Disusun oleh:
(2012201025)
2022
LEMBAR PENGESAHAN
tugas Klinik Profesi Prodi Pendidikan Ners STIKES Karya Husada Kediri.
NIM : 20220628
Mengetahui,
NIM. 20220628
LAPORAN PENDAHULUAN
B. Etiologi
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari
penyakit lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary
illnes). Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi.
Selain itu ada penyebab lainnya dari gagal ginjal kronis
diantaranya(Arianti, Anisa Rachmawati, 2020):
1. Penyakit dari ginjal :
a. Penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis.
b. Infeksi kronis : pyelonefritis, ureteritis.
c. Batu ginjal : nefrolitiasis.
d. Kista di ginjal : polcystis kidney.
e. Trauma langsung pada ginjal.
f. Keganasan pada ginjal.
g. Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur
C. Manifestasi Klinis
D. Klasifiikasi
1) Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria
persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
2) Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG
antara 60-89 mL/menit/1,73 m2
3) Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59
mL/menit/1,73m2
4) Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-
29mL/menit/1,73m2
5) Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2
atau gagal ginjal terminal(Khaerul, 2018).
E. Patofisiologi
J. Komplikasi
C. Indikasi
Pada umumya indikasi dari terapi hemodialisa pada penyakit ginjal
kronis adalah laju filtrasi glomerulus (LFG) sudah kurang dari 5
mL/menit, sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai bila dijumpai
salah satu dari hal tersebut dibawah (Sylvia & Wilson, 2015):
1) Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata
2) K serum > 6 mEq/L
3) Ureum darah > 200 mg/Dl
4) pH darah < 7,1 5) Anuria berkepanjangan ( > 5 hari )
5) Fluid overloaded
D. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita yang menjalani
hemodialisis adalah gangguan hemodinamik. Tekanan darah umumnya
menurun dengan dilakukannya ultrafiltrasi atau penarikan cairan saat
hemodialisis. Hipotensi intradialitik terjadi pada 5-40% penderita yang
menjalani hemodialisis regular, namun sekitar 5-15% dari responden
hemodialisis tekanan darahnya justru meningkat. Kondisi ini disebut
hipertensi intradialitik atau intradialytic hypertension
1. Komplikasi Akut
Komplikasi akut hemodialisis adalah komplikasi yang terjadi
selama hemodialisis berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi
diantaranya adalah hipotensi, kram otot, mual dan muntah, sakit
kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal, demam, dan menggigil.
2. Komplikasi kronik yang terjadi pada responden hemodialisis yaitu
penyakit jantung, malnutrisi, hipertensi/volume excess, anemia,
Renal osteodystrophy, Neurophaty, disfungsi reproduksi,
komplikasi pada akses, gangguan perdarahan, infeksi, amiloidosis,
dan Acquired cystic kidney disease.
E. Durasi Waktu
Waktu atau lamanya hemodialisa disesuaikan dengan kebutuhan
individu. Tiap hemodialisa dilakukan 4–5 jam dengan frekuensi 2 kali
seminggu. Hemodialisa idealnya dilakukan 10–15 jam/minggu dengan
QB 200–300 mL/menit. Hemodialisa regeluer dikatakan cukup bila
dilaksanakan secara teratur, berkesinambungan, selama 9-12 jam setiap
minggu.
Dosis minimum durasi HD yang ditetapkan oleh KDOQI adalah
2,5 - 4,5 jam, dan dilakukan 3x seminggu. Akan tetapi untuk
pengobatan awal, terutama ketika kadar blood urea nitrogen (BUN)
sangat tinggi (mis: diatas 125 mg/dL), durasi dialisis dan kecepatan
aliran darah harus dikurangi. URR harus ditargetkan ˂ 40%. Hal ini
berarti menggunakan laju aliran darah hanya 250 mL/menit dengan
durasi dialysis selama 2 jam.
3. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal,
namun lakilaki sering memiliki resiko lebih tinggi terkait
dengan pekerjaan dan pola hidup sehat. Gagal ginjal kronis
merupakan periode lanjut dari insidensi gagal ginjal akut
b. Keluhan utama : sangat bervariasi, keluhan berupa urine
output menurun (oliguria) sampai pada anuria, penurunan
kesadaran karena komplikasi pada sistem sirkulasi-ventilasi,
anoreksia, mual dan muntah, fatigue, napas berbau urea, dan
pruritus. Kondisi ini dipicu oleh karena penumpukan zat sisa
metabolisme/toksik dalam tubuh karena ginjal mengalami
kegagalan filtrasi
c. Riwayat penyakit sekarang : Pada klien dengan gagal ginjal
kronis biasanya terjadi penurunanurine output, penurunan
kesadaran, penurunan pola nafas karena komplikasi dari
gangguan sistem ventilasi, fatigue, perubahan fisiologis kulit,
bau urea pada napas. Selain itu, karena berdampak pada
metabolisme, maka akan terjadi anoreksia, nausea, dan vomit
sehingga beresiko untuk terjadi gangguan nutrisi.
d. Riwayat penyakit dahulu: informasi penyakit terdahulu akan
menegaskan untuk penegakan masalah. Kaji penyakit pada
saringan (glomerulus): glomerulonefritis, infeksi kuman;
pyelonefritis, ureteritis, nefrolitiasis, kista di ginjal: polcystis
kidney, trauma langsung pada ginjal, keganasan pada ginjal,
batu, tumor, penyempitan/striktur, diabetes melitus,
hipertensi, kolesterol tinggi, infeksi di badan: TBC paru,
sifilis, malaria, hepatitis, preeklamsi.
e. Riwayat Kesehatan keluarga. Gagal ginjal kronis bukan
penyakit menular atau menurun, sehingga silsilah keluarga
tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun pencetus
sekunder seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh
terhadap penyakit gagal ginjal kronik, karena penyakit
tersebut bersifat herediter.
f. Fokus Pengkajian (Doenges, 2000).
1. Aktifitas /istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrem; kelemahan malaise; Gangguan
tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)
Tanda; kelemahan otot; kehilangan tonus; penurunan
rentang gerak
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat; Palpitasi,
nyeri dada (angina)
Tanda : Hipertensi; nadi kuat; edema jaringan umum dan
piting pada kaki dan telapak tangan; Disritmia jantung;
Nadi lemah halus; hipotensi ortostatik; Friction rub
perikardial; Pucat pada kulit; Kecenderungan perdarahan
3. Integritas ego
Gejala : Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan
orang lain; Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekakuan
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah
terangsang, perubahan kepribadian
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal
tahap lanjut); Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Tanda : Perubahan warna urin, contoh kuning pekat,
merah, coklat berawan; Oliguria, dapat menjadi anuria
5. Makanan/cairan
Gejala : Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB
(malnutrisi); Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa
metalik tak sedap pada mulut (pernafasan amonia)
Tanda : Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap
akhir), Perubahan turgor kuit/kelembaban, Edema (umum,
tergantung), Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah;
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan
tak bertenaga
6. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur; Kram
otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada
telapak kaki; Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya
ekstrimitas bawah (neuropati perifer).
Tanda : Gangguan status mental, contohnya penurunan
lapang perhatian, ketidakmampuan konsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran,
stupor, koma.; Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang;
Rambut tipis, uku rapuh dan tipis.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyei panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
8. Pernapasan
Gejala : Napas pendek, dispnea nokturnal paroksismal,
batuk dengan/tanpa Sputum
Tanda : Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul; Batuk
produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru)
9. Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
Tanda : Pruritus; Demam (sepsis, dehidrasi)
10. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas
11. Interaksi sosial
Gejala : Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu
bekerja, mempertahankan fungsi peran dalam keluarga.
12. Penyuluhan : Riwayat DM keluarga (resti GGK), penyakit
pokikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria; Riwayat
terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan;
Penggunaan antibiotik retroteksik saat ini berulang
2. Diagnosa
1. Hipervolemi berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan
makanan
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
6. Resiko perdarahan ditandai dengan gangguan gastrointestinal
7. Risiko infeksi ditandai dengan penyakit kronis
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tahap keempat dalam proses
keerawatan dengan berbagai tindakan keperawatan yang telah
direncanakan
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap sejumlah informasi yang
diberikan untuk tujuan yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi disajikan
dalam format S O A P