Disusun Oleh :
Nurul Safira Lahati
G3A020186
TAHUN 2021/2022
BAB I
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel dan progresif dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
menyebabkan uremia (Black & Hawk dalam Dwy Retno Sulystianingsih, 2018).
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah tidak mampu
mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang biasanya dieliminasi melalui urin
dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan
fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa (Abdul, 2015)
2. Etiologi
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju filtrasi glomerulus atau yang
disebut juga penurunan glomerulus filtration rate (GFR). Penyebab gagal ginjal kronik menurut
Andra & Yessie, 2013):
1. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat menyebabkan iskemik ginjal
dan kematian jaringan ginajl. Lesi yang paling sering adalah Aterosklerosis pada arteri renalis
yang besar, dengan konstriksi skleratik progresif pada pembuluh darah. Hyperplasia
fibromaskular pada satu atau lebih artieri besar yang juga menimbulkan sumbatan pembuluh
darah. Nefrosklerosis yaitu suatu kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama yang tidak di
obati, dikarakteristikkan oleh penebalan, hilangnya elastistisitas system, perubahan darah
ginjal mengakibatkan penurunan aliran darah dan akhirnya gagal ginjal.
2. Gangguan imunologis : seperti glomerulonephritis
3. Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang berasal dari
kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri ini mencapai ginjal melalui aliran
darah atau yang lebih sering secara ascenden dari traktus urinarius bagiab bawah lewat ureter
ke ginjal sehingga dapat menimbulkan kerusakan irreversible ginjal yang disebut pielonefritis.
4. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan mobilisasi lemak meningkat sehingga
terjadi penebalan membrane kapiler dan di ginjal dan berlanjut dengan disfungsi endotel
sehingga terjadi nefropati amyloidosis yang disebabkan oleh endapan zat-zat proteinemia
abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius merusak membrane glomerulus.
5. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau logam berat.
6. Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan kontstriksi uretra.
7. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik sama dengan kondisi keturunan yang
dikarakteristik oleh terjadinya kista atau kantong berisi cairan didalam ginjal dan organ lain,
serta tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat konginetal (hypoplasia renalis) serta adanya
asidosis.
4. Patofisiologi
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan metabolic (DM),
infeksi (Pielonefritis), Obstruksi Traktus Urinarius, Gangguan Imunologis, Hipertensi, Gangguan
tubulus primer (nefrotoksin) dan Gangguan kongenital yang menyebabkan GFR menurun.
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagai nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga
utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan
memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorbsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾
dari nefron-nefron rusak. Beban bahanyang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa
di reabsorbsi berakibat dieresis osmotic disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak timbul disertai retensi produk
sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-
gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-
kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian lebih rendah
itu. (Barbara C Long). Fungsi renal menurun, produk akhir metabolism protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap
system tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat
(Smeltzer dan Bare, 2011)
5. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
pemeriksaan penurunan fungsi ginjal
a. Ureum kreatinin
b. Asam urat serum.
2. Identifikasi etiologi gagal ginjal
Analisis urin rutin
a. Mikrobiologi urin
b. Kimia darah
c. Elektrolit
d. Imunodiagnosis
3. Identifikasi perjalanan penyakit
Nilai normal :
a. Laki-laki : 97 - 137 mL/menit/1,73 m3 atau0,93 - 1,32 mL/detik/m2
b. Wanita : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau 0,85 - 1,23 mL/detik/m2
c. Hemopoesis : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan
d. Elektrolit : Na+, K+, HCO3-, Ca2+, PO42-, Mg+
e. Endokrin : PTH dan T3,T4
f. Pemeriksaan lain: berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk ginjal, misalnya: infark
miokard.
4. Diagnostic
1) Etiologi CKD dan terminal
a. Foto polos abdomen.
b. USG.
c. Nefrotogram.
d. Pielografi retrograde.
e. Pielografi antegrade.
f. Mictuating Cysto Urography (MCU).
2) Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
a. RetRogram
b. USG.
6. Pathways
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Airway
1. Peningkatansekresipernapasan.
2. Bunyinafaskrekels,ronkidanmengi
b. Breathing
1. Distress pernafasan: pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu dan retraksi.
2. Menggunakanototaksesoripernapasan.
3. Kesulitanbernafas:laparudara,diaforesis,sianosis.
c. Circulasi
1. Penurunancurahjantung:gelisah,letargi,takikardia
2. Sakitkepala
3. tingkatkesadaran:ansietas,gelisah,kacaumental,mengantuk.
4. Papiledema.
5. Penurunan haluaran urine
2. Pemeriksaan fisik:
a. System pernafasaan:
1. Inpeksi:kembangkembisdadadanjalannafasnya.
2. Palpasi:simetristidaknyadadasaatparuekspansidanpernafasaan
tertinggal.
3. Perkusi:suaranafas(sonor,hipersonorataupekak).
4. Auskultasi:suaraabnormal(wheezingdanronchi)
b. System Kardiovaskuler:
1. Inspeksi adakah perdarahan aktifataupasifyangkeluardaridaerahtrauma.
2. Palpasi:bagaimanamengenaikulit,suhudaerahakralSuaradetak
jantungmenjauh atau menurun dan adakah denyut jantungparadok.
c. System neurologis
1. gelisahatautidakgelisah,adakahjejasdikepala.
2. Palpasi:kelumpuhanataulaterarisasipadaanggotagerak Bagaimanatingkat
kesadaranyangdialamudenganmenggunakanGlascow Coma Skala
.
d. Pemeriksaan sekunder
Aktifitas 1
Gejala:
- Kelemahan.
- Kelelahan.
- Polahidupmenetap.
- Jadwalolahragatidakteratur .
- Tanda Takikardi.
- Dispneapadaistirahatatauaktifitas.
Sirkulasi
Gejala: riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah
tekanan darah,diabetes mellitus, gagalnafas.
Tanda:
3. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru
SLKI : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas membaik
dengan kriteria hasil : dyspnea menurun, Frekuensi nafas membaik
SIKI : Pemantauan Respirasi
Tindakan :
Observasi :
Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
Monitor pola napas
Monitor adanya sumbatan jalan napas
Auskultasi bunyi napas
Monitor saturasi oksigen
Teraupetik :
Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Infomasikan hasil pemantauan jika perlu.
b. Nyeri behubungan dengan gangguan mobilitas fisik
SLKI :Setelah dilakukan tindakan Keperawatan diharapkan nyeri menurun
Kriteria Hasil : Tingkat Nyeri
Keluhan nyeri menurun (5)
Gelisah menurun (5)
Meringis menurun (5)
Tindakan :
Observasi :
Edukasi :
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat
A. Pengkajian Fokus
1. Boidata
Nama Klien : TN.M
Usia : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Masuk : 03-11-2021
Tanggal Pengkajian : 03-11-2021
Diagnosa Medis : CKD
Penanggung jawab
Nama : Ny. A
Umur : 49 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan pasien : Suami
2. Pengkajian Primer
a. Airway (Jalan nafas) : Tidak terdapat sumbatan jalan nafas
b. Breathing (pernafasan) : Spontan, RR : 24x/menit
c. Circulation (Sirkulasi)
TD : 157/109 mmHg
HR :78 x/menit
RR : 26 x/menit
S : 37
SPO2 : 95%
d. Disability
Kesadaran : Composmentis
GCS : 14 (E : 4, M : 5, V : 5)
Tonus otot :
- Pada tangan kaki kanan lemah
Kemampuan motoric dan sensorik :
- Nyeri pada kaki kiri jika digerakkan
- Kaki kanan tidak bisa digerakkan, nyeri saat di gerakkan
- Skala Nyeri :
P : Nyeri dirasakan saat bergerak
Q : Nyeri dirasakan seperti cekot-cekot
R : Nyeri pada kaki kiri
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri dirasakan terus-menerus
3. Pengkajian Sekunder
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : sesak dan nyeri pada kaki kiri (bengkak)
b. Alasan masuk Rumah Sakit:
Pasien demam sudah 2 hari yang lalu pasien tidak mau makan, pasien mengeluh kaki
sakit dan sesak.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah dirawat di RS tugu dengan keluhan yang sama pada tahun 2020
bulan oktober.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Berdasarkan dari keterangan dari keluarga pasien, ayah kandung pasien
mempunyai riwayat penyakit Hipertensi
B. Data Fokus
Do :
Gangguan mobilitas
2 fisik
- Pasien tampak lemah, gelisah,
kesakitan
- Kesadaran : Composmentis
- GCS : 14 (E : 3, M : 6, V : 5)
- TD :157/109 mmHg
- HR : 78x/menit
- RR : 26 x/menit
- SPO2 : 95%
- S : 370C
- Nyeri pada daerah kaki
sebelah kiri jika digerakkn dan
ada bengkak
- Skala Nyeri :
P : Nyeri dirasakan saat
bergerak
Q : Nyeri dirasakan seperti
cekot-cekot
R : Nyeri pada kaki sebelah
kiri
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri dirasakan terus
menerus
Terapi yang diberikan
1. Ivfd RL 12 tpm
2. Inj furosemid 2 amp
3. Inj ranitidin 1 amp
4. Sp furosemid 0,5 ml/jam
5. O2 Nasal kanul6 lpm
C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru
2. Nyeri berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik
D. Intervensi Keperawatan
1. Pola naps tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas (I.
efektif berhubungan keperawatan 1x5 jam diharapkan 01011)
dengan posisi tubuh pola nafas membaik dengan
yang menghambat kriteria hasil : Tindakan
ekspansi paru. 1. dyspnea menurun Observasi :
2. Frekuensi nafas membaik
- Monitor Pola Nafas
Terapeutik:
Edukasi :
Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(tarik napas dalam).
Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri .
Fasilitasi istirahat dan
tidur.
Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategy
meredakan nyeri.
Edukasi :
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
Anjurkan mengunakan
analgetik secara tepat.
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri.
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
obat
4. IMPLEMENTASI
- Memasang DC
-
4. EVALUASI
S : Pasien mengatakan sesak sudah berkurang
O : Pasien masih tampak lemas mengatakan sakit, meringis
A : Masalah belum teratasi
P :.lanjutkan intervensi
DAFTARPUSTSAKA
ArifMansjoer,dkk.2014. KapitaSelektaKedokteran.Ed.III.Jilid2.Jakarta:MediaAescula
pius
Brunner&Suddarth.(2013).Keperawatanmedikalbedah.Jakarta:EGC
Doengoes,E.Marylinn.2012. RencanaAsuhanKeperawatan.Ed.III.Jakarta:EGC
Smeltzer,SuzanneC&BrendaG.Beare.2015. BukuAjarKeperawatanMedikalBedah.Ed.8
.Vol.3.Jakarta:EGC
Muttaqin.
(2012).Asuhankeperawatankliendengangangguanpernafasan.SalembaMedika:Jakar
ta
Wartonah&Tarwoto.2013.Kebutuhandasarmanusia&proseskeperawatan.Jakarta:Sa
lembaMedika
Delima, 2014, ‘Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik : Studi Kasus Kontrol di Empat
Rumah Sakit di Jakarta’. [online] jurnal. Dari jurnal.
https://media.neliti.com/media/publications/74905-ID-faktor-risikopenyakit-ginjal-kronik-
stu.pdf. (29 Desember 2018)
Permana, Sari, 2012. ‘Asuhan Keperawatan Pada Ny.M Dengan Chronic Kidney Disease Di
Ruang Hemodialisa Rsud Dr. Moewardi Surakarta’. [Online] Jurnal. Dari Jurnal.
http://Eprints.Ums.Ac.Id/22368/10/Naskah_Pdf (29 Desember 2018)