Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN GADAR KRITIS


PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE ( CKD )
DI RUANGAN IGD RSUD MARDI WALUYO
KOTA BLITAR

Oleh :
YUNITA SARI
NIM. 40219024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2019
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : YUNITA SARI

NIM : 40219024

PRODI : PENDIDIKAN PROFESI NERS

PEMEBIMBING LAHAN (CI) PEMEBIMBING INSTITUSI

(…………………………………..….) (…………………………………..….)
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal .
Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu gagal ginjal kronik dan
akut . Gagal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat ( biasanya berlangsung beberapa tahun ) , sebaliknya gagal ginjal akut
terjadi dalam beberapa hari atau minggu ( Price & Wilson , 2010 ).

B. ETIOLOGI
KlKlasifikasi penyakit Penyakit
Penyakit infeksi tuberkulosis Pielonefritis kronik / refluks nefropati
Penyakit vaskuler hipertensi Glomerulonefrotis
Gangguan jaringan ikat Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
Gangguan kongenital dan herediter Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
ginjal
Penyakit metabolik Diabetes millitus, goat,
hiperparatiroidisme, amiloidosis.
Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik, nefropati timah
Nefropati obstruktif Traktus urinarius bagian atas, batu
neoplasma, nefrosis retroperitoneal, traktus
urinarius bagian bawah : hipertrofi prostat,
struktur uretra, anomaly congenital, leher
vesika urinaria dan uretra.

C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-
nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif
ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah
nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik
dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-
gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada
tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15
ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium
yaitu:
a. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN)
normal dan penderita asimtomatik.
b. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate
besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai
meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar
normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
c. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate
10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini
kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan
timbul oliguri. (Price, 2010 : 813-814)

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Gagal ginjal kronik
a.      Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus, ibfeksi
saluran traktus urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi , hiperurikemia,
lupus eritomatosus sistemik
b. Sindrom uremia, yang terdiri dari : lemah, letargi, anoreksia, mual muntah,
nokturia, kelebihan volume cairan (volume overload) neuropati perifer,
pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma.
c.   Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah
jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit(sodium,
kalium, khlorida)
2.      Gagal ginjal akut
Perjalanan klinis gagal ginjal akut biasanya dibagi menjadi 3 stadium : oliguria,
dieresis dan pemulihan. Pembagian ini dipakai pada penjelasan dibawah ini, tetapi
harus diingat bahwa gagal ginjal akut azotemia dapat saja terjadi saat keluaran urine
lebih dari 400ml/24 jam
a.         Stadium oliguria
Oliguria timbul 24 – 48 jam sesudah trauma dan disertai azotemia.
b.        Stadium deuresis
c. Stadium GGA dimulai bila keluaran urine lebih dari 400ml/hari
1. Berlangsung 2-3 minggu
2 Pengeluaran urin harian jarang melebihi 4 liter , asalkan pasien tidak
mengalami hidrasi yang berlebih
3. Tingginya kadar urea darah
4.   Kemungkinan menderita kekurangan kalium , natrium , dan air
5. Selama stadium dini dieresis kadar BUN mungkin meningkat terus
d.        Stadium penyembuhan
Stadium penyembuhan GGA berlangsung sampai atau tahun , dan selama itu
anemia dan kemampuan pemekatan ginjal sedikit demi sedikit membaik .
(Long, 2011)

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Suyono (2011), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan
cara sebagai berikut:
1.      Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan
membantu menetapkan etiologi.
2.      Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui
beberapa pembesaran ginjal.
3.      Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia dan gangguan elektroli

F. KOMPLIKASI
1.    Penolakan cairan oleh tubuh, cairan tidak dapat keluar dari tubuh. Kondisi ini
menyebabkan pembengkakan lengan, kaki, tekanan darah tinggi, atau
penumpukan cairan di paru-paru (pulmonary edema).
2.      Peningkatan kadar kalium di dalam darah, yang dapat menimbulkan kerusakan
fungsi jantung dan dapat berakibat fatal.
3.      Penyakit kardiovaskuler.
4.       Kerapuhan tulang dan meningkatnya risiko patah tulang.
5.      Anemia.
6.      Berkurangnya gairah seksual atau impotensi.
7.      Kerusakan sistem syaraf.
8.      Menurunnya respon sistem kekebalan tubuh.
9.      Peradangan pada lapisan yang melingkupi jantung (pericarditis).
10.  Komplikasi kehamilan.
11.  Kerusakan ginjal yang tidak dapat diperbaiki.
(Smeltzer, Suzanne C & Brenda 2010)

G. TERAPI
  1. Dialisis (cuci darah)
2  Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen
kalsium, furosemid (membantu berkemih)
3.    Diet rendah protein dan tinggi karbohidrat
4.    Transfusi darah
5.    Transplantasi ginjal.

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1.      Anamnesa
a.       Identitas
b.      Keluhan utama
c.       Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )
d.      Riwayat Penyakit Dahulu
e.       Riwayat Kesehatan Keluarga
f.       Riwayat Psikososial
g.      Lingkungan dan tempat tinggal
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Kardiovakuler
Tanda dan gejala : Hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, sacrum). Edema
periorbital, fiction rub pericardial, dan pembesaran vena jugularis, gagal
jantung, perikardtis takikardia dan disritmia.

b. Sistem Integument
Tanda dan gejala : Warna kulit abu – abu mengkilat, kulit kering bersisik,
pruritus, echimosis, kulit tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar, turgor kulit
buruk, dan gatal – gatal pada kulit.
c.  Sistem Pulmoner
Tanda dan gejala : Sputum kental , nafas dangkal, pernafasan  kusmaul,
udem paru, gangguan pernafasan, asidosis metabolic, pneumonia, nafas
berbau amoniak, sesak nafas.

d. Sistem Gastrointestinal
Tanda dan gejala : Nafas berbau amoniak, ulserasi dan perdarahan pada
mulut,
anoreksia, mual, muntah, konstipasi dan diare, perdarahan dari saluran
gastrointestinal, sto,atitis dan pankreatitis.

e. Sistem Neurologi
Tanda dan gejala : Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,
penurunan konsentrasi, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak
kaki, dan perubahan perilaku, malaise serta penurunan kesadaran.

f. Sistem Muskuloskletal
Tanda dan gejala : Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop,
osteosklerosis, dan osteomalasia.

g. Sistem Urinaria
Tanda dan gejala : Oliguria, hiperkalemia, distropi renl, hematuria,
proteinuria, anuria, abdomen kembung, hipokalsemia, hiperfosfatemia, dan
asidosis metabolik.

h. Sistem Reproduktif
Tanda dan gejala : Amenore, atropi testikuler, penurunan libido, infertilitas.

3. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet berlebih dan
retensi cairan serta natrium
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh b.d anoreksia, mual dan
muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut
c. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi, produk sampah
d. Gangguan pertukaran gas
e. Kerusakan integritas kulit

4. Intervensi Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine , diet berlebih dan
retensi cairan serta natrium
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kelebihan volume cairan
teratasi dengan kriteria:
 Terbebas dari edema, efusi, anaskara
Intervensi :
a.      Kaji adanya oedema
Rasional : Oedema menunjukan adanya kelebihan volume cairan
b.      Ukur denyut jantung dan awasi TD
Rasional : Perawatan invasif diperlukan untuk mengkaji volume
intravaskuler khususnya pada pasien dengan fungsi jantung buruk
c.       Monitor pemasukan cairan.
Rasional : Untuk menentukan fungsi ginjal
d.      Ukur balance cairan
Rasional : Untuk menentukan output dan input
e.       Kolaborasi pemberian obat diuritika dengan dokter
Rasional : Untuk mempercepat pengeluaran urine

2.   Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh b.d anoreksia, mual dan
muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 14 jam pasien diharapkan
mempertahankan/meningkatkan berat badan dan selera untuk makan. Dengan
kriteria hasil : tidak ada penurunan berat badan
Intervensi :
a.       kaji/catat pemasukan diet.
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan
diet.
b.      Tawarkan perawatan mulut / sering cuci mulut.
Rasional : memberi kesegaran pada mulut dan miningkatkan selera
makan.
c.       Ajurkan / berikan makan sedikit tapi sering.
Rasional : meminimalkan anoreksia dan mual.\
d.      Kolborasi dengan ahli gizi untuk diit rendah protein dan rendah garam
Rasional : diit untuk pasien gagal ginjal

3.      Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi, produk sampah


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 14 jam pasien mampu
activity toleran
Dengan KH :
     Mampu melakukan aktivitas sehari - hari ( ADLs) secara mandiri
Intervensi :
a.       Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sember energi.
Rasional : Nutrisi yang cukup memberikan sumber energi.
b.    Beri bantuan dalam aktifitas dan ambulasi.
Rasional : Memberikan keamanan pada pasien
c.    Ajarkan teknik mengontrol pernafasan saat aktifitas
Rasional : Menghemat energi dalam tubuh.
d.     Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
Rasional : Memulihkan kembali otot yang mengalami kekakuan

    4.  Gangguan pertukaran gas


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
Gangguan pertukaran pasien teratasi dengan kriteria hasi:
         Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
Intervensi :
a.       Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional : memperlancar ventilasi
b.      Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Rasional : fisioterapi dada dapat melancarkan pernapasan
c.       Auskultasi suara nafas, catat adanya
Rasional : mengetahui adanya kelainan
d.      Berikan bronkodilator ;
Rasional : melancarkan pernapasan

5.      Kerusakan integritas kulit.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
kerusakan integritas kulit pasien teratasi dengan kriteria hasil:
        Integritas kulit yang baik bias dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi)
Intervensi :
a.       Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
Rasional : agar tidak panas
b.      Hindari kerutan pada tempat tidur
Rasional : Kerutan dapat menyebabkan lecet
c.       Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan lembab
Rasional : kebersihan menghindari infeksi
d.      Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
Rasional : menghindari dicubitus
e.       Monitor kulit akan adanya kemerahan
Rasional : kemerahan tanda ada infeksi
f.     Kolaborasi pemberian obat topikal
Rasional : untuk membunuh bakteri
DAFTAR PUSTAKA

Long, B C. (2011). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (2010). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-
proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2010 ) Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono. ( 2011 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai