Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN CKD

KELOMPOK 4
LANDASAN TEORI

1.Definisi
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan kondisi
menurunnya fungsi ginjal secara progresif dan irreversible yang menyebabkan
gangguan kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolik,
cairan dan elektrolit, sebagai akibat dari uremia atau azotemia (Smeltzer dan Bare,
2012).
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan kondisi penyakit pada ginjal yang
persisten (keberlangsungan ≥ 3 bulan) dengan kerusakan ginjal dan kerusakan
Glomerular Filtration Rate (GFR) dengan angka GFR < 60 ml/menit/1.73 m2.
Kerusakan ginjal mengakibatkan ginjal tidak dapat mengekskresikan sisa
metabolik dan mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit secara adekuat
(Lemone, Burke, Bauldoff, 2016).
2.Anatomi fisiologi
Anatomi ginjal menurut Wijaya dan Putri (2013) ginjal merupakan organ yang berada di
rongga abdomen, berada di belakang peritoneum, dan terletak di kanan kiri kolumna
vertebralis sekitar vertebra T12 hingga L3.13 Ginjal pada orang dewasa berukuran panjang 11-
12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, berbentuk seperti biji kacang dengan lekukan
mengahadap ke dalam, dan berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan manusia dewasa. Berat
kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau kurang lebih antara 120-150 gram.
Menurut Price & Wilson (2012), ginjal merupakan alat tubuh yang strukturnya amat rumit,
berperan penting dalam pengelolaan berbagai faal utama tubuh yaitu :
a.Regulasi volume dan osmolalitas cairan tubuh
b.Regulasi keseimbangan elektrolit
c.Regulasi keseimbangan asam basa
d.Ekskresi produk akhir nitrogen dari metabolisme protein, terutama urea, asam urat dan
kreatinin.
e.Fungsi endokrin (Pengaturan produksi 1,25-dihidroksi vitamin D3, partisipasi dalam
eritropoiesis, pengatur tekanan arteri, sintesa glukosa)
f.Memproduksi renin yang berperan dalam pengaturan tekanan darah.
g.Pembentukan urine
3.Etiologi
Menurut Price & Wilson (2012) dan Wijaya dan Putri (2013) etiologi dari
CKD adalah:
a.Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah inflamasi nefron, terutama pada glomerulus. Glomerulonefritis terbagi
menjadi dua, yaitu glomerulonefritis akut dan glomerulonefritis kronis. Glomerulonefritis akut
seringkali terjadi akibat respon imun terhadap toksin bakteri tertentu (kelompok streptokokus beta A).
Glomerulonefritis kronis tidak hanya merusak glomerulus yang diakibatkan infeksi streptokokus, tetapi
juga merupakan akibat sekunder dari penyakit sistemik lain atau glomerulonefritis akut.
b.Pielonefritis kronis
Pielonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi bakteri. Inflamasi dapat berawal di
traktus urinaria bawah (kandung kemih) dan menyebar ke ureter, atau karena infeksi yang dibawa darah
dan limfe ke ginjal. Obstruksi kaktus urinaria terjadi akibat pembesaran kelenjar prostat, batu ginjal,
atau defek kongenital yang memicu terjadinya pielonefritis.
c.Batu ginjal
Batu ginjal atau kalkuli urinaria terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat,
atau sistein. Batu-batu kecil dapat mengalir bersama urine, batu yang lebih besar akan tersangkut dalam
ureter dan menyebabkan rasa nyeri yang tajam (kolik ginjal) yang menyebar dari ginjal ke
selangkangan.
d.Penyakit polikistik ginjal
Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista multiple, bilateral, dan berekspansi yang lambat laun
mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal normal akibat penekanan.
e.Penyakit endokrin (nefropati diabetik)
Nefropati diabetik (peyakit ginjal pada pasien diabetes) merupakan salah satu
penyebab kematian terpenting pada diabetes mellitus yang lama. Lebig dari
sepertiga dari semua pasien baru yang masuk dalam program ESRD (End Stage
Renal Disease) menderita gagal ginjal. Diabetes mellitus menyerang struktur
dan fungsi ginjal dalam berbagai bentuk. Nefropati diabetik adalah istilah yang
mencakup semua lesi yang terjadi di ginjal pada diabetes mellitus.
f.Infeksi : E.Coli yang berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius
bakteri. Bakteri ini mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang lebih sering
secara asenden dari traktus urinarius. Infeksi dari bawah melalui ureter ke ginjal
sehingga dapat menimbulkan kerusakan irreversible ginjal yang disebut
plenlonenefritis.
g.Kelainan konginital dan herediter : poikstik, asidosis tubulus ginjal
h.Gangguan imunologis : SLE
i.Penyakit vaskuler : hipertensi, nefrosis benigna, stenosis arteria renalis.
j.Nefrotik toksik: Penyalahgunaan analgetik.
4.Manifestasi klinis
Menurut Haryono (2013) manifestasi klinis pada pasien dengan CKD, yaitu:
a.Gejala dini
Lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi.
b.Gejala yang lebih lanjut
Anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan ataupun tidak,
edema yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
c.Sistem kardiovaskuler
Hipertensi, pitting edema, edema periorbital, pembesaran vena leher, friction subpericardial.
d.Sistem pulmoner
Nafas dangkal, krekel, kusmaul, dan sputum kental.
e.Sistem gastrointestinal
Anoreksia, mual dan muntah, perdarahan saluran GI, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas berbau
amoniak.
f.Sistem musculoskeletal
Kram otot, kehilangan kekuatan otot, fraktur tulang.
g.Sistem integument
Warna kulit abu-abu mengkilat, pruritis, kulit kering bersisik, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis.
h.Sistem reproduksi
Amenore, atrofi testis.
5.Pemeriksan menunjang
Menurut Haryono (2013) pemeriksaan penunjang pada pasien dengan CKD, yaitu: a. Urine
1) Volume : < 400 ml/24 jam (oliguria) / anuria
2) Warna : urine keruh
3) Berat jenis : < 1,015
4) Osmolitas < 350m osm / kg 5) Kliren kreatinin :
6) Natrium dan protein : proteinuria (3 – 4 +)
b. Darah
1) BUN :
2) Kreatinin :
3) Hematokrit :
4) Hb : < 7-8 gr %
5) Elektrolit : Na + serum : , K+ :
6) Protein ( albumin) :
c. Pielgram retrogrand : identifikasi ekstravaskuler, masssa
d. Sistem retrogram berkemih : refluks kedalam ureter, retensi
e. Ultrasonografi ginjal : sel jaringan untuk diagnosis histologist
f. Endoskopi ginjal nefroskopi : batu, hematuria, tumor
6.Penatalaksanaan
Menurut Haryono (2013) penatalaksanaan pada pasien dengan CKD, yaitu:
a.Medis
1)Obat-obatan
Antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemide (membantu berkemih),
tranfusi darah.
2)Hemodialisa
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi penganti fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme atau racun tertentu dari perearahan darah manusia, seperti air, natrium, kalium, hydrogen, ura,
kreatinin, asam urat dan zat-zat lain melalui membran semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisis
pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultrafiltrasi.
3)Tranplantasi ginjal
Tranplantasi ginjal adalah suatu metode terapi dengan cara memanfaatkan sebuah ginjal sehat (yang diperoleh
melalui proses pendonoran) melalui prosedur pembedahan.

b.Keperawatan
1)Minum yang cukup
2)Pengaturan diet rendah protein (0,4 – 0,8 gram/kg BB) bisa memperlambat perkembangan gagal ginjal kronis.
3)Asupan garam biasanya tidak dibatasi kecuali jika terjadi edema (penimbunan cairan didalam jaringan) atau
hipertensi.
4)Asupan cairan dibatasi untuk mencegah terlalu kadar garam (natrium) dalam darah.
7.Komplikasi
Menurut Haryono (2013) komplikasi pada pasien dengan CKD, yaitu:
a.Hiperkalemia, akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolic,
katabolisme, dan masukan diit berlebih.
b.Pericarditis, efusi pericardial dan temponade jantung, akibat retensi
produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
c.Hipertensi, akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin, angiotensin, endosteron.
d.Anemia, akibat penurun eritropoetin, penurunan rentang usia sel
darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi.
e.Penyakit tulang, akibat retensi fosfat, kadar kalium serum yang
rendah metabolisme vitamin D, abnormal dan peningkatan kadar
aluminium.
8.Discharge planning
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) discharge planning pada
pasien dengan CKD, yaitu:
a. Diet tinggi kalori dan rendah protein
b. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam
c. Kontrol hipertensi
d. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
e. Deteksi diri dan terapi infeksi
f. Dialysis atau cuci darah
g. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat
fosfat, suplemen kalsium, furosemide.
h. Tranplantasi ginjal
PENGELOLAAN KASUS
A. Pengkajian
Tgl Pengkajian: 23 November 2020 Pukul: 01.45 Oleh: Cola Miranda
I. IDENTITAS
A. Pasien
Nama : Ny.D
Tempat/tgl lahir (umur) : 31 Desember 1955
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Lama Bekerja : 30 Tahun
Suku / Bangsa : Jawa
Tgl. Masuk RS : 23 November 2020
No. RM : 00-69-3xxxx
Ruang : Ruang C
Diagnosis Kerja/Medis : CKD,DM,Anemia
Alamat :
B. Keluarga/ penanggungjawab
Nama : Tn. H
Hubungan : Suami
Umur : 68 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Bantul, Jawa Tengah
A. Kesehatan pasien
1. Keluhan utama saat dikaji
Penurunan Kesadaran ( Pasien Tidak Sadar )
2. Keluhan tambahan saat dikaji
Pasien tidak sadar
3. Alasan utama masuk Rumah Sakit
Pasien sulit diajak komunikasi dan badannya lemas
pada siang hari.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien memiliki riwayat penyakit lalu stroke di tahun 2015 dan sembuh, kemudian keluarga
mengatakan bulan Desember 2019 Ny. D pernah sakit Infeksi Saluran Kemih namun sudah
sembuh, lalu pada bulan Januari 2020 pasien mengalami CKD dan sempat melakukan
hemodialisa satu kali. Saat sebelum dibawa ke IGD Rs Bethesda Pasien mengalami sulit
berkomunikasi dan badannya lemas saat siang hari di Rs H dan terpasang imfus D 10,
setelah itu Rs H memberikan rujukan untuk ke Rs.Bethesda Setelah sampai di IGD Rs
Bethesda Perawat melakukan pemeriksaan kepada pasien dengan hasil dilakukan tindakan
keperawatanpemeriksaan vital sign TD 130/80 mmHg, HR 113 x/mnt, RR 30 x/mnt, S
367oC, Pemeriksaan Darah Lengkap, Elektrokardiogram, terapi O2 binasal kanul 3 lpm,
Ro.Thorax, Inj. Ceftriaxone 2x1gr, Lasix 5×40mg dalam NaCl 500cc. Hasil pemeriksaan
EKG: HR: 113 x/menit, sinus tachycardia, normal axis. Hasil pemeirksaan rontgen thorax
peningkatan bronchovaskuler pulmo dengan awal edema pulmo, tampak adanya
cardiomegaly. Hasil pemeriksaan darah lengkap: Hb 6,9 g/dL, AL 8,7 ribu/mmk,
eosinophil3,1%, basophil 0,5%, Segmen netrofil 76,5%, 29 limfosit 13,3%, monosit 6,6%,
Hct 21,2%, eritrosit 2,63 juta/mmk, At 457 ribu/mmk, ureum 157,5 mg/dL, creatinine 8,50
mg/dL, GDS 108 mg/dL. Dan dokter menyarankan pasien dirawat inap untuk mendapatkan
pengobatan lebih lanjut
5. Riwayat Penyakit yang lalu:
Pasien memiliki riwayat penyakit lalu stroke di tahun 2015
dan sembuh, kemudian keluarga mengatakan bulan
Desember 2019 Ny. D pernah sakit Infeksi Saluran Kemih
namun sudah sembuh, lalu pada bulan Januari 2020 pasien
mengalami CKD dan sempat melakukan hemodialisa satu
kali
6. Alergi
Pasien tidak ada alergi
B. RIWAYAT KELUARGA
GENOGRAM
II. POLA FUNGSI KESEHATAN (DIKEMBANGKAN SESUAI DENGAN KASUS)

A. Pola nutrisi-Metabolik
1. Sebelum sakit
Pasien makan sehari 3x . Pasien menyukai hampir semua jenis makanan
namun tidak menyukai makanan asam dan pahit. Pasien mempunyai selera
makan yang baik karena selalu menghabiskan porsi makan yang
disediakan. Pasien menggunakan sendok sebagai alat makan. Pasien
makan pagi pukul 07.00; makan siang pukul 12.00 dan makan malam
pukul 18.00. pasien tidak memiliki masalah pada makanan dan juga alergi
makanan. Pasien tidak ada pantangan minum, pasien minun bisa 5-7 kali
dalam satu hari dan dengan air putih.
2. Selama sakit
Selama sakit pasien tidak sadarkan diri, pasien hanya mendapat
Nutrisi dari cairan infus
B. Pola Eliminasi
1. Sebelum sakit
a. Buang air besar BAB
Pasien BAB 1 x/hari diwaktu pagi dengan feces berwarna kekuningan, konsistensi
lembek berbentuk dan berbau khas
b. Buang air kecil (BAK)
Pasien BAK 5-6 x/hari berwarna kuning jernih dan berbau khas Pasien tidak perlu
bantuan saat toileteling.
2. Selama sakit
a. Buang Air Besar BAB
Pasien belum BAB selama di rawat di Rs
b. Buang air kecil (BAK)
Pasien BAK dengan terpasang selang kateter dengan
Volume 1500 cc/ 24 jam
C. Pola Aktifitas istirahat-tidur
1. Sebelum sakit
a. Keadaan aktifitas sehari-hari
 Pasien jarang melakukan olahraga Lingkungan

 rumah/tempat kerja: Lingkungan Rumah aman,

dan
 nyaman, lantai rumah belum berkeramik, pasien

dalam
 kehidupan sehari hari tidak memerlukan bantuan

khusus
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
 Mandi √
 Berpakaian/berdandan √
 Eliminasi √
 Mobilisasi di tempat Tidur √
 Pindah √
 Ambulasi √
 Naik tangga √
 Memasak √
 Belanja √
 Merapikan rumah √
Ket.
0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2 = perlu bantuan orang lain
3 = perlu bantuan orang lain dan alat
4 = tergantung total
b. Kebutuhan tidur
 Pasien tidak terbiasa tidur siang dan jarang, pasien hanya

 tidur pada malam hari pukul 21.00 pasien terbiasa tidur

 menggunakan bantal dan guling

c. Kebutuhan Istirahat
 Pasien akan istirahat jika merasa sangat lelah dengan aktivitas

 yang dilakukan

2. Selama sakit
a. Keadaan Aktifitas
 Selamat sakit aktivitas pasien sangat dibatasi, apalagi

 keadaan pasien tidak sadar jadi perawat sangat perlu

 memantau perkembangan pasien


Kemampuan Perawatan Diri 01234
 Makan/minum √
 Mandi √
 Toileting √
 Berpakaian √
 Mobilitas di TT √
 Berpindah √
 Ambulasi/ROM √

Ket. 0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung total
b. Kebutuhan Tidur
 Selama dirawat di RS kebutuhan istirahat pasien

 terpenuhi

c. Kebutuhan Istirahat
 Kebutuhan pasien terpenuhi karena keadaan pasien tidak

 sadar diri

D. Pola Kebersihan Diri (sebelum sakit)


1. Kebersihan kulit
Kulit pasien sawo matang dan terdapat luka DM
2. Kebersihan rambut Pasien mencuci rambut setiap pagi hari.
3. Kebersihan telinga
Telinga Pasien bersih dan tidak ada kotoran karena pasien sering
membersihkan
4. Kebersihan mata
Mata pasien bersih
E. Pola Pemeliharaan Kesehatan
1. Penggunaan tembakau: Pasien tidak pernah merokok
2. NAPZA: Tidak Pernah
3. Alkohol: Tidak Pernah
4. Intelektual
Pasien mengetahui keadaannya dan pasien berharap ingin segera sembuh
F. Pola reproduksi-seksualitas
1. Gangguan hubungan seksual: Tidak ada gangguan hubungan seksual
G. Pola kognitif-persepsi/sensori
1. Keadaan mental
Tingkat Kesadaran (kuantitatif/kualiatif)
Keadaan umum: pasien lemas dan tidak sadarkan diri, terbaring di tempat
tidur, terpasang infus di tangan kiri.
Kesadaran: Semi Koma, GCS: 15 E2 V1 M1, pasien tidak dapat berbicara
karena keadaannya tidak sadar diri.

Anda mungkin juga menyukai