 18 tahun. IMT tidak
dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO atau WHO (2007), yang
membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang
normal untuk laki-laki adalah 20,1 - 25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7 – 23,8. Untuk
kepentingan pemantauan tingkat defisiensi kalori dan kegemukan, FAO atau WHO
menyarankan untuk memakai satu batas ambang tersebut telah disesuaikan lagi.
J. Masalah Keperawatan

Diagnosa keperawatan
Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan neuropati perifer, suhu lingkungan yang
ekstrim Gangguan Integritas Kulit ditandai dengan, perubahan pigmentasi, faktor mekanik,
imobilitas, dan penurunan sensabilitas.
Batasan karakteristik
 Batasan mayor:
Gangguan perfusi jaringan perifer
 Batasan minor:

Kerusakan lapisan kulit,Luka pada extremitas,Hematoma,Kemerahan,Kadar gula sewaktu


darah lebih dari 126 mg/dl,Perubahan status nutrisi.
K. Rencana Asuhan Keperawatan
Tabel 2.1 Rencana keperawatan Klien Diabetes Melitus
Tujuan Kreteria hasil Intervensi Rasional

Tupan: Menurut Tim Pokja Menurut Tim Pokja


Dapat SLKI DPP PPNI SIKI DPP PPNI
Perawatan integritas
mempertahankan 1.Perfusi kulit :1.11353
integritas Monitor:
kulit jaringan 1.Monitor 1.Memastikan
yang baik setelah meningkat(warna perubahan sirkulasi sirkulasi pada
dilakukan luka, sensabilitas (dengan mengukur daerah luka normal
baik) 2.Perdarahan tanda-tanda vital)
sedang 3.Kemerahan 2.Untuk
asuhan sedang 4.Hematoma 2.Monitor memaksimalkan
keperawatan 3x24 menurun 5.Nekrosis perubahan status penyembuhan luka
jam. menurun 6.Suhu kulit nutrisi 3.Mencegah
Tupen : kadar membaik 7.Sensasi terjadinya lesi
meningkat 3.Monitor
gula kembali
penurunan
kelembapan 4. Mengurangi
normal setelah di adanya kulit kering
lakukan asuhan Terapeutik: dan retak
keperawatan 4.Gunakan
selam 1x24 jam. produk
berbahan

petrolium atau 5.Untuk


minyak pada kulit melembabkan kulit
kering dan mencegah
terjadinya lesi
Edukasi :
5.Anjurkan
mengguanakan
pelembab

(mis. Lotion,serum) 6.Untuk


mengetahui
perkembangan luka
Perawatan
luka: 1.14564
6.Monitor 7.Untuk mengetahui
karakteristik luka terdapat infeksi atau
(mis. Drainase tidak
warna, ukuran, bau)
8.Agar mengurangi
7.Monitor tanda- rasa nyeri dan tidak
tanda infeksi merusak
jaringan granulasi
8.Lepaskan balutan 9.Untuk
dan plester secara membersihkan
berlahan luka

9.Bersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih non
toksik
10.Bersihkan 10.Agar
jaringan nekrotik mempercepat
tumbuhnya jaringan
11. Berikan salep baru
yang sesuai 11.Sebagai antibiotic
kekulit/lesi,jika dan mempercepat
perlu tumbuhnya jaringan
baru

12.Pasang balutan 12.Untuk menutup


sesuai dengan jenis luka yang terbuka
luka

13.Pertahankan 13.Mencegah
tehnik steril pada terjadinya
saat perawatan luka infeksi

14.Ganti
balutan sesuai 14.Mencegah
jumlah exsudat dan berkembangny
drainase a bakteri

15.Edukasi 15.Mencegah
perawatan kulit terjadinya lesi
pada kulit

16.Anjurkan mika 16.Mencegah


miki(bila perlu) terjadinya
ulkus
dekubitus

dan mengontrol
kelembapan kulit
17.Edukasi pola
perilaku
kebersihan 17.Menjaga
kebersihan tubuh
dan mencegah
18.Edukasi 5 pilar terjadinya infeksi
DM
18.Menjaga
kesetabilan kadar
19.Kolaborasi gula darah
dengan dokter dan
ahli gizi dalam 19.Agar
pemberian terapi mempercepat
dan diit penyembuhan luka

20.Pemeriksaan
gula darah 20.Untuk
mengetahui nilai
kadar gula darah

L. Implementasi
Adalah tindakan keperawatan dari sebuah perencanaan yang langsung diberikan
kepada penderita. Tindakan keperawatan dibagi menjadi dua macam yaitu tindakan
(dependen) atau disebut juga kolaborasi, tindakan kolaborasi adalah tindakan yang
berdasarkan hasil keputusan bersama, yang kedua tindakan (independen) disebut
juga dengan tindakan mandiri (Wartonah, 2012). Dalam penelitian ini penulis
menggunakan implementasi keperawatan sebagai perencanaan yang sudah di
tentukan pada klien Diabetes Melitus dengan Gangguan Integritas Kulit.

M. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah sebuah tindakan keperawatan yang terahir untuk mengetahui antara
intervensi hasil dari asuhan keprawatan yang telah diberikan (Nikmatur& Saiful, 2012).
Dengan tujuan membandingkan dan hasil implementasi keperawatan. Pada klien Diabetes
Melitus diharapkan menunjukan hasil yang semakin baik dengan ciri-ciri :
1) Perfusi jaringan meningkat(warna luka, sensabilitas baik)
2) Perdarahan sedang
3) Kemerahan sedang
4) Hematoma menurun
5) Nekrosis menurun
6) Suhu kulit membaik
7) Sensasi meningkat

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme
kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi
insulin.
Kedua penyakit yang dijelaskan tersebut merupakan beberapa dari banyak jenis
gangguan pada sistem pencernaan. Karena telah menyangkut pada sistem pencernaan maka
perlu dilakukan pencegahan, praktik anamnesa, pemeriksaan fisik, maupun diagnostic, dan
masalah kepereawatan, rencana hingga implemen-tasi keperawatan perlu dikaji untuk dapat
mencegah gangguan penyakit ini dari tubuh.
B.Saran dan Rekomendasi
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan makalah ini dan
menggunakan sumber sumber yang relevan agar dapat dijadikan acuan bagi penulis atau
pihak lainnya, namun terdapat keterbatasan lingkup materi yang disampaikan untuk itu
diharapkan kepada pihak lain untuk dapat mencari sumber relevan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.wima.ac.id/id/eprint/23274/2/BAB%201.pdf

http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/532/1/HASRIANI.pdf

http://repository.stikespantiwaluya.ac.id/448/2/STIKESPW_Muhammad%20Sholikan_fulltext.pdf

Anda mungkin juga menyukai