OLEH:
HERIBERTUS AGUNG
2012B0188
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN KELUARGA
2012B0188
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
8) Gula darah tinggi
9) Hipertrigliserida
10) Asidosis metabolik
Terapi Gagal Ginjal Kronik
15. Hemodialisa
Pengertian Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak
mampu melaksanakan fungsi tersebut. Pada dialisis, molekul solut berdifusi
lewat membran semipermeabel dengan cara mengalir dari sisi cairan yang lebih
pekat (konsentrasi solut lebih tinggi) ke cairan yang lebih encer (konsentrasi
solut lebih rendah). Cairan mengalir lewat membran semipermeabel dengan
cara osmosis atau ultrafiltrasi (aplikasi tekanan eksternal pada membran).
Membran semipermeabel adalah lembar tipis, berpori-pori terbuat dari selulosa
atau bahan sintetik. Ukuran pori-pori membran memungkinkan difusi zat
dengan berat molekul rendah seperti urea, kreatinin, dan asam urat berdifusi.
Molekul air juga sangat kecil dan bergerak bebas melalui membran, tetapi
kebanyakan protein plasma, bakteri, dan sel-sel darah terlalu besar untuk
melewati pori-pori membran. Perbedaan konsentrasi zat pada dua
kompartemen disebut gradien konsentrasi.
Sehelai membran sintetik yang semipermeabel menggantikan
glomerulus serta tubulus renal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang
terganggu fungsinya. Sistem ginjal buatan :
a. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin, dan asam
urat.
b. Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan banding antara
darah dan bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dalam arus
darah dan tekanan negatif (penghisap) dalam kompartemen dialisat
(proses ultrafiltrasi).
c. Mempertahankan dan mengembalikan system buffer tubuh.
d. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
16. CAPD (Continues Ambulatory Peritoneum Dialysis)
Metode pencucian darah dengan mengunakan peritoneum (selaput yang
melapisi perut dan pembungkus organ perut). Selaput ini memiliki area
permukaan yang luas dan kaya akan pembuluh darah. Zat-zat dari darah dapat
dengan mudah tersaring melalui peritoneum ke dalam rongga perut. Cairan
dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang menembus dinding perut ke
dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga
limbah metabolik dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan
tersebut, kemudian cairan dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan cairan
yang baru.
17. Cangkok Ginjal
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan
faal). Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu :
a. Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (100%)
faal ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-80% faal
ginjal alamiah
b. Kualitas hidup normal kembali
c. Masa hidup (survival rate) lebih lama
d. Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan
obat imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan
e. Biaya lebih murah dan dapat dibatasi
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut:
1) Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi ditandai
dengan edema anasarka dan/atau edema perifer, berat badan meningkat
dalam waktu singkat (0022).
2) Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus-kapiler ditandai dengan dispnea, bunyi napas tambahan, PO 2
menurun (D. 0003).
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien ditandai dengan berat badan menurun minimal 10% dibawah
rentang ideal, cepat kenyang setelah makan, nafsu makan menurun, serum
albumin turun (0019).
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antra suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan mengeluh lelah, merasa tidak
nyaman setelah beraktivitas (D. 0056).
5) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
ditandai dengan dispnea, pola napas abnormal (D. 0005).
KONSEP ANEMIA
PENGERTIAN
a. Anemia berarti kekurangan sel darah merah dapat disebabkan oleh hilangnya
darah terlalu cepatatau kerena terlalu lambatnya produksi sel darah merah
(Guyton, 1997:538)
b. Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999:569 ).
c. Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per
100 ml darah (Price, 2006:256).
d. Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar HB
atau hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan sutu penyakit atau gangguan
fungsi tubuh. (Smeltzer, 2002:935 ) .
e. Anemia ialah keadaan dimana massa eritrosit dan/atau massa hemoglobin
yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen
bagi jaringan tubuh. (Bakta, 2003:12)
f. Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 :
935).
1. Epidemiologi
Prevalensi anemia aplastik yang tinggi terdapat di bagian tropik yang dapat
mencapai hingga 40 % di daerah tertentu. Prevalensi anemia aplastik lebih rendah
di dapat juga di daerah Mediteranian, Saudi Arabia dan beberapa bagian di India.
Anemia aplastik adalah anemia yang terjadi akibat rusaknya sumsum tulang
belakang yang paling banyak didapat. Pembawa sifat diturunkan secara dominan.
Insiden diantara orang Amerika berkulit hitam adalah sekitar 8 % sedangkan
status homozigot yang diturunkan secara resesif berkisar antara 0,3 – 1,5 %.
(Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal 535).
PENYEBAB
Penyebab dari anemia antara lain :
(Bakta, 2003:15)
PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik atau dalam
sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping
proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan
dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau
kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.(Smeltzer & Bare.
2002 : 935 ).
PATHWAY
Kegagalan
produksi SDM o/
sum-sum tulang
Defisiensi B12, Destruksi SDM
asam folat, besi berlebih Perdarahan/hemofilia
Penurunan SDM
Hb berkurang
Anemia
PK Anemia
KLASIFIKASI
Klasifikasi anemia menurut faktor morfologi :
a. Anemia hipokromik mikrositer : MCV < 80 fl dan MCH < 27 pg
Sel darah merah memiliki ukuran sel yang kecil dan pewarnaan yang
berkurang atau kadar hemoglobin yang kurang (penurunan MCV dan
penurunan MCH)
1) Anemia defisiensi besi
2) Thalasemia major
3) Anemia akibat penyakit kronik
4) Anemia sideroblastik
b. Anemia normokromik normositer : MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg
Sel darah merah memiliki ukuran dan bentuk normal serta mengandung
jumlah hemoglobin dalam batas normal.
1) Anemia pasca perdarahan akut
2) Anemia aplastik
3) Anemia hemolitik didapat
4) Anemia akibat penyakit kronik
5) Anemia pada gagal ginjal kronik
6) Anemia pada sindrom mielodisplastik
7) Anemia leukemia akut
c. Anemia normokromik makrositer : MCV > 95 fl
Sel darah merah memiliki ukuran yang ukuran yang lebih besar dari pada
normal tetapi tetapi kandungan hemoglobin dalam batas normal (MCH
meningkat dan MCV normal).
1) Bentuk megaloblastik
1. Anemia defisiensi asam folat
2. Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa
2) Bentuk non-megaloblastik
1. Anemia pada penyakit hati kronik
2. Anemia pada hipotiroidisme
3. Anemia pada sindrom mielodisplastik
Anemia megaloblastik
Anemia yang disebabkan karena rusaknya sintesis DNA yang
mengakibatkan tidak sempurnanya SDM. Keadaan ini disebabkan karena
defisiensi vitamin B12 dan asam folat.karakteristik SDM ini adalah adanya
megaloblas abnormal, Prematur dengan fungsi yang tidak normal dan
dihancurkan semasa dalam sumsum tulang sehingga terjadinya
eritropoeisis dengan masa hidup eritrosit yang lebih pendek.yang akan
mengakibatkan leucopenia, trombositopenia .
Anemia aplastik
Terjadi akibat ketidak sanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel – sel
darah. Kegagalan tersebut disebabkan oleh kerusakan primer atau zat yang
dapat merusak sumsum tulang (Mielotoksin).
Anemia hemolitik
anemia hemolitik terjadi akibat peningkatan hemolisis dari eritrosit sehingga
usia SDM lebih pendek yang disebabkan oleh : 5% dari jenis anemia,
herediter, Hb abnormal, membran eritrosit rusak, thalasemia, anemia sel
sabit, reaksi autoimun, toksik, kimia, pengobatan, infeksi, kerusakan fisik .
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges, 1999 :572)
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia
(aplastik).
Nilai normal eritrosit (juta/mikro lt) : 3,9 juta per mikro liter pada wanita dan
4,1 -6 juta per mikro liter pada pria
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia,
misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup
lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik)
Nilai normal Leokosit (per mikro lt) : 6000 – 10.000 permokro liter
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik)
Nilai normal Trombosit (per mikro lt) : 200.000 – 400.000 per mikro liter
darah
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Nilai normal Hb (gr/dl) : Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP,
hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan defisiensi masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah
dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia,
misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel
darah (aplastik).
KOMPLIKASI
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau
gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah,
karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia,
jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan
berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa
juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak. Anemia
berat, gagal jantung kongesti dapat terjadi karena otot jantung yang anoksik
tidak dapat beradaptasi terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Selain itu
dispnea, nafas pendek dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani
merupakan manifestasi berkurangnya pengurangan oksigen (Price &Wilson,
2006)
PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dari terapi anemia adalah untuk identifikasi dan perawatan karena
penyebab kehilangan darah,dekstruksi sel darah atau penurunan produksi sel
darah merah.pada pasien yang hipovelemik:
pemberian tambahan oksigen, pemberian cairan intravena,
resusitasi pemberian cairan kristaloid dengan normal salin.
tranfusi kompenen darah sesuai indikasi
(Catherino,2003:416)
Evaluasi Airway, Breathing, Circulation dan segera perlakukan setiap kondisi
yang mengancam jiwa. Kristaloid adalah cairan awal pilihan.
(Daniel, direvisi tanggal 22 Oktober 2009)
Acute anemia akibat kehilangan darah:
1. Pantau pulse oksimetri, pemantau jantung, dan Sphygmomanometer.
2. Berikan glukokortikoid serta agen antiplatelet (aspirin) sesuai indikasi.
3. Berikan 2 botol besar cairan intravena dan berikan 1-2 liter cairan kristaloid
dan juga pantau tanda-tanda dan gejala gagal jantung kongestif iatrogenik
pada pasien..
4. Berikan plasma beku segar (FFP), faktor-faktor koagulasi dan platelet, jika
diindikasikan.
5. Pasien dengan hemofilia harus memiliki sampel terhadap faktor deficiency
yang dikirim untuk pengukuran.
6. Pasien hamil dengan trauma yang ada kecurigaan terhadap adanya Feto-
transfer darah ibu harus diberikan imunoglobulin Rh-(Rhogam) jika mereka
Rh negatif.
7. Setelah pasien stabil, mulailah langkah-langkah spesifik untuk mengobati
penyebab pendarahan.
(Daniel, direvisi tanggal 22 Oktober 2009)
Jika penyakit dasar daat diobati dengan baik, anemia akan sembuh
dengan sendirinya.
Anemia tidak memberi respon pada pemberian besi, asam folat, atau
vitamin B12.
Transfusi jarang diperlukan karena derajaat anemia ringan.
Sekarang pemberian eritropoetin terbukti dapat menaikkan
hemoglobin, tetapi harus diberikan terus menerus.
Jika anemia akibat penyakit kronik disertai defisiiensi besi pemberian
preparat besi akan meningkatkan hemoglobin, tetapi kenaikan akan
berhenti setelah hemoglobin mencapai kadar 9-10 g/dl. (Bakta,
2003:41)
f. Anemia Sideroblastik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan anemia
sideroblastik adalah:
Terapi Kausal
Terapi kausal tentunya menjadi harapan untuk dapat memberikan
kesembuhan total. Tetapi sebagian kasus bersifat idiopatik, atau
disebabkan oleh penyebab herediter-familier yang belum dapat
dikoreksi. Tetapi bagi kasus yang penyebabnya telah jelas maka terapi
kausal dapt dilaksanakan. (Bakta, 2003:69)
Terapi Suportif-Simtomatik
Terapi ini diberikan untuk menek proses hemolisis terutama di limpa.
Pada anemia hemolitik kronik familier-herediter sering diperlukan
transfusi darah teratur untuk mempertahankan kadar hemoglobin.
Bahkan pada thalasemia mayor dipakai teknik supertransfusi atau
hipertransfusi untuk mempertahankan keadaan umum dan pertumbuhan
pasien.
Pada anemia hemolitik kronik dianjurkan pemberian asam folat 0,15-
0,3 mg/hari untuk mencegah krisis megaloblastik.
Konsep Keluarga
Definisi Keluarga
Keluarga adalah sebagai unit sosial-ekonomi terkecil dalam
masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi.
Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau
lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal,
hubungan darah, hubungan perkawinan, dan adopsi [ CITATION
Pus16 \l 1033 ]. Keluarga menurut Undang-Undang Nomor 52
Tahun 2009 (dalam Puspitawati, 2016) Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga: Bab II: Bagian
Ketiga Pasal 4 Ayat (2), bahwa Pembangunan keluarga bertujuan
untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa
aman, tenteram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam
mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. Keluarga
merupakan keharusan yang diwajibkan oleh Agama, salah satunya
tertera pada Kitab Suci Al Qur’an [ CITATION Pus16 \l 1033 ]:
a. Firman Allah dalam Surat At-Tahrim Ayat 6: “Hai orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”.
b. Firman Allah dalam Surat Al-Furqon : Ayat 74 “Dan orang-
orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada
kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang
hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa”.
Ciri Keluarga
Terdapat 4 ciri keluarga yaitu [ CITATION Pus16 \l 1033 ]:
a. Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh
ikatan perkawinan (pertalian antar suami dan istri), darah
(hubungan antara orangtua dan anak) atau adopsi.
b. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama
dibawah satu atap dan merupakan susunan satu rumah tangga.
Tempat kost dan rumah penginapan bisa saja menjadi rumah
tangga, tetapi tidak akan dapat menjadi keluarga, karena
anggota-anggotanya tidak dihubungkan oleh darah, perkawinan
atau adopsi.
c. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang
berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan peranan-
peranan sosial bagi si suami dan istri, ayah dan ibu, anak laki-
laki dan perempuan, saudara laki-laki dan saudara perempuan;
Peranan-peranan tersebut diperkuat oleh kekuatan tradisi dan
sebagian lagi emosional yang menghasilkan pengalaman.
d. Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama yang
diperoleh dari kebudayaan umum. Keluarga sebagai suatu
susunan sosial yang didasarkan pada kontrak perkawinan
termasuk dengan pengenalan hak-hak dan tugas orangtua;
tempat tinggal suami, istri dan anak-anak; dan kewajiban
ekonomi yang bersifat reciprocal antara suami dan istri.
Tujuan Keluarga
Tujuan keluarga adalah mewujudkan kesejahteraan lahir
(fisik, ekonomi) dan batin (sosial, psikologi, spiritual, dan mental).
Selain itu juga untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan
bagi anggota keluarganya, serta melestarikan keturunan dan
budaya suatu bangsa. Keluarga yang sejahtera diartikan sebagai
keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki hubungan
yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota keluarga, dan
antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya [ CITATION
Pus16 \l 1033 ].
Tipe Keluarga
Terdapat dua tipe keluarga, antara lain [ CITATION Lim16 \l 1033 ]:
a. Nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan satu atau lebih anak.
Jenis keluarga ini cenderung memiliki anggota keluarga yang
lebih sedikit dibandingkan dengan extended family. Dalam
jenis keluarga ini biasanya pihak yang memiliki wewenang
lebih besar dalam mengambil keputusan adalah orangtua.
Pengambilan keputusan untuk kebutuhan anak pada awalnya
akan dilakukan oleh orang tua. Hal tersebut akan mulai berubah
seiring dengan pertambahan usia anak, hingga akhirnya anak
mampu membuat keputusannya sendiri.
b. Extended family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang tinggal bersama
yang biasanya terdiri dari kakek, nenek, paman, bibi dan
keponakan. Keluarga jenis ini tentunya memiliki kebutuhan
yang lebih beragam apabila dibandingkan dengan nuclear
family. Hal ini dapat disebabkan jumlah anggota keluarga yang
lebih banyak sehingga kebutuhannya menjadi lebih beragam.
Misalnya saja anak-anak membutuhan matras single untuk
tidur dengan ukuran yang lebih kecil, untuk ayah dan ibu
membutuhkan matras double dengan ukuran lebih lebar karena
digunakan bersama, sedangkan untuk nenek atau kakek bisa
jadi membutuhkan matras single atau double namun dengan
ukuran yang lebih panjang dibandingkan dengan matras anak.
Teori Struktural-Fungsional Keluarga
Pendekatan teori sosiologi struktural-fungsional menyangkut
struktur (aturan pola sosial) dan fungsinya dalam masyarakat.
Penganut pandangan teori struktural-fungsional melihat sistem
sosial sebagai suatu sistem yang seimbang, harmonis dan
berkelanjutan. Konsep struktur sosial meliputi bagian-bagian dari
sistem dengan cara kerja pada setiap bagian yang terorganisir.
Pendekatan teori ini mengakui adanya segala keragaman dalam
kehidupan sosial yang kemudian diakomodasi dalam fungsi sesuai
dengan posisi [ CITATION Pus16 \l 1033 ].
Pendekatan struktural-fungsional menekankan pada
keseimbangan sistem yang stabil dalam keluarga dan kestabilan
sistem sosial dalam masyarakat. Pendekatan teori struktural-
fungsional dapat digunakan dalam menganalisis peran keluarga
agar dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga keutuhan keluarga
dan masyarakat. Konsep keseimbangan mengarah kepada konsep
homeostasis suatu organisme yaitu suatu kemampuan untuk
memelihara stabilitas agar kelangsungan suatu sistem tetap terjaga
dengan baik meskipun di dalamnya mengakomodasi adanya
adaptasi dengan lingkungan [ CITATION Pus16 \l 1033 ].
Sebagai asumsi dasar dalam teori struktural fungsional adalah
[ CITATION Pus16 \l 1033 ]:
a. Masyarakat selalu mencari titik keseimbangan.
b. Masyarakat memerlukan kebutuhan dasar agar titik
keseimbangan terpenuhi.
c. Untuk memenuhi kebutuhan dasar, maka fungsi-fungsi harus
dijalankan.
d. Untuk memenuhi semua ini, maka harus ada struktur tertentu
demi berlangsungnya suatu keseimbangan atau homeostatik.
Konsep Struktural Fungsional adalah [ CITATION Pus16 \l 1033 ]:
a. Sistem: Suatu obyek dan hubungan antar obyek dengan
atributnya.
b. Boundaries: Suatu batas antara sistem dan lingkungannya yang
mempengaruhi aliran informasi dan energinya (tertutup atau
terbuka).
c. Aturan Transformasi: Memperlihatkan hubungan antara
elemen-elemen dalam suatu sistem.
d. Feedback: Suatu konsep dari teori sistem yang menggambarkan
aliran sirkulasi dari output kembali sebagai input (positif,
negatif/ penyimpangan).
e. Variety: Merujuk pada derajat variasi adaptasi perubahan
dimana sumber daya dari sistem dapat memenuhi tuntutan
lingkungan yang baru.
f. Equilibrium: Merujuk pada keseimbangan antara input dan
output (homeostatis mempertahankan keseimbangan secara
dinamis antara feedback dan kontrol).
g. Subsistem: Variasi tingkatan dari suatu sistem yang merupakan
bagian dari suatu sistem.
h. Struktur keluarga.
i. Pembagian peran, tugas dan tanggung jawab, hak dan
kewajiban.
j. Menjalankan fungsi.
k. Mempunyai aturan dan nilai/norma yang harus diikuti.
l. Mempunyai tujuan.
Aplikasi Struktural Fungsional dalam Keluarga [ CITATION Pus16 \l
1033 ]:
a. Berkaitan dengan pola kedudukan dan peran dari anggota
keluarga tersebut, hubungan antara orangtua dan anak, ayah
dan ibu, ibu dan anak perempuannya, dll.
b. Setiap masyarakat mempunyai peraturan-peraturan dan
harapan-harapan yang menggambarkan orang harus
berperilaku.
c. Tipe keluarga terdiri atas keluarga dengan suami istri utuh
beserta anak-anak (intact families), keluarga tunggal dengan
suami/istri dan anak-anaknya (single families), keluarga
dengan anggota normal atau keluarga dengan anggota yang
cacat, atau keluarga berdasarkan tahapannya, dan lain-lain.
d. Aspek struktural menciptakan keseimbangan sebuah sistem
sosial yang tertib (social order). Ketertiban keluarga akan
tercipta kalau ada struktur atau strata dalam keluarga, dimana
masing-masing mengetahui peran dan posisinya dan patuh pada
nilai yang melandasi struktur tersebut.
e. Terdapat 2 (dua) Bentuk keluarga yaitu: (1) Keluarga Inti
(nuclear family), dan (2) Keluarga Luas (extended family).
f. Struktur dalam keluarga dapat dijadikan institusi keluarga
sebagai sistem kesatuan dengan elemen-elemen utama yang
saling terkait [ CITATION Pus16 \l 1033 ]:
1. Status sosial: Pencari nafkah, ibu rumah tangga, anak
sekolah, dan lain-lain.
2. Fungsi dan peran sosial: Perangkat tingkah laku yang
diharapkan dapat memotivasi tingkah laku seseorang yang
menduduki status sosial tertentu (peran
instrumental/mencari nafkah; peran emosional
ekspresif/pemberi cinta, kasih sayang).
3. Norma sosial: Peraturan yang menggambarkan bagaimana
sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu.
Teori Perkembangan Keluarga
Teori Perkembangan Keluarga merupakan multilevel theory
yang berhubungan dengan individualis, dan institusi keluarga. Hal-
hal yang sering dibahas pada teori ini adalah konsep perkembangan
tugas (the Development of task) sepanjang siklus kehidupan
keluarga (Family life cycle). Tahapan Perkembangan Keluarga ada
8 tahapan yaitu [ CITATION Nur19 \l 1033 ]:
a. Tahapan perkawinan (married couple), Pada tahap ini individu
baru menikah.
b. Tahapan mempunyai anak (childbearing), Pada tahap ini
individu yang sebelumnya sudah menikah kemudian memililiki
anak pertama yang masih bayi.
c. Tahapan anak berumur preschool (Preschool age), Dimana
pada keluarga ini anak yang tadinya masih bayi mulai
memasuki usia pra-sekolah.
d. Tahapan anak berumur Sekolah Dasar (school age), Pada tahap
ini keluarga yang anak pertamanya mulai memasuki sekolah
dasar.
e. Tahapan anak berumur remaja (teenage), Keluarga pada tahap
ini anak pertama dalam keluarga tersebut mulai beranjak
remaja.
f. Tahapan anak lepas dari orangtua (launching center), Pada
tahap ini anak pertama dalam keluarga tersebut yang
sebelumnya masih remaja sudah memasuki usia dewasa.
g. Tahapan orangtua umur menengah (middle-aged parents), Pada
tahap ini keluarga yang anaknya sudah dewasa dan mandiri
serta siap untuk menikah dan tinggal dengan keluarga barunya
sehingga anak tersebut meninggalkan rumah orang tuanya.
h. Tahapan orangtua umur manula (aging parents), Keluarga pada
tahap ini kedua orang tuanya sudah tidak bekerja dan sudah
tidak produktif, tahap ini terjadi hingga kematian.
Konsep Keperawatan Keluarga
Definisi Keperawatan Keluarga
Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang
menempatkan keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan
dan melibatkan anggota keluarga dalam tahap pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan
memobilisasi sumber pelayanan kesehatan yang tersedia di keluarga
dan sumber-sumber dari profesi lain, termasuk pemberi pelayanan
kesehatan dan sektor lain di komunitas [ CITATION Kho16 \l 1033 ].
Tujuan Keperawatan Keluarga
Tujuan keperawatan keluarga ada dua macam, yaitu tujuan
umum dan khusus. Tujuan umum dari keperawatan keluarga adalah
kemandirian keluarga dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Tujuan khusus dari keperawatan keluarga adalah
keluarga mampu melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan
keluarga dan mampu menangani masalah kesehatannya, antara lain [
CITATION Kho16 \l 1033 ]:
a. Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga.
Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
seluruh anggota keluarga. Contoh, apakah keluarga mengerti
tentang pengertian dan gejala diabetes mellitus yang diderita
oleh anggota keluarganya.
b. Membuat keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah
kesehatan anggota keluarga. Kemampuan keluarga dalam
mengambil keputusan untuk membawa anggota keluarga ke
pelayanan kesehatan. Contoh, segera memutuskan untuk
memeriksakan anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus ke
pelayanan kesehatan.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai
masalah kesehatan. Kemampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit. Contoh, keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus, yaitu
memberikan diet DM, memantau minum obat antidiabetik,
mengingatkan untuk senam, dan kontrol ke pelayanan
kesehatan.
d. Memodifikasi lingkungan yang kondusif. Kemampuan
keluarga dalam mengatur lingkungan, sehingga mampu
mempertahankan kesehatan dan memelihara pertumbuhan serta
perkembangan setiap anggota keluarga. Contoh, keluarga
menjaga kenyamanan lingkungan fisik dan psikologis untuk
seluruh anggota keluarga termasuk anggota keluarga yang
sakit.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
pemeliharaan dan perawatan anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan. Contoh, keluarga
memanfaatkan Puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas pelayanan
kesehatan lain untuk anggota keluarganya yang sakit.
Sasaran Keperawatan Keluarga
Sasaran keperawatan keluarga antara lain [ CITATION Kho16 \l 1033 ]:
a. Keluarga sehat
Keluarga sehat adalah seluruh anggota keluarga dalam kondisi
tidak mempunyai masalah kesehatan. Namun masih
memerlukan antisipasi terkait dengan siklus perkembangan
manusia dan tahapan tumbuh kembang keluarga. Fokus
intervensi keperawatan terutama pada promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit.
b. Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan
Keluarga risiko tinggi dapat didefinisikan jika satu atau lebih
anggota keluarga memerlukan perhatian khusus dan memiliki
kebutuhan untuk menyesuaikan diri terkait siklus perkembangan
anggota keluarga dan keluarga dengan faktor risiko penurunan
status kesehatan.
c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut
Keluarga yang memerlukan tindak lanjut merupakan keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan dan memerlukan tindak
lanjut pelayanan keperawatan atau kesehatan misalnya klien
pasca hospitalisasi penyakit kronik, penyakit degeneratif,
tindakan pembedahan, dan penyakit terminal.
Peran dan Fungsi Perawat Keluarga
Peran dan fungsi perawat di keluarga adalah sebagai berikut
[ CITATION Kho16 \l 1033 ]:
a. Pelaksana
Peran dan fungsi perawat sebagai pelaksana adalah memberikan
pelayanan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan,
mulai pengkajian sampai evaluasi. Pelayanan diberikan karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,
serta kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan
kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan
bersifat promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif.
b. Pendidik
Peran dan fungsi perawat sebagai pendidik adalah
mengidentifikasi kebutuhan, menentukan tujuan,
mengembangkan, merencanakan, dan melaksanakan pendidikan
kesehatan agar keluarga dapat berperilaku sehat secara mandiri.
c. Konselor
Peran dan fungsi perawat sebagai konselor adalah memberikan
konseling atau bimbingan kepada individu atau keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman
yang lalu untuk membantu mengatasi masalah kesehatan
keluarga.
d. Kolaborator
Peran dan fungsi perawat sebagai kolaborator adalah
melaksanakan kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait
dengan penyelesaian masalah kesehatan di keluarga.
Intervensi:
Intervensi:
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing
Clinical Management for Positive Outcome Seventh Edition.
China : Elsevier inc. 2005
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. 2010. Chronic Kidney Disease: A
Practical Guide to Understanding and Management. USA :
Oxford University Press.
Kasuari. 2002. Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan
Kardiovaskuler Dengan Pendekatan Patofisiology. Magelang.
Poltekes Semarang PSIK Magelang
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3.
Jakarta: Media Aesculapius.
Udjianti, WJ. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba
Medika. Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
Andriastuti, M., Yuniar, I., Indawati, W., & Putri, N. D. (2018). Current
Evidences in Pediatric Emergencies Management. Jakarta: Departemen
Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.
Bulechek, G., Butcher , H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2016). Nursing
Intervention Classification (NIC), 6th edition. SIngapore: Elsevier.
Herdman, H. T. (2018). NANDA-I diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi
2018-2020. Jakarta: EGC.
Hijriani, H. (2018, Desember). Pengaruh Psychoeducational Parenting Terhadap
Kecemasan Orangtua Yang Mempunyai Anak Penyandang Gagal Ginjal
Mayor. Jurnal Keperawatan Silampari, Volume 2.
Kholifah, S. N., & Widagdo, W. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Limantoro, S., & Japarianto, E. (2016). Analisa Pengaruh Family Types, Family
Stages dan Household Conflict Terhadap Pengambilan Keputusan
Pembelian Matras King Koil di Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran
Petra, Volume 1.
Lusiana, S. A. (2016). Hubungan Status Anemia, Kecukupan Air dan Lingkungan
Belajar dengan Prestasi Belajar Anak Obes di Kota Bogor. Jurnal
Kesehatan .
Masyhudi. (2016). Tatalaksana Pemberian Informasi dan Edukasi Kepada Pasien
dan Keluarga. Semarang: RS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG.
MENKES RI. (2018). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana
Thalasemia. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes CLassification (NOC), 5th edition . Singapore: Elsevier.
Nurjanah, M. (2019). Teori Keluarga: Studi Literatur. Jurnal Universitas Negeri
Jakarta.
Oktavianti, B. (2017). Mekanisme Koping Keluarga Dalam Merawat Anak
Dengan Thalasemia Mayor Usia 6-12 Tahun Di POPTI Kota Bandung.
Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia.
Puspitawati, H. (2016). Konsep dan Teori Keluarga. Jurnal Institut Pertanian
Bogor.
Ray, R. L., Rahmawati, F., & Andhini, D. (2019). Hubungan Pengetahuan dan
Sikap Orangtua Dengan Kualitas Hidup Anak Penderita Talasemia. Jurnal
Kedokteran.
Sembiring, S. P. (2018). Gagal Ginjal Kronik. Jakarta: MorphostLab.
Ulfa, A. F., & Hasyim, M. (2018, April 01). Pengaruh Family Psikoedukasi
Terhadap Peningkatan Selfcare Dalam Merawat Anak Gagal Gagal Ginjal.
Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5.