Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOMYELITIS

(KONSEP TEORITIS)

A. Pengertian
Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup
sumsum dan atau korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari
luar tubuh) atau hematogenous (infeksi masuk dari dalam tubuh). (Reeves,
2011)
Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang dan sum-sum tulang yang
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau proses spesifik
(m.tuberkulosa,jamur). (Arif Mansjoer, 2012)
Osteomyelitis adalah infeksi jaringan tulang yang dapat bersifat akut
maupun kronis. (Price and wilson, 2015)
Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Smeltzer, 2012).

B. Klasifikasi
Menurut Arif Mansjoer dkk (2012) pembagian Osteomyelitis ada dua yaitu :
1. Osteomyelitis primer yang disebabkan penyebaran kuman-kuman
mencapai tulang secara langsung melalui luka Osteomyelitis primer dapat
dibagi menjadi Osteomyelitis akut dan kronik
2. Osteomyelitis sekunder atau Osteomyelitis yang disebabkan penyebaran
kuman dari sekitarnya, seperti bisul dan luka.

C. Etiologi
Osteomyelitis dapat disebabkan oleh karena bakteri, virus, jamur dan
mikro organisme lain. Golongan atau jenis patogen yang sering adalah
Staphylococcus aureus menyebabkan 70%-80% infeksi tulang,
Pneumococcus, Typhus bacil, Proteus, Psedomonas, Echerchia coli,
Tuberculose bacil dan Spirochaeta. (Efendi, 2015)
D. Patofisiologi

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi
tulang. Organism patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomilitis
meliputi proteus, pseudomonas, dan escerechia coli. Terdapat peningkatan
insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobic.
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan pertama( akut fulminan stadium 1) dan sering berhubungan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi supervisial. Infeksi awitan lambat
(stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan.
Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen
dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada
pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan
nekrosis tulang sehubungan dengan peingkatan tekanan jaringan dan medulla.
Inveksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan kebawah poriesteum
dan dapat menyeber ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila
proses inveksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses pada
tulang.
Pada perjalan alamiahnya, abses dapat keluar secara spontan; namun
yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses
yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun
seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum)
tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis
dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi
pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum.jadi
meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius
kronis yang tetap ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang
hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik. (Smletzher, 2012)

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


E. Pathway

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


F. Manifestasi Klinis
1. Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering
terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam
tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada
awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi
menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai
periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi
nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri
konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan
berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
2. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
3. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu
mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah
dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
(Smeltzer, 2012)

G. Faktor Predisposisi
1. Usia (terutama mengenai bayi dan anak-anak)
2. Jenis kelamin (lebih sering pada pria daripada wanita dengan
perbandingan 1:4)
3. Trauma( hematoma akibat trauma pada daerah metafisis merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya osteomilitis)
4. Lokasi ( osteomilitis sering terjadi pada daerah metafisis)
5. Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus infeksi
sebelumnya
(Arif Muttaqin, 2016)

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratarium: pada fase akut ditemukan CRP yang meninggi,
laju endap darah (LED ) yang meninggi dan leukositosis.
2. Pemeriksaan Radiologik: pada fase akut gambaran radiologik tidak
menunjukkan kelainan, pada fase kronik ditemukan suatu involukrum dan
sekuester. (Arif Mansjoer dkk, 2012)

I. Penatalaksanaan
Perawatan di rumah sakit
1. Pengobatan suportif dengan pemberian infuse
2. Pemeriksaan biakan darah
3. Antibiotic spectrum luas yang efektif terhadap gram positif
maupun gram negative diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan
darah secara parenteral selama 3-6 minggu
4. Immobilisasi anggota gerak yang terkena
5. Tindakan pembedahan indikasi untuk melakukan
pembedahan ialah :
a. Adanya abses
b. Rasa sakit yang hebat
c. Adanya sekuester
d. Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma
epedermoid).
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila
infolukrum telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur peasca
pembedahan. (Arif Mansjoer, 2012)

J. Komplikasi
1. Septikemia. Dengan makin tersedianya obat-obat antibiotik yang
memadai, kematian akibat septikemia pada saat ini jarang ditemukan.
2. Infeksi yang bersifat metastatik. Infeksi dapat bermetastasis ke tulang
sendi lainnya ,otak dan paru-paru, dapat bersifat multifokal, dan biasanya
terjadi pada klien dengan gizi buruk.

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


3. Artitis supuratif. Dapat terjadi pada bayi karena lempng epifisis bayi
belum berfungsi dengan baik.
4. Gangguan pertumbuhan. Osteomilitis hematogen akut pada bayi dapat
menyebabkan kerusakan lempeng epifisis sehingga terjadi gangguan
pertumbuhan, tulang yang bersangkutan menjadi lebih pendek.
(Arif Muttaqin, 2016)

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


(KONSEP ASKEP TEORITIS)
A. Pengkajian
1. Anamnesa
Anamnesa meliputi
a. Identitas klien : Nama, Jenis kelamin, Umur, Alamat, Pekerjaan,
Agama, dsb.
b. Keluhan utama : Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (mis.
Nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam
sedang.
c. Riwayat penyakit dahulu : Kaji adanya faktor risiko (mis. diabetes,
terapi kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah
ortopedi sebelumnya.
d. Riwayat penyakit sekarang : Adanya daerah inflamasi, pembengkakan
nyata, hangat dan nyeri tekan. Pada osteomielitis akut, pasien akan
mengalami kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. Pada
osteomielitis kronik, peningkatan suhu mungkin minimal, yang terjadi
pada sore dan malam hari.
e. Riwayat psikososial : Adanya stress dapat meningkatka rasa nyeri,
merasa kehilangan kemampuan dan harapan, cemas terhadap kondisi
yang dialami saat ini.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi,
pembengkakan nyata, hangat yang nyeri tekan. Cairan purulen dapat
terlihat. Pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi sistemik
infeksi, nyeri lokal.
Pengkajian Nyeri
a. Provokes/ Palliativ : Pemicu terjadinya nyeri yaitu adanya infeksi,
trauma (mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak,
pembedahan tulang ).

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


b. Quality / Quantity : Kualitas dari nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit
seperti digencet. Kuantitas dari nyeri, dimana nyeri terjadi beberapa
menit, jam, hari, bulan, dsb ).
c. Region /radiasi ; daerah di mana nyeri terjadi pada organ tubuh yaitu
pada osteo atau daerah tulang.
d. Severe / scale : intensitas nyeri
e. Time : waktu terjadinya nyeri, pada waktu pagi hari, siang, atau malam
hari.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pada fase akut ditemukan CPR yang meninggi, laju endap darah yang
meninggi dan leukosit meningkat.
b. Pemeriksaan radiologik
Pada fase akut gambaran radiologic tidak menunjukkan kelainan. Pada
fase kronik ditemukan suatu involukrum dan skuester.
c. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 l gr/dl disertai peningkatan
laju endapan darah.
d. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonella.
e. Bone scan
Pada pemeriksaan sidik tulang dengan menggunakan tehcnetum-99
maka akan terlihat gambaran abnormal dari tulang berupa peningkatan
uptake pada daerah yang aliran darahnya meningkat dan daerah
pembentukan tulang yang cepat. Dengan sidik tulang ini juga dapat
ditemukan atau ditentukan lokasi terjadinya infeksi atau dapat juga
dengan menggunakan gallium.
f. X Ray
Pada fase akut belum terlihat kelainan-kelainan patologis pada tulang
dan hanya dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak saja,

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


setelah lebih dari 10 hari baru ada perubahan pada gambar X ray yaitu
gambaran “Brodies ances”.

B. Diagnosa
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa pada pasien dengan osteomielitis
keperawatan menurut wilknson (2015) / NANDA meliputi :
1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
2. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, tidak nyaman,
kerusakan muskuloskeletal, anjuran imobilitas.
3. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses supurasi di
tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi tulang.
4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, peningkatan kecepatan
metabolik.
5. Defisit pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan keterbatasan
informasi, interpretasi yang salah terhadap informasi.

C. Intervensi
1. Nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi dan pembengkakan
Tujuan : nyeri berkurang, hilang, atau teratasi.
Kriteria hasil : secara subyektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau
dapat diatasi, mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan
atau mengurangi nyeri. Klien tidak gelisah. Skala nyeri 0-1
atau teratasi.
Intervensi Rasional
Mandiri :
a. Kaji nyeri dengan skala 0-4. a. Nyeri merupakan respon subyaktif
yang dapat dikaji dengan menggunakan
skala nyeri. Klien melaporkan nyeri
biasanya di atas tingkat cidera.
b. Atur posisi imobilisasi pada b. Imobilisasi yang adekuat dapat
daerah nyeri sendi atau nyeri mengurangi nyeri pada daerah nyeri
di tulang yang mengalami sendi atau nyeri di tulang yang
infeksi. mengalami infeksi.
c. Bantu klien dalam c. Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan ,
mengidentifikasi factor pergerakan sendi.

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


pencetus.
d. Jelaskan dan bantu klien d. Pendekatan dengan menggunakan
terkait dengan tindakan relaksasi dan tindakan nonfarmakologi
peredaran nyeri lain menunjukkan keefektifan dalam
nonfarmakologi dan mengurangi nyeri.
noninvasi.
e. Ajarkan relaksasi: teknik e. Teknik ini melancarkan peredaran
mengurangi ketegangan otot darah sehingga kebutuhan O2 pada
rangka yang dapat jaringan terpenuhi dan nyeri berkurang.
mengurangi intensitas nyeri
dan meningkatkan relaksasi
masase.
f. Ajarkan metode distraksi f. Mengalihkan perhatian klien terhadap
selama nyeri akut. nyeri ke hal-hal yang menyenangkan.
g. Beri kesempatan waktu g. Istirahat merelaksasi semua jaringan
istirahat bila terasa nyeri dan sehingga meningkatkan kenyamanan.
beri posisi yang nyaman
(misal: ketika tidur, punggung
klien diberi bantal kecil).
h. Tingkatkan pengetahuan h. Pengetahuan tersebut membantu
tentang penyebab nyeri dan mengurangi nyeri dan dapat membantu
hubungan dengan beberapa meningkatkan kepatuhan klien terhadap
lama nyeri akan berlangsung. rencana terapeutik.
i. Kolaborasi : Pemberian i. Analgesik memblok lintasan nyeri
analgesik. sehingga akan berkurang.

2. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, tidak nyaman,


kerusakan muskuloskeletal, anjuran imobilitas.
Tujuan : meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling
tinggi yang mungkin.
Kriteria Hasil :
Pasien mampu : a. Mempertahankan posisi fungsional.
b. Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan
mengkompensasi bagian tubuh.
c. Menunjukkan teknik yang memampukan melakukan
aktivitas

Intervensi Rasional

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Mandiri :
a. Kaji derajat imobilitas yang a. Pasien mungkin dibatasi oleh
dihasilkan oleh pandangan diri/persepsi diri tentang
cedera/pengobatan dan keterbatasan fisik aktual, memerlukan
perhatikan persepsi pasien informasi, intervensi untuk
terhadap imobilisasi. meningkatkan kemajuan kesehatan.
b. Dorong partisipasi pada b. Memberikan kesempatan untuk
aktivitas terapeutik/rekreasi mengeluarkan energi, memfokuskan
kembali perhatian, meningkatkan rasa
kontrol diri/harga diri dan membantu
menurunkan isolasi sosial.
c. Instruksikan pasien c. Meningkatkan aliran darah ke otot dan
untuk/bantu dalam rentang tulang untuk meningkatkan tonus otot,
gerak pasien. mempertahankan gerak sendi,
mencegah kontraktur/atrofi, dan
resorpsi kalsium karena tidak
digunakan.
d. Dorong penggunaan latihan d. Kontraksi otot isometrik tanpa
isometrik mulai dengan menekuk sendi atau menggerakkan
tungkai yang tak sakit. tungkai dan membantu
mempertahankan kekuatan dan masa
otot.
e. Bantu/dorong perawatan e. Meningkatkan kekuatan otot dan
diri/kebersihan (contoh: sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien
mandi, mencukur. dalam situasi, dan meningkatkan
kesehatan diri langsung.
f. Berikan/bantu dalam f. Mobilisasi dini menurunkan komplikasi
movilizáis dengan cursi roda, tirah baring (contoh: flebitis) dan
kruk, tongkat, sesegera meningkatkan penyembuhan dan
mungkin. Instruksikan normalisasi fungsi organ. Belajar
keamanan dalam memperbaiki cara menggunakan alat
menggunakan alat mobilitas. penting untuk mempertahankan
mobilisasi optimal dan keamanan
pasien.
g. Awasi TD dengan melakukan g. Hipotensi postural adalah masalah
aktivitas. Perhatikan keluhan umum menyertai tirah baring lama dan
pusing. memerlukan intervensi khusus (contoh:
kemiringan meja dengan peninggian
secara bertahap sampai posisi tegak).
h. Kolaborasi : konsul dengan h.Berguna dalam membuat aktivitas
ahli terapi fisik/okupasi individual/program latihan. Pasien
dan/atau rehabilitasi spesialis. dapat memerlukan bantuan jangka

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


panjang dengan gerakan, kekuatan,
aktivitas, yang mengendalikan berat
badan, juga penggunaan alat.

3. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan proses supurasi di


tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi tulang.
Tujuan : integritas jaringan membaik secara optimal
Kriteria hasil : pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik,
pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup.
Intervensi Rasional
Mandiri :
a. Kaji kerusakan jaringan lunak. a. Menjadi data dasar untuk memberi
informasi tentang intervensi
perawatan luka, alat, dan jenis larutan
apa yang akan digunakan.
b. Lakukan perawatan luka : b. Perawatan luka dengan tehnik steril
lakukan perawatan luka dapat mengurangi kontaminasi kuman
dengan tehnik steril. langsung ke area luka.
c. Kaji keadaan luka dengan c. Manajemen membuka luka dengan
tehnik membuka balutan dan mengguyur larutan NaCl ke perban
mengurangi stimulus nyeri, dapat mengurangi stimulus nyeri dan
bila perban melekat kuat, dapat menghindari terjadinya
perban diguyur dengan NaCl. perdarahan pada luka osteomielitis
kronis akibat perban yang kering oleh
pus.
d. Larutkan pembilasan luka dari d. Tehnik membuang jaringan dan
arah dalam keluar dengan kuman diarea luka sehingga keluar
larutan NaCl. dari area luka.
e. Tutup luka dengan kasa steril e. NaCl merupakan larutan fisiologis
atau kompres dengan NaCl yang lebih mudah diabsorbsi oleh
yang dicampur dengan jaringan daripada larutan antiseptik.
antibiotik. NaCl yang dicampur dengan
antibiotik dapat mempercepat
penyembuhan luka akibat infeksi
osteomielitis.
f. Lakukan nekrotomi pada f. Jaringan nekrotik dapat menghambat
jaringan yang sudah mati. penyembuhan luka.
g. Rawat luka setiap hari atau g. Memberi rasa nyaman pada klien dan
setiap kali bila pembalut basah dapat membantu meningkatkan
atau kotor. pertumbuhan jaringan luka.

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


h. Hindari pemakaian peralatan h. Pengendalian infeksi nosokomial
perawatan luka yang sudah dengan menghindari kontaminasi
kontak dengan klien langsung dari perawatan luka yang
osteomielitis, jangan tidak steril.
digunakan lagi untuk
melakukan perawatan luka
pada klien lain.
i. Gunakan perban elastis dan i. Pada klien osteomielitis dengan
gips pada luka yang disertai kerusakan tulang, stabilitas formasi
kerusakan tulang atau tulang sangat labil. Gips dan perban
pembengkakan sendi. elastis dapat membantu memfiksasi
dan mengimobilisasi sehingga dapat
mengurangi nyeri.
j. Evaluasi perban elastis j. Pemasangan perban elastis yang
terhadap resolusi edema. terlalu kuat dapat menyebabkan
edema pada daerah distal dan juga
menambah nyeri pada klien.
k. Evaluasi kerusakan jaringan k. Adanya batasan waktu selama 7x24
dan perkembangan jam dalam melakukan perawatan luka
pertumbuhan jaringan dan klien osteomielitis menjadi tolok ukur
lakukan perubahan intervensi keberhasilan intervensi yang
bila pada waktu yang diberikan. Apabila masih belum
ditetapkan tidak ada mencapai kriteria hasil sebagainya
perkembangan pertumbuhan kaji ulang faktor-faktor yang
jaringan yang optimal. menghambat pertumbuhan jaringan
luka.
Kolaborasi :
a. Kolaborasi dengan tim bedah a. Bedah perbaikan terutama pada klien
untuk bedah perbaikan pada fraktur terbuka luas sehingga menjadi
kerusakan jaringan agar pintu masuk kuman yang ideal. Bedah
tingkat kesembuhan dapat perbaikan biasanya dilakukan setelah
dipercepat. masalah infeksi osteomielitis teratasi.
b. Pemeriksaan kultur jaringan b. Manajemen untuk menentukan
(pus) yang keluar dari luka. antimikroba yang sesuai dengan
kuman yang sensitif atau resisten
terhadap beberapa jenis antibiotik.
c. Pemberian c. Antimikroba yang sesuai dengan
antibiotik/antimikroba. hasil kultur (reaksi sensitif) dapat
membunuh atau mematikan kuman
yang menginvasi jaringan tulang.

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, peningkatan kecepatan
metabolik.
Tujuan : Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yaitu merupakan
keseimbangan di antara produksi panas, peningkatan panas, dan
kehilangan panas.
Kriteria Hasil : suhu kulit dalam rentang yang diharapkan, suhu tubuh
dalam batas normal, nadi dan pernapasan dalam rentang
yang diharapakan, perubahan warna kulit tidak ada,
keletihan tidak tampak.
Intervensi Rasional
Mandiri :
a. Pantau terhadap tanda a. kewaspadaan terhadap hipertermia
hipertermia maligna malignan dapat mencegah atau
(misalnya demam, takipnea, menurunkan respon hipermetabolik
aritmia, perubahan tekanan terhadap obat-obatan farmakologis yang
darah, bercak pada kulit, digunakan selama pembedahan.
kekakuan, dan berkeringat
banyak).
b. Pantau suhu minimal setiap b. Regulasi suhu dapat mencapai atau
dua jam, sesuai dengan mempertahankan suhu tubuh yang
kebutuhan. Pantau warna diinginkan selama intraoperasi.
kulit dan suhu secara kontinu.
c. Pantau tanda vital. c. Pemantauan tanda vital seperti
pengumpulan dan analisis data
kardiovaskuler, respirasi, suhu tubuh
untuk menentukan serta mencegah
komplikasi.
Kolaborasi :
a. Berikan obat antipiretik a. Obat antipiretik digunakan untuk
sesuai dengan kebutuhan. menurunkan suhu tubuh.
b. Gunakan matras dingin dan b. Matras dingin dan mandi air hangat
mandi air hangat. digunakan untuk mengatasi gangguan
suhu tubuh, sesuai dengan kebutuhan.

5. Defisit pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan keterbatasan


informasi, interpretasi yang salah terhadap informasi.
Tujuan : pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan
pengobatan.

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Kriteria Hasil : melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan
alasan dari suatu tindakan, memulai perubahan gaya hidup
yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.
Intervensi Rasional
Mandiri :
a. Kaji ulang patologi, a. memberikan dasar
prognosis dan harapan yang pengetahuan dimana pasien dapat
akan datang. membuat pilihan informasi.
b. Memberikan dukungan cara-
cara mobilisasi dan ambulasi b. Sebagian besar osteomilitis
sebagaimana yang memerlukan penopang selama proses pe-
dianjurkan oleh bagian nyembuhan sehingga keterlambatan pe-
fisioterapi. nyembuhan disebabkan oleh penggunaan
c. Memilah-milah aktif- itas alat bantu yang kurang tepat.
yang bisa mandiri dan yang c. Mengorganisasikan kegiatan
harus dibantu. yang diperlu kan dan siapa yang perlu
menolongnya. (apakah fisioterapi,
d. Identifikasi tersedianya perawat atau keluarga).
sumber pelayanan di d. Memberikan bantuan untuk
masyarakat, contoh tim memudahkan perawatan diri dan
rehabilitasi, pelayanan mendukung kemandirian meningkatkan
perawatan dirumah. perawatan diri optimal dan pemulihan.
e. Ajarkan cara teknik balutan
secara steril dan dan teknik e. Memudahkan perawatan
kompres hangat. diri dan menjaga terjadi infeksi secara
mandri dan optimal .

DAFTAR PUSTAKA

Hinchliff,Sue. 2010. Kamus keperawatan.Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Donges Marilynn, E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit buku
kedokteran EGC: Jakarta

Price Sylvia, A 2015, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid


2 . Edisi 4. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta

Smeltzer Suzanne, C 2012. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi
8. Vol 3. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta

Wilkinson, Judith M. 2015. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. Penerbit


buku kedokteran EGC: Jakarta

PROFESI NERS ANG. V STIKes WIDYA NUSANTARA PALU

Anda mungkin juga menyukai