Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


DENGAN DX MEDIS CKD PADA NY.S DI RUANG BOUGENVILLE
RSUD CILACAP

Disusun oleh :
Josephira Reynawati P.J
(106121027)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AL IRSYAD CILACAP
TAHUN 2023
Nama Mahasiswa : Josephira Reynawati P.J
NIM : 106121027
Diagnosa Medis : CKD

A. Pengertian
Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan.
volume dan komposisi cairan tubuh dam keadaan asupan makanan normal. Gagal
ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut (Nurarif &
Kusuma, 2013).
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah tidak
mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang biasanya
dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi
renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit,
serta asam basa (Abdul. 2015).

B. Etiologi
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju filtrasi
glomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration rate (GFR).
Penyebab gagal ginjal kronik menurut Andra & Yessie, 2013):
1. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat menyebabkan
iskemik ginjal dan kematian jaringan ginajl.
2. Gangguan imunologis : seperti glomerulonephritis
3. Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang berasal
dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri.
4. Gangguan metabolik: seperti DM yang menyebabkan mobilisasi lemak meningkat
sehingga terjadi penebalan membrane kapiler dan di ginjal dan berlanjut dengan
disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati amyloidosis yang disebabkan ole endapan
zat-zat proteinemia abnormal pada dining pembuluh darah secara serius merusak
membrane glomerulus.
5. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau logam berat.
6. Obstruksi traktus urinarius: oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan kontstriksi
7. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik sama dengan kondisi
keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista atau kantong berisi cairan didalam
ginjal dan organ lain, serta tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat konginetal
(hypoplasia renalis) serta adanya asidosis.

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
1) Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan
gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
2) Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
3) Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein
dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan
mulut, nafas bau ammonia.
4) Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning
feet syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor,
miopati ( kelemahan dan hipertropi otot –otot ekstremitas).
5) Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
6) Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
7) Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa biasanya retensi
garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis,
hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
8) System hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
D. Patofisiologi
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan
metabolic (DM), infeksi (Pielonefritis), Obstruksi Traktus Urinarius, Gangguan
Imunologis, Hipertensi, Gangguan tubulus primer (nefrotoksin) dan Gangguan
kongenital yang menyebabkan GFR menurun.
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagai nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorbsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif in
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa di reabsorbsi
berakibat dieresis osmotic disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron
yang rusak bertambah banyak timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala pada
pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-
kira fungi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian
lebih rendah itu. (Barbara C Long). Fungsi renal menurun, produk akhir metabolism
protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Teriadi
uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah maka gejala akan semakin berat (Smeltzer dan Bare. 2011)
E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan lab.darah
- Hematologi (Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit)
- RFT ( renal fungsi test ) ureum dan kreatinin
- LFT (liver fungsi test )
- Elektrolit (Klorida, kalium, kalsium)
- koagulasi studi PTT, PTTK
- BGA
2) Urine
- Urine rutin
- Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3) Pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
4) Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )
G. Komplikasi
Menurut Prabowo (2014) komplikasi yang dapat timbul dari penyakit gagal ginjal
kronik adalah:
1. Penyakit tulang : Penyakit tulang dapat terjadi karena retensi fosfat, kadar
kalsium scrum vang rendah. metabolisme vitamin abnormal dari peningkatan
kadar alumunium.
2. Penyakit kardiovaskuler : Ginjal yang rusak akan gagal mengatur tekanan darah.
Ini karena aldosteron (hormon pengatur tekanan darah) jadi bekerja terlalu keras
menyuplai darah ke ginjal. Jantung terbebani karena memompa semakin banyak
darah, tekanan darah tinggi membuat arteri tersumbat dan akhirya berhenti
berfungsi.tekanan darah tinggi dapat menimbulkan masalah serius.
3. Anemia: Anemia muncul akibat tubuh kekurangan entrokosit, sehingga sumsum
tulang yang mempunyai kemampuan untuk membentuk darah lama kelamaan
juga akan semakin berkurang.
4. Disfungsi seksual : Pada klien gagal ginjal kronik, terutama kaum pria kadang
merasa cepat lelah schingga minat dalam melakukan hubungan menjadi kurang.

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal ginjal kronik dapat dilakukan dua tahap yaitu dengan
terapi konservatif dan terapi pengganti ginjal. Tujuan dari terapi konservatif adalah
mencegah memburuknya faal ginial secara progresif. meringankan keluhan-keluhan
akibat akumulasi toksin azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal, dan
memelihara keseimbangan cairan elektrolit. Beberapa tindakan konservatif yang dapat
dilakukan dengan pengaturan diet pada pasien dengan gagal ginjal kronik diantaranya
yaitu :
1. Diet rendah protein: Diet rendah protein bertujuan untuk mencegah atau
mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan terutama
gangguan keseimbangan negatif nitrogen. Jumlah protein yang diperbolehkan kurang
dari 0,6 g protein/Kg/hari dengan LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) kurang dari 10
ml/menit.
2. Terapi diet rendah Kalium : Hiperkalemia (kadar kalium lebih dari 6,5 mEq/L.)
merupakan komplikasi interdiliatik yaitu komplikasi yang terjadi selama periode antar
hemodialisis. Hiperkalemia mempunyai resiko untuk terjadinya kelainan jantung yaitu
aritmia yang dapat memicu terjadinya cardiac arrest yang merupakan penyebab
kematian mendadak. Jumlah yang diperbolehkan dalam diet adalah 40-80 mEq/hari.
3. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam Asupan cairan
pada gagal ginjal kronik membutuhkan regulasi yang hati-hati. Asupan yang
terlalu bebas dapat menyebabkan Kelebihan beban sirkulasi, edem, dan juga
intoksikasi cairan. Kekurangan cairan juga dapat menycbabkan dehidrasi,
hipotensi, dan memburuknya fungsi ginjal. Aturan umum untuk asupan cairan
adalah keluaran urine dalam 24 jam ditambah 500 ml yang mencerminkan
kehilangan cairan yang tidak disadari.
4. Kontrol hipertensi: Pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal kronik,
keseimbangan garam dan cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan
darah sering diperlukan diuretik loop, selain obat antihipertensi.
5. Mencegah dan tata laksana penyakit tulang ginjal : Hiperfosfatemia dikontrol
dengan obat yang mengikat fosfat seperti aluminium hidroksida (300-1800
mg) atau kalsium karbonat pada setiap makan.
6. Deteksi dini dan terapi infeksi : Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien
imunosupresif dan terapi lebih ketat.
7. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal : Banyak obat-obatan yang harus
diturunkan dosisnya karena metaboliknya toksik dan dikeluarkan oleh ginjal.
8. Deteksi dini dan terapi komplikasi : Awasi dengan ketat kemungkinan
ensefalopati uremia, perikarditis. neuropati perifer, hiperkalemia yang
meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi yang mengancam jiwa,
kegagalan untuk bertahan, sehingga diperlukan dialisis.
9. Teknis nafas dalam : Breathing exercise atau teknis nafas dalam bertujuan
untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta mengurangi
udara yang terperangkap serta mengurangi kerja bernapas. Latihan nafas
dalam dapat dilakukan dengan menarik nafas melalui hidung dengan mulut
tertutup tahan selama 3 detik, kemudian mengeluarkan nafas pelan-pelan
melalui mulut dengan posisi bersiul, purse lips breathing dilakukan dengan
atau tanpa kontraksi otot abdomen selam ekspirasi dan tidak ada udara yang keluar
melalui hidung. dengan purse lips breathing akan terjadi peningkatan tekanan pada
rongga mulut, kemudian tekanan in akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus
sehingga dapat mencegah air trapping dan kolaps saluran nafas kecil pada waktu
ckspirasi (Mu' fiah, 2018).

I. Pengkajian Keperawatan
1. Melakukan anamnesa terkait penyakit yang diderita
a. Identitas
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan (riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu,
riwayat kesehatan keluarga, ADL)
d. Sistem pencernaan
2. Melakukan pemeriksaan fisik

J. Diagnosa Keperawatan
1. Hipervolumia b.d kelebihan asupan cairan d.d pasien mengeluh sesak nafas,
bengkak pada bagian kaki, BB pasien mengalami peningkatan secara cepat.
2. Risiko perfusi renal tidak efektif d.d disfungsi ginjal

K. Intervensi Keperawatan
1. Manajemen hipervolumia
2. Pencegahan syok
L. Daftar Pustaka
PPNI, (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai