Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS MEDIS CHRONIC

KIDNEY DISEASE (CKD) DI PAV FLAMBOYAN


RSUD UNDATA PALU

DISUSUN OLEH :
SRI INDRININGSI
2020032085

CI. LAHAN CI INSTITUSI

Ns. Masri Dg.Taha, M.Kep Ns. Ismawati, M. Sc

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021
LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL GINJAL KRONIS
A. Definisi
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur
ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik)
di dalam darah (Muttaqin dan Sari, 2017).
B. Anatomi Fisiologis
1. Anatomi

2. Fisiologis
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin, 2010).CKD atau gagal ginjal
kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan
fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer,
2009)Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia berupa retensi urea dan
sampah lain dalam darah (Brunner & Suddarth, 2002).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal
kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami kerusakan sehingga tidak
mampu lagi mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang ada di dalam tubuh dan
menyebabkan penumpukan urea dan sampah metabolisme lainnya serta
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

C. Etiologi
1. Infeksi, misalnya pielonefritis kronik, glomerulonephritis
2. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
3. Gangguan jaringan penyambung, misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
4. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
5. Penyakit metabolik, misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amyloidosis
6. Nefropati toksik, misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal
7. Nefropati obstruktif, misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra
8. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
D. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-
nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif
ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% – 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian
nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. (Barbara C
Long, 2016)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner
& Suddarth, 2016).

F. Manifastasi klinis
Manifestasi klinik menurut Suyono (2017) adalah sebagai berikut:
1. Sistem kardiovaskuler
a) Hipertensi
b) Pitting edema
c) Edema periorbital
d) Pembesaran vena leher
e) Friction sub pericardial
2. Sistem Pulmoner
a) Krekel
b) Nafas dangkal
c) Kusmaull
d) Sputum kental dan liat
3. Sistem gastrointestinal
a) Anoreksia, mual dan muntah
b) Perdarahan saluran GI
c) Ulserasi dan pardarahan mulut
d) Nafas berbau ammonia
4. Sistem musculoskeletal
a) Kram otot
b) Kehilangan kekuatan otot
c) Fraktur tulang
5. Sistem Integumen
a) Warna kulit abu-abu mengkilat
b) Pruritis
c) Kulit kering bersisik
d) Ekimosis
e) Kuku tipis dan rapuh
f) Rambut tipis dan kasar
6. Sistem Reproduksi
a) Amenore
b) Atrofi testis

G. Komplikasi
1. Gangguan elektrolit, seperti penumpukan fosfor dan hiperkalemia atau kenaikan
kadar kalium yang tinggi dalam darah.
2. Penyakit jantung dan pembuluh darah.
3. Penumpukan kelebihan cairan di rongga tubuh, misalnya edema paru atau asites.
4. Anemia atau kekurangan sel darah merah.
5. Kerusakan sistem saraf pusat dan menimbulkan kejang.

H. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis ditetapkan setelah mengetahui gejala, riwayat penyakit penderita dan
keluarga, serta melakukan pemeriksaan fisik. Untuk memastikan kondisi ginjal
penderita, dokter perlu melakukan beberapa tes untuk menilai fungsi ginjal dan
mendeteksi kerusakan ginjal. Tes tersebut meliputi:

a. Tes darah. Tes ini untuk mengetahui kerja ginjal dengan melihat kadar limbah
dalam darah, seperti kreatinin dan ureum.
b. Tes urine. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi tidak normal yang
mengindikasikan kerusakan ginjal. Dalam tes ini, kadar albumin dan kreatinin
dalam urine diperiksa, begitu juga keberadaan protein atau darah dalam urine.
c. Pemindaian. Pemindaian ini bertujuan melihat struktur dan ukuran ginjal, dan
dapat dilakukan dengan USG, MRI, dan CT scan.
d. Biopsi ginjal. Biopsi ginjal dilakukan dengan mengambil sampel kecil dari
jaringan ginjal, yang selanjutnya dianalisis di laboratorium untuk menentukan
penyebab kerusakan ginjal.

Setelah hasil tes menunjukkan indikasi gagal ginjal, dokter perlu mengetahui
fungsi ginjal yang masih tersisa dan stadium gagal ginjal yang dialami
penderita. Salah satu pemeriksaan fungsi ginjal yang bisa dilakukan untuk
mengetahui ini adalah pemeriksaan laju filtrasi glomerulus atau LFG. Pemeriksaan
LFG atau eGFR mengukur penyaringan limbah dalam darah oleh ginjal
berdasarkan kadar kreatinin dalam darah, usia ukuran tubuh, dan jenis kelamin. Tes
LFG ini dibutuhkan guna menentukan langkah pengobatan yang sesuai. 
I. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan
sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal.
Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian
terhadap peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan
pemeriksaan urinalisis.
Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang
menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada
pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang
pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001)
b. Penatalaksanaan Medis
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
e. Dialisis (cuci darah)
f. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat,
suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih)
g. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
h. Transfusi darah
2. Operasi
a. Pengambilan batu
b. Transplantasi ginjal

c. Rehabilitatif
Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Cronic renal
Desease (CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun
(Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin, Observasi balance cairan, Observasi
adanya odema dan Batasi cairan yang masuk).
J. Konsep asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 tahun), usia
muda, dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.
b. Keluhan utama
Sesak napas, kencing sedikit bahkan tidak dapat kencing, gelisah, tidak
selera makan (anoreksia), mual, muntah, kembung, mulut terasa kering, rasa
lelah, napas berbau (ureum), gatal pada kulit.
c. Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang : diare, muntah, perdarahan, luka bakar,
rekasi anafilaksis, renjatan kardiogenik.
2) Riwayat penyakit dahulu : riwayat penyakit gagal ginjal akut,
infeksi saluran kemih, payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat
nefrotoksik, benigna prostatic hyperplasia, prostatektomi.
3) Riwayat penyakit keluarga : adanya penyakit keturunan Diabetes
Mellitus atau hipertensi.
4) Tanda vital : peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah,
hipertensi, napas cepat dan dalam (kussmaul), dyspnea.
5) Body Systems :
d. Pernapasan (B 1 : Breathing)
Gejala : napas pendek, dispnea nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa
sputum, kental dan banyak.
Tanda ; takhipnea, dispnea, peningkatan frekuensi, batuk produktif
dengan/tanpa sputum.
e. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Gejala : riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi nyeri dada atau
angina dan sesak napas, gangguan irama jantung, edema.
Tanda : hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada kaki,
telapak tangan, disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik,
friction rub perikardial, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.kecenderungan
perdarahan.
f. Persyarafan (B 3 : Brain)
Kesadaran : disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolet sampai koma.
g. Perkemihan-Eliminasi Uri (B 4 : Bladder)
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat,
tidak dapat kencing.
Gejala : penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut)
abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: perubahan warna urine (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau
anuria.
h. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva dan
diare
i. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk saat
malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.
Tanda : pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimosis pada kulit,
fraktur tulang, defosit fosfat kalsium, pada kulit, jaringan lunak, sendi
keterbatasan gerak sendi.
6) Pola aktivitas sehari-hari
j. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan
manajemen kesehatan karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal
ginjal kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya
dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan
perawatan yang lama. Oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan
mudah dimengerti pasien.
k. Pola nutrisi dan metabolism
Anoreksia, mual, muntah dan rasa pahit pada rongga mulut, intake
minum yang kurang, dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status
kesehatan klien.
Gejala : peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat
badan (malnutrisi) anoreksia, nyeri ulu hati, mual muntah, bau mulut
(amonia) Penggunaan diuretik.
Tanda : Gangguan status mental, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, kejang, rambut tipis,
kuku rapuh.
l. Pola Eliminasi
Eliminasi urine :
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan
pekat sampai tidak dapat kencing.
Gejala : penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap
lanjut), abdomen kembung.
Tanda: perubahan warna urine (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria
atau anuria.
Eliminasi alvi : diare atau konstipasi.
m. Pola tidur dan istirahat
Gelisah, cemas, gangguan tidur.
n. Pola aktivitas dan latihan
Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas sehingga menyebabkan klien
tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal.
Gejala : kelelahan ektremitas, kelemahan, malaise.
Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
o. Pola hubungan dan peran
Gejala : kesulitan menentukan kondisi (tidak mampu bekerja, mempertahankan
fungsi peran).
p. Pola sensori dan kognitif
Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati/mati rasa
pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien mampu melihat
dan mendengar dengan baik/tidak, klien mengalami disorientasi/tidak.
q. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan
dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).
r. Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
Gejala : penurunan libido, amenorhea, infertilitas.
s. Pola mekanisme koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor
stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,
kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain dapat menyebabkan klien tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif/adaptif.
Gejala : faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekuatan
Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung, perubahan
kepribadian.
t. Pola nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta gagal
ginjal kronik dapat menghambat klien dalam melaksanakan ibadah maupun
mempengaruhi pola ibadah klien.
u. Pemeriksan fisik
1) Kepala : edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas ureum.

2) Dada : pernapasan cepat dan dalam, nyeri dada.

3) Perut : adanya edema anasarka (ascites).

4) Ekstrimitas : edema pada tungkai, spatisitas otot.

2. Diagnosa keperawatan

Masalah yang sering muncul pada pasien gagal ginjal berdasarkan nanda

a. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet berlebih dan
retensi cairan serta natrium
b. Ketidak seimbangan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual
dan muntah, pembatasan diet
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
d. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi
e. Gangguan pertukaran gas
f. Nyeri
g. Kerusakan integritas kulit
3. Intervensi Keperawatan
Diagnose Perencanaan Keperawatan
Keperawatan NOC dan kriteria hasil NIC
Kelebihan volume NOC  Pertahankan catatan intake dan
cairan b.d  Keseimbangan elektrolit dan output yang akurat
penurunan haluaran asam basa  Pasang urine kateter jika perlu
urine, diet berlebih  Keseimbangan cairan  Monitor hasil Hb yang sesuai
dan retensi cairan  Hidrasi dengan retensi cairan
serta natrium  Monitor status hemodinamik
Kriteria hasil  Monitor vital sign
 Terbebas dari edema, efusi,  Monitor retensi/kelebihan volume
 Bunyi nafas bersih tidak ada cairan
dyspneu/ortopneu  Kaji dan monitor lokasi dan luas
 Terbebas dari distensi vena edema
jugularis , reflek  Monitor masukan makanan
hepatojugularis (+) /cairan dan hitung intake kalori
 Terbebas dari kelelahan,  Monitor status nutrisi
kecemasan dan kebingungan  Kolaborasi pemberian diuretic
sesuai intruksi
 Batasi masukan cairan pada
keadaan hiponatremia
 Monitor kardiovaskuler terhadap
aktifitas
 Monitor tanda dan gejala adanya
odema

Ketidak Nutritional status:  Kaji adanya alergi makanan


seimbangan nutrisis  Food and fluid intake  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kurang dari  Nutrient intake menentukan jumlah kalori dan
kebutuhan tubuh  Weight control nutrisi yang dibutuhkan
b.d anoreksia, mual Kriteria hasil:  Anjurkan pasien untuk
dan muntah,  Berat badan ideal sesuai meningkatkan intake FE
pembatasan diet dengan tinggi badan  Monitor adanya penurunan berat
 Mampu mengidentifikasi badan
kebutuhan nutrisi  Monitor mual dan muntah
 Tidak ada tanda-tanda mal
nutrisi
 Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti
Ketidakefektifan Circulation status  Observasi status hidrasi 
perfusi jaringan Tissue perfution: cerebral (kelembaban membran mukosa,
perifer b.d TD ortostatik, dan keadekuatan
gangguan transport Kriteria hasil: dinding nadi)
O2  Tekanan systole dan diastole  Monitor HMT, Ureum, albumin,
dalam batas normal total protein, serum osmolalitas
 Tidak ada gangguan mental, dan urin
orientasi kognitif dan kekuatan  Observasi tanda-tanda cairan
otot berlebih/ retensi (CVP menigkat,
 Na, K, Cl, Ca, Mg, BUN, oedem, distensi vena leher dan
Creat dan Biknat dalam batas asites)
normal  Pertahankan intake dan output
 Tidak ada tanda-tanda secara akurat
peningkatan tekanan  Monitor TTV
intracranial  Observasi terhadap dehidrasi,
kram otot dan aktivitas kejang
 Monitor BUN, Creat, HMT dan
elektrolit
 Kaji status mental/kesadaran
 Monitor CT
 Monitor adanya respiratory
distress
Intoleransi aktivitas Energy conservation  Observasi adanya pembatasan
b.d keletihan, Activity tolerance klien dalam melakukan aktivitas
anemia, retensi Self care: ADLs  Kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan
Kriteria Hasil :  Monitor nutrisi  dan sumber
 Berpartisipasi dalam aktivitas energi yang adekuat
fisik tanpa disertai  Monitor pasien akan adanya
peningkatan tekanan darah, kelelahan fisik dan emosi secara
nadi dan RR berlebihan
 Mampu melakukan aktivitas  Monitor respon kardivaskuler 
sehari hari (ADLs) secara terhadap aktivitas (takikardi,
mandiri disritmia, sesak nafas, diaporesis,
 Keseimbangan aktivitas dan pucat, perubahan hemodinamik)
istirahat  Monitor pola tidur dan lamanya
 Tanda tanda vital normal tidur/istirahat pasien
 Sirkulasi baik  Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
 Bantu untuk memilih aktivitas
yang sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial
 Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
 Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual.
Gangguan Respiratory status : gas exchange  Buka jalan nafas
pertukaran gas & ventilation  Posisikan pasien untuk
Vital sign status memekasimalkan ventilasi
 Identifikasi pasien perlunya O2
Kriteria hasil:  Keluarkan secret dengan batuk
 Memelihara bersihan jalan atau saction
nafas dan bebas dari tanda  Monitor respirasi dan O2
tanda distress pernapasan  Monitor suara nafas
 Tanda tanda vital dalam  Monitor kedalaman, irama ,
rentang normal penggunaan otot bantu nafas,
usaha respirasi
Nyeri Pain level  Lakukan pengkajian nyeri secara
Pain control komprehensif
Comfort level  Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
Kriteria hasil:  Ajarkan tentang tehnik
 Mampu mengontrol nyeri dan nonfamakologi
mampu menggunakan tehnik  Control lingkungan yang dapat
nonfarmakologi untuk mempengaruhi nyeri
mengurangi nyeri  Evaluasi keefektifan control nyeri
 Melaporkan bahwa nyeri  Kolaborasi pemberian analgetik
berkurang untuk mengurangi nyeri bila perlu
 Kebutuhan rasa nyaman
terpenuhi
Kerusakan Integritas kulit baik  Anjurkan pasien untuk
integritas kulit menggunakan pakaian yang
Kriteria hasil: longgar
 Intergritas kulit yang baik bisa  Jaga kebersihan kulit agar tetap
dipertahankan bersih dan lembab
 Tidak ada luka atau lesi pada  Monitor kulit akan adanya
kulit kemerahan
 Perfusi jaringan baik  Mobilisasi pasien
 Mampu menjaga kulit dan  Oleskan lotion atau baby oil pada
mempertahankan kelembaban daerah yang tertekan
kulit  Mandikan pasien dengan sabun
dan air hangat

4. Discharge Planning
1. Diet tinggi kalori dan rendah protein
2. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangancairan dan garam
3. Control hipertensi
4. Control ketidakseimbangan elektrolit
5. Deteksi dini dan terapi infeksi
6. Dialysis
7. Ajarkan diet rendah protein dan tinggi karbohidrat
8. Pemberian obat (kolaborasi)
DAFTAR PUSTAKA
Suyono. 2017. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8volume 2. Jakarta: EGC
Tim pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,edisi I Jakarta
:DPP PPNI
Tim pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,edisi I Jakarta
DPP PPNI
Carpenito, L.J., 2016, Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi 2), Alih.
Bahasa Monica Ester, Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2016. Asuhan Keperawatan Gangguan SistemPerkemihan.
Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai