Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER : CHRONIC


KIDNEY DISEAE (CKD)

DI RUANG MELATI RSUD BAYU ASIH PURWAKARTA

Disusun Oleh :

Ratu Najla Shopandi (122080150)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN

2022
A. Konsep Penyakit

1. Definisi
Gagal ginjal kronis atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah
penyakit pada ginjal yang sudah berlangsung dari 3 bulan atau lebih
yang dimana ginjal sudah tidak bisa mempertahankan metabolisme,
keseimbangan cairan dan elektrolit yang menyebabkan retensi urea dan
sampah nitrogen tetap berada dalam darah (Bruner & Suddarth, 2001
dalam Haryono, 2013; Mc Clellan, 2006 dalam Prabowo & Pranata,
2014).
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu kondisi gagalnya
ginjal dalam menjalankan fungsinya mempertahankan metabolisme
serta keseimbangan cairan dan elektrolit karena rusaknya struktur ginjal
yang progresif ditandai dengan penumpukan sisa metabolik (toksik
uremik) dalam darah (Muttaqin & Sari, 2014).

2. Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik menurut Andra & Yessie, 2013):
a. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat
menyebabkan iskemik ginjal dan kematian jaringan ginajl. Lesi
yang paling sering adalah Aterosklerosis pada arteri renalis yang
besar, dengan konstriksi skleratik progresif pada pembuluh darah.
Hyperplasia fibromaskular pada satu atau lebih artieri besar yang
juga menimbulkan sumbatan pembuluh darah. Nefrosklerosis yaitu
suatu kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama yang tidak di
obati, dikarakteristikkan oleh penebalan, hilangnya elastistisitas
system, perubahan darah ginjal mengakibatkan penurunan aliran
darah dan akhirnya gagal ginjal.
b. Gangguan imunologis : seperti glomerulonephritis
c. Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri terutama
E.Coli yang berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius
bakteri. Bakteri ini mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang
lebih sering secara ascenden dari traktus urinarius bagiab bawah
lewat ureter ke ginjal sehingga dapat menimbulkan kerusakan
irreversible ginjal yang disebut pielonefritis.
d. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan mobilisasi
lemak meningkat sehingga terjadi penebalan membrane kapiler dan
di ginjal dan berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga terjadi
nefropati amyloidosis yang disebabkan oleh endapan zat-zat
proteinemia abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius
merusak membrane glomerulus.
e. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesik
atau logam berat.
f. Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan
kontstriksi uretra.\
g. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik sama
dengan kondisi keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista
atau kantong berisi cairan didalam ginjal dan organ lain, serta tidak
adanya jaringan ginjal yang bersifat konginetal (hypoplasia renalis)
serta adanya asidosis.

3. Manifestasi Klinis

Menurut Haryono (2013) & Robinson (2013) CKD memiliki tanda dan
gejala sebagai berikut:
a. Ginjal dan gastrointestinal biasanya muncul hiponatremi maka akan
muncul hipotensi karena ginjal tidak bisa mengatur keseimbangan
cairan dan elektrolit dan gangguan reabsorpsi menyebabkan
sebagian zat ikut terbuang bersama urine sehingga tidak bisa
menyimpan garam dan air dengan baik. Saat terjadi uremia maka
akan merangsang reflek muntah pada otak.
b. Kardiovaskuler biasanya terjadi aritmia, hipertensi, kardiomiopati,
pitting edema, pembesaran vena leher
c. Respiratory system akan terjadi edema pleura, sesak napas, nyeri
pleura, nafas dangkal, kusmaull, sputum kental dan liat
d. Integumen maka pada kulit akan tampak pucat, kekuning-kuningan
kecoklatan,biasanya juga terdapat purpura, petechie, timbunan urea
pada kulit, warna kulit abu-abu mengilat, pruritus, kulit kering
bersisik, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar
e. Neurologis biasanya ada neuropathy perifer, nyeri, gatal pada
lengan dan kaki, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk
meningkat.
f. Endokrin maka terjadi infertilitas dan penurunan libido, gangguan
siklus menstruasi pada wanita, impoten, kerusakan metabolisme
karbohidrat.
g. Sistem muskulosekeletal: kram otot, kehilangan kekuatan otot,
fraktur tulang.
h. Sistem reproduksi: amenore, atrofi testis

4. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul menurut Corwin,2015 antara lain:
a. Pada gagal ginjal progresif, terjadi beban volume,
ketidakseimbangan elektrolit, asidosis metabolic, azotemia, dan
uremia
b. Pada gagal ginjal stadium 5 (penyakit stadium akhir), terjadi
azotemia dan uremia berat. Asidosis metabolic memburuk, yang
secara mencolok merangsang kecepatan pernafasan
c. Hipertensi, anemia, osteodistrofi, hiperkalemia, ensefalopati uremic,
dan pruritus (gatal) adalah komplikasi yang sering terjadi
d. Penurunan pembentukan eritropoietin dapat menyebabkan sindrom
anemia kardiorenal, suatu trias anemia yang lama, penyakit
kardiovaskular, dan penyakit ginjal yang akhirnya menyebabkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas
e. Dapat terjadi gagal jantung kongestif

5. Patofisiologi
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan
metabolic (DM), infeksi (Pielonefritis), Obstruksi Traktus Urinarius,
Gangguan Imunologis, Hipertensi, Gangguan tubulus primer
(nefrotoksin) dan Gangguan kongenital yang menyebabkan GFR
menurun. Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagai nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak
(hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan
memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorbsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif
ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron
rusak. Beban bahanyang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang
bisa di reabsorbsi berakibat dieresis osmotic disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak timbul
disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada
pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian lebih rendah itu. (Barbara C Long). Fungsi renal menurun,
produk akhir metabolism protein (yang normalnya diekskresikan ke
dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap system tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin berat (Smeltzer dan Bare, 2011)
6. Pathway

(Sumber: Brunner&Sudart, 2013 dan SDKI, 2016)


7. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan elektrolit
dan mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut (Muttaqin, 2011) :
a. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan dengan mencegah komplikasi gagal ginjal
yang serius, seperti hyperkalemia, pericarditis, dan kejang. Dialisis
memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein
dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas, menghilangkan
kecenderungan perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode
terpi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal yaitu
membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini
dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah sangat menurun (lebih
dari 90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan
hidup individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama ini dikenal ada
2 jenis dialisis :
b. Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi
dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal pertama yang harus
diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan
pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan
EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya
adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na
Bikarbonat, dan pemberian infus glukosa.
c. Koreksi anemia
Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor defisiensi,
kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat
diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat
meninggikan Hb. Tranfusi darah hanya dapat diberikan bila ada
indikasi yang kuat, misalnya ada infusiensi coroner.
d. Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari.
Natrium Bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada
permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-
lahan, jika diperlukan dapat diulang. Hemodialisis dan dialisis
peritoneal dapat juga mengatasi asidosis.
e. Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan vasodilatator
dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan
hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai
retensi natrium.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama proses perawatan yang akan
membantu dalam penentuan status kesehatan dan pola pertahanan
pasien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan pasien serta
merumuskan diagnose keperawatan (Smeltezer and Bare, 2011 : Kinta,
2012).
a. Identitas pasien Meliputi nama lengkat, tempat tinggal, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot,
gangguan istirahat dan tidur, takikardi/takipnea pada waktu
melakukan aktivitas dan koma.
c. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya Berapa lama
pasien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa,
bagaimana cara minum obatnya apakan teratur atau tidak, apasaja
yang dilakukan pasien untuk menaggulangi penyakitnya.
d. Aktifitas/istirahat : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise,
gangguan tidur (insomnia/gelisah atau samnolen), kelemahan otot,
kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
e. SirkulasiAdanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri
dada (angina), hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan
pitting pada kaki, telapak tangan, nadi lemah, hipotensi ortostatik
menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir,
pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan perdarahan.
f. Integritas ego Faktor stress, perasaan tak berdaya, taka da harapan,
taka da kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah
terangsang, perubahan kepribadian.
g. Eliminasi Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal
ginjal tahap lanjut), abdomen kembung, diare, atau konstipasi,
perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat,
oliguria.
h. Makanan/Cairan Peningkatan berat badan cepat (oedema),
penurunan berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeriulu hati,
mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan
ammonia), penggunaan diuretic, distensi
abdomen/asietes,pembesaran hati (tahap akhir), perubahan turgor
kulit/kelembaban, ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
i. Neurosensori Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang,
syndrome “kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan
dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah, gangguan status
mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang, rambut
tipis, kuku rapuh dan tipis
j. Nyeri/kenyamanan Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki
dan perilaku berhati- hati/distraksi, gelisah.
k. Pernapasan Napas pendek, dyspnea, batuk dengan/tanpa sputum
kental dan banyak, takipnea, dyspnea, peningkatan
frekuensi/kedalaman dan batuk dengan sputum encer (edema paru).
l. Keamanan Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam
(sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara actual terjadi
peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah
dari normal, petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang,
keterbatasan gerak sendi
m. Seksualitas Penurunan libido, amenorea, infertilitas
n. Interaksi social Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu
bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
o. Penyuluhan/Pembelajaran Riwayat Diabetes Melitus (resiko tinggi
untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus
urenaria, maliganansi, riwayat terpejan pada toksin, contoh obat,
racun lingkungan, penggunaan antibiotic nefrotoksik saat
ini/berulang.

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan pada urine yang meliputi:
1) Volume urine pada orang normal yaitu 500-3000 ml/24 jam atau
1.200 ml selama siang hari sedangkan pada orang CKD produksi
urine kurang dari 400 ml/24 jam atau sama sekali tidak ada
produksi urine (anuria) (Debora, 2017).
2) Warna urine pada temuan normal transparan atau jernih dan
temuan pada orang CKD didapatkan warna urine keruh karena
disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen
kotor, kecoklatan karena ada darah, Hb, myoglobin, porfirin
(Nuari & Widayati, 2017).
3) Berat jenis untuk urine normal yaitu 1.010-1.025 dan jika<1.010
menunjukan kerusakan ginjal berat (Nuari & Widayati, 2017).
4) Klirens kreatinin kemungkinan menurun dan untuk nilai
normalnya menurut Verdiansah (2016), yaitu:
Laki-laki : 97 mL/menit – 137 mL/menit per 1,73 m2
Perempuan : 88 mL/menit – 128 mL/menit per 1,73 m2
5) Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) menunjukkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen ada. Normalnnya
pada urine tidak ditemukan kandungan protein.

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien. Kemungkinan


diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah
sebagai berikut (Brunner&Sudart, 2013 dan SDKI, 2016):
a. Hipervolemia
b. Perfusi perifer tidak efektif
c. Defisit nutrisi
d. Nausea
e. Gangguan pertukaran gas
f. Gangguan integrirat kulit/jaringan
g. Intoleransi aktivitas
h. Nyeri akut
i. Resiko penurunan curah jantung

4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1 Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen
keperawatan keseimbangan Hipervolemia
cairan selama ..x24 jam maka Observasi:
hipervolemia meningkat 1.1 Periksa tanda dan gejala
dengan kriteria hasil: hipervolemia (edema,
1. Asupan cairan dispnea, suara napas
2. Keluaran urin meningkat tambahan)
3. Edema menurun 1.2 Monitor intake dan
4. Tekanan darah membaik output cairan
5. Turgor kulit membaik 1.3 Monitor jumlah dan
warna urin
Terapeutik
1.4 Batasi asupan cairan dan
garam
1.5 Tinggikan kepala tempat
tidur
Edukasi
1.6 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
cairan
Kolaborasi
1.7 Kolaborasai pemberian
diuretik
1.8 Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
deuretik
1.9 Kolaborasi pemberian
continuous renal replecement
therapy (CRRT), jika perlu
2 Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan Perawatan
tidak efektif perawatan selama 3x8 jam sirkulasi
maka perfusi perifer Observasi
meningkat dengan kriteria 2.1 Periksa sirkulasi perifer
hasil: (mis. Nadi perifer,
1. denyut nadi perifer edema, pengisian
meningkat kapiler, warna, suhu)
2. Warna kulit pucat 2.2 Monitor perubahan kulit
menurun 2.3 Monitor panas,
3. Kelemahan otot kemerahan, nyeri atau
menurun bengkak
4. Pengisian kapiler 2.4 Identifikasi faktor risiko
membaik gangguan sirkulasi
5. Akral membaik Terapeutik
6. Turgor kulit membaik 2.5 Hindari pemasangan
infus atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi
2.6 Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
2.7 Lakukan pencegahan
infeksi
2.8 Lakukan perawatan kaki
dan kuku
Edukasi
2.9 Anjurkan berhenti
merokok 10.Anjurkan
berolahraga rutin
2.10 Anjurkan
mengecek air mandi
Kolaborasi
2.11 Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
keperawatan selama 3x8 jam Observasi
diharapkan pemenuhan
kebutuhan nutrisi pasien 3.1 Identifikasi status nutrisi
tercukupi dengan kriteria 3.2 Identifikasi makanan yang
hasil: disukai
1. intake nutrisi tercukupi
3.3 Monitor asupan makanan
2. asupan makanan dan cairan
3.4 Monitor berat badan
tercukupi Terapeutik
3.5 Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
3.6 Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesua.
3.7 Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
Edukasi
3.8 Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
3.9 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
3.10 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalor dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan, jika
perlu
3.11 Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
4 Nausea Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual
keperawatan selama 3x8 jam Observasi
maka nausea membaik 4.1 Identifikasi pengalaman mual
dengan kriteria hasil: 4.2 Monitor mual (mis.
1. Nafsu makan membaik Frekuensi, durasi, dan tingkat
2. Keluhan mual menurun keparahan)
3. Pucat membaik Terapeutik
4. Takikardia membaik (60- 4.3 Kendalikan faktor lingkungan
100 kali/menit) penyebab (mis. Bau tak
sedap, suara, dan rangsangan
visual yang tidak
menyenangkan)
4.4 Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual (mis.
Kecemasan, ketakutan,
kelelahan)
Edukasi
4.5 Anjurkan istirahat dan tidur
cukup
4.6 Anjurkan sering
membersihkan mulut, kecuali
jika merangsang mual
4.7 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengatasi mual(mis.
Relaksasi, terapi musik,
akupresur)
Kolaborasi
4.8 Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu
5 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi
pertukaran gas keperawatan selama 3x8 jam Observasi
diharapkan pertukaran gas 5.1 Monitor frekuensi, irama,
tidak terganggu dengak kedalaman dan upaya napas
kriteria hasil: 5.2 Monitor pola napas
1. Tanda-tanda vital dalam 5.3 Monitor saturasi oksigen
rentang normal 5.4 Auskultasi bunyi napas
2. Tidak terdapat otot bantu Terapeutik
napas 5.5 Atur interval pemantauan
3. Memlihara kebersihan paru respirasi sesuai kondisi
dan bebas dari tanda-tanda pasien
distress pernapasan 5.6 Bersihkan sekret pada
mulut dan hidung, jika perlu
5.7 Berikan oksigen tambahan,
jika perlu
5.8 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
5.9 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
5.10 Informasikan hasil
pemantauan
Kolaborasi
5.11 Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
6 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas kulit
integritas keperawatan selama 3x8 Obsevasi
kulit/jaringan jam diharapkan integritas 1. kulit 6.1 Identifikasi penyebab
dapat terjaga dengan kriteria gangguan integritas kulit
hasil: (mis.Perubahan sirkulasi,
1. Integritas kulit yang baik bisa perubahan status nutrisi)
dipertahankan Terapeutik
2. Perfusi jaringan baik 6.2 Ubah posisi tiap 2 jam jika
3. Mampu melindungi kulit dan tirah baring
mempertahankan kelembaban 6.3 Lakukan pemijataan pada
kulit area tulang, jika perlu
6.4 Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering
6.5 Bersihkan perineal dengan
air hangat
Edukasi
6.6 Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotion atau
serum)
7 Intoleran aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
keperawatan selama 3x8 jam Observasi
toleransi aktivitas meningkat 7.1 Monitor kelelahan fisik
dengan kriteria hasil: 7.2 Monitor pola dan jam tidur
1. Keluhan lelah menurun Terapeutik
2. Saturasi oksigen dalam 7.3 Lakukan latihan rentang
rentang normal (95%- gerak pasif/aktif
100%) 7.4 Libatkan keluarga dalam
3. Frekuensi nadi dalam melakukan aktifitas, jika
rentang normal (60-100 perlu
kali/menit) Edukasi
4. Dispnea saat beraktifitas 7.5 Anjurkan melakukan
dan setelah beraktifitas aktifitas secara bertahap
menurun (16-20 7.6 Anjurkan keluarga untuk
kali/menit) memberikan penguatan
positif
Kolaborasi
7.7 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
8 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 3x8 jam Observasi
maka tautan nyeri meningkat 8.1 Identifikasi factor pencetus
dengan kriteria hasil: dan pereda nyeri
1. Melaporkan nyeri 8.2 Monitor kualitas nyeri
terkontrol meningkat 8.3 Monitor lokasi dan
2. Kemampuan mengenali penyebaran nyeri
onset nyeri meningkat 8.4 Monitor intensitas nyeri
3. Kemampuan dengan menggunakan
menggunakan teknik skala
nonfarmakologis 8.5 Monitor durasi dan
meningkat frekuensi nyeri
4. Keluhan nyeri Teraupetik
penggunaan analgesik 8.6 Ajarkan Teknik
menurun nonfarmakologis untuk
5. Meringis menurun mengurangi rasa nyeri
6. Frekuensi nadi 8.7 Fasilitasi istirahat dan tidur
membaik Edukasi
7. Pola nafas membai 8.8 Anjurkan memonitor nyeri
8. Tekanan darah membaik secara mandiri
8.9 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi
8.10Kolaborasi pemberian
obat analgetik
9 Resiko penurunan Setelah dilakukan asuhan Perawatan Jantung
curah jantung keperawatan selama 3x8 jam Observasi:
diharapkan penurunan curah 9.1 Identifikasi tanda dan
jantung meningkat dengan gejala primer penurunan
kriteria hasil: curah jantung (mis.
1. Kekuatan nadi perifer Dispnea, kelelahan)
meningkat 9.2 Monitor tekanan darah
2. Tekanan darah membaik 9.3 Monitor saturasi oksigen
100-130/60-90 mmHg Terapeutik:
3. Lelah menurun 9.4 Posisikan semi-fowler
4. Dispnea menurun dengan atau fowler
frekuensi 16-24 x/menit 9.5 Berikan terapi oksigen
Edukasi
9.6 Ajarkan teknik relaksasi
napas dalam
9.7 Anjurkan beraktifitas fisik
sesuai toleransi
Kolaborasi
9.8 kolaborasi pemberian
antiaritmia, pjika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: ECG

Black, J & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen


Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R.
Jakarta: Salemba Emban Patria
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8 volume 2. Jakarta EGC
Haryono. 2013. Keperawatan medical bedah: system perkemihan.
Yogyakarta: Rapha Publishing
Kinta, (2012). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan Gagal Ginjal Kronik. Scribd. Diakses pada 30 November 2018

Kozier, Barbara (2010). Fundamentals of Canadian Nursing: Concepts,


Process and Practice, edisi2. Pearson Education Canada

Muttaqin, Arif, Kumala, Sari. (2011). Askep Gangguan Sistem Perkemihan.


Jakarta: Salemba Medika
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keprawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
Prabowo & Pranata. 2014. Buku ajar keperawatan sistem
perkemihan.

Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai